Sheryl menahan pergerakkan Richard yang hendak menanyakan langsung apa yang dikatakan Shello tentang Dowson yang sulit dia temukan.
Sheryl menggeleng, "aku akan menanyakannya pada Marco nanti. Percuma jika kau bertanya sekarang kepada Shello… dia tak akan memberitahumu," bisik Sheryl.
"Kalian sedang apa?!" tanya Shello tiba-tiba muncul di hadapan Richard dan Sheryl. Dia memicingkan matanya menyelidik.
Membuat keduanya terkejut dan menjadi salah tingkah.
"Aku… sedang merayu adikmu!" jawab Richard ringan. Sambil menoel dagu Sheryl dan menyeringai tipis.
Shello menatap tajam Richard.
"Di sini bukan tempat untuk berbuat mesum! Berhenti menggodanya! Dan kau Sheryl…." tatapan Shello beralih kepada Sheryl, "jangan menjadi murah karena dia seorang Dowson. Kau tak tahu apa yang bisa dilakukannya untuk mematahkan hatimu!" tukas Shello dan berlalu meninggalkan tatapan tajam menusuk kepada Richard.
Richard menarik lengan Shello, menatapnya dengan selidik… seolah tak tahan ingin bertanya ada apa dengan nama belakang ayahnya. Karena selalu ada penekanan disetiap kali Shello mengucapkannya.
Mulut Richard hendak membuka suara, namun sentuhan lembut tangan Sheryl menghentikannya.
Shello menghempaskan tangan dari genggaman Richard dengan kasar.
"Jangan menyentuhku kalau kau tak ingin mengalami patah tulang!" sentak Shello.
Richard mengangkat kedua tangannya ke udara.
"Ehm… sudahlah kalian. Ayo makan dulu, setelah itu kita bicarakan misi kita," ajak Sheryl. Dia berusaha melerai Richard dan Shello yang sama-sama keras kepala dan sulit untuk mengalah.
Shello melirik Richard sebelum berbalik ke meja makan. "Apa dia akan makan dalam keadaan seperti ini?!" tukas Shello.
"Ya… apa kau terganggu?!" goda Richard. Meletakkan kedua tangannya di pinggang.
"Aku sudah memberikan baju, tapi dia tak ingin memakainya!" jawab Sheryl, lalu dia menatap Richard, "cepat pakai baju yang tadi kuberikan!" desis Sheryl.
Sembari mendorong Richard kembali ke atas menuju ke kamarnya. Memberikan cubitan kecil di pinggang pria itu. Namun bukan membuat Richard kesakitan. Melainkan merasa geli karena Sheryl memberikan cubitan yang teramat kecil.
"Black swan, hentikan!" runtuk Richard menahan tangan Sheryl yang jahil.
Sheryl tertawa puas, dan tak mengindahkan peringatan Richard. Membuat Richard terpaksa menggendong Sheryl ke atas punggungnya.
"Kau akan menerima hukuman karena berani menggodaku!" ancam Richard.
"Hei! Turunkan aku! Kau curang…!" racau Sheryl. Lalu dia tertawa karena Richard menggelitik telapak kakinya.
"Ahahaha… hentikan itu!" sergah Sheryl.
"Rasakan ini! Berani menggodaku! Hah?!" balas Richard.
Suara tawa mereka semakin menjauh dan mengecil di pendengaran Shello. Dia berpikir sejenak di kursi meja makan.
Sebahagia itukah Sheryl bersama si Dowson konyol yang satu ini?! batinnya bertanya. Shello kembali mengingat bagaimana dulu saat pertemuan pertamanya dengan pria yang dicintainya di masa lalu.
Pria yang dingin dan irit bicara. Berbanding terbalik dengan Richard yang bisa membuat adiknya tertawa lepas seperti sekarang.
Shello tersadar dari lamunannya saat suara cekikikan dari Richard dan Sheryl mendekat. Dia menatap keduanya yang tiba di ruang makan.
Mata Shello menatap tajam Richard yang mengenakan baju milik seseorang dari masa lalunya.
Sheryl merasakan tatapan tersebut. Lantas dia menjelaskan sebelum ditanya.
"Tak ada pakaian lain selain itu," kata Sheryl kepada Shello.
