Sheryl memasuki kamarnya dengan perasaan kesal. Bukan hanya sekali Shello tidak melibatkannya dalam misi. Membuat Sheryl merasa bahwa Shello tak memercayainya.
Sheryl membanting tubuhnya ke atas ranjang besar di kamarnya. Dia menggunakan lengannya untuk menutup matanya. Dia memikirkan dirinya yang menjadi aneh.
"Mungkinkah aku hanya kesal karena Shello kembali tak mengajakku dalam misi?" Sheryl menggumam sambil menatap langit-langit kamarnya.
Atau aku cemburu karena Shello akan menggunakan Richard sebagai kekasih sandiwaranya untuk membuat Leonard keluar? batinnya bertanya.
Namun sedetik kemudian Sheryl menggeleng dan menepuk-menepuk keningnya. Merasa menjadi orang bodoh yang berpikir bahwa dirinya mulai menjadi melankolis karena seorang Richard.
Sheryl beranjak dari baringnya hendak menuju kamar mandi. Namun sekilas matanya menangkap bingkai kecil di dekat rak serbaguna.
Foto dirinya dengan Marco dan Shello bersama Leonard yang dipaksa ikut berfoto.
Sheryl mengingat jelas bagaimana dulu dia menyukai Marco. Namun selalu mendapat pengabaian. Dan Marco malah berusaha mendekati Shello.
Dia kembali mengingat Richard yang saat ini hendak dimanfaatkan Shello untuk misi gilanya. Memancing seorang Dowson menggunakan Dowson lain.
Sheryl berdecak kesal. "Cih! Sungguh memusingkan!" Sheryl mengambil bingkai kecil itu dan memasukkannya ke dalam laci.
Dia sangat ingin berendam dan mendinginkan otaknya yang hampir melepuh dengan kejadian hari ini.
Sheryl membuka seluruh pakaiannya dan memakai bathrobe-nya. Dia menuangkan wangi-wangian ke dalam bathup yang mulai terisi air. Mengeluarkan wangi yang begitu menenangkan.
Setelah semua persiapan berendamnya sudah siap. Dia membuka bathrobe meninggalkannya di lantai, lalu melangkah masuk ke dalam bathup.
Rasa hangat menyambutnya dengan aroma therapy yang begitu menenangkan. Sheryl mulai memainkan busa yang memenuhi bathup.
Hingga kegiatannya terhenti karena sebuah ketukan di jendela samping di dekat bathup.
Sheryl melihat bayangan tubuh seorang pria. Lalu suara berat orang itu membetulkan pemikirannya.
Sheryl hendak meraih bathrobenya. Namun pria itu kembali bersuara.
"Tenanglah, Sheryl. Aku tak akan menyakitimu. Aku ke sini untuk menitipkan pesan kepada kakakmu," ujar pria itu.
"Leonard… kau--kah itu?" tanya Sheryl mengerutkan keningnya.
"Ya. Sampaikan pada Shello… aku tak bisa keluar sekalipun dia menggunakan Richard. Aku akan keluar dari persembunyianku jika sudah saatnya," ungkap pria yang diketahui bernama Leonard Dowson.
"Baiklah…," jawab Sheryl. Lalu bayangan pria itu terlihat berbalik.
Namun terhenti dan menoleh. "Katakan padanya juga bahwa; aku merindukannya… dan sangat mencintainya," ujar Leonard lalu benar-benar pergi dari samping jendela kamar mandi Sheryl.
"Ya akan kusampaikan…," gumam Sheryl setelah sempat bergeming. Merasa kakaknya sangat beruntung, begitu dicintai seorang pria seperti Leonard.
Leonard sering mengajarkannya banyak hal. Bahkan kedekatannya tak jarang membuat Shello merajuk saat dulu mereka masih bersama-sama.
Namun Leonard dengan pesonanya sendiri, mampu membuat Shello mengerti akan sikapnya kepada Sheryl. Hanya sebagai bentuk perhatian layaknya seorang adik.
Sheryl terlarut akan kenangan tentang kebersamaannya dengan Leornard dan Marco saat dulu mereka sering berlatih dan berbagi ilmu bersama.
