Share

Ternyata

Penulis: Dentik
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-14 21:21:28

Aiden dan Dea terbangun ketika mendengar suara alarm. Dengan mata yang masih berat Dea mematikan alarm yang berada dimeja sampingnya. Aiden memilih untuk melanjutkan tidurnya dan Dea mengcek-ucek matanya, setelah puas dia bergegas kekamar mandi. Ketika Dea selesai mandi dia melihat Aiden masih tertidur pulas dibalik selimut berwarna cream. Dea mengambil ponselnya yang berada dinakas samping ranjang untuk menelpon Toni. butuh beberapa waktu sampai teleponitu dijawab oleh Toni,

"Hallo." Suara serak Toni yang baru bangun tidur. Mata Dea memutar bola matanya ketika mendengar suara serak Toni. 

"Nih bocah bisa-bisanya masih tidur," batin Dea. 

"Habis ini kita berangkat, jangan lupa sarapan," ucap Dea. 

"Eh!? Non Dea?, aduh Non masih ngantuk banget saya, " keluh Toni yang kaget karena tidak menyangka majikannnya yang menelponnya. 

"Sekarang masih jam 7 pagi, jam 8 kita berangkat, cepet siap-siap, lanjut tidur," ujar Dea yang langsung

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • When I Start (Indonesia)   Siapa yang menyangka

    Aiden berangkat kekantor dengan pak Lastro, ketika didalam mobil. "Pak nanti tolong ambil uang dibank ya," perintah Aiden pada pak Lastro. "Iya Tuan," setuju pak Lastro. "Ini, Bapak udah tau kan?" tanya Aiden yang menyerahkan rekening pada pak Lastro. "Iya Tuan, permisi," kata pak Lastro dengan sopan mengambil rekening dari Aiden. "Nanti kita pulang malam Pak, tolong siapkan beberapa bodyguard. Aku nanti mau ketemu orang soalnya, buat jaga-jaga aja," ucap Aiden. "Siap Tuan," jawab pak Lastro. Aiden kembali sibuk dengan tab nya. Disisi lain Dea sudah berada didalam rumah pak Hando, Toni ijin tidur dikamar tamu rumah pak Hando untuk melanjutkan tidurnya yang kurang karena mendapat telepon dari majikannya. "Pak, saya boleh numpang tidur tidak?" ijin Toni. "Boleh, itu kamar pertama sebelah kiri ya," jawab pak Hando menunjuk kamar. "Ah iya Pak terima kasih, Non saya tidur bentar ya," pa

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-15
  • When I Start (Indonesia)   ya ampun

    Toni memaksa Dea untuk pulang, untuk berjalan saja Dea tidak mampu. Toni membopong Dea untuk masuk kedalam mobil, Pak Hando membukakan pintu untuk Toni."Pak Hando saya pamit dulu ya, Pak Hando jangan lupa makan sama minum obatnya," pamit Toni yang mencium tangan pak Hando."Iya iya Nak, hati-hati ya," ujar pak Hando dengan menepuk-nepuk pundak Toni,Toni mengangguk dan langsung masuk kedalam mobil. Toni keluar dari pekarangan rumah pak Hando.Ketika dalam perjalanan Toni merogoh sakunya untuk menelpon bik Asih, dengan tergesa-gesa dia mencari nomor bik Asih. Ketika sudah ketemu Toni menempelkan benda kotak bercahaya ke telinganya dan disangga oleh bahunya, tidak butuh waktu lama sambungan telepon itu sudah tersambung."Hallo Bik?" panggil Toni."Apa Ton," jawab bik Asih."Kepala Non Dea tiba-tiba sakit, badannya lemes banget, panas juga. Langsung pulang atau dibawa kerumah sakit Bik?" tanya Toni."Kok bisa!? habis ngapain Non Dea, baw

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-16
  • When I Start (Indonesia)   sakit

    "Mohon maaf saya belum bisa menjawabnya sekarang Pak, tapi dari gejala pasien bisa saja pasien mengalami hipoglikemia atau kadar gula darah yang terlalu rendah. Saya harus mengecek kadar gula darah pasien dulu, permisi," pamit dokter. suster yang membantu dokter mengikuti dibelakangnya."Baik Dok," jawab Aiden. Aiden mendekati Dea, mata Dea terpejam rapat, wajahnya sangat pucat."Suhu badannya masih sangat tinggi," batin Aiden. Tangan Dea digenggam olehnya, lalu menghela nafasnya Dea berat.Bik Asih beranjak berdiri ketika dokter keluar dari kamar,"Bagaimana Dok?" tanya bik Asih."Sebentar ya Bu, saya belum bisa menjawabnya sekarang," jawab dokter dan berlalu pergi."Hahh...." helaan nafas bik Asih."Boleh masuk nggak nih?" tanya Toni."Jangan, nunggu Tuan keluar dulu," jawab pak Lastro.Bik Asih melihat majikannya dari luar, lalu kembali duduk. beberapa saat kemudian suster kembali masuk kedalam kamar Dea.