"Aku tak bertanya apapun!" Shello berucap acuh mengalihkan tatapannya. Walau yang sebenarnya… Dia melihat bayangan lain dari Richard karena mengenakan baju tersebut.
"Tatapanmu yang bertanya," balas Sheryl tak mau kalah. Dia masih kesal dengan Shello yang menurutnya keterlaluan karena sudah membuat punggung Richard terluka akibat menjalankan tantangan dari Shello.
"Hei sudahlah… kalian jangan bertengkar. Apa kita tak jadi makan?" tanya Richard sekaligus melerai.
Shello dan Sheryl mengalihkan tatapan tajam mereka.
"Well… kita berdoa sebelum menyantap hidangan ini," ujar Shello. Lalu dia memimpin doa, merentangkan kedua tangannya dan disambut oleh Richard dan Sheryl yang juga bergenggaman tangan hingga tersambung.
-
Setelah mengenyangkan perut mereka. Shello mengajak Richard dan Sheryl untuk berdiskusi mengenai kasus yang sudah ditutup kepolisian selama bertahun-tahun lamanya.
Mereka yang mengalami hal sama yaitu kehilangan orang tua yang disayangi mereka.
"Menurut berita terakhir… kecelakaan di dua tempat berbeda namun dalam satu waktu yang sama. Menewaskan ayahmu di London. Dan kedua orang tua kami di Paris," terang Shello sembari membuka file dokumen lembaran koran lama yang sudah dikumpulkan menjadi satu dengan rapi.
Richard memerhatikan potongan koran yang mengabarkan berita kematian tiga orang berpengaruh di dunia bisnis.
Di dalam koran itu mengatakan mobil yang dikenali adalah milik Dowson dan Wilfred mengalami kecelakaan tunggal, mobil keduanya dikatakan meledak secara mendadak di sebuah terowongan saat tengah malam di saat lalu lintas lenggang.
Tubuh ketiga korban terbakar hingga tak dikenali lagi bentuk rupanya seperti apa. Namun hasil visum DNA dari mayat yang terbakar hangus menyatakan… itu milik Mitchell Wick Dowson dan Rebecca Calla Wilfred serta Marshello Wilfred.
Tanpa sadar Richard meremas kumpulan file penting itu dengan kedua tangannya. Membuat Sheryl menghentikannya.
Sheryl menggenggam tangan Richard dan mengelusnya. Menatap Richard dengan lembut. Hingga membuat pria itu menghentikan remasannya pada lembaran file tersebut.
"Maaf. Aku hanya…."
"It's okay, Richard. I know what you feel," tutur Sheryl. Menatap lembut Richard yang berusaha meredakan amarahnya jika mengingat kematian ayahnya.
"Ya… karena kami merasakan apa yang kau rasakan juga. Karena itu… aku menyetujui permintaan Sheryl, untuk membawamu bergabung dengan kami," ujar Shello.
"Baiklah… kalau begitu apa rencana kalian?" tanya Richard. Walau tatapannya tak teralihkan dari artikel di koran bekas tersebut.
"Aku ingin mencari jejak sepupumu, Dowson lainnya. Banyak hal yang dia ketahui dari penyelidikannya selama ini. Aku pernah mencari tahu semua ini dengannya. Kami sempat mendapat titik terang… namun sehari sebelum aku menemuinya… Dia menghilang!" tandas Shello.
Richard mengerutkan keningnya… begitu juga dengan Sheryl. Sheryl tahu orang yang dimaksud Shello, tapi dia tak mengetahui adanya kejadian tersebut. Pasalnya saat itu terjadi… Sheryl sedang berada di London. Karena sudah menjadi pengawal Kingswell selama dua tahun.
"Sebenarnya siapa yang kau bicarakan? Sepupuku yang mana? Selama ini aku hanya mengenal sepupu dari keluarga ibuku," ujar Richard.
"Dia… keponakan ayahmu -Leonard Dowson-. Anak dari pamanmu. Lebih tepatnya kakak dari ayahmu," ungkap Shello.
"Ya… si wajah datar tanpa ekspresi yang membuatmu jatuh cinta!" tukas Sheryl.
Shello menatap tajam Sheryl yang berceloteh seenaknya di depan Richard.
