Richard dan Marco mulai melangkahkan kakinya menginjak bagian lorong jebakan tersebut. Keduanya berusaha untuk tiba lebih dulu agar memenangkan tantangan dari Shello.
Pertarungan tak dapat terhindari. Keduanya berusaha menahan lawannya agar tidak tiba lebih dulu.
Mereka saling mengadu keahlian memukul dan meninju wajah dan bagian tubuh lainnya. Saat keduanya mencapai titik tengah dengan aman. Tanpa menjatuhkan sebuah benda yang akan mengaktifkan tanda bahaya dan mengeluarkan laser mematikan.
Hingga Marco yang sangat ingin menang, mengeluarkan sebuah belati dari balik jaketnya. Dia menodongkannya kepada Richard.
Richard menepisnya hingga belati tersebut terlepas dari tangan Marco. Beruntung Richard begitu cepat menangkap belati tersebut. Dan membuat pria asal London itu menyeringai.
Richard mulai menyerang menggunakan belati Marco hingga sebuah goresan tersampir di lengan Marco.
"Rasakan itu bodoh!" cerca Richard.
"Dasar bajingan tengik!" balas Marco dan menepak tangan Richard yang memegang belati.
Belati terlepas dari tangan Richard, dan Marco membiarkannya terjatuh.
"Dasar bajingan bodoh!" runtuk Richard geram.
Mereka berdua serentak melompat demi menghindari sorotan laser yang telah aktif karena bunyi belati yang jatuh. Lalu beberapa sinar laser menyenter ke tengah.
Richard dan Marco berusaha melompat menghindari laser yang mulai menyenter ke tengah. Mereka lalu berdiri di bagian yang tak terkena sorotan sinar laser.
Sorotan sinar laser berwarna merah itu terus berganti arah menyilang dan membentuk horizontal serta vertikal.
Richard dan Marco kembali melanjutkan pertarungan mereka yang semakin sengit. Keduanya bukan hanya berusaha untuk tiba di ujung -yang terdapat Shello di dalamnya-. Melainkan mereka juga sambil berusaha menghindari sorotan tak beraturan dari sinar laser tersebut.
Marco berada lebih unggul satu langkah di depan Richard. Namun pria Inggris itu tak mudah menyerah begitu saja. Dia berusaha melangkah dan menahan pergerakkan Marco.
Namun Marco yang terlalu berambisi ingin memenangkan pertarungan tersebut. Mendorong Richard saat sorotan laser datang dari arah start menyilang membentuk huruf X.
Sheryl yang melihat hal tersebut segera mengambil tameng yang tersedia di sisi kiri sebelum melewati tempat itu.
Lalu dengan gerakan berlutut dia meluncur memasuki area jebakan laser. Melewati sorotan X dengan menunduk.
Lalu menendang kaki Richard yang tepat saat itu baru saja berbalik. Membuat Richard jatuh di atas tubuhnya. Sheryl memeluk Richard untuk menutupi punggung Richard dengan tameng yang dia bawa, agar tak mengenai bagian tubuh Richard.
Saat hal itu terjadi… keduanya saling menatap seolah berbicara. -Seperti sebuah ungkapan i love you namun bukan itu maksud tatapan Sheryl-. Dia hanya menyorotkan betapa Sheryl rela menghadapi bahaya demi melindungi Richard.
"Thank you, Black Swan," ujar Richard.
Lalu melemparkan belati ke arah Marco dan tepat mengenai kakinya. Marco yang saat itu tengah melakukan gerakan yang sama dengan Sheryl. Tak bisa menghindari belati yang meluncur ke arahnya. Hingga belati itu melukai kaki kanannya.
Richard dan Sheryl menggunakan kesempatan itu untuk menyerang dan melewati Marco.
Mereka menekan pundak Marco untuk melompat dan juga menolong Marco untuk menunduk agar terhindar dari sorotan laser dari arah garis finish.
"Kau sungguh memaksaku melakukan kecurangan ini!" sergah Sheryl sempat-sempatnya berkata demikian sambil terus melompat, merapat ke dinding untuk menghindari sorotan laser.