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-18
  • When I Start (Indonesia)   kemarahan

    Aiden melihat nomor yang tertera diponselnya, menarik dan menghembuskan nafas beberapa kali untuk menenangkan dirinya."Halo?""Hallo Baby," panggil manja Wendi diseberang telepon."Apa?" jawab Aiden. Emosinya masih meluap-luap dibenaknya."Ihh.... kok cuek si By?" rajuk Wendy."Ada apa By? aku lagi sibuk," jawab Aiden mencoba untuk ramah dengan kekasihnya."Aku habis dari kantormu, kata Elvaro kamu lagi jenguk keluargamu yang sakit," ujar Wendy."Iya," jawab Aiden."Siapa yang sakit By?" tanya Wendy penasaran."Papa? Mama? atau Oma?" lanjutnya penasaran."Bukan By," jawab Aiden."Trus siapa dong?" desak Wendy. Membuat Aiden semakin dongkol."Saudara," jawab Aiden."Ohh, Dea sepupu kamu itu?" tebak Wendy yang kelihatan sekali dari nadanya dia sangat kesal."Iya," jawab Aiden."Oh.... nanti aku samperin ya? kan hari ini kamu janji mau dinner, aku udah booking cafe," ujar

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-19
  • When I Start (Indonesia)   Malam yang panjang

    Aiden sedang diobati oleh dokter Mey yang memeriksa istrinya tadi sore, Aiden memilihnya sekaligus untuk membicarakan tentang hasil lab istrinya."Jadi pasien mengonsumsi obat psikotropika dalam dosis tinggi?" tanya dokter dan mengoleskan antiseptik di punggung Aiden."Iya Dok," jawab Aiden dengan mulut yang kesakitan."Apa psikiater yang menangani hal ini tau?" tanya dokter Mey."Tidak, beberapa kali istri saya tidak mengikuti jadwal konsultasi dengan psikiaternya," jawab Aiden."Apa selain Bapak, keluarga yang lain juga tau?" tanya Dokter yang sedang mengoleskan obat merah."Mertua dan orang tua saya, tapi kalau masalah kemarin yang dia seperti orang mabuk, itu hanya saya yang tau," jawab Aiden."Hmm...." gumam dokter menganggukkan kepalanya beberapa kali."Untuk obat yang dikonsumsi pasien apa bapak tau apa saja?" tanya Dokter Mey."Saya kurang tau Dok, karena dia menyembunyikan obatnya tanpa sepengetahuan saya,

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-29
  • When I Start (Indonesia)   mission

    Terdapat jubah berwarna hitam dengan kupluk dibagian atasnya, lalu sarung tangan hitam dan topeng berwarna hitam."Silakan bapak memakai ini," ucap laki-laki yang meninggalkannya beberapa saat lalu, Aiden langsung memakai jubah itu. Dirinya merasa seperti batman karena setelannya yang serba hitam, atau merasa seperti vampir. Setelah memakai semua kostum yang diberikan pria itu, Aiden sekali lagi menerima kartu dengan berwarna silver."Mari kita masuk," ucap pria itu dan langsung mendekati gerbang didepannya. Pria itu mengeluarkan kartu miliknya dari saku jaketnya, lalu membuka kotak yang menempel di tembok tengah gerbang."Pak Aiden, silakan scan kartunya," ujarnya. Aiden mengikuti perintah pria itu.Beberapa saat kemudian pintu gerbang terbuka.Gradakkk.... gradakk.... gradakkk....Mata Aiden takjub melihat pemandangan dibalik gerbang itu.Dibalik gerbang karatan yang besar itu terdapat bangunan yang megah berwarna hitam,

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-29
  • When I Start (Indonesia)   party / pulang