"Well… kemana kita harus mencarinya?" tanya Richard.
"Aku tak tahu dimana dia. Tapi dengan adanya dirimu… kurasa dia akan keluar dari persembunyiannya," ujar Shello.
"Apa maksudmu Shello? Kau ingin menggunakan Richard sebagai pendampingmu?" tanya Sheryl memastikan.
"Ya." Shello menjawab singkat. Sambil memerhatikan postur tubuh Richard dari atas sampai ke bawah.
"Jadi… kita harus memulainya dari mana?" tanya Sheryl.
"Bukan kita. Tapi hanya aku dan Richard," ungkap Shello menggantung.
Membuat Richard mengerutkan keningnya.
"Apa maksudmu Shello?!" tanya Richard.
Sheryl terlihat cemberut mendengar rencana kakaknya yang tak ingin melibatkannya dalam misi.
"Kita hanya perlu berjalan-jalan sejenak. Aku yakin dia memantau pergerakanku. Dan kurasa dia akan keluar jika aku berjalan bersamamu," ungkap Shello.
"Kau ingin membuatnya cemburu?" tanya Sheryl.
"Ya… dia berkata, tak ada yang bisa menggantikan dirinya selain seorang Dowson. Itu kata-kata terakhirnya sebelum dia menghilang meninggalkanku," ungkap Shello.
"Lalu? Apa dia mengenalku?"
"Dia akan mengenalmu… dia akan mencari tahu semuanya secara detail," ujar Shello. Menatap Richard yang tampak berpikir.
Lalu tatapannya beralih kepada Sheryl. Adiknya terlihat tak menyukai rencananya barusan.
"Aku tak akan merebut priamu, Sheryl. Tenanglah...," ujar Shello. Karena melihat aura kecemburuan diraut wajah Sheryl.
"Cih… terserah kau dan dia ingin bagaimana!" tandas Sheryl.
Richard dan Shello menatapnya penuh selidik. Lalu tersenyum mencurigakan.
"Kenapa kalian menatapku begitu?" tukas Sheryl.
Shello menggerakkan kepalanya kepada Richard. Menyuruh Richard membujuk adiknya.
Richard mendekati Sheryl, meraih tangannya dan mengusapkan ibu jarinya di punggung tangan wanita itu, dengan mata yang menatap lembut ke dalam manik biru langit Sheryl.
"Tenanglah… aku tak akan menjadi pria berengsek yang berpaling pada kakakmu hanya karena kebersamaan," ujar Richard serius.
Sheryl menghempaskan tangan. "Apa yang kau bicarakan?! Jangan terlalu percaya diri bahwa aku menyukaimu!" sentak Sheryl mengelak. Menatap mata Richard begitu tajam. Lalu dia mengalihkan tatapannya kepada Shello.
"Kalian lanjutkan saja perencanaan kalian. Aku tak ikut bukan? Aku ingin istirahat saja!" Sheryl hendak beranjak dari ruangan tersebut.
Namun Richard menahan lengannya, mereka saling menatap untuk sejenak.
"I'm yours, Black Swan. And you're mine. Remember it!" desis Richard.
Sheryl tersenyum. "Really?" tanyanya mendapat anggukan dari Richard.
"It's true," jawab Richard.
"Oh. . . I was very impressed," puji Sheryl tersenyum tipis. Membuat Richard ikut tersenyum.
Namun sedetik kemudian wajahnya berubah menjadi dingin. "But, i dont care!" tandas Sheryl menghempaskan genggaman Richard dengan kasar. Dan berlalu meninggalkan ruangan tersebut.
Sedikit membanting pintunya hingga terdengar bunyi bedebum.
Richard tak berbalik badan sedikitpun saat Sheryl melewati dan menyenggol bahunya dengan kasar. Dia malah terkekeh seakan senang dengan perlakuan Sheryl padanya.
"Hei… bujuk dia," pinta Shello.
"Nanti saja… biarkan dia merajuk. Kita lanjutkan misi kita dulu," ujar Richard.
"Hah! Aku tahu akan begini jika dia sudah memakai hatinya. Dan kau… Jangan pernah berniat mempermainkannya. Aku akan membunuhmu!" tukas Shello.
