Share

Pura-pura Tuli

Penulis: SayurKubis
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-02 00:21:57

Azura meremas tangannya dengan perasaan gelisah dan tidak tenang. Dia tidak pernah bermaksud menyebarkan rumor palsu mengenai pasangan hidup dan status hubungan Hansa yang ternyata hanya kesalahpahaman semata.

Oliver adalah adik Hansa, meski wajahnya tidak mirip sama sekali dengan Hansa. Tapi gadis yang sekarang duduk di kursi depan tepat di samping Hansa yang saat ini mengemudi tersebut, terus tersenyum senang melihat dirinya.

Azura duduk di tengah-tengah anak-anak Hansa yang entah mengapa sejak perkenalan mereka secara resmi beberapa menit lalu di apartemen. Ketiga balita kembar itu menjadi sangat lengket dengannya.

Tampaknya ketiga balita itu kini menganggap Azura adalah induk baru mereka, menggantikan Oliver yang katanya akan sibuk dengan pekerjaannya sebagai seorang wedding organizer di bulan ini. Itu sebabnya Hansa mencari pengganti adiknya yang bisa mengurus anak-anaknya mulai sekarang.

Anak-anak Hansa mempunyai wajah yang lucu dan juga menggemaskan. Balita berumur tiga tahunan itu semuanya sudah cukup fasih berbicara dengan orang yang baru mereka kenal.

Kembar tiga dengan wajah yang sangat mirip itu agak langka. Lalu, yang menjadi pertanyaan Azura sekarang adalah siapa ibu dari ketiga balita yang menempel di masing-masing lengannya. Azura enggan untuk bertanya asal-usul bayi-bayi lucu itu, walau pada kenyataannya Oliver adalah adik Hansa dan bukan istrinya, ingat itu.

Itu artinya, dosen mudanya kemungkinan memiliki hubungan terlarang dengan wanita lain dan tanpa sengaja mempunyai anak di luar nikah.

Kemudian, wanita yang masuk dalam hubungan terlarang itu meminta pertanggung jawaban dengan menyerahkan ketiga bayi mereka pada Hansa yang notabene adalah ayah dari anak-anak itu.

Ah, Azura mengerti sekarang. Nyatanya, meskipun wajahmu terlihat seperti malaikat yang tidak pernah mengerjakan dosa. Manusia tetaplah manusia, semua orang pasti menyembunyikan cacat pada lembar kehidupannya.

Sibuk memikirkan hubungan Hansa, Azura tidak menyadari jika sedari tadi para balita yang duduk di samping kanan dan kirinya sudah tertidur lelap dalam perjalanan.

“Wah, mereka belum dua puluh empat jam berkenalan dengan Azura. Tapi lihat anak-anakmu, Kak. Mereka sepertinya sangat menyukai dan nyaman dengan pengasuh baru mereka, aish … anak-anakku yang manis,” tunjuk Oliver ke arah kaca depan mereka pada Hansa.

Hansa tersenyum tipis melihat anak-anaknya tertidur lelap dengan Azura yang menjaga ketiganya agar tidak jatuh. “Azura, apa semua baik-baik saja di belakang?” tanya Hansa yang mendapat anggukan dari Azura.

“Mn, semuanya aman terkendali. Anak-anak sedang tidur sekarang, kalau boleh tahu. Kita akan pergi ke mana?”

Oliver yang mendengar pertanyaan dari Azura mulai melirik kakaknya dan menyeringai. “Iya benar mau ke mana kau ajak kami?” timpal Oliver yang mendesak Hansa untuk menjawab pertanyaan yang sama.

“Golden Gate Park,” jawab Hansa yang akhirnya membuat Oliver memiringkan kepalanya.

“Keren! Kenapa kau tidak memberitahuku tujuan kita sejak di apartemen tadi. Kau tahu, kalau dari awal aku sudah tahu kalau kita akan pergi ke Golden Gate Park. Aku pasti mengajak Ibu untuk ikut bersama kita,” ucap Oliver yang sangat menyayangkan kepergian mereka kali ini tanpa mengajak ibu mereka.

