Home / Romansa / White Rose Petal / Chapter 1 - Wasiat Kakek

Share

White Rose Petal
White Rose Petal
Author: Ailana Misha

Chapter 1 - Wasiat Kakek

Author: Ailana Misha
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

This Novel is owned by Ailana Misha

Please, don’t copy and remake!

Musim panas sudah mulai terasa, dinginnya musim dingin seakan menghilang tatkala pergantian musim itu memasuki bulan Desember. Banyak sekali bunga – bunga khas musim panas mekar semerbak di udara yang cukup panas ini, bahkan banyak sekali orang yang sudah menjadwalkan liburan untuk pergi liburan outdoor di akhir pekan.

Liburan!? Kata itu terasa sangat tidak tepat jika disodorkan pada seorang laki – laki berpenampilan big boss yang tengah duduk di kursi CEO-nya dengan gayanya sangat pongah. Pria itu, Skandar Alexander Hemingway, sang pewaris dari Chagall Corporation, perusahaan elektronik besar di Australia. Sangat rupawan rupanya, tetapi bernilai kosong jika membahas tabiatnya dalam memahami dan mengampuni kelalaian. Skandar Hemingway terlalu perfeksionis dengan kadar seratus persen.

Pria dewasa itu membolak – balik arsip perjanjiannya dengan consigner utama yang bulan ini berencana mengajukan peninjauan ulang kontrak kepada perusahaannnya. Dia sudah melakukan ini sejak tiga puluh menit yang lalu, jangankan jengah dan bosan, ia semakin bersemangat. Sudut bibir Skandar Hemingway menyeringai ke atas. Benar laki – laki itu menemukan sesuatu. Mau mencoba untuk memanipulasi dirinya, hah?

Skandar menekan tombol telfon yang ada di atas meja kerjanya, telfonnya tidak langsung diterima oleh sekretaris barunya itu. Pria muda itu mendengus, ini panggilan kedua, dan lagi panggilannya tidak tersambung. Jika sampai panggilan ketiga tidak juga tersambung, dia akan melayangkan surat teguran kepada staffnya itu, mana ada sekretaris yang memperlakukan direkturnya seperti ini. Skandar

langsung menutup gagang telfonnya dengan kasar, dengan bunyi seperti barang yang baru saja dibanting.

Tepat saat itu, pintu kantornya terbuka, menampilkan seorang perempuan yang berpakaian sangat minim dengan blazer warna cokelat tua masuk dengan sedikit berlari menuju ke meja kerjanya, gadis bepakaian bak kekurangan bahan itu adalah sekretarisnya, sekretaris barunya, Sakagawa Sana.

“Aku bukan menyuruhmu datang kesini, Ms. Sakagawa. Aku hanya menelfonmu.” Sindir CEO-nya itu.

“Saya minta maaf tuan, ada sesuatu hal yang harus saya sampaikan, ada tamu penting yang mencari anda sekarang.” Gadis itu setiap detik rasanya membungkuk meminta maaf padanya.

“Sudah aku bilang, hari ini aku tidak akan menerima satupun tamu.” Cetus Skandar Hemingway. Lelaki itu kembali membuka lembar arsipnya, menggoreskan beberapa check list di permukaan kertas putih itu.

“Tetapi tuan. Beliau akan marah.” Cicit gadis Jepang itu lagi, benar, Skandar Hemingway sedang mempekerjakan seorang gadis dari Jepang sebagai sekretaris barunya.

“Siapa!? siapa yang akan berani marah kepadaku? Suruh besok!” Skandar

geram.

“Tuan Hemingway... Saya akan dimarahi beliau jika begitu, anda juga.”

“Sebenarnya siapa atasanmu sekarang? Memarahiku, siapa dia memangnya?”

Apa ada satu saja staff kantornya yang bisa mengerti betapa sibuk dirinya sekarang. Sudah berapa banyak waktunya yang terbuang percuma hanya karena tingkah tolol bawahannya, tidak kemarin lusa tidak sekarang. Kemarin lusa bahkan lebih parah dari pada hari ini. Memikirkannya Skandar sudah ingin menarik dasi manajer cabangnya yang bodoh itu lagi.

“Aku, aku yang akan memarahimu!”