"Ck! Sekedar informasi… aku tak pernah merasa seyakin ini mengejar seorang wanita. She's very interesting. And I'm falling in love with her," ujar Richard dengan yakin dan berani menatap mata Shello. Seolah menunjukkan bahwa dia mengatakan kebenaran dari apa yang dia rasakan.
"Bagus kalau begitu… tapi aku tetap akan memantaumu… jadi jangan sampai kau melukainya!" ancam Shello.
"Siap kakak ipar!" seru Richard.
"Cih! Hentikan itu… aku sungguh jijik mendengarnya!" sergah Shello.
"Oh ayolah kakak ipar… jangan begitu terhadapku. Kau harus terbiasa dengan panggilan itu," goda Richard.
"Jika kau terus memanggilku begitu. Aku tak akan merestui!" ancam Shello.
"Kalau begitu aku akan membawa lari adikmu yang sexy itu…," balas Richard. Sambil membayangkan tubuh indah Sheryl menunjukkan wajah mesumnya yang tetap terlihat tampan.
Namun seketika… dia menghentikan kekehannya saat sebuah moncong pistol terarah kepadanya.
"Jika kau berani menyentuhnya dengan kasar! Aku akan membenamkan peluruku ke dalam tenggorokanmu!" ancam Shello.
"Ops…! Semoga aku tak kelepasan!" gumam Richard.
Suara tarikan pelatuk menghentikan kekehan Richard.
"Wow! Slowly, Shello… aku hanya bergurau," ujar Richard mengangkat kedua tangannya ke udara.
Shello menurunkan senjatanya walau tatapannya tetap terarah kepada Richard.
"Nah… Begitu baru bagus… lagipula jika kau menembakku, kau akan kehilangan kesempatan mendapatkan adik ipar tampan sepertiku!" celetuk Richard.
Membuat Shello kembali menaikkan pistolnya, namun Richard dengan cepat merebut dan membalikkan posisi.
Richard menyeringai saat dia berhasil merebut pistol dari tangan Shello dan mengarahkannya kepada wanita itu.
"Too slow, Shello… kau harus banyak belajar!" ejek Richard menyeringai.
Shello terdiam mengatupkan rahangnya menahan kesal.
"Kita lanjutkan besok... Selamat malam, Shello." Richard berlalu dari ruangan itu meninggalkan tatapan tajam kepada Shello.
**
Sheryl memasuki kamarnya dengan perasaan kesal. Bukan hanya sekali Shello tidak melibatkannya dalam misi. Membuat Sheryl merasa bahwa Shello tak memercayainya.Sheryl membanting tubuhnya ke atas ranjang besar di kamarnya. Dia menggunakan lengannya untuk menutup matanya. Dia memikirkan dirinya yang menjadi aneh."Mungkinkah aku hanya kesal karena Shello kembali tak mengajakku dalam misi?" Sheryl menggumam sambil menatap langit-langit kamarnya.Atau aku cemburu karena Shello akan menggunakan Richard sebagai kekasih sandiwaranya untuk membuat Leonard keluar?batinnya bertanya.Namun sedetik kemudian Sheryl menggeleng dan menepuk-menepuk keningnya. Merasa menjadi orang bodoh yang berpikir bahwa dirinya mulai menjadi melankolis karena seorang Richard.Sheryl beranjak dari baringnya hendak menuju kamar mandi. Namun sekilas matanya menangkap bingkai kecil di dekat rak serbaguna.Foto dirinya dengan Marco dan Shello bersama Leonard yang dipaksa
Shello berusaha untuk terlelap setelah melakukan diskusi singkat dengan Richard dan Sheryl. Namun semakin dia memaksakannya, semua itu malah semakin sulit untuk terlelap.Dia gusar dan takut jika rencananya kali ini kembali gagal. Lantas dia terbangun dari baringnya. Sebuah kilat dan angin kencang membuat tirai di pintu balkonnya beterbangan. Sekilas terdapat sebuah siluet tubuh yang sangat dihafalnya."Leon!" desis Shello. Beranjak dari ranjang, berlari menuju balkon kamarnya. Namun bayangan itu seketika hilang.Shello melihat ke bawah dan tak menemukan siapapun yang berlari atau bersembunyi di bawah sana.Shello tersadar akan kebodohannya yang mungkin sedang berhalusinasi akan kehadiran seorang Leonard Dowson.Dia berbalik kembali ke kamarnya dengan lunglai. Sedikit menoleh sebelum dia benar-benar menutup pintunya."Kau sungguh bodoh Shello! Mengharapkan dia kembali!" gumamnya meruntuk.Lalu dia kembali menuju ranjangnya untuk tidur, setel