Hansa mengigit pipi bagian dalamnya. “Jangan membicarakan dia sekarang,” desis Hansa yang membuat Oliver tersenyum miring.

“Apa kau takut ibu akan melihat anaknya tiba-tiba mempunyai tiga bayi kembar tanpa sepengetahuan dirinya?” ungkap Oliver yang membuat Hansa mengerem mobil mendadak, sehingga Azura kaget bukan main.

Untungnya ketiga balita kembar tidak terbangun dari tidur mereka dan tidak jatuh karena tindakan ceroboh Hansa.

Azura sedari tadi hanya diam mendengar percakapan yang agak rawan antara Hansa dan Oliver, kedua kakak beradik itu terlibat dalam pembicaraan yang membuat Hansa kesal. Sebagai orang baru di lingkungan kehidupan dosennya itu, Azura memilih untuk menutup mulut dan telinganya dengan berpura-pura tidak mendengar sama sekali.

Namun, seberapa keras Azura berpura-pura jadi makhluk tuli untuk sementara waktu. Dia masih tetap bisa mendengar percakapan serta adu mulut antara kakak dan adik itu yang sepertinya akan lama berakhir dan itu akan membuat para balita kecil terbangun dari mimpi mereka.

“Kau selalu menyimpan rahasia besar sendirian, aku pikir keluarga kita harus tahu tentang anak-anakmu itu!”

“Oliver berhenti mengungkit hal itu lagi, kau sudah berjanji untuk tidak mengangkat masalah ini.” Hansa menatap adiknya dengan tatapan mata lelah.

Azura bisa melihat ada beban terlihat di manik mata Hansa dan dia sangat penasaran, dosennya itu seperti menyimpan sebuah rahasia mengenai identitas ketiga anaknya. Sedangkan Oliver duduk dengan punggung yang bersandar di tempat duduknya dengan keras lalu mendengkus sebal.

“Cepat atau lambat, semuanya akan terbongkar pada akhirnya,” tutur Oliver dan menatap jalanan dari balik kaca.

“Kita lihat saja nanti.”

Suara beberapa mobil yang terhalang akibat Hansa mengerem mobil secara tiba-tiba tanpa mereka sadari telah menyebabkan kemacetan di jalan.

Sampai pada akhirnya suara klakson mobil yang nyaring nyaris membuat telinga tuli tersebut menyadarkan Hansa untuk segera melaju mobil mereka ke tempat tujuan.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang dan penuh dengan aura permusuhan sengit antara Oliver dan Hansa, setidaknya Azura sudah bisa bernapas lega sekarang.

Mereka akhirnya sampai di Golden Gate Park. Tempat wisata yang sangat populer di San Fransisco, dulu sekali Azura berharap jika keluarga angkatnya akan mengajaknya untuk ikut liburan berkeliling ke Golden Gate Park. Akan tetapi, harapan tetaplah harapan, sebagai anak angkat yang tidak jelas asal-usulnya itu. Azura kecil sama sekali tidak pernah ikut dalam perjalanan keluarga Edith.

Nyonya Arisha—Istri dari Ayah angkat Azura sebenarnya sangat membenci keberadaan Azura dalam rumah tangga mereka, tidak ada kasih sayang dari Arisha untuk Azura.

Mengingat masa lalu tiba-tiba saja membuat hati Azura berdenyut sakit. Sampai tangan mungil menggenggam erat jari-jari Azura, barulah dirinya sadar jika ia seharusnya tidak perlu memikirkan masa lalu lagi.

Senyuman balita dengan deretan gigi yang masih belum lengkap itu menyadarkan Azura dari lamunannya.

“Acula, kenapa?” tanya balita kecil dengan suara cadel tersebut pada Azura.