Seorang wanita tiba – tiba masuk begitu saja, sebuah tas mewah berwarna merah maroon melambangkan betapa sosialita wanita itu melambai di genggamannya. Tentu, tas yang sedang dibawa oleh sosialita itu adalah tas internasional edisi terbatas dari brand fashion ternama, Hermes.

Wanita itu memiliki tatapan mata yang jauh dari kesan betapa lembut seorang wanita seharusnya dalam menatap itu, dan kini wanita itu memberikan pandangan mengusir kepada seorang gadis yang dibalik pintu tadi sudah ia maki – maki karena melarangnya masuk ke ruangan kantor putranya sendiri.

“Pergi sana! Tutup pintunya juga!” Kata wanita itu yang direspons dengan bungkukan gadis Jepang satu itu kembali.

“Gadis Jepang, kau mempekerjakan gadis Jepang, Skandar? Pajak Penghasilan tenaga asing tidak murah jika kau tahu.” Sangat rewel begitu tabiat ibunya, Skandar

hanya memutar matanya malas.

“Yang kena potong pajak itu nominal gajinya, bukan kita yang berurusan menyisihkan biaya pajak lagi buatnya. Berhenti mengatur hal – hal kecil seperti ini, Mom.” Tegur Skandar.

“Dan dia bahkan tidak sanggup membeli pakaian yang lebih bahan?” Skandar

menghembuskan nafas berat mendengar kecerewetan ibunya itu lagi.

Sudah berulang kali ibunya itu akan memprotes hal – hal kecil macam itu, beruntung wanita itu memiliki anak yang sangat sabar seperti putranya. Sabar untuk orang tuanya saja, karena Skandar Hemingway begitu menyedihkan jika berhubungan dengan karyawannya, tingkat etos kerja laki - laki satu itu bahkan hampir mengalahkan kompeni Jepang.

Skandar

berdiri dari kursi kerjanya, dan berjalan menuju kursi tamu di sisi ruang kantornya, menyilahkan ibunya itu untuk duduk juga. Wanita Hemingway itu mengikuti putranya, dan duduk di kursi berbahan empuk itu. Tas Hermes nya masih ia pangku.

“Calonmu mana, Skandar? Mom sudah menunggu dari kemarin.”

Skandar

sudah akan duduk di salah satu kursi lain jika Mommy-nya itu tidak mengeluarkan kata keramatnya. Laki – laki muda itu mencoba melihat ujung langit – langit kantornya, ia sudah sangat malas untuk membicarakan itu sekarang. Hampir tiga minggu ini ia dicekoki dengan pertanyaan “Calonmu mana?” dari hampir seluruh penjuru rumah. Sinting, keluarganya sudah sinting semua.

“Minggu lalu bukannya sudah aku kenalkan Mom kepadanya. Mom sendiri yang menolak.”

Skandar berusaha mengingatkan ibunya itu. Laki – laki Hemingway itu sekarang menumpukan kakinya pada kaki lainnya. Mengalihkan pandangannya pada kaca cendela besar di ruang kantornya yang berada di lantai sepuluh itu. Ia ingin sekarang juga rasanya lepas dari pembahasan yang sangat sensitif baginya itu akhir – akhir ini.

“Membiarkan putra sulung Mom menikah dengan jalang itu?” Mommy Skandar

sudah hampir menyemprot anaknya itu.

“Dia bukan jalang Mom, dia temanku. Mom sudah tahu keluarganya bukan?”

“Tidak, gugur, gugur wasiat kakekmu jika kau memilih gadis itu. Putri pengusaha bar se-Australia, Hah? Minuman semua isinya. Ya tuhan, anak ini, apa pendidikan tingginya hampir sedengkul jika menilai perempuan.”

Narcissa Hemingway menekan jidatnya yang cantik itu, di usia yang sudah hampir menginjak lima puluh lima, wanita itu masih terlihat sangat cantik di usianya. Pantas Skandar Hemingway punya paras seperti itu. Tetapi lagi – lagi jangan nilai semua anggota keluarga Hemingway dari rupanya saja. Karena baik Skandar Hemingway ataupun Ibunya sama saja peringainya, sangat pemilih.