"Hei… kau membuatku kesal dan tak bisa berkonsentrasi karena kau menciumnya!" protes Richard.
"Aku melakukannya untuk membuatmu cemburu agar kau bertekad untuk menang! Kau ini bodoh atau apa?!" sanggah Sheryl membela diri.
"Kau sengaja melakukan itu?!" tanya Richard tak percaya.
"Hah! Aku tak mau mengulang kata-kataku barusan!" tukas Sheryl.
"Hei… apa kalian sudah selesai?" tanya Marco. Dia sudah berdiri sambil melemparkan belati ke arah Sheryl.
Sontak membuat Richard mendorong Sheryl untuk menghindari belati yang melintas dan melewatinya tanpa menggores. Namun sorotan vertikal dari laser tersebut membuat Sheryl menarik Richard hingga menempel dengan tubuhnya ke dinding.
Sayangnya hal tersebut tetap saja mengenai bagian belakang tubuh Richard. Hingga pria itu memekik perih.
"Argh!!"
"Richard?!" seru Sheryl memeluk erat Richard.
"Ya ampun… kalian sungguh romantis!" seru Marco. Hendak melewati Richard dan Sheryl.
Namun Richard masih sempat mengeluarkan pistol, dan menembak betis kanan Marco.
Pria Spanyol itu berlutut kesakitan. Richard menarik Sheryl untuk bergegas mencapai pintu. Menahan perih dari luka bakar di punggungnya.
Sheryl menekan tombol merah di sisi kiri, membuka bagian ujung lorong itu. Sorotan laser datang dari arah start membentuk bintang (*) yang tak lagi dapat dihindari.
Richard mengulurkan tangannya untuk Marco. Kali ini dia bersungguh-sungguh menolong pria licik itu. Marco meraih genggaman tangan Richard, lalu Richard menariknya tepat sebelum pintu di hadapannya benar-benar tertutup rapat.
Sedetik saja Richard terlambat menarik Marco… mungkin saja orang tersebut sudah hangus terbakar karena sorotan sinar laser itu.
Permainan selesai, seluruh pintu kembali terbuka. Shello muncul dari arah dimana Richard dan yang lain memulai. Dia melangkah maju menuju bagian tengah lorong tersebut.
"Apa-apaan ini Shello?!" sergah Sheryl.
"Aku senang kalian berhasil melewati rintangan ini dan tetap saling membantu," ujar Shello ringan. Seolah semua itu biasa saja.
"Kenapa kau ada di sana?!" bentak Sheryl. Memapah Richard untuk mendekati Shello.
"Aku hanya menguji mereka… apa itu salah?" tanya Shello.
"Kau sungguh sudah menjadi gila Shello! Kau hampir membunuh kami! Lihatlah Richard dan Marco. Mereka terluka… kau ingin membuat kami saling membunuh?!" bentak Sheryl.
Dia sungguh kesal dan tak dapat menerima perbuatan Shello yang menurutnya sudah sangat keterlaluan.
"Aku hanya ingin melihat…. Bagaimana kalian saling menjaga. Dan Richard membuktikannya. Dia menjagamu dan menolong Marco. Aku rasa… Semua itu cukup membuktikan bahwa dia sungguh seorang Dowson sejati!" tutur Sheryl.
"It's bullshit!" bentak Sheryl dan membawa Richard pergi dari ruang bawah tanah.
Mengajak Richard ke kamarnya yang dulu, untuk mengobati luka bakar di punggung Richard. Walau hanya sedikit... namun Sheryl yakin itu cukup menyiksa dan membuat Richard tak bisa tidur terlentang.
***
"Argh! Pelan-pelan!" runtuk Richard untuk kesekian kalinya.
"Ini sudah selesai! Kau ini tak bisa menahan sebentar saja!" tukas Sheryl.
Sebenarnya wanita itu sungguh tak tega melihat luka Richard.
"Hei! Aku mendapatkan ini karena melindungimu! Harusnya kau berterima kasih! Bukan memarahiku!" balas Richard.