Azura segera berjongkok sambil mencubit pelan pipi balita mungil di hadapannya. Balita yang bernama Ilkay itu tertawa geli. “Ula cedih ya?” Azura yang kembali mendengar celotehan imut anak Hansa itu tertawa.

“Siapa yang sedih hm? Azura tidak sedih,” kata Azura mengembungkan pipinya dan menoleh ke kanan dan kiri mereka.

“Ngomong-ngomong di mana saudaramu yang lain Ilkay?” Azura berdiri dari duduknya dengan panik.

“Ihsan dan Ilhan bersama Mommy dan Daddy.”

Mengetahui hal itu membuat Azura mengelus dadanya pelan, astaga dia hampir saja terkena serangan panik karena berpikir dirinya telah kehilangan dua balita lainnya.

“Lalu, kenapa Ilkay tidak ikut bersama Mommy dan Daddy?”

Ilkay balita kecil itu memasukkan jari telunjuknya ke dalam mulutnya dan menggelengkan kepala. “Ilkay mau sama Acula,” ungkapnya mendapatkan tatapan mata berbinar penuh haru di mata Azura.

“Oh, Ilkay kamu benar-benar malaikat kecil yang polos,” puji Azura yang dengan cepat menggendong Ilkay dengan kaki kecil balita itu melingkari pinggang rampingnya.

Namun, belum sampai lima belas menit keduanya berjalan bersama di taman wisata itu. Azura sudah kepayahan mengasuh Ilkay, berpikir jika balita itu adalah malaikat kecil yang polos ternyata adalah kesalahan yang amat besar.

“Dia iblis kecil yang nakal!” seru Azura frustrasi.

Bab terkait

  • What A Bad Thing   Mengasuh Balita Succubus

    Gauri dan Naim terkejut ketika mereka melihat sahabat mereka saat ini sedang tertidur di dalam kelas mata kuliah pertama. Pemandangan yang sangat langka mengetahui jika Azura datang sepagi ini untuk belajar, harusnya gadis itu tidak perlu datang pagi-pagi sekali untuk duduk di kursi depan sebab kampus mereka tidak lagi memberikan beasiswa padanya.Gauri yang notabene anti duduk di barisan depan saat kuliah sekarang, mau tidak mau mendekati temannya itu. Naim pun turut ikut ditarik secara paksa dan pemuda itu hanya menurut saja.Azura tertidur dengan kepala yang sekarang berada di atas meja, rambutnya tergerai tanpa diikat. Gauri dan Naim bisa melihat ada guratan dan garis-garis lelah di bawah mata Azura.“Apakah pekerjaan sebagai asisten dosen itu sangat berat?” tanya Naim yang sudah mengetahui pekerjaan baru Azura dari Gauri. Sedangkan Gauri menyeka beberapa rambut yang menutupi sebagian wajah Azura ke belakang teli

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-06
  • What A Bad Thing   Keengganan Menerima Permintaan

    Hansa tidak tahu apa yang membuat ayahnya sampai menelponnya secara pribadi di siang hari seperti sekarang ini. Lelaki tua yang merupakan CEO dari perusahaan Artificial intelligence Ehren Technology di Amerika serikat sekarang itu harusnya tidak perlu merepotkan dirinya sendiri untuk menelpon Hansa. Quirin Ehren yang super sibuk itu rela membuang waktunya yang berharga hanya untuk meminta Hansa datang ke acara perjamuan yang telah dia persiapkan besok. Kabar itu terlalu mendadak dan Hansa tentu saja menolak keras untuk ikut dalam acara perjamuan bisnis ayahnya itu. Sudah lama dia tidak pernah lagi berurusan dengan bisnis keluarganya dan bertukar sapa dengan Quirin dan juga ibu tirinya. Tapi, ayahnya yang terkenal bersifat keras kepala dan otoriter itu tidak menerima penolakan yang Hansa ucapkan padanya. "Ayah tidak mau tahu, besok Deon akan menjemputmu. Jadi, persiapkan dirimu dan jangan berani-berani membantah atau kau akan tahu sendiri akiba