Ada wasiat dari kakek Skandar dimana cucu tertuanya itu harus menikah bulan ini, tahun ini. Suatu hal yang sangat mudah awalnya, bukankah putra Narcissa Hemingway satu itu adalah masuk dari calon menantu idaman semua mertua baik tingkat warga maupun sosialita se-Australia. Hanya saja, Skandar Hemingway kelewat bodoh dalam hal memaksimalkan masa mudanya. Pantas anaknya itu bahkan tidak terlihat kencan atau dating dengan satupun perempuan yang layak.

Dan minggu kemarin anaknya yang pintar sekaligus bodoh itu malah membawakan seorang gadis yang dari penampilannya saja malah terlihat sangat jalang. Tidak ada gadis baik – baik yang berpenampilan seminim itu jika bertemu dengan orang tua, ibu mertuanya saja sampai hampir jantungan melihatnya.

“Anggap saja Sana calon berikutnya.” Kata Skandar

santai.

“Sana siapa?”

“Sekretarisku tadi.” Skandar

tersenyum meledek kepada ibunya itu.

“Dasar anak gila! Skandar Alexander Hemingway, kamu mau namamu dikeluarkan dari garis keturunan keluarga?” Pekik Ibunya frustasi.

Skandar, putranya ini apa bisa sedikit saja ditarik telinganya dan beres. Laki - laki itu terlihat tidak mengambil serius ucapannya, membuat Narcissa semakin kesal, awas saja jika anaknya itu masih bertingkah macam – macam membawa gadis tak jelas dan mengaku sebagai calon menantunya. Mommy Skandar

masih gemas dengan tingkah putranya itu.

Narcissa berdiri dari kursinya, membuat putranya itu menatapnya aneh. Tidak biasanya ibunya itu lekas pergi, biasanya ia akan dapat ceramah sebelum pulang terlebih dahulu dari Mommy-nya itu. Skandar Hemingway menaikkan alisnya yang hitam itu, ia kaget saat mendapat seringaian dari ibunya.

“Nanti malam ada makan malam di rumah, pulang tepat waktu!” Ucap ibunya itu. “Sudah Mom putuskan, Mom yang akan memilihkan calonmu, titik dan final, tidak ada gangguan.”

“Apa? Mom!” Skandar

langsung mendelik mendengarnya.

Laki - laki itu langsung meremuk mukanya dengan kedua telapak tangannya yang besar. Apalagi melihat ibunya yang malah sudah pergi meninggalkan ruang kantornya saat itu juga. Benar – benar, ibunya lebih menakutkan dari pada bunyi wasiat dari kakeknya itu sendiri.

Laki – laki itu rasanya ingin berteriak memikirkan nasibnya empat jam ke depan itu.

Skandar

sudah kesal sekarang!

--------(^_^)---------

At the Canberra Private High School

Canberra, Australia

“Apa kamu tidak ingin mencobanya, Charisa?” Kata seorang gadis berambut pendek pada gadis bermata bulat yang sedang mendengarkan list lagu dari ponselnya.

“Mencoba apa?” Charisa Zwetta Davis, sang gadis menoleh dengan pandangan bertanya.

Anna, gadis itu memberikan secarik kertas bewarna hijau pada gadis dari keluarga Davis itu. Mereka berdua memang berteman sejak pertama kali Charisa Davis berkenalan dengannya ketika hari pertama mereka masuk sekolah.

Charisa

membaca kertas itu, itu adalah sebuah kertas berisi audisi menyanyi dari sebuah agensi second tier di Australia. Mata gadis itu beralih dari atas ke bawah bagian kertas, audisi itu langsung berada di bawah agensi besar yang sedang naik daun sekarang, satu – satunya boy band yang sedang terkenal sekarang berada di bawah naungan agensi tersebut. Kening Charisa

mengkerut, dia seperti sedang menarik sebuah kesimpulan.

“Ini tempat ayahmu bekerja bukan, Anna?” Tanya Charisa dengan mata masih terpaku pada kertas hijau itu.

Anna berdehem, tanda ia mengiyakan temannya itu. Gadis itu memang belum tahu jika ayahnya malah adalah direkturnya langsung, yang Charisa tahu ayahnya Anna hanya staff biasa disana, lagipula dia senang berteman dengan Charisa tanpa gadis itu tahu dengan status jabatannya ayahnya. Anna sangat menghargai orang yang melihatnya sebagai Anna Smith yang biasa, dan Charisa Davis masuk sebagai salah satu orang tersebut.

“Tidak, aku tidak mau, Anna.”