Hingga tak terasa air di dalam bathup-nya telah berubah menjadi dingin. Dia beranjak dari bathup menuju shower untuk membilas dirinya.
Sheryl kembali mengingat kedekatannya dengan Richard saat ini.
Mungkinkah seorang Richard akan memperlakukannya dengan istimewa? Seperti seorang Leonard yang melakukan sesuatu diluar pemikiran Shello. Mengingat keduanya adalah seorang keturunan Dowson.
Bolehkah Sheryl berharap demikian?
Suara ketukan di pintu kamar mandinya terdengar. Suara berisik dari pria yang sejak tadi berputar di dalam pikirannya memanggilnya tak sabaran.
"Black Swan… Mau sampai kapan kau berendam? Keluarlah, atau kau ingin aku yang masuk?" teriak Richard sembarangan.
Membuat Sheryl berdecak kesal namun di dalam hati kecilnya dia merasa senang dengan kedatangan Richard.
"Aku akan membunuhmu jika berani masuk!" ancam Sheryl. Sambil mengenakan bathrobe.
Sheryl keluar menggunakan bathrobe-nya dan mendelik kesal saat melihat wajah menyebalkan Richard berada di balik pintu kamar mandinya.
"Minggir! Sebelum aku menendang masa depanmu!" tukas Sheryl.
Richard menyingkir secara teratur dan menutup pangkal pahanya yang terancam ditendang untuk kedua kalinya oleh Sheryl. Namun tetap menunjukkan seringaian yang menambah kadar ketampanannya.
Melihat Sheryl yang masih merajuk dengan hanya memakai bathrobe. Membuat Richard tak tahan untuk tak memaksa wanita itu agar menatapnya.
"Untuk apa kau ke sini?!" tanya Sheryl ketus. Sambil berjalan ke arah walk in closet.
"Tentu saja untuk tidur," jawab Richard ringan. Menuju ujung ranjang Sheryl yang terdapat sebuah sofa tanpa sandaran.
Dia menahan kedua tangannya ke belakang menumpukannya di atas ranjang menggunakan sikunya. Memerhatikan Sheryl yang memasuki walk in closet untuk memakai baju.
Dalam benaknya berujar…, untuk apa menggunakan baju, jika nanti aku akan membukanya lagi, batin liarnya menyeringai seperti iblis mesum.
Sheryl keluar dari walk in closet dengan pakaian tidurnya yang tipis dan seksi.
"Siapa yang mengizinkanmu untuk tidur di sini?!" tukas Sheryl.
"Kakakmu," jawab Richard.
Sheryl menatap tajam Richard yang menatapnya dengan mesum.
"Tak mungkin Shello mengizinkanmu! Keluar dari kamarku, sebelum aku—"
"Sebelum kau apa, Black Swan?!" Richard mendekat, menarik Sheryl dari belakang dan merengkuh wanita itu.
Dirinya sudah tak tahan, dia meraih tubuh seksi Sheryl. Paha mulus dan dada sintal yang terekspos seolah menggoda Richard untuk memeluk dan menyentuh bagian mulus tersebut.
"Lepaskan!" runtuk Sheryl kesal. Berusaha memberontak. Namun percuma….
"Never! Shello memintaku untuk tak berlaku kasar padamu, namun aku malah semakin gemas saat kau merajuk karena cemburu! Aku rela pelurunya masuk ke dalam tenggorokanku" balas Richard dengan suara yang parau.
Richard merapatkan tubuhnya dengan Sheryl yang berdiri di dekat meja serbaguna mendekati wajah cantik Sheryl yang begitu dikagumi Richard.
Perlahan namun pasti, Richard mendaratkan sebuah ciuman dan menaikkan Sheryl ke atas meja tersebut. Tangannya mengusap turun dari tali tanktop yang digunakan Sheryl. Lalu mendaratkannya di pingggang ramping Sheryl.
Memperdalam ciumannya hingga membuat Sheryl terlarut dan kembali jatuh ke dalam lubang yang sama.