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-11
  • What A Bad Thing   Teman Perempuannya

    Eleanor keluar dari mobilnya, sejak awal dia mengikuti Hansa yang pergi dengan perasaan kesal dan marah. Eleanor juga tidak tahu hal apa yang bisa membuat Hansa— pria yang dia kenal tidak pernah marah itu menjadi murka hanya karena berbicara melalui panggilan telpon.Dia melihat kembali ponsel Hansa yang rusak di jok sampingnya. Sangat disayangkan ponsel keluaran terbaru yang mahal itu harus hancur tanpa harga diri seperti itu. Wanita itu menghela napasnya pelan, kemudian mengamati lagi Hansa yang saat ini berjalan menuju sebuah bar yang cukup terkenal di kota mereka.

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-13
  • What A Bad Thing   Percikan Api Kebencian

    Oliver menggenggam ponselnya dengan perasaan geram yang membuncah dadanya. Tidak, tidak seharusnya dia marah, pikirnya berusaha menenangkan emosinya saat ini. Dia tidak pernah menyangka jika ayah tirinya akan mengambil tindakan sendiri untuk mengundang Hansa datang ke acara perjamuan besok. Ibunya yang baru saja memberitahu kabar itu juga turut cemas. Mereka berdua, sangat takut akan ketegangan yang terjadi besok antara Hansa dan Quirin Ehren yang terhomat itu. "Sial, kenapa dia mengundang Kak Hansa ke perjamuan besok? Pak Tua itu, setelah bertahun-tahun tidak peduli pada putra keduanya. Akhirnya menelpon secara pribadi... amat sangat mencurigakan," gumam Oliver yang sekarang meletakan ponselnya ke sofa dan turun bergabung ke kumpulan anak-anak angkat Hansa yang saat ini sibuk bermain bersama. Ihsan yang menyadari jika gadis muda itu duduk di sampingnya mulai tersenyum senang. Deretan gigi susu yang putih menyambut wajah lelah dan penuh beban dari Oli

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-18
  • What A Bad Thing   Tiga Balita yang Iri

    "Hansa memiliki masalah yang rumit dengan ayah kandungnya," ucap Oliver yang mulai bercerita. Anak-anak Hansa yang duduk di karpet bulu halus di bawah mereka tidak terlalu memedulikan pembicaraan kedua wanita muda di belakang mereka yang sekarang duduk di sofa. Azura menatap Oliver dengan wajah penasaran. "Mereka sering bertengkar?" Azura menebak dan dibalas anggukan kepala dari Oliver. "Itu benar, Hansa adalah kakak tiriku. Dulu saat aku pertama kali masuk dalam kehidupan kelurga Ehren. Baik ayah tiriku dan juga Hansa memang sudah tidak akur. Aku rasa itu mungkin ada hubungannya dengan kematian dari ibu kandung Hansa. Hansa sangat membenci ayahnya yang menurutnya selalu mengatur dirinya." Oliver menceritakan alasan Hansa membenci orang tuanya sendiri. "Mungkinkah penyebab mabuknya kali ini juga ada hubungannya dengan ayahnya?" tanya Azura. Oliver lagi-lagi mengangguk, gadis yang sedang dia ajak bicara ini memang pandai menebak. "Itu benar, ay

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-01
  • What A Bad Thing   Libur Satu Hari Tidak Masalah