Richard keluar dari kamar Sheryl dalam keadaan kesal. Hatinya merutuk menyalahkan keanehan dari sikap Sheryl.Richard memilih menceburkan dirinya ke kolam renang yang berada di atap rumah itu. Dia tak peduli jika Shello menganggapnya tamu tak tahu malu dan tak tahu diri karena memakai fasilitas di rumah itu seenaknya.Richard menceburkan dirinya lalu mulai berenang ke ujung dan kembali lagi ke tepi dalam satu tarikan napas. Matanya menatap tajam saat dia melihat Shello memasuki area kolam renang."Kau di sini rupanya?!" Shello menyapa dengan melipat kedua tangan di depan dada.Dengan pakaian serba hitam dan terlihat begitu sempurna melekat di tubuh rampingnya, dengan jaket kulit dan sepatubootseperti milik Sheryl."Aku sedang kesal dengan adikmu. Jadi aku ke sini… Ada apa?" tanya Richard.Dia keluar dari kolam dan mengambil handuk di kursi panjang. Melilitkannya di pinggang, lalu berjalan mendekati Shello.
Terdiam sejenak… Richard mengerjapkan matanya menatap Sheryl yang memilih menunduk karena tak ingin menunjukkan air matanya kepada Richard."Black Swan… look at me! And say again,"pinta Richard. Mengangkat dagu Sheryl untuk menatapnya.Richard mengusap air mata yang mengalir dipipi Sheryl. Tersenyum dan menunggu Sheryl kembali mengucapkan pernyataannya."I love you," cicit Sheryl kembali menunduk tak berani menatap mata Richard.Richard mendekati wajah Sheryl. "What do you say, Black Swan? I can't hear you,"desis Richard. Lalu menyeringai, seakan tak puas jika tak mendengarnya dengan jelas.Sementara Sheryl yang mudah marah, secara tiba-tiba mendongak dan menatapnyalangRichard yang menyeringai. Seolah tahu dirinya sedang dikerjai oleh Richard."Aku mencintaimu! Kau puas?! Kenapa kau suka sekali menggodaku! sungguh menyebalkan!" sergah Sheryl. Berbalik badan berni
Di perjalanan menuju ke kota, Shello terlihat sibuk melihat gps yang dipasang di mobil Sheryl. Setelah membuat adiknya marah, dia takut Sheryl pergi jauh keluar dari German."Kau membentaknya, dan sekarang kau mengkhawatirkannya!" sindir Richard."Bukan hal yang aneh itu terjadi pada adik dan kakak. Jadi menyetir sajalah dengan benar," balas Shello ketus."Hah! Ya ampun... kau bicara seolah sedang menyuruh supirmu! Sebenarnya kau ingin kemana?" tanya Richard sedikit kesal."Terserah kau... anggaplah kau sedang mengajak seorang wanita berkencan. Jadi lakukan hobymu itu!" tukas Shello menatap Richard. Lalu meninggalkan lirikan tajam untuk kembali sibuk memperhatikan Sheryl yang mulai berhenti di sebuah tempat makan."Hah... kau memang menyebalkan!" balas Richard."Yes i am!" jawab Shello singkat tanpa menoleh."Sebenarnya kau tak perlu membentaknya begitu... Bagaimana jika yang dia katakan itu benar?" tanya Richard."Apa kau perc