“Mengapa? Suara kamu bagus Charisa, apa kakakmu tidak mengijinkamu?” Tanya Anna, dia tahu, semenjak ayah gadis itu meninggal, temannya itu diasuh oleh kakaknya sendiri.

“Tidak... Malas saja, teriak – teriak hanya membuatku lapar.” Kata gadis berambut panjang itu polos.

Anna Smith langsung menggaruk rambutnya itu pelan, dia tidak bisa berkata – kata lagi. Anna sepertinya lupa, jika temannya itu sangatlah pemalas. Sifat riang dan jujurnya itulah yang membuat Anna masih nyaman – nyaman saja berteman dengan gadis itu.

Sekarang mereka sedang menunggu jemputan dari keluarga mereka masing – masing. Sepertinya Charisa akan dijemput oleh kakak iparnya, seingatnya sekarang sudah melampaui jam istirahat kakak laki - lakinya. Anna sudah dijemput oleh supir pribadinya, tetapi Charisa

masih belum juga dijemput kakaknya itu. Sebuah mobil putih kini sudah muncul tepat di depan pagar sekolahnya. Charisa mengenalinya sebagai mobil kakak iparnya.

“Kakak...” Teriak Charisa, langsung menarik tas ranselnya dan berlari ke arah mobil istri dari kakaknya itu.

“Bagaimana sekolahnya, dik?” Sapa kakak iparnya yang cantik itu.

“Baik, kakak habis kemana, mengapa dandan secantik ini?”

“Ohh, kita akan ke butik, Charisa. Kamu harus memilih gaun yang cocok.”

“Gaun untukku. Kita mau ada acara?”

“Ya, ahh kita harus bergegas, waktu kita sedikit.”

Charisa mendengarnya bukan seperti penjelasan, memangnya mereka akan menghadiri pesta macam apa? Hingga harus membeli gaun baru di butik pula. Gadis bermata bulat itu hanya menurut saja saat kakak iparnya itu menjalankan mobilnya. Charisa membuka aplikasi line miliknya, beberapa pesan dari teman – temannya masuk, gadis itu tertawa dengan gigi kelincinya yang manis.

“Kak, tadi nilai biologiku jelek lagi, susah sekali soalnya. Sepertinya aku kena remedi. Memangnya anak bayi tidak keluar dari perut? Kalau tidak dari sana, dia keluar dari mana?” Tanya Charisa

tiba – tiba. Gadis itu melihat wajah kakaknya yang terlihat kaget dan salah tingkah padanya.

“Ahh... Keluar dari-“ Suara Amanda Davis menggantung, perempuan itu kebingungan untuk menjawab pertanyaan adik iparnya itu, itu terdengar terlalu berbahasa biologi baginya yang bukan guru biologi masalahnya.

“Kamu benar – benar tidak tahu, Charisa? Kamu bisa membuka lagi di bagian bab reproduksi. Disana sepertinya diterangkan juga bagian tubuh mana saja yang sebagai alat reproduksi manusia, seperti untuk membuat anak. Semacam itulah.” Amanda meringis, sumpah dia bukan ahlinya menjelaskan hal terkait ini.

“Membuat anak? Dibuat dari apa?”

Gadis itu tetap memandangi Amanda yang sudah menatapnya dengan mata bulatnya. Disuruh menjawab pertanyaan yang dikeluarkan oleh anak sekolah sepolos Charisa di saat dirinya sedang fokus menyetir seperti ini sangatlah susah bagi Amanda. Lebih susah dari pada saat ia menghadapi tes mengemudi untuk mendapatkan lisensi mengemudinya dulu.

“Baca buku biologi kamu lagi ya Charisa, kakak sedang sibuk menyetir.” Tutup Amanda, dengan tawa kaku miliknya.

“Itu terdengar biologi adalah ilmu yang penting, kak.” Gerutu kecil seorang Charisa Davis.

God, Noah!

Kamu bercanda kan adikmu yang seperti ini kamu suruh nikah!