Hasrat yang disalurkan Richard begitu kuat dan sulit untuk ditolak hingga meruntuhkan akal sehat Sheryl. Dan membawa ciuman tersebut semakin panas. Saling meraup dan melumat dengan tergesa. Membawa wanita itu ke ranjang, memangku Sheryl masih dengan pagutan yang semakin panas.
Richard semakin tak tahan dengan sentuhan kasar dari tangan Sheryl yang meremas rambutnya seakan gemas dengan apa yang kini terjadi.
Pagutan yang seakan semakin membakar hasratnya dengan membuka pakaian Sheryl. Seperti apa yang dipikirkannya barusan.
Richard langsung membanting tubuh Sheryl dengan kasar. Meremas semua yang menonjol di tubuh Sheryl.
Namun seakan semua itu tak ada puasnya, Richard menatap Sheryl penuh gairah. Memohon untuk mengizinkannya memasuki kembali dan menyatukan milik mereka yang sudah tak bisa ditahan lagi.
"Izinkan aku Black Swan… Aku janji akan bermain lembut," bisik Richard. Suara parau dan serak terdengar seksi ditelinga Sheryl.
"Touch me like you do, Silver Bullet!" desis Sheryl. Seakan dirinya telah pasrah dan menyerahkan seutuhnya kepada Richard.
Mungkin selama ini Sheryl berusaha menolak setiap ucapan Richard yang menurutnya hanya sebuah candaan. Tak pernah menganggap serius semua itu karena merasa takut.
Dia pernah mencintai seseorang… sangat mencintai pria itu. Namun penolakan terjadi, dan yang membuatnya semakin terpuruk adalah pria tersebut mencintai kakaknya sendiri.
Ingin marah dan membenci kakaknya… namun semua itu bukan salah kakaknya ataupun pria yang mencintai kakaknya. Melainkan salahnya sendiri yang tak bisa menahan perasaannya dan membiarkan perasaan yang sudah dia ketahui tak berbalas terus berkembang.
Hingga dirinya tersadar saat merasa sakitnya sebuah penolakan. Hal tersebut membuatnya membentengi dirinya begitu kuat. Tak membiarkan siapapun untuk mendekat dan menyentuh hatinya lagi.
Namun saat ini… Dia mengizinkan seorang pria yang baru dikenalnya, dalam hitungan bulan. Menyentuh hatinya… memasuki kehidupan pribadinya. Dan… mengambil semua yang berharga dari dirinya.
Seakan semua itu tak cukup… pria yang saat ini tengah menyatukan dirinya itu menghancurkan pertahanannya dengan membuang harga dirinya yang dikenal begitu misterius.
Sheryl merasa lemah di hadapan Richard. Pria yang diakuinya sungguh keturunan seorang Dowson yang begitu dominan.
Genggaman erat dari Richard yang menyatukan dirinya terasa begitu memabukkan dan meng-hipnotis Sheryl untuk terlihat lemah dan hanya bisa menikmati setiap hujaman yang dilakukan Richard.
Milik Richard yang terasa penuh di dalamnya semakin membuatnya terhanyut dan tak ingin segera menyudahi semua itu.
Hingga gesekan yang semakin cepat, membawanya dalam nikmat yang mampu menciptakan desahan yang tak tahan untuk diloloskan.
Richard menciuminya dengan lembut namun tetap menggoyangkan pinggulnya. Tak ingin menghentikannya walau hanya sebentar.
Hingga dirinya hendak menyusul Sheryl dan mempercepat gerakannya. Membawa Sheryl kembali merasakannya. Dan erangan serta desahan bersautan dengan napas yang menderu memenuhi ruang kamar Sheryl.
"Hah… Hah… i love you… black swan. Falling all in you. I promise I'll take care of you," bisik Richard menatap Sheryl.
Tatapan yang berbeda dari sebelumnya... tatapan yang menyiratkan kesungguhan dengan apa yang dikatakannya.
Namun Sheryl tak mudah percaya walau dia sendiri sudah jatuh cinta kepada Richard. Dia meletakkan jari telunjuknya di depan bibir Richard yang begitu dekat dengan bibirnya.