Pagi yang cerah menyinari ruang kamar Sheryl. Silau dari cahaya itu menyelinap masuk memberikan hangat dan terang secara bersamaan.Sheryl bergerak dalam dekapan Richard. Pria itu sudah memandangi wajah cantik wanitanya selama setengah jam lamanya.Dia bertahan membiarkan lengannya menjadi bantal untuk Sheryl agar tidur dengan nyaman. Dan senyum yang tercetak saat ini menunjukan bahwa Richard menyukai kegiatan manis itu.Memandangi wajah Sheryl saat sedang tidur sungguh menenangkan hati dan pikirannya yang sejak semalam begitu kalut memikirkan hal buruk terjadi pada wanita itu.Sheryl tersenyum dan tersipu malu saat tatapan teduh yang tengah Richard lakukan saat ini membuatnya salah tingkah. Matanya baru saja terbuka dan pemandangan teduh itu menyambutnya sedemikian indah.Bolehkah kedua insan yang sedang jatuh cinta ini menghentikan waktu tepat saat ini juga? Atau setidaknya biarkan mereka menikmati masa indah disaat sebuah cinta baru saja ter
Shello melangkah masuk ke dalam kamar Sheryl. Kedua tangannya dilipat di depan dadanya."Jawabanku tentu tidak. Lagipula… Aku senang tinggal di sini. Walau tak ada siapapun… Namun aku merasa tenang di sini," tutur Shello.Dia menghampiri Sheryl, berdiri di hadapan adiknya. Memberikan sebuah senyuman yang jarang dia berikan karena terlalu keras menjaga Sheryl. Shello meraih kedua tangan Sheryl dan mengusap punggung tangan adiknya menggunakan ibu jarinya."Maafkan aku berkata kasar kemarin. Harusnya aku bisa mempercayaimu. Jika memang Leon memilih untuk tetap bersembunyi… aku akan menunggunya. Dan kau…." Shello menggantung ucapannya.Dia berbalik menatap Richard. Lalu kembali menatap adiknya."Kau tak boleh mengelak ataupun menyembunyikan perasaanmu lagi pada Richard. Kau beruntung bertemu Dowson yang tak ingin berjauhan denganmu. Berbeda dengan Dowsonku." Shello terkekeh mengingat Leonard memang lebih berengsek dibandingk
Tepat pukul duabelas malam. Richard hendak keluar dari kamarnya. Ia membuka pintu secara perlahan agar tak membangunkan Lincone dan Lindsay yang sialnya berada di kiri dan kanan kamarnya.Suara pintu yang berdenyit membuatnya menutup matanya sejenak. Berdoa agar tak membangunkan sang ibu dan bibinya.Dia melangkahkan kakinya dengan berjinjit agar tak menghasilkan suara langkah kakinya di lantai kayu yang menjadi pijakannya.Sial... ibuku sungguh membuatku seperti seorang maling,rutuknya dalam hati.Tapi aku memang hendak mencuri... mencuri wanitaku yang disekap oleh ibuku sendiri!Richard terkekeh sendiri dalam hatinya mengakui bahwa dirinya memang sedang melakukan misi penculikan seorang wanita yang tak lain adalah wanitanya.Lalu Richard mulai mengeluarkan sebuah kunci dari dalam saku celananya. Kunci yang dicuri dari laci nakas Lincone. Saat dia memasangkan bola lampu.Satu kali putaran kunci di pintu kamar Li
_EPILOG_Richardberdiam menatap pergerakan Sheryl yang sedang sibuk ke sana ke sini. Mencari-cari gaun yang cocok untuk dikenakan wanita itu.Ini adalah salah satu cara Richard untuk tetap bisa berada dekat dengan Sheryl, walau tetap hanya dalam jarak yang tak kurang dari satu meter. Setidaknya, ia masih bisa melihat wanita itu.Di sebuah butik terlaris di kota London tepatnya di kawasan Knightsbridge. Sebuah kawasan pemukiman elit dan retail eksklusif di London barat. Tempat ini disebut sebagai rumah bagi toko-toko mahal dari fashion inggris dan international. Termasuk department store terbesar di inggrisharrodsdan departmentharvey nichols.Bisa dikatakan semua itu sangat berlebihan bagi Sheryl. Namun baik Ibu dan Anak itu tak memikirkan masalah biaya. Apalagi semua ini demi pernikahan mereka… Richard hanya ingin memberikan yang terbaik bagi wanitanya saat ini.Dan
