Happy Reading and Enjoy~
Mengangkat alisnya sebelah, Allard bertanya heran. "Apa yang kau setujui?"
"Menjadi bonekamu," jawab Luna mantap.
Allard mengerjap. Apa gadis ini tau yang di maksud dengan kata 'boneka' di sini? Itu bukan tentang menjadi diam dan penurut saja.
"Oke baiklah, kau yang sudah memilih. Sekarang ikut aku."
Allard berjalan ke satu pintu yang berada di pojok ruangan. Ternyata itu adalah kamar yang bernuansa hitam. Gelap dan dingin. Jantung Luna berdetak dua kali lebih cepat. Ia menatap Allard dengan pandangan bertanya-tanya.
"Kau ingin menjadi bonekaku, bukan?"
Tanpa ragu Luna mengangguk, yang terpenting adalah menikah dengan Allard.
Allard berjalan mendekatinya, menjambak rambutnya kasar lalu mendorongnya ke atas ranjang. "Ini caraku memperlakukan bonekaku. Jangan mundur, kau sendiri yang memilih."
Kali ini Luna melihat wajah Allard semakin dingin. Pria itu berbeda, tidak tersenyum dan tertawa seperti tadi. Pri-pria ini adalah orang yang berbeda. Ada kesempatan, pintu kamarnya masih terbuka.
Luna berlari ke arah pintu dan langkahnya oleng. Allard menjegal kakinya, Luna terjatuh di atas karpet merah yang berada di kamar itu.
"Mau kemana, boneka mungil? Bukankah kau sendiri yang ingin seperti ini, menjadi istriku harus mengorbankan diri."
Allard menyeret kakinya menuju ranjang, lalu membangunkan gadis itu sebelum mendorongnya kasar. Luna memeluk tubuhnya sendiri, matanya menatap ke arah pintu.
"Ak-aku tidak mau menjadi istrimu. Aku ingin pulang! Bi-biarkan aku pergi."
"Sudah terlambat, sayang." Allard berjalan ke arah pintu, menguncinya lalu menyimpan kuncinya di saku celana.
Luna kalap, ia melihat sekeliling dan tidak menemukan apapun yang bisa digunakannya untuk bersembunyi. Saat melihat Allard berjalan mendekat ke arahnya, Luna menjauh. Ia berlari tapi tidak ada jalan dan berakhir di pojok kamar. Air matanya sudah mengalir deras.
Allard sendiri tampak santai, melepas jasnya lalu mencampakkannya ke lantai. Kancing atas kemejanya sudah terbuka. "Kenapa ketakutan seperti itu, kelinci kecil?"
"Ku-kumohon. Aku harus pergi, mom-mommy sudah menunggu di rumah."
"Kau sudah memilih." Allard menarik tubuhnya mendekat. Tidak seperti tadi yang masih di lakukannya dengan lembut. Allard mencium Luna dengan kasar, bahkan tangannya menjambak rambut Luna agar mendongak ke arahnya.
Luna memberontak, ia memukul-mukul tubuh Allard yang tentunya tidak berpengaruh apapun bagi pria itu.
Melepaskan ciumannya juga dengan kasar, Luna merasa bibirnya membengkak. Tangan Allard melayang menampar wajah Luna yang mulus. "Diam dan jangan berontak!" bentaknya kuat.
Luna terhempas ke lantai, rasa anyir memenuhi mulutnya. Ujung bibirnya berdarah, tubuhnya bergetar ketakutan. Ia beringsut mundur sementara kedua matanya mengabur.
Mommy, Luna ketakutan saat ini. Tolong mommy, tolong!
Allard membungkuk. "Kau mungkin tidak kenal siapa diriku yang sebenarnya. Sebelum meminta orang lain untuk menikahimu, sebaiknya kau selidiki terlebih dahulu calonmu."
Ia mencekik Luna dengan kuat. "Katakan siapa yang mengirimmu? Atau ku patahkan leher ini."
"Ti-tidak ada, daddy ingin menikahkanku dengan ... akh ...."
Allard semakin menekan lehernya. Luna merasa inilah akhir hidupnya. Daddy, mommy, ia akan mati saat ini juga. Maafkan kesalahannya yang mati dengan sia-sia tanpa menghasilkan uang. Semoga daddy dan juga mommy berhasil menemukan anak lain yang bisa menggantikannya.
Luna menutup matanya, pandangannya semakin menggelap. Tubuhnya luar biasa lemas. Di saat itulah cekikan pada lehernya terlepas.