    Aiden berpikir sejenak mendengar pertanyaan Mek, setelah itu baru dia menjawabnya,"Iya. Sebentar saya mau samperin seseorang disana." "Baik saya tunggu disana," jawab Mek dengan menunjuk ruang keamanan disamping gerbang berwarna emas dibelakangnya. Aiden mengangguk dan langsung meninggalkan Mek. Menghampiri perempuan itu, ketika berada didekatnya Aiden langsung menarik menarik lengan perempuan itu hingga membuat tubuh perempuan itu berbalik menghadap Aiden. Mata wanita itu melebar, kaget karena tiba-tiba ada orang yang menarik lengannya tanpa ijin. "Wendy?" panggil Aiden. "Siapa anda? lancang sekali menyentuh wanita tanpa ijin," ucap wanita itu yang langsung melepas cengkraman tangan Aiden dilengannya, lalu membanting tangan itu dengan kasar. "Suaranya beda, aku salah orang," batin Aiden. "Ahh, maaf saya salah orang. Mohon maaf atas kelancangan saya Nona," ujar Aiden. Wanita itu tidak menggubris permintaan maaf Aiden, dia langsung meni

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-29
  • When I Start (Indonesia)   hari kerja

    Aiden keluar untuk menerima panggilan yang membuat ponselnya bergetar hebat. Dilihat layar smartphone yang tertulis nama Risa."Ya Risa?" ujar Aiden ketika menerima panggilan dari sekretarisnya."Selamat pagi Pak Aiden," salam orang di seberang telepon."Ya, selamat pagi," jawab Aiden."Saya mau mengonfirmasikan jadwal hari ini Pak, Jam 10 nanti ada meeting-" suara Risa terpotong ketika Aiden melontarkan kalimat."Tolong kosongin jadwal hari ini Risa," perintah Aiden."Tapi Pak-," lagi-lagi kata-kata Risa terpotong."Tidak ada tapi- tapian, istri saya sedang sakit. Tolong kamu beritahu wakil buat gantiin jadwal saya, jangan lupa rekam semua pembicaraan selama meeting. Terus kalau ada Dena datang ke kantor, bilang aja aku lagi di luar kota. Saya tutup teleponnya dulu," ucap Aiden yang langsung memutus sambungan teleponnya dengan Risa. Aiden sengaja mengosongkan jadwal kerjanya untuk menemani Dea. Setelah mematikan telepon dan Risa tidak menghubungi kembali, Aiden memutuskann untuk lan

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-07

Bab terbaru

  • When I Start (Indonesia)   Percakapan

    "Tentu," Dea menjawab, menatapnya dengan sorot ingin tahu. Devano menghela napas sebelum melanjutkan, suaranya sedikit lebih serius dibanding sebelumnya. "Kamu benar-benar tidak ingin kembali pada Aiden?" Langkah Dea kembali terhenti sejenak. Ada keheningan di antara mereka, hanya terdengar langkah-langkah para pengawal yang berjaga di sekitar. Mata Dea menatap Devano lurus, ekspresinya tenang, tetapi ada sesuatu dalam tatapannya yang sulit diterjemahkan."Aiden benar-benar hancur, Dea," lanjut Devano, suaranya lebih pelan kali ini. "Dia mencarimu ke mana-mana. Dia bahkan tidak lagi peduli pada pekerjaannya. Kau mungkin berpikir dia akan baik-baik saja tanpamu, tapi kenyataannya tidak begitu. Dia benar-benar hancur."Dea mengepalkan tangannya tanpa sadar. Dia tahu bahwa meninggalkan Aiden bukanlah hal mudah bagi keduanya, tapi mendengar kondisi Aiden dari mulut Devano tetap saja menimbulkan sesuatu yang menghimpit dadanya. "Aku pergi bukan karena aku ingin, Dev," kata Dea akhirnya,

  • When I Start (Indonesia)   Baru

    Sekian bulan berlalu, namun keberadaan Dea masih menjadi misteri yang tak kunjung terpecahkan. Aiden sudah mengerahkan segala cara memanfaatkan koneksinya, menyewa detektif terbaik, bahkan mencoba melacak sendiri pergerakan orang-orang Wijaya, tetapi hasilnya nihil. Seolah-olah Dea benar-benar menghilang dari dunia ini.Pikiran Aiden dipenuhi oleh kegelisahan. Rasa frustrasi terus menghantui setiap langkahnya, membuatnya semakin tenggelam dalam keputusasaan. Ia bahkan melupakan tugas-tugasnya sebagai pemimpin perusahaan, membiarkan semuanya terbengkalai.Di rumah, Rita dan Kusuma hanya bisa memandang putra mereka dengan rasa bersalah yang semakin menumpuk. Mereka tahu bahwa ini semua adalah akibat dari keputusan yang mereka paksa Aiden untuk melepaskan kasus Andre dan menutup mata atas segala kerugian yang ditimbulkan kakaknya demi menjaga nama baik keluarga."Dia tidak bisa terus seperti ini, Pa," Rita berkata pelan saat melihat Aiden yang hanya duduk diam di ruang kerjanya, tatapann