    Pagi-pagi sekali Hansa telah bersiap untuk pergi ke rumah utama keluarganya. Wajahnya kini terlihat lebih segar dibandingkan kemarin. Mengingat apa saja yang terjadi kemarin sebelum dia benar-benar mabuk. Hansa, jadi memikirkan Azura. Dia pasti sudah banyak menyusahkan gadis itu. Hansa berniat setelah dirinya selesai menghadiri acara perjamuan yang dibuat oleh ayahnya. Dia akan memberikan Azura hadiah kecil sebagai tanda terima kasihnya. Setelah merasa penampilannya sudah rapi dan tidak akan membuat malu keluarganya yang sudah lama tidak pernah dia kunjungi lagi beberapa tahun belakangan itu. Pantulan dirinya di cermin membuat Hansa bersenandung puas. Sebelum meninggalkan apartemennya dan meminta Oliver untuk menjaga anak-anaknya sebentar sampai Azura selesai kembali kuliah. Namun, apa yang dia bayangkan ketika dirinya membuka pintu dan berjalan ke ruang tamu. Hansa dibuat tercengang. Azura dan ketiga anak-anaknya kini tertidur di karp

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-01
  • What A Bad Thing   Pagi Hari dan Keributan

    "Azura, di mana Daddy?" Ilhan mengucek kedua matanya dengan memeluk boneka kelinci kesayangannya pada Azura yang saat ini tengah memasak sarapan di dapur.Azura segera mematikan kompor listrik dan bergerak menuju Ilhan. "Halo sayang! Selamat pagi," sapa Azura kemudian gadis itu mengusap kepala Ilhan dengan lembut, kemudian dia melanjutkan. "Hari ini Daddy Hansa ada urusan penting, jadi dia mungkin akan kembali besok," katanya dengan wajah setengah berseri.Ilhan yang mendengar ucapan Azura memasang wajah cemberut. "Kenapa besok? Kenapa tidak hari ini saja," rutuknya.Azura terkekeh, "Jangan marah Ilhan, Daddy ada urusan penting. Nanti, ketika dia pulang. Kakak akan memberitahunya untuk membawakan oleh-oleh untuk kalian," ucap Azura jelas menghibur.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-03
  • What A Bad Thing   Kalangan Kelas Atas

    Harusnya, Hansa sudah bisa memprediksi pesta perjamuan yang dibuat oleh ayahnya itu akan menjadi apa. Sekarang dia berdiri di tengah lingkungan orang-orang kaya dengan pakaian serba mewah. Beberapa orang tua membawa putri-putri mereka untuk dikenalkan pada ayahnya, agar kelak kemungkinan dari beberapa gadis itu bisa dengan pasti mendapat sebuah kehormatan menjadi Nyonya kecil baru di keluarga Ehren yang terpandang. Hansa sendiri merasa tenggorokannya sangat gatal, dia tidak bisa terlalu lama berdiri di lingkaran sosialita yang berlebihan dan juga aroma tubuh mahal yang dibuat-buat oleh beberapa rekan bisnis ayahnya. Akan tetapi, Quirin Ehren jelas tidak akan melepaskannya begitu saja dari perjamuan ini. Hansa sudah bisa menebaknya, lelaki tua itu pasti memiliki niat la

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-28

Bab terbaru

  • What A Bad Thing   [TAMAT] Lima Hari Tidak Ada Kabar

    Awalnya Azura sama sekali berpikir jika Hansa memang ingin memberikan istirahat penuh untuknya yang sudah bekerja keras dalam mengurus tiga anak dosennya itu. Sehingga Azura merasa bahwa Hansa memiliki rasa perhatian terhadap dirinya karena Azura pada dasarnya perlu mempersiapkan proyek tugas kelompoknya untuk ujian akhir beberapa minggu ke depan. Meskipun begitu, dua hari tidak bekerja dirasa sudah cukup bagi Azura menganggur dan dia sudah memiliki energi penuh kembali agar bisa mengurus anak-anak Hansa. Lagi pula, Azura sudah sangat merindukan Ilhan, Ilkay dan Ihsan. Akan tetapi, ini sudah lewat dua hari bahkan lebih parahnya sudah lima hari Azura tidak mendapat kabar berupa sebuah pesan dari Hansa dan juga Oliver bahwa dia bisa bekerja kembali. Bukannya Azura tidak berusaha menghubungi keduanya, baik Hansa dan Oliver sama-sama tidak menjawab panggilan Azura dan kedua nomor itu selalu dalam mode sibuk “Kenapa kau terlihat murung seperti itu? Apakah mereka masih tidak menjawab pang