***
Mengingat nama Allard membuatnya ketakutan. Membunuh karyawan di tangga darurat saja merupakan hal yang biasa bagi pria itu, maka tidak heran gadis lemah seperti Luna berakhir di tangannya. Luna merasa sekujur tubuhnya menggigil, apa di akhirat sedingin ini?
"Kau sudah sadar?"
Suara bariton yang menyapa telinganya membuat Luna terlonjak, ia beringsut mundur meski tidak tau dari mana suara itu berasal. Suara itu milik Allard, berarti ia belum mati. Matanya memperhatikan sekitar, nuansa gelap ini menghalangi pandangannya. Luna takut.
Ranjangnya bergerak, ada yang naik. Luna semakin mundur hingga punggungnya menyentuh kepala ranjang, menarik selimut hingga menutupi kepalanya. Tubuhnya bergetar.
Satu tangan kokoh menarik selimutnya dengan kasar, membuat Luna menjerit histeris. Ia beringsut mundur dengan tergesa-gesa. Menatap takut ke arah Allard yang berwajah dingin.
"Aku bukan mata-mata!" teriaknya kuat, bahkan sekarang dirinya sudah terisak.
"Semua penjahat akan mengatakan hal yang sama. Apalagi jika berada di posisimu, tersudut."
Allard memegang kedua bahunya kasar, mendekatkan wajah Luna pada wajahnya. Luna tidak bisa melihat Allard dengan jelas, kegelapan ini menyiksanya.
Ada yang merambat, tangan Allard semakin menurun hingga mencapai titik sensitif Luna. Menekan di sana, lalu memutuskan untuk memeriksa dengan satu jari telunjuknya.
Luna menjerit ketakutan, tangannya memukul-mukul tuhuh yang berada di hadapannya.
"Sst, diamlah. Kau akan menyakiti dirimu sendiri jika nekat memberontak."
"A-aku tidak mau! Mommy! Daddy!"
"Tidak ada yang mendengarmu, kau tidak bisa keluar dari sini selamanya. Tapi aku akan mempertimbangkan untuk mengeluarkanmu jika kau menurut."
Luna merasa oksigennya menipis, ia terengah-engah untuk menghirup udara. "Kau pembohong! Kau bilang akan menikahiku jika aku berhasil menciummu, kau juga bilang akan menikahiku jika aku menjadi bonekamu!"
Allard tertawa sinis. "Beginilah caraku memperlakukan bonekaku, gadis kecil. Boneka ada untuk di mainkan."
Benda tajam menggiris pipinya, Luna menjerit kesakitan. Bau darah langsung tercium, ia merasa ada yang mengalir dari pipinya. Allard mendekat, menjulurkan lidahnya untuk menghisap darah yang mengalir di pipi Luna.
"Bahkan darahmu juga manis. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya jantung ini." Tangan Allard terarah pada dadanya.
P-psikopat. Lelaki ini ... pembunuh. Psikopat gila. Tubuh Luna semakin bergetar. Allard kembali menjilati darah yang mengalir dari pipinya.
"Bo-boneka ada untuk di sayang. A-ku menjadi bo-bonekamu, maka sayangi aku."
Allard terbahak, tawanya kejam. Jika saja ruangan ini terang, mungkin Luna bisa melihat bagaimana netra abu itu berkilat.
"Ini caraku menyayangi benda yang ku suka, jadi ...."
Dagunya di cengkram, satu ciuman mendarat dengan kasar. "Terima saja nasibmu."
"Nikahi aku!" Luna menjarit sembari terisak ketika ciuman itu terlepas.
"Nikahi aku, aku bersedia menjadi bonekamu. Seumur hidup, cukup bantu saja keluargaku. Ji-jika aku mata-mata seperti yang kau katakan, maka kau boleh ... boleh membunuh ku saat itu juga."
Senyum miring terukir di bibir Allard. "Menarik," gumamnya.
"Tapi ku pikir kematian tidak cukup, jadi jangan berharap mati dengan mudah. Kau akan tau akibatnya apabila menipuku. Oke, baiklah, lehermu masih berwarna merah dan kemungkinan akan membiru. Sampai warna itu hilang kau tinggal denganku untuk beberapa hari. Aku akan mengirimkan uang pada keluargamu dan mengatakan kau baik-baik saja."
Bersambung...