"Jangan mengatakan sebuah janji… aku tak ingin berharap, aku hanya ingin kita menjalaninya sebagaimana waktu mengalir dan membawa kita entah kemana," bisik Sheryl secara gamblang.
Tak ingin ada komitmen, karena dia tak ingin berharap banyak.
"Kenapa? Apa kau tak mencintaiku?Hanya sebatas ingin bersenang-senang denganku?" tanya Richard. Menunjukkan kekhawatirannya.
Dia tak pernah merasa sedalam ini mencintai seseorang, menggilainya hingga dia tak bisa berhenti memikirkan wanita yang berada di dekapannya saat ini.
"Aku pernah mencintai seseorang… namun aku terluka. Aku merasa tak layak dicintai, maka dari itu aku hanya ingin… menjaga hatiku untuk tetap seperti ini. Aku tak ingin terburu-buru menyimpulkan perasaanku. Aku tak ingin terlihat lemah karena cinta. Aku tak ingin kembali dianggap remeh oleh Shello." Sheryl berujar jujur. Menyuarakan hatinya yang masih takut mengungkapkan perasaannya.
"It's okay… I'll wait for you, until you are ready to love." Ucapan Richard yang begitu menenangkan membuat Sheryl bersyukur.
Tak ada paksaan seperti yang biasanya dilakukan Richard sejauh ini.
"Thank you, Silver Bullet. Aku akan memanggilmu begitu. Bolehkah?" tanya Sheryl mendongakkan kepalanya sambil mengelus lengan Richard.
"As you wish, my black swan. Tidurlah…." Richard mengeratkan pelukkan dan mengusap daun telinga Sheryl.
Aku berjanji akan membuatmu percaya bahwa kau layak dicintai… Dan sangat layak mendapatkan cintaku, Sheryl -my black swan-. Richard membatin dan ikut memejamkan matanya.
**
Shello berusaha untuk terlelap setelah melakukan diskusi singkat dengan Richard dan Sheryl. Namun semakin dia memaksakannya, semua itu malah semakin sulit untuk terlelap.Dia gusar dan takut jika rencananya kali ini kembali gagal. Lantas dia terbangun dari baringnya. Sebuah kilat dan angin kencang membuat tirai di pintu balkonnya beterbangan. Sekilas terdapat sebuah siluet tubuh yang sangat dihafalnya."Leon!" desis Shello. Beranjak dari ranjang, berlari menuju balkon kamarnya. Namun bayangan itu seketika hilang.Shello melihat ke bawah dan tak menemukan siapapun yang berlari atau bersembunyi di bawah sana.Shello tersadar akan kebodohannya yang mungkin sedang berhalusinasi akan kehadiran seorang Leonard Dowson.Dia berbalik kembali ke kamarnya dengan lunglai. Sedikit menoleh sebelum dia benar-benar menutup pintunya."Kau sungguh bodoh Shello! Mengharapkan dia kembali!" gumamnya meruntuk.Lalu dia kembali menuju ranjangnya untuk tidur, setel
Richard keluar dari kamar Sheryl dalam keadaan kesal. Hatinya merutuk menyalahkan keanehan dari sikap Sheryl.Richard memilih menceburkan dirinya ke kolam renang yang berada di atap rumah itu. Dia tak peduli jika Shello menganggapnya tamu tak tahu malu dan tak tahu diri karena memakai fasilitas di rumah itu seenaknya.Richard menceburkan dirinya lalu mulai berenang ke ujung dan kembali lagi ke tepi dalam satu tarikan napas. Matanya menatap tajam saat dia melihat Shello memasuki area kolam renang."Kau di sini rupanya?!" Shello menyapa dengan melipat kedua tangan di depan dada.Dengan pakaian serba hitam dan terlihat begitu sempurna melekat di tubuh rampingnya, dengan jaket kulit dan sepatubootseperti milik Sheryl."Aku sedang kesal dengan adikmu. Jadi aku ke sini… Ada apa?" tanya Richard.Dia keluar dari kolam dan mengambil handuk di kursi panjang. Melilitkannya di pinggang, lalu berjalan mendekati Shello.