Tahun lalu saat ayah mertuanya meninggal, ia kira wasiat ayah mertuanya hanya bualan belaka, mana ada wasiat perjodohan di tengah era globalisasi seperti sekarang. Apalagi keluarga calon besan mereka juga tidak membahas bunyi wasiat itu kembali, hingga bulan kemarin mereka mendapat kabar dari keluarga itu, jika keluarga itu serius dalam wasiatnya, dan sedang membicarakan kejelasan wasiat tersebut. Semoga mereka tidak jadi, begitu doa Amanda saat itu. Ia sudah menyayangi Charisa seperti adik kandungnya sendiri. Dia tidak tega jika adik iparnya itu menikah muda seperti itu.

Menantu keluarga Davis itu hampir menyumpahi suaminya sendiri pagi ini, Noah Davis, hari ini membuatnya senam jantung tadi pagi. Bagaimana bisa suaminya itu tiba – tiba memberi tahunya jika adiknya itu akan menikah bulan ini, mau tak maupun, Charisa Davis akan dinikahkan. Amanda jadi ingin menjedotkan kepala suaminya, apa Noah tidak tahu betapa sulitnya untuk mengajari adiknya yang lugu itu untuk sedikit saja berpikiran dewasa.

“Ahh, nanti kita beli buku biologi edisi terbaru saja kalau begitu!” Cetus Amanda Davis tiba – tiba.

Charisa menatap kakaknya itu dengan mulut terbuka, ia sudah muak untuk membaca buku biologi lagi!

Related chapters

  • White Rose Petal   Chapter 2 - Tes Milik Skandar

    Rumah bercat putih dan biru di kawasan perumahan mewah di Northbourne Avenue itu terlihat lebih sibuk dari biasanya, banyak pelayan rumah tersebut yang berlalu lalang membawa banyak sekali hidangan untuk disuguhkan diatas meja panjang di ruang makan. Satu pelayan membawa piring dan menatanya, maka piring yang lain akan datang dan di tata disampingnya, begitulah seterusnya, padahal mereka sudah menyiapkannya mulai dari dua jam yang lalu, namun belum juga selesai.Seorang pria hanya menatap pemandangan itu dengan tatapan malas dari arah balkon lantai satu yang menghadap kolam renang rumahnya. Kedua tangannya sengaja ia masukkan ke dalam saku celana kain-nya yang bewarna hi

  • White Rose Petal   Chapter 3 - Telfonnya

    “Skandar!!”“Skandar Alexander Hemingway!!! Bisa berhenti dari kerjaanmu dan dengarkan mom sekarang!!?” Nyonya besar Hemingway itu berteriak pada anak laki – lakinya yang sedari tadi tidak mempedulikannya. Mrs. Hemingway begitu sangat kesal ketika melihat putranya itu lebih memperhatikan berkas perusahaan mereka dari pada dia yang ibu kandungnya sendiri. Awas saja jika putra nya itu menulis namanya sebagai orang yang melahirkannya, biar dia menulis kertas 1 rim sebagai nama ibu

  • White Rose Petal   Chapter 4 - Sebenarnya Dia Mencari Istri atau Asisten Rumah Tangga

    Hari setelah mendapat telfon dari seorang Skandar Hemingway, Charisa yang sedang mengendarai mobil kakak iparnya sepulang sekolahnya sedikit merasa tidak nyaman. Gadis muda itu masih ingat saat Yuta dan Anna yang sangat heboh dalam menyambut telfon dari pria dewasa satu itu. Itulah mengapa sekarang dia agak kebingungan harus bagaimana menyampaikan perihal isi telefon itu kepada Amanda yang sekarang sedang sibuk menyetir.‘Apa aku kasih tahu kak Amanda saja?’ tanya Charisa dalam hati.Gadis pemilik gigi kelinci itu melihat raut muka kakak iparnya beberapa kali, tetapi beberapa kali juga gadis itu membatalkan deretan kata yang ia coba susun di kepalanya yang pemalas itu. Charisa takut jika kakak iparnya itu akan berpikiran yang tidak-tidak kepadanya, apalagi pria itu masih orang asing untuknya.“Ada yang mau Charisa katakan kepadaku?” tanya Amanda yang sedang menunggu lampu merah jalan raya.“Emm, tidak ada,” elak Charisa