"Siapa suruh kau begitu bodoh!"
Richard bangun dari terlungkupnya. Duduk dan mendekati wajah Sheryl yang merah padam.
"Kenapa wajahmu merah?!" tanya Richard. Berniat menggoda Sheryl.
"Aku masih kesal dengan Shello!" jawab Sheryl berdusta.
"Oh ya? Bukan karena… kau malu bersamaku dalam keadaan setengah telanjang?" goda Richard.
Sheryl mengetuk kepala Richard dengan perban gulung.
"Otakmu yang mesum terlalu banyak bermimpi!" ketus Sheryl hendak berdiri untuk menjauh dari Richard.
Karena tebakan Richard begitu tepat. Sheryl merasa gugup memandang tubuh liat Richard dari jarak yang begitu dekat.
Dalam hatinya berkata, benar-kah tubuh ini yang pagi tadi kusentuh?
Sheryl berusaha mengenyahkan pikiran bodohnya itu selagi mengobati punggung Richard barusan. Dan mungkin hal itu membuat wajahnya memerah karena menahan malu.
Richard menarik tangan Sheryl hingga wajah mereka kembali berhadapan begitu dekat membuat hidung mancung keduanya saling menyentuh.
"Aku tersentuh saat kau melakukan pertolongan tadi. Rasanya aku sangat ingin menciummu saat itu juga!" bisik Richard dengan suaranya yang tercipta begitu seksi.
Keduanya saling menatap mata lalu turun ke bibir lawannya. Hingga Richard menekan tengkuk Sheryl dan mencium wanita itu. Melumatnya dengan perlahan dan sensual… seakan menggoda Sheryl untuk membalas ciuman.
Namun sayang… kali ini Sheryl tak membalas pagutan tersebut. Melainkan menggigit bibir Richard, hingga membuat pemiliknya memekik kesakitan.
"Argh! Damn!" umpat Richard, "kau sungguh tega Black Swan!"
"Aku masih marah denganmu! Jadi jangan harap mendapatkan balasan manis dariku!" tukas Sheryl.
Kali ini dia benar-benar beranjak untuk meletakkan obat p3k.
"Pakailah baju itu… setelah itu turunlah... kita harus membuat perhitungan dengan Shello," perintah Sheryl.
"Baju siapa ini?" tanya Richard menyelidik. Mengerutkan kening sambil membolak-balik baju tersebut.
Mengingat Sheryl dan Shello seorang wanita. Dan baju itu terlalu stylish untuk seorang ayah.
"Mantan kakakku! Aku sengaja mengambilnya, aku ingin membuatnya marah."
"Hah! Kembalikan ke tempatnya!" Richard melemparkan kembali baju yang diberikan Sheryl.
"Kenapa?!"
"Jangan melanjutkan kekesalanmu. Shello melakukan hal ini karena dia menyayangimu. Dia melindungimu dengan caranya. Dia tak ingin kau terjebak denganku," tutur Richard.
"Kau tak mengerti dia, Richard. Dia menyamaratakan keberengsekan mantannya kepada semua pria. Termasuk Marco. Walau Marco memang berengsek!" runtuk Sheryl.
"Dan kau bodoh…," cetus Richard.
"Apa kau bilang?!" sanggah Sheryl tak terima.
"Kau bodoh karena sempat menyukai Marco. Sekali melihat… Aku sudah tahu bahwa dia seorang penipu ulung! Bajingan bodoh yang hanya dijadikan pion catur oleh seseorang!" tutur Richard.
"Dari mana kau tahu semua itu?"
Richard berdiri dari ranjang mendekati Sheryl yang berdiri di ambang pintu.
"Hanya menebak… Ayo kita lihat apa yang kakakmu sajikan untuk tamu istimewanya," ajak Richard begitu yakin.
"Siapa tamu istimewanya?" Sheryl meruntuki mulutnya yang mengeluarkan pertanyaan bodoh.
"Aku… bukan-kah aku seorang Dowson. Dan kalian sangat menghormati si Dowson yang telah tiada," ucap Richard begitu ringan.