Terdiam sejenak… Richard mengerjapkan matanya menatap Sheryl yang memilih menunduk karena tak ingin menunjukkan air matanya kepada Richard."Black Swan… look at me! And say again,"pinta Richard. Mengangkat dagu Sheryl untuk menatapnya.Richard mengusap air mata yang mengalir dipipi Sheryl. Tersenyum dan menunggu Sheryl kembali mengucapkan pernyataannya."I love you," cicit Sheryl kembali menunduk tak berani menatap mata Richard.Richard mendekati wajah Sheryl. "What do you say, Black Swan? I can't hear you,"desis Richard. Lalu menyeringai, seakan tak puas jika tak mendengarnya dengan jelas.Sementara Sheryl yang mudah marah, secara tiba-tiba mendongak dan menatapnyalangRichard yang menyeringai. Seolah tahu dirinya sedang dikerjai oleh Richard."Aku mencintaimu! Kau puas?! Kenapa kau suka sekali menggodaku! sungguh menyebalkan!" sergah Sheryl. Berbalik badan berni
Di perjalanan menuju ke kota, Shello terlihat sibuk melihat gps yang dipasang di mobil Sheryl. Setelah membuat adiknya marah, dia takut Sheryl pergi jauh keluar dari German."Kau membentaknya, dan sekarang kau mengkhawatirkannya!" sindir Richard."Bukan hal yang aneh itu terjadi pada adik dan kakak. Jadi menyetir sajalah dengan benar," balas Shello ketus."Hah! Ya ampun... kau bicara seolah sedang menyuruh supirmu! Sebenarnya kau ingin kemana?" tanya Richard sedikit kesal."Terserah kau... anggaplah kau sedang mengajak seorang wanita berkencan. Jadi lakukan hobymu itu!" tukas Shello menatap Richard. Lalu meninggalkan lirikan tajam untuk kembali sibuk memperhatikan Sheryl yang mulai berhenti di sebuah tempat makan."Hah... kau memang menyebalkan!" balas Richard."Yes i am!" jawab Shello singkat tanpa menoleh."Sebenarnya kau tak perlu membentaknya begitu... Bagaimana jika yang dia katakan itu benar?" tanya Richard."Apa kau perc
Pagi yang cerah menyinari ruang kamar Sheryl. Silau dari cahaya itu menyelinap masuk memberikan hangat dan terang secara bersamaan.Sheryl bergerak dalam dekapan Richard. Pria itu sudah memandangi wajah cantik wanitanya selama setengah jam lamanya.Dia bertahan membiarkan lengannya menjadi bantal untuk Sheryl agar tidur dengan nyaman. Dan senyum yang tercetak saat ini menunjukan bahwa Richard menyukai kegiatan manis itu.Memandangi wajah Sheryl saat sedang tidur sungguh menenangkan hati dan pikirannya yang sejak semalam begitu kalut memikirkan hal buruk terjadi pada wanita itu.Sheryl tersenyum dan tersipu malu saat tatapan teduh yang tengah Richard lakukan saat ini membuatnya salah tingkah. Matanya baru saja terbuka dan pemandangan teduh itu menyambutnya sedemikian indah.Bolehkah kedua insan yang sedang jatuh cinta ini menghentikan waktu tepat saat ini juga? Atau setidaknya biarkan mereka menikmati masa indah disaat sebuah cinta baru saja ter
Shello melangkah masuk ke dalam kamar Sheryl. Kedua tangannya dilipat di depan dadanya."Jawabanku tentu tidak. Lagipula… Aku senang tinggal di sini. Walau tak ada siapapun… Namun aku merasa tenang di sini," tutur Shello.Dia menghampiri Sheryl, berdiri di hadapan adiknya. Memberikan sebuah senyuman yang jarang dia berikan karena terlalu keras menjaga Sheryl. Shello meraih kedua tangan Sheryl dan mengusap punggung tangan adiknya menggunakan ibu jarinya."Maafkan aku berkata kasar kemarin. Harusnya aku bisa mempercayaimu. Jika memang Leon memilih untuk tetap bersembunyi… aku akan menunggunya. Dan kau…." Shello menggantung ucapannya.Dia berbalik menatap Richard. Lalu kembali menatap adiknya."Kau tak boleh mengelak ataupun menyembunyikan perasaanmu lagi pada Richard. Kau beruntung bertemu Dowson yang tak ingin berjauhan denganmu. Berbeda dengan Dowsonku." Shello terkekeh mengingat Leonard memang lebih berengsek dibandingk
