Harusnya, Hansa sudah bisa memprediksi pesta perjamuan yang dibuat oleh ayahnya itu akan menjadi apa.
Sekarang dia berdiri di tengah lingkungan orang-orang kaya dengan pakaian serba mewah. Beberapa orang tua membawa putri-putri mereka untuk dikenalkan pada ayahnya, agar kelak kemungkinan dari beberapa gadis itu bisa dengan pasti mendapat sebuah kehormatan menjadi Nyonya kecil baru di keluarga Ehren yang terpandang.
Hansa sendiri merasa tenggorokannya sangat gatal, dia tidak bisa terlalu lama berdiri di lingkaran sosialita yang berlebihan dan juga aroma tubuh mahal yang dibuat-buat oleh beberapa rekan bisnis ayahnya.
Akan tetapi, Quirin Ehren jelas tidak akan melepaskannya begitu saja dari perjamuan ini. Hansa sudah bisa menebaknya, lelaki tua itu pasti memiliki niat la
Azura harus meluangkan waktunya sekali lagi untuk mengantar tiga anak Hansa pergi ke tempat penitipan anak yang sekaligus berperan sebagai tempat di mana anak-anak yang berumur di bawah lima tahun bisa belajar dan bermain.Namun, kali ini Azura jelas tidak akan meninggalkan anak-anak itu sepenuhnya berada di bawah pengawasan para pengasuh di penitipan.Dia berniat untuk ikut andil melihat bagaimana anak-anak yang diasuhnya itu bersikap di tempat tersebut.Perjalanan menggunakan taxi cukup mengeluarkan tarif perjalanan yang besar, Azura harus menelan ludah ketika mendapati betapa terkurasnya gajinya hanya untuk membayar taxi itu.Taxi yang mengantar mereka telah berlalu dari pandangan. Sekarang Azura melihat papan na
Setelah pesta usai, Hansa bergegas naik ke lantai atas menuju kamarnya. Dia merasa sangat lelah, ketika dirinya melepaskan semua pakaian formal andalannya pria itu segera mandi dan melemaskan otot-otot tubuhnya yang menegang sejak tiga jam lamanya.Hansa mandi sangat cepat, sampai pintu kamarnya diketuk dengan keras oleh seseorang.Mendecak kesal dengan pinggang yang masih terlilit handuk putih, Hansa membuka pintu kamarnya dan terlihat sosok pria yang saat ini tidak ingin Hansa temui berdiri di depan pintunya.Namun, bukan sapaan atau perkataan baik yang Hansa dapatkan, anak kedua dari Quirin Ehren itu mendapat pukulan tepat di pipi kirinya. Sehingga siapa pun di lantai bawah bisa mendengar pertengkaran yang baru saja akan dimulai itu.
Azura sebenarnya tidak ingin tahu banyak soal masa lalu Hansa dengan beberapa baby sitter yang pernah mengasuh anak dosennya itu. Akan tetapi, semakin dipikirkan Azura jadi paham kenapa Nyonya Alice sempat berkata buruk tentang para pengasuh yang lama.Pada kenyataannya, para baby sitter yang dibayar Hansa untuk mengasuh tiga anak kembar angkatnya itu semuanya adalah penipu dan tidak lebih berpura-pura menjadi sosok pengasuh yang berpengalaman hanya untuk mendekati Hansa.Ya, Azura sangat menyayangkan sikap tidak profesional seperti itu. Sangat berbeda sekali dengan Azura yang mengambil pekerjaan menjadi baby sitter ini secara terpaksa karena dia harus membayar uang kuliahnya. Sejujurnya, Azura ingin bekerja di tempat lain. Namun melihat betapa besar gaji untuk menjaga tiga balita saja sudah membuat Azura meneteskan air liur.