Sheryl menggelengkan kepalanya, bagaimana bisa ada anak seperti Richard. Mengejek ayahnya yang sudah meninggal itu sungguh tak sopan.
"C'mon Black Swan… punggungku sudah tak apa. Jangan mencemaskannya lagi," ujar Richard.
"Cih! Siapa yang mencemaskannya! Kau terlalu per—"
Richard membungkam mulut Sheryl saat mereka hendak menuruni tangga.
Suara Shello terdengar sedang bicara dengan Marco.
"Dia seorang Dowson… sedangkan kau siapa? Lebih baik kau pergi sebelum aku melakukan cara keras!" sergah Shello.
"Baiklah… hari ini aku akan pergi. Tapi besok aku akan datang lagi!" tukas Marco.
"Terserah! Jika kau tetap ingin mati ditanganku! Jangan membuatku kesal. Aku tahu apa yang kau lakukan padanya!" sergah Shello.
"Aku hanya membantunya pergi. Dia yang memintaku!" jawab Marco membela diri.
"Kau tetap salah jika membantu seorang Dowson untuk melarikan diri! Membuatku kesulitan mencarinya!"
Dowson lain? Pikir Richard. Menatap Sheryl yang juga mengerutkan keningnya.
Apa mungkin aku memiliki saudara? batin Richard bertanya.
**
Sheryl menahan pergerakkan Richard yang hendak menanyakan langsung apa yang dikatakan Shello tentang Dowson yang sulit dia temukan.Sheryl menggeleng, "aku akan menanyakannya pada Marco nanti. Percuma jika kau bertanya sekarang kepada Shello… dia tak akan memberitahumu," bisik Sheryl."Kalian sedang apa?!" tanya Shello tiba-tiba muncul di hadapan Richard dan Sheryl. Dia memicingkan matanya menyelidik.Membuat keduanya terkejut dan menjadi salah tingkah."Aku… sedang merayu adikmu!" jawab Richard ringan. Sambil menoel dagu Sheryl dan menyeringai tipis.Shello menatap tajam Richard."Di sini bukan tempat untuk berbuat mesum! Berhenti menggodanya! Dan kau Sheryl…." tatapan Shello beralih kepada Sheryl, "jangan menjadi murah karena dia seorang Dowson. Kau tak tahu apa yang bisa dilakukannya untuk mematahkan hatimu!" tukas Shello dan berlalu meninggalkan tatapan tajam menusuk kepada Richard.Richard menarik lengan Shello, menatapnya dengan selidi
Sheryl memasuki kamarnya dengan perasaan kesal. Bukan hanya sekali Shello tidak melibatkannya dalam misi. Membuat Sheryl merasa bahwa Shello tak memercayainya.Sheryl membanting tubuhnya ke atas ranjang besar di kamarnya. Dia menggunakan lengannya untuk menutup matanya. Dia memikirkan dirinya yang menjadi aneh."Mungkinkah aku hanya kesal karena Shello kembali tak mengajakku dalam misi?" Sheryl menggumam sambil menatap langit-langit kamarnya.Atau aku cemburu karena Shello akan menggunakan Richard sebagai kekasih sandiwaranya untuk membuat Leonard keluar?batinnya bertanya.Namun sedetik kemudian Sheryl menggeleng dan menepuk-menepuk keningnya. Merasa menjadi orang bodoh yang berpikir bahwa dirinya mulai menjadi melankolis karena seorang Richard.Sheryl beranjak dari baringnya hendak menuju kamar mandi. Namun sekilas matanya menangkap bingkai kecil di dekat rak serbaguna.Foto dirinya dengan Marco dan Shello bersama Leonard yang dipaksa