  • When I Start (Indonesia)   Hilang

    "Ini di mana, Yah?" tanya Dea selepas ia sadarkan diri. Orang pertama yang ia lihat adalah Wijaya, kemudian Lusi. Keduanya hanya diam saat ia bertanya. Wanita itu pun dibuat kebingungan dengan situasi saat ini. Ketika keduanya memilih keluar, berganti Bad masuk dengan raut wajah yang sulit dijelaskan. "Kita berada di markas baru, Madam," ucap pria itu penuh hormat.Dea mengerutkan kening, matanya menyapu ruangan asing yang kini menjadi tempatnya terbaring. Aroma antiseptik masih tercium, tapi ini bukan rumah sakit. Ruangan ini lebih luas, tenang, dan tidak ada perawat yang berlalu-lalang. "Markas baru?" ulangnya dengan suara serak, mencoba mencerna kata-kata Bad. Pria itu mengangguk pelan. Sorot matanya penuh kehati-hatian, seolah sedang mengamati reaksi Dea. "Ya, Madam. Ketua membawa Anda ke sini untuk keselamatan Anda." Keselamatan? Dari apa? Dea mencoba duduk, tapi tubuhnya masih terasa lemah. Kepalanya berdenyut ringan, membuatnya memejamkan mata sejenak. Ia mengingat se

  • When I Start (Indonesia)   Vonis

    Hakim menghela napas berat sebelum menatap Sony dengan penuh ketegasan. "Setelah mempertimbangkan seluruh bukti dan kesaksian yang telah diberikan dalam persidangan, pengadilan menjatuhkan vonis kepada terdakwa Sony dengan hukuman 20 tahun penjara tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat, serta denda sebesar 5 miliar rupiah."Suasana ruang sidang kembali gemuruh. Hukuman yang lebih berat dari Wendy menunjukkan betapa serius kejahatan yang telah dilakukan Sony.Sony hanya mendengus kecil, tidak menunjukkan penyesalan sedikit pun. Dia menatap ke arah Aiden dan menyeringai. "Kau mungkin menang kali ini, Aiden. Tapi dunia ini tidak akan membiarkanmu hidup tenang."Aiden tidak menanggapi. Ia hanya menatap Sony dalam-dalam, menyadari bahwa musuhnya tidak akan pernah benar-benar berubah.Setelah keputusan hakim, petugas segera memborgol Sony dan membawanya keluar dari ruang sidang. Aiden menarik napas panjang, merasa lega meskipun sebagian dari dirinya masih dihantui oleh luka yang ditinggalka

  • When I Start (Indonesia)   Persidangan

    Ruang sidang dipenuhi dengan suara bisik-bisik dan tatapan tajam yang tertuju pada satu sosok di tengah ruangan, Wendy. Wanita itu duduk di kursi terdakwa dengan tangan yang terborgol, tetapi ekspresinya tetap penuh keangkuhan.Hakim mengetukkan palunya, menandakan persidangan dimulai."Saudari Wendy, Anda didakwa atas berbagai tuduhan, termasuk percobaan pembunuhan terhadap Nyonya Dea, persekongkolan untuk menghancurkan perusahaan Tuan Aiden, serta keterlibatan dalam berbagai tindakan ilegal lainnya. Apakah Anda mengakui dakwaan ini?" tanya Hakim dengan suara tegas.Wendy tersenyum miring. "Saya mengakui semuanya," jawabnya santai, membuat riuh kecil di dalam ruang sidang.Aiden, yang duduk di kursi saksi bersama pengacaranya, menatap Wendy dengan rahang mengatup rapat. Dea, yang masih dalam pemulihan, hadir dalam persidangan dengan wajah pucat tetapi sorot mata tajam.Jaksa kemudian berdiri dan mulai berbicara. "Bisa Anda jelaskan motif Anda melakukan semua ini? Apa alasan Anda ingi