  • White Rose Petal   Chapter 5 - Melamar Si Gadis Cerewet

    Besok lusa sudah pesta pernikahannya, pesta pernikahan seorang Skandar Alexander Hemingway. Bukannya sudah mulai mengambil cuti dan mempersiapkan pernikahannya. Skandar malah tetap bekerja seperti biasa. Laki – laki itu anggap saja termasuk laki – laki pemilik kadar dingin dan kaku, tetapi laki – laki manapun diluar sana tidak ada yang sekaku dan sedingin Skandar Alexander Hemingway.Skandar baru saja masuk ke dalam rumahnya. Hari belum malam, tetapi laki – laki itu sudah sangat lelah. Putra sulung keluarga Hemingway itu mendudukkan dirinya di sofa ruang bersantai rumahnya. Jas kerjanya ia lemparkan asal ke atas sofa, lagipula tiap hari ia akan ga

  • White Rose Petal   Chapter 6 - Romantisnya Mr. Judes Hemingway

    Sedekat- dekatnya taman dekat perumahan yang dimaksud pria dewasa itu, taman itu masih tiga gang dari rumahnya, dan letaknya ini yang membuat Charisa Davis meletakkannya di tempat nomor satu yang gadis itu hindari ketika malam, di samping lahan bekas pemakaman tua. Pemilik tanah memang sudah merelokasi semua makam dan tulang belulangnya ke pemakaman lain, karena lahan itu akan digunakan sebagai pusat perbelanjaan nantinya, tetapi tetap saja yang namanya bekas lahan pemakaman akan tetap jadi pemakaman bagi seorang Charisa Davis, tempat ketemunya para hantu, Convention hall-nya makhluk gaib lah. Dan pria dewasa itu sekarang memintanya datang kesana seorang diri di malam hari seperti ini.

  • White Rose Petal   Chapter 7 - Undangan Untuk Temannya Yang Heboh

    Di Rumah Keluarga DavisCanberra, Australia“Sini, biar Charisa bantu.” Ucap Charisa pada kakak iparnya.

  • White Rose Petal   Chapter 8 - Pesta Pernikahan

    Di Ballroom, Beverlys Hotel Canberra, Australia&nbs

  • White Rose Petal   Chapter 9 - Score B

    Di Bandar Udara Internasional CanberraCanberra, Australia“Seharusnya kalian tidak usah mengantar kami,” ucap Amanda pada adik iparnya.“Sudah, sampai sini saja kalian mengantar kami,” kata Noah pada adiknya satu – satunya.“Noah ...,” ucap Charisa hampir terisak.Gadis muda itu sekarang tengah berada di depan pintu keberangkatan untuk penerbangan luar negeri. Charisa Davis tengah mengantarkan Noah dan Amanda untuk berangkat ke New Zealand. Pasangan itu memang sudah menjadwalkan penerbangan mereka tepat setelah acara resepsi pernikahan adiknya selesai.Seorang laki – laki yang ma

Latest chapter

  • White Rose Petal   Chapter 83 - Epilog

    16 months later.... Di sebuah rumah besar yang hampir mirip mansion luas dan megahnya, di dinding dengan lukisan wallpaper berbentuk mahkota kecil – kecil di ruang tengah rumah tersebut, terpasang sebuah foto kelulusan dari wisuda seorang gadis sekolah menengah atas yang tersenyum dengan lebarnya, gigi kelincinya sangat terlihat sekali disana. Itu adalah foto kelulusan Charisa Hemingway lebih dari setahun yang lalu. Charisa Hemingway, menantu perempuan dari keluarga Hemingway. Di foto yang dicetak sangat besar itu terlihat jika gadis remaja itu dipeluk oleh suaminya, Skandar Hemingway. Sementara di sisi lainnya berderet dengan heboh kehadiran mommy, daddy dan nenek dari Skandar. Tak lupa ada keluarga dari Charisa, kak Noah dan kak Amanda yang berdiri berdampingan dengan sepasang pasangan jaksa dan model, Adam yang tengah memeluk lembut bahu istrinya, Hannah. Di baris bawah, di depa