Tepat pukul duabelas malam. Richard hendak keluar dari kamarnya. Ia membuka pintu secara perlahan agar tak membangunkan Lincone dan Lindsay yang sialnya berada di kiri dan kanan kamarnya.Suara pintu yang berdenyit membuatnya menutup matanya sejenak. Berdoa agar tak membangunkan sang ibu dan bibinya.Dia melangkahkan kakinya dengan berjinjit agar tak menghasilkan suara langkah kakinya di lantai kayu yang menjadi pijakannya.Sial... ibuku sungguh membuatku seperti seorang maling,rutuknya dalam hati.Tapi aku memang hendak mencuri... mencuri wanitaku yang disekap oleh ibuku sendiri!Richard terkekeh sendiri dalam hatinya mengakui bahwa dirinya memang sedang melakukan misi penculikan seorang wanita yang tak lain adalah wanitanya.Lalu Richard mulai mengeluarkan sebuah kunci dari dalam saku celananya. Kunci yang dicuri dari laci nakas Lincone. Saat dia memasangkan bola lampu.Satu kali putaran kunci di pintu kamar Li
"Termasuk dirimu, Black Swan," ucap Richard, sembari menghunuskan tatapannya yang berkilat tajam ke dalam sepasang mata biru milik Sheryl yang sekarang membulat terkejut.-Seketika keadaan menjadi sangat hening, suara hembusan angin terdengar mengusik telinga mereka seperti bisikan yang membuat suara berdengung.Rambut Sheryl sekilas beterbangan searah hembusan angin yang melintas sekilas melewatinya.Richard menyelipkan rambut panjang Sheryl di jari tangan kanannya. Dengan wajah yang begitu dekat, Richard sukses memberikan tatapan yang begitu mengintimidasi."Tapi aku yakin kau tak akan mengkhianatiku 'kan?" Richard menyeringai seraya bertanya meyakinkan diri, sekaligus kembali meneliti raut wajah Sheryl. Yang sangat jelas terlihat sedang menyembunyikan sesuatu.Sheryl berusaha keras menutupi ketakutannya dari tatapan menyelidik yang diberikan Richard. Dia menegakkan dirinya yang tanpa sadar sejak tadi secara perlah
_EPILOG_Richardberdiam menatap pergerakan Sheryl yang sedang sibuk ke sana ke sini. Mencari-cari gaun yang cocok untuk dikenakan wanita itu.Ini adalah salah satu cara Richard untuk tetap bisa berada dekat dengan Sheryl, walau tetap hanya dalam jarak yang tak kurang dari satu meter. Setidaknya, ia masih bisa melihat wanita itu.Di sebuah butik terlaris di kota London tepatnya di kawasan Knightsbridge. Sebuah kawasan pemukiman elit dan retail eksklusif di London barat. Tempat ini disebut sebagai rumah bagi toko-toko mahal dari fashion inggris dan international. Termasuk department store terbesar di inggrisharrodsdan departmentharvey nichols.Bisa dikatakan semua itu sangat berlebihan bagi Sheryl. Namun baik Ibu dan Anak itu tak memikirkan masalah biaya. Apalagi semua ini demi pernikahan mereka… Richard hanya ingin memberikan yang terbaik bagi wanitanya saat ini.Dan