  • What A Bad Thing   Alasan Menjadi Anak Angkat

    "Nyonya, anda bilang kita akan mengikuti Tuan Muda Hansa. Tapi, kenapa sekarang anda meminta saya untuk mengantar pulang ke rumah?" tanya Nike ketika asisten dari Nyonya Helga tersebut sambil menyetir dan memperhatikan jalan.Nyonya Helga bersandar di kursi penumpang, "Aku berubah pikiran, lebih baik pulang saja. Energiku sudah habis untuk mengikuti Hansa. Besok saja kita cari tahu siapa yang Hansa temui," jawab Nyonya Helga yang sepertinya sudah mengantuk."Baiklah Nyonya."Hansa yang sedang menyetir dengan santai melirik Luisa yang saat ini melamun menatap pemandangan jalanan dari balik jendela."Hm Luisa? Kau baik-baik saja?" tanya Hansa kepada Luisa yang segera menoleh ketika ditanya.

  • What A Bad Thing   Menjemput Luisa

    “Hansa, siapa yang menelpon itu nak?” tanya Nyonya Helga pada Hansa yang sekarang berjalan menuju kamarnya mengambil jaket.Oliver mengernyit, “siapa yang membuatmu terburu-buru seperti ini? Apakah ada hal yang penting.”Hansa menyimpan kunci mobilnya di saku celananya dan berkata, “aku akan kembali setengah jam lagi, kalian bertiga silakan lanjutkan makan. Aku menyusul nanti,” ucap Hansa yang berjalan keluar dari apartemen.“Aku rasa kau harus cepat pulang atau makanan ini akan dingin… atau yang lebih parah ini semua akan habis,” ujar Oliver yang mana tulang keringnya ditendang pelan oleh ibunya dari bawah meja makan.“Ouwh! Mama!”&nb

  • What A Bad Thing   Sebuah Permintaan

    Quirin baru saja kembali ke rumahnya, tempat di mana suasana dingin dan sepi terus menghantui rumah tersebut sejak anak keduanya Hansa dan juga anak tirinya Oliver kini lebih memilih tinggal secara terpisah dari rumah utama.Walaupun begitu Ansel anak sulungnya masih setia tinggal di rumah besar yang sepi tersebut. Atmosfer ini sangat berbeda dengan belasan tahun silam, di mana rumah yang dia bangun untuk istri dan juga dua anak-anaknya yang berharga itu sangat hangat dan penuh dengan canda tawa dari kedua anaknya.Akan tetapi, itu semua hanyalah masa lalu yang tidak bisa dilihat lagi sekarang. Quirin Ehren telah menikah lagi dengan seorang wanita beranak satu yakni Helga. Ketika dia mengatakan dirinya hendak menikahi wanita itu, Hansa yang dulu masih remaja menentang keputusannya. Remaja yang baru berumur tiga belas tahun itu tidak

  • What A Bad Thing   Makan Malam

    “Azura? Azura! Apakah kau sudah pulang?” Gauri mengetuk pintu kamar kos Azura karena dia beberapa waktu lalu mendengar suara dari kamar sebelahnya.Azura yang tadinya berada di balik pintu menegakkan kembali kepalanya dan mengusap wajahnya. “Ya! Aku sudah pulang, tunggu sebentar,” jawab Azura yang buru-buru beranjak dari duduknya dan segera membuka pintu.Gauri tersenyum ketika pintu terbuka, sangat jarang sekali Azura pulang cepat seperti sekarang ini. Sampai ketika Gauri melihat perubahan ekspresi yang tidak biasanya dari Azura, gadis itu mengernyit. “Ada apa denganmu? Wajahmu terlihat kusut Azura,” kata Gauri membuat Azura mengangkat kedua bahunya dan mengizinkan Gauri masuk.“Ini adalah hari yang berat bagiku, tapi tenang saja. A