  • White Rose Petal   Ucapan Terima Kasih

    Akhirnya Novel pertamaku di Good Novel telah tamat, gak nyangka ... ~Bahagia sudah bisa namatin cerita. Makasi banyak kepada kak Eni, kak Anna, kak Amanda, kak Melati, dan kakak-kakak lain yang telah meluangkan waktu untuk baca novelku ini, yang udah suka sama ceritanya Skandar dan Charisa. Lana seneng banget saat baca review kakak-kakak sekalian. Sungguh itu menyemangati Lana untuk terus menulis. White Rose Petal kayak hidup .... Semoga suka dengan tulisannya Lana, dan baca book Lana yang lain, seperti The Shark's baby sitter dan lainnya. Misal Lana buat book baru berisi Spin off ceritanya Ashton, Nancy dan James yang masih di universe White Rose Petal, apakah mau? Bila banyak yang mau, mungkin bulan depan Lana akan buat novel yang judulnya Pernikahan Sementara: Gairah Musim Gugur di Wellington. Doakan lancar nulisnya, dan dapat kontrak di Good Novel ya ... Amin .... Biar muncul di aplikasi Good Novel, dan jangan lupa review dan voten

  • White Rose Petal   Chapter 82 - Wisuda Charisa

    “Aku ingin kau mencatat semua hal yang aku suka dan tidak suka, setelah itu kau bisa menyebutkan apapun yang kau suka dan tidak suka. Aku ingin kita sudah memiliki modal untuk saling mengenal antar masing – masing,” kata Skandar, gadis di depannya masih berfikir keras. Skandar menarik nafas besar untuk pertama kali.“Baik, aku mulai. Aku tidak suka junk food, aku harus makan makanan rumahan. A-“ “Jadi paman hanya bisa makan makanan rumahan?” “Ya, kau bisa memasak?”“Se-dikit.” “Perbanyak cara memasak menu makanan kalau begitu. Aku tak akan memaksamu untuk belajar, tetapi aku akan memaksamu untuk memasak.” “Aku tidak suka dengan segala sesuatu yang membuang waktuku, aku benci menunggu, aku tidak suka dibantah, atau disela, aku tidak suka menjelaskan apapun sebanyak dua kali apala

  • White Rose Petal   Chapter 81 - Charisa dan Skandar

    “Anna ... Selamat ... Akhirnya kamu lulus ...,” teriak Charisa dengan riang.Gadis SMA dengan perut yang terlihat tidak rata itu langsung memeluk sahabatnya itu. Mereka berdua baru saja turun dari podium wisuda, upacara kelulusan baru saja selesai, tetapi kedua gadis itu masih terlihat tidak beranjak dari tempatnya.“Bukan aku saja yang lulus, Charisa ... Tetapi kita semua. Ahh aku senang sekali kita lulus sekolah bersama,” jawab Anna dengan lembut, gadis cantik itu lalu sedikit memperbaiki toga wisuda milik Charisa yang miring.“Dulu, saat pihak sekolah tahu jika aku sudah menikah, aku kira mereka akan mengeluarkanku dari sekolah, Anna,” ucap gadis bergigi kelinci itu sambil mengelus perutnya.Ia ingat jika seminggu setelah kasus investigasi dari seorang gadis bernama Yeri Kim, saat ia sudah masuk sekolah kembali. Sekolahnya heboh saat tahu jika ia adalah istri dari putra sulung pemilik bisnis Chagall Corporation, tida

  • White Rose Petal   Chapter 80 - Pergi dari Australia

    “UWAAAA, HANNAH ALBA ....” “ITU HANNAH ALBAAA ....” “HANNAH ALBAAAA ....” Di tengah lapangan sepak bola di sebuah sekolah SMA swasta di Canberra, rombongan besar ibu – ibu dan juga remaja berkerumun di dekat tiang bendera yang sejak satu jam yang lalu berdiri disana. Para ibu - ibu itu terus mengerubungi nama sang model ternama yang tengah hamil besar itu, benar saja hamil anak kembar membuat perut Hannah Alba lebih besar dari wanita hamil seumurannya. “Kenapa belum diangkat?” gerutu seorang laki-laki. Suaminya, Adam Howard harus kalang kabut menelfon asisten istrinya itu untuk segera sampai di sekolah Charisa Hemingway. Benar di sekolah Charisa, hari ini adalah upacara kelulusan SMA dari istri remaja Skandar Hemingway itu. Para orang tua yang seharusnya menunggu kedatangan putra – putri mereka di luar gedung, malah bertolak untuk mengerumuni model sekaligus artis ibu kota yang masih jelas terlihat popularitasnya itu. Skandar menggelen