_THE END_ Tiga hari kemudian... Setelah para wanita beraksi meyakinkan Sheryl... Dan mereka mendapatkan kegagalan yang sama. Sheryl sama keras kepalanya dengan Richard. Hingga Kingswell harus kembali turun tangan demi memaksa Sheryl untuk menemui Richard. Sheryl yang merasa berhutang budi kepada Kingswell, terpaksa menuruti perintah Kingswell untuk menemui Richard. Maka dari itu… disinilah Sheryl. Berdiri di hadapan pria yang memunggunginya menatap jendela kaca yang terbuka, membiarkan udara masuk ke dalam kamarnya. Menghembuskan angin ke kulit tubuh liatnya yang tak mengenakan apapun. Begitu juga dengan Sheryl yang melipat kedua tangan di depan dadanya. Merasakan hembusan angin yang bertiup menerpa kulit wajah dan menerbangkan rambut yang digerai ke belakang bahunya. "Richard… aku hanya akan menjelaskannya sekali, kau harus mengerti keadaanku…. Aku-" "Aku mengerti, Sheryl…." Richard memotong ucapan Sheryl. Dia berbalik dan menatap dingin wanita itu. Bagaimana ia tak mara
—44— Sheryl melongo tak percaya melihat Richard yang bertingkah menyebalkan seolah tak terjadi apapun. Ditambah dengan ucapannya yang mampu membuatnya menyesal telah menangisi pria itu beberapa malam terakhir. Sheryl mengedipkan matanya berkali-kali saat Richard menyuruhnya istirahat. "What the he—" "Hei… ini tempatku… kenapa kau bertingkah seolah aku yang menumpang disini?!" tukas Sheryl. Melangkah dengan tergesa mengejar Richard sebelum pria itu menutup pintu kamarnya. Rasanya ia sangat ingin memberikan satu tamparan lagi untuk menyadarkan pria tersebut. “Kau! Sungguh tak tahu malu! Bisa-bisa nya kau bertingkah seolah tak ada yang terjadi, bahkan beberapa menit sebelumnya. Kau datang dan mengungkapkan penyesalanmu. Aku tak percaya jika seperti ini tingkahmu!” Sheryl menukas bertubi-tubi. Hingga tanpa sadar dirinya telah masuk ke dalam kamar dan pintunya sudah ditutup rapat saat Richard memutari dirinya ketika Sheryl menunjuk Richard menggunakan telunjuknya. Lalu pria menyebal
—43—Richard bergegas setelah limosin Jjonathan keluar dari gerbang rumahnya beberapa menit setelahnya.Dia memakai mantel nya dan beranjak keluar menggunakan helikopternya. Membelah langit yang cukup mendung namun tak menyurutkan semangatnya untuk mencari wanitanya.Sialan kau Nathan! Ucapanmu seperti mantra di kepalaku, berputar terus berulang-ulang. membuat telingaku berdengung!batin Richard.Ia mulai mengudara menggunakan helikopter. Dia berniat mencari Sheryl ke Rusia. Tempatnya dulu bermalam saat misi bersama dengan Sheryl untuk pertama kalinya.Richard teringat, setelah kedatangan Jonathan ke rumah. Mengingat pertemuannya dengan Sheryl ketika mereka membantu Jonathan menyerang kakeknya sendiri.Selama beberapa hari ini… bukan Richard tak mencari keberadaan Sheryl… Dia mencarinya, beberapa hari setelah kepergian ayah dan ibunya. Namun Sheryl telah pergi dari kediaman Wilfred di
—Special Part—_From Extra Part 2__Dari novel My Dangerous Secret_Sebuah jasa seorang sahabat, tak akan pernah bisa dibayar dengan uang atau apapun yang berharga di dunia ini. Setiap pengorbanan harus dibayar dengan pengorbanan juga.Sahabat yang tak meminta balas budi. Namun sahabat lainnya ingin membalas budi. Begitu-lah prinsip hidup seorang Jonathan Walz.Dia berhutang banyak kepada Richard. Sahabat konyolnya yang saat ini sedang butuh pertolongannya. Seorang playboy dari London, mulai tersesat oleh perasaan cinta.Membutakan mata dan hatinya. Membuat seorang Dowson menjadi bodoh.Sheryl Calla Wilfred, wanita yang sempat menyamar sebagai David -pengawal pribadi Kingswell-. Nyatanya mampu membuat Richard bertekuk lutut, hingga sebuah pengkhianatan membuat sahabatnya begitu murka.Dan saat ini... Hanya Jonathan yang dibolehkannya masuk ke dalam kamarnya. Karena menu