_THE END_ Tiga hari kemudian... Setelah para wanita beraksi meyakinkan Sheryl... Dan mereka mendapatkan kegagalan yang sama. Sheryl sama keras kepalanya dengan Richard. Hingga Kingswell harus kembali turun tangan demi memaksa Sheryl untuk menemui Richard. Sheryl yang merasa berhutang budi kepada Kingswell, terpaksa menuruti perintah Kingswell untuk menemui Richard. Maka dari itu… disinilah Sheryl. Berdiri di hadapan pria yang memunggunginya menatap jendela kaca yang terbuka, membiarkan udara masuk ke dalam kamarnya. Menghembuskan angin ke kulit tubuh liatnya yang tak mengenakan apapun. Begitu juga dengan Sheryl yang melipat kedua tangan di depan dadanya. Merasakan hembusan angin yang bertiup menerpa kulit wajah dan menerbangkan rambut yang digerai ke belakang bahunya. "Richard… aku hanya akan menjelaskannya sekali, kau harus mengerti keadaanku…. Aku-" "Aku mengerti, Sheryl…." Richard memotong ucapan Sheryl. Dia berbalik dan menatap dingin wanita itu. Bagaimana ia tak mara
—44— Sheryl melongo tak percaya melihat Richard yang bertingkah menyebalkan seolah tak terjadi apapun. Ditambah dengan ucapannya yang mampu membuatnya menyesal telah menangisi pria itu beberapa malam terakhir. Sheryl mengedipkan matanya berkali-kali saat Richard menyuruhnya istirahat. "What the he—" "Hei… ini tempatku… kenapa kau bertingkah seolah aku yang menumpang disini?!" tukas Sheryl. Melangkah dengan tergesa mengejar Richard sebelum pria itu menutup pintu kamarnya. Rasanya ia sangat ingin memberikan satu tamparan lagi untuk menyadarkan pria tersebut. “Kau! Sungguh tak tahu malu! Bisa-bisa nya kau bertingkah seolah tak ada yang terjadi, bahkan beberapa menit sebelumnya. Kau datang dan mengungkapkan penyesalanmu. Aku tak percaya jika seperti ini tingkahmu!” Sheryl menukas bertubi-tubi. Hingga tanpa sadar dirinya telah masuk ke dalam kamar dan pintunya sudah ditutup rapat saat Richard memutari dirinya ketika Sheryl menunjuk Richard menggunakan telunjuknya. Lalu pria menyebal
—43—Richard bergegas setelah limosin Jjonathan keluar dari gerbang rumahnya beberapa menit setelahnya.Dia memakai mantel nya dan beranjak keluar menggunakan helikopternya. Membelah langit yang cukup mendung namun tak menyurutkan semangatnya untuk mencari wanitanya.Sialan kau Nathan! Ucapanmu seperti mantra di kepalaku, berputar terus berulang-ulang. membuat telingaku berdengung!batin Richard.Ia mulai mengudara menggunakan helikopter. Dia berniat mencari Sheryl ke Rusia. Tempatnya dulu bermalam saat misi bersama dengan Sheryl untuk pertama kalinya.Richard teringat, setelah kedatangan Jonathan ke rumah. Mengingat pertemuannya dengan Sheryl ketika mereka membantu Jonathan menyerang kakeknya sendiri.Selama beberapa hari ini… bukan Richard tak mencari keberadaan Sheryl… Dia mencarinya, beberapa hari setelah kepergian ayah dan ibunya. Namun Sheryl telah pergi dari kediaman Wilfred di
—Special Part—_From Extra Part 2__Dari novel My Dangerous Secret_Sebuah jasa seorang sahabat, tak akan pernah bisa dibayar dengan uang atau apapun yang berharga di dunia ini. Setiap pengorbanan harus dibayar dengan pengorbanan juga.Sahabat yang tak meminta balas budi. Namun sahabat lainnya ingin membalas budi. Begitu-lah prinsip hidup seorang Jonathan Walz.Dia berhutang banyak kepada Richard. Sahabat konyolnya yang saat ini sedang butuh pertolongannya. Seorang playboy dari London, mulai tersesat oleh perasaan cinta.Membutakan mata dan hatinya. Membuat seorang Dowson menjadi bodoh.Sheryl Calla Wilfred, wanita yang sempat menyamar sebagai David -pengawal pribadi Kingswell-. Nyatanya mampu membuat Richard bertekuk lutut, hingga sebuah pengkhianatan membuat sahabatnya begitu murka.Dan saat ini... Hanya Jonathan yang dibolehkannya masuk ke dalam kamarnya. Karena menu
