"Wah... wah... wah... lo bawa piala bergilir ke sini sebagai pasangan lo, El? Untuk berapa lama status istimewa itu lo jabat? Puas-puasin deh menikmati kompensasi dari jabatan lo itu, sebelum lo harus serah terima jabatan dengan laki-laki lainnya."
Heru menepuk-nepuk ringan bahu Eldath. Ia seolah-olah bersikap seperti seorang ayah yang sedang menasehati anaknya.
"Piala bergilir yang coba lo milikin mati-matian sampe lo nantangin Arkansas di Alcatraz maksud lo?Chicken!"
Eldath meludah sinis ke samping. Eng ing eng. Lily merasa suasana sudah mulai panas-panas durjana ini. Sebelum acara reuni ini berubah menjadi ring tinju, ada baiknya dia mulai memisahkan dua macan jantan, yang sepertinya sama-sama mencium aroma amis darah itu.
"Maaf ya Pak Heru ganteng, saya dan mas pacar mau mojok dulu di sono ya? Maklumlah, kami 'kan pasangan baru. Masih dalam suasana anget-angetnya kayak bolu kukus baru diangkat. P
"Ly, saya akan meeting sebentar sama Mbak Clara dan Pak Rizal. Nanti kalau ada client yang namanya Narendra Ajisaka Prahasta, langsung saja bawa ke ruangan meeting ya? Dia itu teman lama saya."Bima memerintahkan maklumat, sembari menyusul langkah Rizal dan beberapa client lainnya. Melihat bahasa tubuh mereka yang santai dan kata lo gue yang mereka pakai, tahulah Lily bahwa client-client kelas kakap ini semua adalah teman-teman lamanya Bossnya. Dengan sigap ia mengangguk. Titah atasan adalah segalanya bukan?Lily baru saja berkonsentrasi membaca salah satu draft perjanjian yang sudah dikonsepkan oleh Bima, saat penampakan sesosok pria tampan mapan rupawan menghampiri mejanya. Di samping kiri si pria tampan, terlihat seorang remaja belasan tahun menggelayuti lengan si Om dengan santainya.Wuihhhh... Om yang baik hati ini sepertinya. Buktinya ini si Om mau kerja aja, itu ponakan tetap aja dibawa-bawa. Bikin Lily iri saja.
Lily sedang menyajikan 3 cangkir kopi kepada Boss dan dua client potensialnya Heru dan Dexter. Rupanya mereka bermaksud untuk kembali membuka kerjasama di bidang kuliner setelah kerjasama mereka yang sebelumnya di bidang property sukses besar, dan mendapatkan profit milyaran rupiah. Perumahan exclusive yang mereka bangun sold out semua hanya dalam waktu beberapa minggu saja. Luar biasa bukan?Saat ini Heru sedang membangun pusat jajanan kuliner khas nusantara dan menyewakan gerai-gerainya untuk siapa saja yang ingin membuka stan makanan di sana. Dewasa ini bisnis kuliner sedang booming akibat gencarnya promosi di media sosial, sehingga setiap orang yang melihat unggahan makanan lezat, pasti langsung saja mengecek lokasi dan mulai berphoto-photo ria juga di sana. Inilah yang sedang dibahas oleh para executive muda di depannya ini. Diotak genius mereka ide-ide sudah mengalir dengan derasnya.Drttt... drrtt... drttt...Lily
"Jadi Bapak pengen saya bagaimana sekarang? Bunuh diri juga, begitu? Apakah itu akan menghidupkan Mbak Ririn lagi?"Lily yang sebenarnya sedang enggan debat kusir dengan Heru, memutuskan untuk meladeni semua keinginan laki-laki ini. Dengan begitu Heru puas memuntahkan semua sumpah serapah dan kebenciannya pada kakaknya. Yang sayangnya malah dirinya yang harus menelan semua kepahitan itu. Padahal ia tidak tau apa-apa. Seandainya pun kakaknya yang bersalah, ia tidak patut menanggung dosanya bukan?"Rugi banget kalau kamu mati duluan sebelum saya puas ngapa-ngapain kamu. Sini dong, Perempuan. Deketan sedikit dengan saya. Masa sih cewek mesum seperti kamu ini takut sama laki-laki? Bukannya biasanya kamu doyan tuh sama mahluk berbatang? hm..."Heru menarik Lily ke pangkuan, dan mencium-cium gemas pipi mulusnya.Kalau saja kamu bukan adik kandungnya Axel. Saya mungkin bisa jatuh cinta setengah mati d
"Bagaimana ini Pak? Itu ibunya Bapak yang manggil ya?" Lily seketika bangkit dan melilitkan bed cover untuk menutupi tubuh polosnya. Dia tidak sadar, saat menarik bed cover itu dari tempat tidur maka tubuh polos Heru terpampang lebar di depan matanya.Selebar wajah Lily seketika memerah hingga ke telinga-telinganya. Heru yang melihat Lily salah tingkah, menjadi makin ingin mengerjainya. Dia sengaja membuat pose yang semakin memperlihatkan sisi kemaskulinannya pada Lily."Pak, itunya ditutupin dulu dong. Malu ih!""Malu sama siapa? 'Kan tidak ada orang di sini?" Heru semakin geli melihat Lily yang semakin terlihat serba salah. Lily melihat ke segala arah kecuali kearahnya."Saya bukan orang rupanya?" Lily menyahut kesal."Ah, sama kamu ngapain malu, perempuan. Kamu 'kan sudah pernah melihatnya. Merasakannya berkali-kali pun sudah 'kan?" Heru menjungkitkan satu alisnya ke atas.