  • White Rose Petal   Chapter 79 - Namanya Milla Kim

    Lagu khas musim dingin mengalun di sebuah acara pertunjukan musik milik kepolisian Australia. Seorang gadis berwajah mungil dengan coat coklat susunya tengah duduk termenung di barisan paling depan. Beberapa menit yang lalu baru saja ada penyanyi yang juga memainkan piano di tempat itu, seseorang yang memiliki suara bariton. Ia mengenal siapa laki – laki yang menyanyikan lagu dengan suara beratnya itu. Dia mengenalnya.Perempuan itu adalah Jennie Kim, dia berada di sana sebagai seorang reporter berita milik stasiun televisi pemerintah Australia. Sebuah ID card reporter berita bewarna hijau lumut telah tersemat di saku atas coat-nya, dan ini adalah tugas pertamanya. Jennie Kim ditugasi oleh reporter seniornya untuk menjadi peliput berita di acara milik pemerintah ini.Rencana awalnya, ia memang akan melakukan sesi wawancara saat Komisaris Jenderal Johnson telah tiba, dimana ini merupakan acara penggalangan dana amal yang diperuntukkan untuk para korban ge

  • White Rose Petal   Bedah Teori Skandar Yuk

    Halo~ Mumpung belum waktunya update cerita, ayuk bedah teori yuk ... Mumpung White Rose Petal tinggal beberapa chapter lagi. Kedip-kedip manja, hehehe. Pertanyaan:Apakah Skandar mencintai Charisa? Lalu bagaimana posisi Jennie di hati Skandar? Dan apakah Anak yang dikandung Jennie adalah bayinya Skandar? Jadi Skandar kalau dalam penggambaran karakterku. Dia ini pria yang susah untuk buka hati, tetapi sekali buka hati dia akan berusaha sangat setia... Mungkin yang tahu seberapa baik dan setianya Skandar hanya Jennie dan Charisa saja (Pembaca dan aku juga ‘kan?). Kedua perempuan ini pasti tahu. Hanya saja bedanya mereka ada yang memilih menetap di hati Skandar ada yang memilih untuk pergi. Contoh Jennie. Dulu jika dia memilih untuk bersama Skandar, tidak memilih Stuart pasti tidak menutup kemungkinan Skandar akan menikah dengan Jennie di masa sekarang. P

  • White Rose Petal   Chapter 78 - Home for Skandar

    Congratulations You’ve been blessed with a baby To fill your life with happiness From Hemingway Family “Dari keluarga Hemingway?” Jennie berbalik dan menatap mamanya dengan guratan mata yang nampak terkejut. “Charisa, muridku tadi kesini.” Mamanya mulai bercerita. “Charisa? Charisa Hemingway, istri dari Skandar, Ma?” “Ya, Charisa dan suaminya, tuan Skandar Hemingway.” Dokter Kim termenung mengatakannya. Ia sudah bertemu dengan putri bungsunya di penjara. Yeri, putrinya sudah memberi tahu semuanya. Kini Dokter Kim tahu mengapa antara Jennie, Yeri, Charisa dan tuan Skandar Hemingway itu sangat berkaitan. Mantan kekasih dan otak dari percobaan pemerkosaan. Wanita berjas putih itu merasa sangat bersalah

  • White Rose Petal   Chapter 77 - Mawar Putih

    “Kau itu keong sawah apa kura – kura!” seru James Bloom pada gadis muda di belakangnya. Mereka tengah sedang menuju lobby di perusahaan James. Pria itu tengah melihat jam di ponselnya berulang kali, mereka harus segera kembali ke kantornya di lantai lima perusahaannya. Waktunya semakin menipis. James Bloom terus menghirup udara musim dingin dengan rakus, ibunya akan datang sebentar lagi dan James belum menyiapkan seribu alasan untuk berlaku sok sibuk. James Bloom sedang dalam suasana tidak mood sekarang. Satu hal yang pasti dikarenakan seorang Nancy Hemingway yang sangat – sangat tidak kooperatif. Gadis ini melamar sebagai asisten dari asistennya, tetapi mengapa sekarang James yang merasa ia yang menjadi pihak yang jadi asisten bagi gadis itu? “Berjalan yang cepat Nona Hemingway!” Pria itu berhenti dan langsung berbalik ke belakang, James ingin menceramahi habis – habisan gadis muda yang sejak tadi terus saja berjalan seumpama keong sawah itu. Tetapi

DMCA.com Protection Status