—42—Richard menatap punggung Sheryl yang berjalan kembali menghampiri keluarganya. Tatapannya begitu lekat hingga dia tak menyadari kehadiran keponakannya yang begitu pandai membaca situasi. Anna memiringkan kepalanya demi mendapat perhatian Richard agar menoleh ke sampingnya tepat di mana ia berdiri sambil bersedekap dada."Aku sungguh heran dengan masalah orang dewasa, jika memang tak bisa melepaskan orang yang dicintainya. Mengapa harus dipaksakan untuk berpisah?!" sindiran Anna kali ini sukses membuat Richard menoleh.Dengan tatapan sinis Richard memicingkan matanya kepada Anna yang menatap Sheryl."Hei... Anak kecil, tahu apa tentang urusan orang dewasa?!" tukas Richard."Aku tahu. Karena selama ini, daddy Leon dan ibuku... Tak pernah bersikap seperti kedua orang tua temanku yang lain. Mereka hanya saling menjaga untuk membuatku berpikir bahwa mereka adalah orang tuaku.""L
-41-Beberapa bulan sebelumnya....Marco mengetuk sebuah pintu apartemen sederhana milik dua orang wanita paruh baya yang begitu dihormatinya.Karena di dalam sana tinggallah seorang ibu dan bibi yang memilih hidup sederhana dan menyembunyikan identitas asli mereka yang sebenarnya. Jauh sebelum mereka menikah dan memiliki anak.Bel pintu ditekan sebanyak dua kali, lalu tak lama suara dari sambutan wanita yang dirindukannya terdengar meminta Marco untuk menunggu sebentar."Hah... siapa lagi yang datang. Yang satu pergi dan yang lain akan datang, kapan hidupku akan tenang jika seperti ini!"Terdengar gerutuan suara wanita paruh baya yang menggerutu, lalu membukakan pintu untuk Marco masuk."Mom...," panggil Marco. Lalu memeluk ibunya sambil mengusap punggung wanita paruh baya itu."Hah... ternyata kau, kenapa baru datang setelah semuanya pergi?!"
—40—Richard, Sheryl dan Shello mengikuti langkah Rebecca yang tergesa walau tertatih-tatih mereka bergegas menuju ruang bawah tanah yang terdapat di perpustakaan dan memiliki lantai kayu yang menjadi pintu rahasia ruangan penyekapannya selama ini.Setibanya mereka di ruang penyekapan..., bau lembab mulai tercium... hawa udara yang sungguh tak layak terasa di kulit mereka. Penerangan seadanya dengan dinding bercat gelap dan lantai semen yang berdebu menunjukkan ketidak layakan tempat tersebut untuk ditinggali oleh manusia.Cahaya lampu dari luar terlihat menyinari di bagian sudut ruangan, yang terdapat Sergio sedang berdiri sambil memegang sebuah remote bertombol merah. Dinding yang telah dihancurkan menggunakan bom yang sudah di pasang oleh Sergio di dalam keadaan genting seperti ini. Adalah satu-satunya alternatif jalan untuknya melarikan diri.Saat turun dari ruang pribadinya... ia berkata kepada Leonard dan Marco akan meng
-39-"Why are you silent, Black Swan? Are you surprised to see me so real?"tanya Richard.______Richard berjalan mendekati Sheryl yang masih enggan menatap ke dalam matanya. Dia tahu wanita di hadapannya itu menjadi canggung dan segan setelah apa yang dilakukan kepadanya.Richard berdiri menjulang di hadapan Sheryl. "Look at me Black Swan...,"perintah Richard. Namun wanita itu tetap menunduk dan malah menggeleng sampai seketika air matanya menetes serta getaran dibahunya mulai terlihat karena tangisnya yang semakin kuat.Richard menaikkan dagu Sheryl, mendongakkan kepala wanitanya. Melihat air mata yang keluar dan mengalir dipipi mulusnya."Kau menyesalinya?" tanya Richard berbisik.Sambil mengusap air mata Sheryl. Menangkup pipinya, lalu menelusupkan jari tangannya ke rambut