Masyaallahhh!Setelah menutup telepon dari Heru, Lily melihat ada 24 missed call dari Axel. 21 dari Bang Gultom dan 30 kali dari Om Texas dan Arkan bergantian.Drtttt... drttt... drttt..."Ha--halo Bang Gultom-""Aih mak jang. Yang lama kalinya kau angkat telepon kau itu Butet. Abang sama kakak kau ini udah pun mau mati jegang di sini kau bikin. Kalok bisa nya Abang nyetir ini kapal terbang kecik punya kakak kau, udah pun ke sana Abang sekarang ini, Butet!"Lily hanya bisa nyengir mendengar omelan Bang Gultomnya."Jadi kekmananya sekarang keadaan kau? Nggak ap-apa 'kan? Aih udah ma-nah... nah ini, kau cakap sendiri lah sama kakak kau. Udah pun macam orang pesong dia kutengok. Bolak balek nelepon mondar mandir, maju mundur, sampek hampir saja ikutan digali sama Excavator proyek. Karena kakak kau itu nggak mau minggir-minggir waktu menggali reruntuhan bebatuan." 
Ini adalah kali kedua Lily menginjakkan kaki di tempat ini. Tempat yang menguarkan aroma hormon testoteron di segala sudut, yang langsung membuatnya mual seketika. Mens talking terdengar di mana-mana. Pembicaraan mereka tidak jauh-jauh dari hal-hal yang berbau cabul. Membahas tentang jagoan mereka, seks, wanita dan politik tentu saja.Namun khusus hari ini, sepertinya mereka semua sepakat untuk membuang segala perbedaan prinsip mereka demi hobby dan jagoan mereka."Adek pengennya siapa yang menang?" tanya Axel sembari memindai pria-pria perkasa yang akan melindungi adiknya. Saat ini ia duduk di samping Lily. Walau ia bertanya pada Lily, namun pandangannya tetap ia fokuskan pada pada petarung. Saat ini sebagian dari mereka sedang melakukan warming up dan gerakan-gerakan kecil. Sebagian lagi melemaskan otot atau sekedar memutar-mutar persendian agar lebih lentur dan siap tempur.Aha! Capoeira rupanya. A
PLAK!"Memalukan! Adek membuat Kakak kehilangan muka, di mata petarung-petarung yang sudah kakak persiapkan dengan matang. Kakak melakukan ini semua demi masa depanmu. Tapi kalau kelakuan Adek memang seperti ini, buat apa Kakak capek-capek membuat laga untuk Adek? Mereka bertarung hidup mati cuma untuk mendapatkan perempuan rusak sepertimu. Kakak malu, Dek. Malu!"Axel mengacak-acak rambutnya sendiri. Ia adalah type laki-laki yang tidak akan menjilat ludahnya sendiri. Ia sudah berjanji akan memberikan adik yang ia bangga-banggakan kemurniannya pada pemenang laga, yang ia buat sendiri juga. Tetapi ternyata adiknya itu malah hamil!Ia terpaksa membubarkan pertarungan. Padahal masih menyisakan Badai dan Bima sebagai challenger. Axel merasa kepalanya seakan-akan mau pecah. Ia merasa gagal sebagai seorang kakak."Siapa ayah bayi itu?" tanya Axel gusar.Lily bergeming. Kalau ia m
"Gambarnya bagus ya, Kan? Lily pengen deh bisa menggambar sebagus itu. Ajarin Lily dong, Kan?" "Sabtu depan deh ya, kalau gue nginep sini lagi. Soalnya papa udah BBM nih, mau jemput sebentar lagi. Gue mandi dulu ya? Lo beresin nih semua kanvas dan cat-cat kita. Ntar aunty Aimee ngomel-ngomel lagi kalau ruangan ini kayak kapal pecah." "Kamu penghianat!" "Kamu salah besar. Bukan saya yang berkhianat, tetapi kamu! Kamu adalah manusia paling serakah yang pernah saya kenal di muka bumi ini!" Astaghfirullahaladzimmm! Lily terduduk diranjang dengan sekujur tubuh gemetaran. Ia bermimpi rupanya. Ruangan itu, Lily mulai mengingatnya sedikit-sedikit. Ruangan itu adalah tempat favoritnya dan Arkan saat belajar melukis. Di tempat itu juga, ia mendengar suara-suara pertengkaran. Tapi masalahnya, itu rumah siapa? Dan yang bertengkar dengan orang tuanya itu siapa