Shello berusaha untuk terlelap setelah melakukan diskusi singkat dengan Richard dan Sheryl. Namun semakin dia memaksakannya, semua itu malah semakin sulit untuk terlelap.Dia gusar dan takut jika rencananya kali ini kembali gagal. Lantas dia terbangun dari baringnya. Sebuah kilat dan angin kencang membuat tirai di pintu balkonnya beterbangan. Sekilas terdapat sebuah siluet tubuh yang sangat dihafalnya."Leon!" desis Shello. Beranjak dari ranjang, berlari menuju balkon kamarnya. Namun bayangan itu seketika hilang.Shello melihat ke bawah dan tak menemukan siapapun yang berlari atau bersembunyi di bawah sana.Shello tersadar akan kebodohannya yang mungkin sedang berhalusinasi akan kehadiran seorang Leonard Dowson.Dia berbalik kembali ke kamarnya dengan lunglai. Sedikit menoleh sebelum dia benar-benar menutup pintunya."Kau sungguh bodoh Shello! Mengharapkan dia kembali!" gumamnya meruntuk.Lalu dia kembali menuju ranjangnya untuk tidur, setel
Richard keluar dari kamar Sheryl dalam keadaan kesal. Hatinya merutuk menyalahkan keanehan dari sikap Sheryl.Richard memilih menceburkan dirinya ke kolam renang yang berada di atap rumah itu. Dia tak peduli jika Shello menganggapnya tamu tak tahu malu dan tak tahu diri karena memakai fasilitas di rumah itu seenaknya.Richard menceburkan dirinya lalu mulai berenang ke ujung dan kembali lagi ke tepi dalam satu tarikan napas. Matanya menatap tajam saat dia melihat Shello memasuki area kolam renang."Kau di sini rupanya?!" Shello menyapa dengan melipat kedua tangan di depan dada.Dengan pakaian serba hitam dan terlihat begitu sempurna melekat di tubuh rampingnya, dengan jaket kulit dan sepatubootseperti milik Sheryl."Aku sedang kesal dengan adikmu. Jadi aku ke sini… Ada apa?" tanya Richard.Dia keluar dari kolam dan mengambil handuk di kursi panjang. Melilitkannya di pinggang, lalu berjalan mendekati Shello.
Terdiam sejenak… Richard mengerjapkan matanya menatap Sheryl yang memilih menunduk karena tak ingin menunjukkan air matanya kepada Richard."Black Swan… look at me! And say again,"pinta Richard. Mengangkat dagu Sheryl untuk menatapnya.Richard mengusap air mata yang mengalir dipipi Sheryl. Tersenyum dan menunggu Sheryl kembali mengucapkan pernyataannya."I love you," cicit Sheryl kembali menunduk tak berani menatap mata Richard.Richard mendekati wajah Sheryl. "What do you say, Black Swan? I can't hear you,"desis Richard. Lalu menyeringai, seakan tak puas jika tak mendengarnya dengan jelas.Sementara Sheryl yang mudah marah, secara tiba-tiba mendongak dan menatapnyalangRichard yang menyeringai. Seolah tahu dirinya sedang dikerjai oleh Richard."Aku mencintaimu! Kau puas?! Kenapa kau suka sekali menggodaku! sungguh menyebalkan!" sergah Sheryl. Berbalik badan berni
Di perjalanan menuju ke kota, Shello terlihat sibuk melihat gps yang dipasang di mobil Sheryl. Setelah membuat adiknya marah, dia takut Sheryl pergi jauh keluar dari German."Kau membentaknya, dan sekarang kau mengkhawatirkannya!" sindir Richard."Bukan hal yang aneh itu terjadi pada adik dan kakak. Jadi menyetir sajalah dengan benar," balas Shello ketus."Hah! Ya ampun... kau bicara seolah sedang menyuruh supirmu! Sebenarnya kau ingin kemana?" tanya Richard sedikit kesal."Terserah kau... anggaplah kau sedang mengajak seorang wanita berkencan. Jadi lakukan hobymu itu!" tukas Shello menatap Richard. Lalu meninggalkan lirikan tajam untuk kembali sibuk memperhatikan Sheryl yang mulai berhenti di sebuah tempat makan."Hah... kau memang menyebalkan!" balas Richard."Yes i am!" jawab Shello singkat tanpa menoleh."Sebenarnya kau tak perlu membentaknya begitu... Bagaimana jika yang dia katakan itu benar?" tanya Richard."Apa kau perc