—42—Richard menatap punggung Sheryl yang berjalan kembali menghampiri keluarganya. Tatapannya begitu lekat hingga dia tak menyadari kehadiran keponakannya yang begitu pandai membaca situasi. Anna memiringkan kepalanya demi mendapat perhatian Richard agar menoleh ke sampingnya tepat di mana ia berdiri sambil bersedekap dada."Aku sungguh heran dengan masalah orang dewasa, jika memang tak bisa melepaskan orang yang dicintainya. Mengapa harus dipaksakan untuk berpisah?!" sindiran Anna kali ini sukses membuat Richard menoleh.Dengan tatapan sinis Richard memicingkan matanya kepada Anna yang menatap Sheryl."Hei... Anak kecil, tahu apa tentang urusan orang dewasa?!" tukas Richard."Aku tahu. Karena selama ini, daddy Leon dan ibuku... Tak pernah bersikap seperti kedua orang tua temanku yang lain. Mereka hanya saling menjaga untuk membuatku berpikir bahwa mereka adalah orang tuaku.""L
-41-Beberapa bulan sebelumnya....Marco mengetuk sebuah pintu apartemen sederhana milik dua orang wanita paruh baya yang begitu dihormatinya.Karena di dalam sana tinggallah seorang ibu dan bibi yang memilih hidup sederhana dan menyembunyikan identitas asli mereka yang sebenarnya. Jauh sebelum mereka menikah dan memiliki anak.Bel pintu ditekan sebanyak dua kali, lalu tak lama suara dari sambutan wanita yang dirindukannya terdengar meminta Marco untuk menunggu sebentar."Hah... siapa lagi yang datang. Yang satu pergi dan yang lain akan datang, kapan hidupku akan tenang jika seperti ini!"Terdengar gerutuan suara wanita paruh baya yang menggerutu, lalu membukakan pintu untuk Marco masuk."Mom...," panggil Marco. Lalu memeluk ibunya sambil mengusap punggung wanita paruh baya itu."Hah... ternyata kau, kenapa baru datang setelah semuanya pergi?!"
—40—Richard, Sheryl dan Shello mengikuti langkah Rebecca yang tergesa walau tertatih-tatih mereka bergegas menuju ruang bawah tanah yang terdapat di perpustakaan dan memiliki lantai kayu yang menjadi pintu rahasia ruangan penyekapannya selama ini.Setibanya mereka di ruang penyekapan..., bau lembab mulai tercium... hawa udara yang sungguh tak layak terasa di kulit mereka. Penerangan seadanya dengan dinding bercat gelap dan lantai semen yang berdebu menunjukkan ketidak layakan tempat tersebut untuk ditinggali oleh manusia.Cahaya lampu dari luar terlihat menyinari di bagian sudut ruangan, yang terdapat Sergio sedang berdiri sambil memegang sebuah remote bertombol merah. Dinding yang telah dihancurkan menggunakan bom yang sudah di pasang oleh Sergio di dalam keadaan genting seperti ini. Adalah satu-satunya alternatif jalan untuknya melarikan diri.Saat turun dari ruang pribadinya... ia berkata kepada Leonard dan Marco akan meng
-39-"Why are you silent, Black Swan? Are you surprised to see me so real?"tanya Richard.______Richard berjalan mendekati Sheryl yang masih enggan menatap ke dalam matanya. Dia tahu wanita di hadapannya itu menjadi canggung dan segan setelah apa yang dilakukan kepadanya.Richard berdiri menjulang di hadapan Sheryl. "Look at me Black Swan...,"perintah Richard. Namun wanita itu tetap menunduk dan malah menggeleng sampai seketika air matanya menetes serta getaran dibahunya mulai terlihat karena tangisnya yang semakin kuat.Richard menaikkan dagu Sheryl, mendongakkan kepala wanitanya. Melihat air mata yang keluar dan mengalir dipipi mulusnya."Kau menyesalinya?" tanya Richard berbisik.Sambil mengusap air mata Sheryl. Menangkup pipinya, lalu menelusupkan jari tangannya ke rambut