Luisa sama terkejutnya dengan Azura ketika mereka berdua bertemu lagi satu sama lain. Setelah masalah besar yang dibuat Azura dalam keluarganya, Anak sulung dari keluarga Edith itu segera tersenyum cerah, dan Azura tidak tahan untuk tidak memeluknya. Namun, dia tidak dalam kondisi bisa memeluk lagi seperti dulu.Azura sadar akan tempatnya sekarang, dia tidak pantas untuk menyentuh sosok penerus keluarga Edith yang sukses itu.Luisa yang hendak memeluk seketika berhenti, ketika dia melihat perubahan ekspresi dari Azura. “Kenapa?” tanya Luisa pada Azura yang seperti mengelak untuk dipeluk.Azura tersenyum canggung, “Tidak, aku tidak mengelak hanya saja sudah lama kita tidak saling berpelukan. Ini sangat canggung kak,” jawab Azura membuat Luisa cepat men
Azura harus menelan rasa kesalnya semalaman penuh akibat perkataan Nyonya Arisha padanya. Dia pada awalnya tidak berniat untuk bersikap buruk dan tidak sopan, akan tetapi Nyonya Arisha seakan memancing kemarahannya untuk keluar begitu saja.Sementara itu sampai hari ini, Azura belum mendapatkan kabar lagi dari Hansa dan Oliver kapan mereka pulang dari rumah utama mereka. Azura berpikir dia tidak mungkin bolos kuliah lagi, jadi ketika dia selesai membuat sarapan pagi untuk tiga anak Hansa yang akan dititipkan di penitipan anak. Azura berniat menelpon Gauri, dan belum sempat ia menekan panggilan. Gauri lebih dulu menelponnya."Selamat Pagi sahabatku!" Gauri menyapa Azura dengan semangat seperti biasanya."Pagi juga untukmu, aku baru saja hendak menelpon," ungkap Azura.
Itu terjadi kemarin malam, Luna anak bungsu dari keluarga Edith melihat betapa masamnya wajah ibunya dan juga murungnya wajah kakaknya ketika mereka pulang dari acara perjamuan pesta di kediaman Ehren.Luna biasanya membayangkan keceriaan di wajah keduanya saat pulang, sebab Luisa kakak perempuannya itu kemungkinan besar bertemu kembali dengan anak pertama keluarga Ehren yang bernama Ansel itu.Akan tetapi, apa yang dilihatnya sekarang berbeda. Namun, saat Luna ingin bertanya apa alasan keduanya seperti itu ibunya hanya mengabaikannya sedangkan kakaknya enggan untuk bercerita. Terpaksa Luna harus menelan rasa penasarannya dan akan bertanya lagi esok pagi.Waktu berlalu dengan cepat dan pagi hari sudah tiba, saat semua keluarga sarapan di pagi hari dengan banyak makanan yang
Sudah dua jam Oliver dan Hansa berkendara pulang menuju apartemen mereka, dan tidak sedikit pula Oliver terus menunjuk beberapa tempat yang menjual banyak makanan dan juga beberapa barang bagus. Akan tetapi, kakaknya itu hanya mengabaikannya saja sehingga membuat Oliver mendengkus sebal."Lalu, oleh-oleh apa yang akan kita bawa untuk Azura dan tiga prajurit kecilmu?" Oliver mulai bertanya.Hansa melirik Oliver dari kaca dashboard. "Kita membelinya di mall saja, ada banyak pilihan di sana nanti," jawab Hansa yang masih fokus berkendara.Oliver yang mendapat jawaban seperti itu mencebik. "Kau sangat tidak asyik, Kak. Tidak tahu selera," sindir Oliver yang kini mulai bermain ponselnya."Membeli oleh-oleh itu tidak perl
"Ngomong-ngomong, bagaimana keseharianmu mengurus anak orang?" tanya Gauri yang menumpukan dagunya di kedua lengan yang terlipat di atas meja.Azura yang sejak tadi sedang mengetik tugas melirik temannya itu. "Ya, begitulah. Aku melewati hari-hari yang berat dengan mengasuh tiga balita, untungnya semakin ke sini ketiganya tidak terlalu nakal lagi padaku," jawab Azura."Lalu, apa kau berniat akan bekerja lama dengan Dosen itu?" Kini Naim yang ikut bertanya.Azura berhenti mengetik, "Aku belum memikirkannya, mungkin aku akan berhenti saat aku menginjak semester akhir saja," ucap Azura membuat Naim mengangguk."Itu artinya, mulai sekarang kau harus berhemat Azura. Maksudnya di sini, kau harus pandai mengatur uang. Satu