Pagi yang cerah menyinari ruang kamar Sheryl. Silau dari cahaya itu menyelinap masuk memberikan hangat dan terang secara bersamaan.Sheryl bergerak dalam dekapan Richard. Pria itu sudah memandangi wajah cantik wanitanya selama setengah jam lamanya.Dia bertahan membiarkan lengannya menjadi bantal untuk Sheryl agar tidur dengan nyaman. Dan senyum yang tercetak saat ini menunjukan bahwa Richard menyukai kegiatan manis itu.Memandangi wajah Sheryl saat sedang tidur sungguh menenangkan hati dan pikirannya yang sejak semalam begitu kalut memikirkan hal buruk terjadi pada wanita itu.Sheryl tersenyum dan tersipu malu saat tatapan teduh yang tengah Richard lakukan saat ini membuatnya salah tingkah. Matanya baru saja terbuka dan pemandangan teduh itu menyambutnya sedemikian indah.Bolehkah kedua insan yang sedang jatuh cinta ini menghentikan waktu tepat saat ini juga? Atau setidaknya biarkan mereka menikmati masa indah disaat sebuah cinta baru saja ter
Shello melangkah masuk ke dalam kamar Sheryl. Kedua tangannya dilipat di depan dadanya."Jawabanku tentu tidak. Lagipula… Aku senang tinggal di sini. Walau tak ada siapapun… Namun aku merasa tenang di sini," tutur Shello.Dia menghampiri Sheryl, berdiri di hadapan adiknya. Memberikan sebuah senyuman yang jarang dia berikan karena terlalu keras menjaga Sheryl. Shello meraih kedua tangan Sheryl dan mengusap punggung tangan adiknya menggunakan ibu jarinya."Maafkan aku berkata kasar kemarin. Harusnya aku bisa mempercayaimu. Jika memang Leon memilih untuk tetap bersembunyi… aku akan menunggunya. Dan kau…." Shello menggantung ucapannya.Dia berbalik menatap Richard. Lalu kembali menatap adiknya."Kau tak boleh mengelak ataupun menyembunyikan perasaanmu lagi pada Richard. Kau beruntung bertemu Dowson yang tak ingin berjauhan denganmu. Berbeda dengan Dowsonku." Shello terkekeh mengingat Leonard memang lebih berengsek dibandingk
_EPILOG_Richardberdiam menatap pergerakan Sheryl yang sedang sibuk ke sana ke sini. Mencari-cari gaun yang cocok untuk dikenakan wanita itu.Ini adalah salah satu cara Richard untuk tetap bisa berada dekat dengan Sheryl, walau tetap hanya dalam jarak yang tak kurang dari satu meter. Setidaknya, ia masih bisa melihat wanita itu.Di sebuah butik terlaris di kota London tepatnya di kawasan Knightsbridge. Sebuah kawasan pemukiman elit dan retail eksklusif di London barat. Tempat ini disebut sebagai rumah bagi toko-toko mahal dari fashion inggris dan international. Termasuk department store terbesar di inggrisharrodsdan departmentharvey nichols.Bisa dikatakan semua itu sangat berlebihan bagi Sheryl. Namun baik Ibu dan Anak itu tak memikirkan masalah biaya. Apalagi semua ini demi pernikahan mereka… Richard hanya ingin memberikan yang terbaik bagi wanitanya saat ini.Dan
_THE END_ Tiga hari kemudian... Setelah para wanita beraksi meyakinkan Sheryl... Dan mereka mendapatkan kegagalan yang sama. Sheryl sama keras kepalanya dengan Richard. Hingga Kingswell harus kembali turun tangan demi memaksa Sheryl untuk menemui Richard. Sheryl yang merasa berhutang budi kepada Kingswell, terpaksa menuruti perintah Kingswell untuk menemui Richard. Maka dari itu… disinilah Sheryl. Berdiri di hadapan pria yang memunggunginya menatap jendela kaca yang terbuka, membiarkan udara masuk ke dalam kamarnya. Menghembuskan angin ke kulit tubuh liatnya yang tak mengenakan apapun. Begitu juga dengan Sheryl yang melipat kedua tangan di depan dadanya. Merasakan hembusan angin yang bertiup menerpa kulit wajah dan menerbangkan rambut yang digerai ke belakang bahunya. "Richard… aku hanya akan menjelaskannya sekali, kau harus mengerti keadaanku…. Aku-" "Aku mengerti, Sheryl…." Richard memotong ucapan Sheryl. Dia berbalik dan menatap dingin wanita itu. Bagaimana ia tak mara