  • When I Start (Indonesia)   BALASAN

    Insiden penyekapan berjalan dengan cepat hingga semua pelaku dikumpulkan dalam persidangan Sayangnya ada satu orang yang disinyalir menreh luka mendalam untuk keluarga Aiden, yakni Andre. Pria itu mendapat panggilan dari pihak kepolisian, tetapi dia sudah terbang ke luar negeri.Rita dan Kusuma tidak bisa menghubungi anak sulung mereka. Wajah keduanya tampak pias ketika melihat Aiden. "Sampai sekarang Mama dan Papa tidak bisa menghubungi Andre," ujar Rita pada putranya. "Tidak bisakah kamu melepaskan, Andre? Bagaimanapun dia adalah Kakakmu." Wanita itu tampak tak berdaya merasakan dilema di dalam hatinya. Pada akhirnya, Kusuma yang sedari tadi membisu mulai angkat bicara. "Biar Papa yang menghukum Kakakmu, Nak. Sebagai gantinya, sebagian warisan yang akan kami turunkan pada Andre kini kualihkan ke kamu, Aiden." Aiden hanya diam mendengarkan ucapan orangtuanya. Tak berselang lama, ia memilih pergi tanpa memberikan jawaban. Helaan napas terdengar dari mulutnya. Entah bagaimana, ia me

  • When I Start (Indonesia)   HOSPITAL

    Sesampainya di rumah sakit, Wijaya dengan panik membawa Dea yang tak sadarkan diri ke ruang gawat darurat. Para dokter dan perawat dengan sigap membawa Dea ke dalam, meninggalkan Wijaya yang berdiri di luar ruang tindakan dengan wajah tegang.“Pak Wijaya, kami akan melakukan yang terbaik. Mohon tenang,” kata salah satu dokter sebelum pintu ruang tindakan tertutup rapat.Wijaya hanya bisa menatap pintu itu dengan perasaan campur aduk. Tangan kirinya mengepal, berusaha menenangkan dirinya sendiri. Namun, rasa khawatir terus menghantui pikirannya. Dea adalah harapan besar baginya dan melihatnya terluka parah seperti ini menghancurkan hatinya.Tak lama, Kusuma dan Rita tiba di rumah sakit setelah dihubungi oleh asistennya. Wajah keduanya menunjukkan kepanikan yang sama. Kusuma segera menghampiri Wijaya, menggenggam lengannya dengan kuat. “Apa yang terjadi? Bagaimana keadaan Dea?” tanyanya dengan suara bergetar.Wijaya menghela napas panjang, mencoba menenangkan sahabat sekaligus besannya

  • When I Start (Indonesia)   Father

    Tiba-tiba, suara dentuman keras mengguncang udara. Mobil yang mereka tumpangi berguncang hebat sebelum terlempar ke sisi jalan. Dea berteriak kaget, tubuhnya menghantam kursi depan sementara kaca mobil pecah berkeping-keping.Di depan mereka, sebuah truk tronton besar terlihat menghantam bagian depan mobil, membuatnya terguling hingga akhirnya berhenti di bahu jalan. Asap mengepul dari kap mesin, dan suara klakson tronton terdengar terus-menerus, seolah pengemudinya sengaja menekan klakson sebagai bentuk peringatan."Lars! Toni!" Dea memanggil dengan panik, tubuhnya terasa berat karena sabuk pengaman yang menahan pergerakannya. Rasa sakit di lengannya semakin terasa, ditambah serpihan kaca menusuk beberapa area wajahnya, tetapi itu bukan prioritasnya sekarang. "Apa kalian baik-baik saja?"Lars yang berada di kursi pengemudi tampak memegangi kepala, darah mengalir di dahinya. " Saya tidak apa-apa, Nyonya," jawabnya dengan suara parau, meskipun jelas ia sedang menahan rasa sakit.Toni,

  • When I Start (Indonesia)   Go Home

    Sony menggeram marah, matanya menyipit penuh kecurigaan. "Apa yang sedang terjadi di luar?!" Ia melirik anak buahnya yang kembali berlari ke dalam dengan wajah panik."Bos! Ada serangan! Mereka bersenjata lengkap dan bergerak cepat. Kami kewalahan!" teriak salah satu anak buahnya. Semua mafia yang langsung berubah mode serius.Dea tak ingin menyia-nyiakan waktu. Wendy tampak panik apalagi saat Dea berusaha kabur. "Dia kabur, Pa!" kejar Wendy. Ia bahkan mengeluarkan pisau tangan dan berusaha menusuk Dea. Sayangnya ujung pisau tersebut hanya merobek lengan targetnya. "Akh!" ringin Dea tetapi kakinya tetap berlari ke luar, tempat ledakan itu berasal. "Toni!" teriak Dea. Namun, matanya terbelalak karena sosok yang dipanggil tidak ada justru yang dia temukan adalah Devano."Cepat keluar, Dea!" sambut Devano dengan senyum merekah. Kemudian di sampingnya ada Pak Hando sosok yang selama ini selalu ia kunjungi. "Syukurlah aku menemukanmu, Nak. Ayahmu pasti senang."Sayangnya di belakang, te

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status