  • What A Bad Thing   Cemas

    "Aku pulang!" Azura kembali ke kos miliknya yang sudah lama sangat dia rindukan.Tidak ada jawaban atau suasana hangat yang menyambutnya saat dia pulang ke rumah. Namun, Azura sudah terbiasa hidup sendirian sekarang. Hari ini nampaknya adalah hari yang sangat berat baginya.Banyak hal yang sudah terjadi dalam kurung waktu kurang dari dua puluh empat jam.Dari bertemu dengan Ibu tiri Hansa dan juga bertemu kembali dengan ayah angkatnya. Benar-benar tidak terduga, sebenarnya Azura tidak terlalu memikirkan bagaimana nasib Hansa ketika pria itu bertemu ibunya, hanya saja sekarang pikiran Azura dipenuhi dengan keluarga angkatnya itu.Dia sangat takut dan juga cemas jika pertemuannya dengan ayah angkatnya akan menimbulkan

  • What A Bad Thing   Keberanian Luna

    "Apakah nomor apartemennya benar? Kenapa mereka tidak membuka pintu?" Nyonya Helga mengetuk-ngetuk sepatu mahalnya di lantai marmer apartemen tersebut.Nike menggeleng, "nomornya benar, nama pemilik juga nama Tuan Hansa. Saya rasa mungkin mereka sedang istirahat itu sebabnya sulit untuk mereka membuka pintu."Nyonya Helga mencibir. "Mereka mungkin sengaja tidak ingin membukanya, seolah-olah keduanya seperti menyimpan rahasia yang tidak ingin aku ketahui."Nike terkekeh pelan dengan perkataan Nyonya besarnya itu. "Mungkin saja, tapi coba Nyonya menoleh ke belakang sepertinya semua dugaan Nyonya akan dipatahkan," ucap Nike membuat Nyonya Helga mengikuti perkataan asisten kepercayaannya itu.Terlihat Hansa kembali deng

  • What A Bad Thing   Dengarkan Bibi

    “Aku bukan anak kandungnya, sekarang kami tidak punya hubungan apa pun lagi.” Azura menjawab pertanyaan dari Hansa yang berjalan berdampingan dengannya.Hansa mengulum senyumnya. “Tapi Azura, meskipun kamu dan Tuan Jauzan tidak memiliki hubungan lagi. Aku pikir sangat tidak sopan berbicara sangat kasar pada orang yang lebih tua darimu.” Hansa memberitahu.Namun, Azura yang Hansa lihat tersenyum meremehkan perkataan Hansa, “Lalu haruskah aku berbicara secara lemah lembut kepadanya? Kepada orang yang diam saja ketika aku diusir dari rumahnya begitu?” Azura kemudian berbalik menatap netra cokelat gelap milik Hansa.Hansa menghela napas, dia sebenarnya tidak tahu apa yang membuat Azura sangat marah sepert

  • What A Bad Thing   Anak Angkat

    Hansa yang sudah dalam mode menyamar seadanya, bermodalkan kacamata hitam Azura dan juga jaket Azura yang dijadikannya sebagai penutup kepala, pria dewasa itu segera berlari meninggalkan apartemen.Dalam hatinya Hansa terus berdoa, agar mamanya itu tidak melihat dirinya. Jangankan melihat, Hansa sangat berharap wanita itu dapat tertipu dengan penampilannya sekarang. Misi Hansa sekarang adalah menyusul Azura, sebab dia ingin mengembalikan jaket Azura yang berisi kunci dan juga dompet.Akan sangat repot jadinya jika Azura berjalan bolak-balik kembali ke apartemen Hansa. Azura sendiri saat ini berjalan dengan santai, seakan-akan semua bebannya terangkat dari pundaknya, hari ini dia ingin menikmati jalan-jalan sore terlebih dahulu dan baru kembali pulang dan mengajak Gauri makan hotpot yang lezat.

DMCA.com Protection Status