—44— Sheryl melongo tak percaya melihat Richard yang bertingkah menyebalkan seolah tak terjadi apapun. Ditambah dengan ucapannya yang mampu membuatnya menyesal telah menangisi pria itu beberapa malam terakhir. Sheryl mengedipkan matanya berkali-kali saat Richard menyuruhnya istirahat. "What the he—" "Hei… ini tempatku… kenapa kau bertingkah seolah aku yang menumpang disini?!" tukas Sheryl. Melangkah dengan tergesa mengejar Richard sebelum pria itu menutup pintu kamarnya. Rasanya ia sangat ingin memberikan satu tamparan lagi untuk menyadarkan pria tersebut. “Kau! Sungguh tak tahu malu! Bisa-bisa nya kau bertingkah seolah tak ada yang terjadi, bahkan beberapa menit sebelumnya. Kau datang dan mengungkapkan penyesalanmu. Aku tak percaya jika seperti ini tingkahmu!” Sheryl menukas bertubi-tubi. Hingga tanpa sadar dirinya telah masuk ke dalam kamar dan pintunya sudah ditutup rapat saat Richard memutari dirinya ketika Sheryl menunjuk Richard menggunakan telunjuknya. Lalu pria menyebal
—43—Richard bergegas setelah limosin Jjonathan keluar dari gerbang rumahnya beberapa menit setelahnya.Dia memakai mantel nya dan beranjak keluar menggunakan helikopternya. Membelah langit yang cukup mendung namun tak menyurutkan semangatnya untuk mencari wanitanya.Sialan kau Nathan! Ucapanmu seperti mantra di kepalaku, berputar terus berulang-ulang. membuat telingaku berdengung!batin Richard.Ia mulai mengudara menggunakan helikopter. Dia berniat mencari Sheryl ke Rusia. Tempatnya dulu bermalam saat misi bersama dengan Sheryl untuk pertama kalinya.Richard teringat, setelah kedatangan Jonathan ke rumah. Mengingat pertemuannya dengan Sheryl ketika mereka membantu Jonathan menyerang kakeknya sendiri.Selama beberapa hari ini… bukan Richard tak mencari keberadaan Sheryl… Dia mencarinya, beberapa hari setelah kepergian ayah dan ibunya. Namun Sheryl telah pergi dari kediaman Wilfred di
—Special Part—_From Extra Part 2__Dari novel My Dangerous Secret_Sebuah jasa seorang sahabat, tak akan pernah bisa dibayar dengan uang atau apapun yang berharga di dunia ini. Setiap pengorbanan harus dibayar dengan pengorbanan juga.Sahabat yang tak meminta balas budi. Namun sahabat lainnya ingin membalas budi. Begitu-lah prinsip hidup seorang Jonathan Walz.Dia berhutang banyak kepada Richard. Sahabat konyolnya yang saat ini sedang butuh pertolongannya. Seorang playboy dari London, mulai tersesat oleh perasaan cinta.Membutakan mata dan hatinya. Membuat seorang Dowson menjadi bodoh.Sheryl Calla Wilfred, wanita yang sempat menyamar sebagai David -pengawal pribadi Kingswell-. Nyatanya mampu membuat Richard bertekuk lutut, hingga sebuah pengkhianatan membuat sahabatnya begitu murka.Dan saat ini... Hanya Jonathan yang dibolehkannya masuk ke dalam kamarnya. Karena menu
—42—Richard menatap punggung Sheryl yang berjalan kembali menghampiri keluarganya. Tatapannya begitu lekat hingga dia tak menyadari kehadiran keponakannya yang begitu pandai membaca situasi. Anna memiringkan kepalanya demi mendapat perhatian Richard agar menoleh ke sampingnya tepat di mana ia berdiri sambil bersedekap dada."Aku sungguh heran dengan masalah orang dewasa, jika memang tak bisa melepaskan orang yang dicintainya. Mengapa harus dipaksakan untuk berpisah?!" sindiran Anna kali ini sukses membuat Richard menoleh.Dengan tatapan sinis Richard memicingkan matanya kepada Anna yang menatap Sheryl."Hei... Anak kecil, tahu apa tentang urusan orang dewasa?!" tukas Richard."Aku tahu. Karena selama ini, daddy Leon dan ibuku... Tak pernah bersikap seperti kedua orang tua temanku yang lain. Mereka hanya saling menjaga untuk membuatku berpikir bahwa mereka adalah orang tuaku.""L
-41-Beberapa bulan sebelumnya....Marco mengetuk sebuah pintu apartemen sederhana milik dua orang wanita paruh baya yang begitu dihormatinya.Karena di dalam sana tinggallah seorang ibu dan bibi yang memilih hidup sederhana dan menyembunyikan identitas asli mereka yang sebenarnya. Jauh sebelum mereka menikah dan memiliki anak.Bel pintu ditekan sebanyak dua kali, lalu tak lama suara dari sambutan wanita yang dirindukannya terdengar meminta Marco untuk menunggu sebentar."Hah... siapa lagi yang datang. Yang satu pergi dan yang lain akan datang, kapan hidupku akan tenang jika seperti ini!"Terdengar gerutuan suara wanita paruh baya yang menggerutu, lalu membukakan pintu untuk Marco masuk."Mom...," panggil Marco. Lalu memeluk ibunya sambil mengusap punggung wanita paruh baya itu."Hah... ternyata kau, kenapa baru datang setelah semuanya pergi?!"
—40—Richard, Sheryl dan Shello mengikuti langkah Rebecca yang tergesa walau tertatih-tatih mereka bergegas menuju ruang bawah tanah yang terdapat di perpustakaan dan memiliki lantai kayu yang menjadi pintu rahasia ruangan penyekapannya selama ini.Setibanya mereka di ruang penyekapan..., bau lembab mulai tercium... hawa udara yang sungguh tak layak terasa di kulit mereka. Penerangan seadanya dengan dinding bercat gelap dan lantai semen yang berdebu menunjukkan ketidak layakan tempat tersebut untuk ditinggali oleh manusia.Cahaya lampu dari luar terlihat menyinari di bagian sudut ruangan, yang terdapat Sergio sedang berdiri sambil memegang sebuah remote bertombol merah. Dinding yang telah dihancurkan menggunakan bom yang sudah di pasang oleh Sergio di dalam keadaan genting seperti ini. Adalah satu-satunya alternatif jalan untuknya melarikan diri.Saat turun dari ruang pribadinya... ia berkata kepada Leonard dan Marco akan meng
-39-"Why are you silent, Black Swan? Are you surprised to see me so real?"tanya Richard.______Richard berjalan mendekati Sheryl yang masih enggan menatap ke dalam matanya. Dia tahu wanita di hadapannya itu menjadi canggung dan segan setelah apa yang dilakukan kepadanya.Richard berdiri menjulang di hadapan Sheryl. "Look at me Black Swan...,"perintah Richard. Namun wanita itu tetap menunduk dan malah menggeleng sampai seketika air matanya menetes serta getaran dibahunya mulai terlihat karena tangisnya yang semakin kuat.Richard menaikkan dagu Sheryl, mendongakkan kepala wanitanya. Melihat air mata yang keluar dan mengalir dipipi mulusnya."Kau menyesalinya?" tanya Richard berbisik.Sambil mengusap air mata Sheryl. Menangkup pipinya, lalu menelusupkan jari tangannya ke rambut