Happy Reading and Enjoy~Luna menggeleng pelan. Takut, ia tidak ingin tinggal dengan Allard. Tapi bagaimanapun, akhir hidupnya akan bersama Allard, mungkin sampai napas terakhirnya.Allard menodongkan kembali benda tajam itu ke pipinya. "Aku akan memberikan beberapa syarat yang harus kau patuhi, jika kau melanggar maka ada hukuman khusus. Jadilah gadis yang baik." Allard mengecup pipinya singkat.Seketika ruangan itu berubah menjadi terang, Luna memejamkan matanya. Cahaya lampu membuatnya belum terbiasa, lalu matanya membuka secara perlahan. Menatap Allard yang saat ini berbaring di sebelahnya sembari memainkan ponsel.
Happy Reading and Enjoy~Allard membuka paksa piyama Luna hingga tubuh gadis itu polos tanpa sehelai benang. Ia juga menghidupkan shower dengan air hangat, membuat lapisan kaca pada shower box itu berembun. Tanpa rasa malu lelaki itu juga melucuti pakaiannya sendiri.Luna meringkuk, tubuhnya terasa sakit, air yang menyentuh kulitnya terasa perih. Ia menutup matanya, tidak memiliki keberanian menatap wajah Allard. Kepalanya terdongak, dengan tarikan kuat pada rambutnya. Tarikan yang menyakiti kulit kepalanya. Luna merasa dagunya di cengkram, tangan Allard menyentuh luka pada pipinya, menekan disana dengan kuat.
Happy Reading and Enjoy~Luna membuka kain yang digunakan untuk menutup mulut Yessie. Tidak menyadari Allard yang berjalan mendekat ke arahnya, pria itu mencengkran tangan Luna, membawa gadis itu menjauh dari Yessie. Satu tamparan kuat di layangkan pada pipi Yessie hingga tubuh wanita itu sedikit oleng, Allard kembali memasangkan kain untuk menutup mulut Yessie."Sudah ku bilang menjauh dari mereka! Kenapa kau keras kepala, hah!" teriaknya tepat di depan wajah Luna, membuat gadis itu memejamkan matanya dengan tubuh bergetar."Jangan dekati orang seperti mereka!" desisnya tajam. Allard menariknya menjauh dengan sedikit paksaan, sebab Luna memberontak.
Happy Reading and Enjoy~Kebanyakan orang akan melihatmu ketika sukses, lalu bergumam dengan nada kagum sembari mengucapkan, "Aku ingin jadi dia, aku ingin jadi kekasihnya. Aku ingin menikah dengannya dan di manja olehnya." Serta banyak ucapan lain yang membuat mereka lupa, bahwa sebuah kesuksessan di capai dengan usaha yang keras. Begitulah yang terjadi pada Allard Washington.Wanita-wanitanya berlomba-lomba menarik perhatiannya, sementara rekan bisnisnya sibuk menjilat di bawah kakinya. Temannya bermuka dua, tidak ada yang benar-benar tulus ketika seseorang sudah berada di puncak.Allard memasang tampang ramah, bersikap sebagai teman dan juga rekan bisnis yang memihak. Di belakang itu semua, Allard menampilkan taringnya. Tidak ada yang mengetahui sisi gelapnya kecuali orang-orang ter
Happy Reading and Enjoy~Ketika Allard keluar sembari membawa tubuh Luna di dalam gendongannya, ia menatap seorang pemuda yang berdiri dengan kedua mata terbelalak. Ada dendam di sana. Apa pemuda itu mendengar pemburuannya?Kedua mata pemuda itu menyipit tajam, rahangnya mengeras dengan tangan mengepal. Tubuhnya sendiri di halau bodyguard Allard. Tadi Allard melihat pemuda itu memberontak, memanggil nama Luna berkali-kali.Bocah ingusan.Mengabaikan pemuda tak di kenal itu, Allard berjalan santai menuju limusinnya. Masuk ke dalam dengan perlahan, sembari membawa tubuh Luna bersamanya."Luna! Bangun, ini aku Derald. Aku sudah membuat perjanjian dengan Daddy, kita akan meni
Happy Reading and Enjoy~"APA YANG KAU LAKUKAN PADA LUNA!!! AKHHH!!"Kalut, Luna menggunakan kakinya untuk menendang pintu besi itu, yang tentunya tetap tidak memberikan efek apapun. Ia kembali berteriak, melompat-lompat kecil guna melihat apa yang terjadi.Ia membalikkan badan untuk menatap sekeliling ruangan, apa yang bisa di gunakannya untuk mendobrak pintu ini. Sayangnya tidak ada apapun di dalam ruangan ini selain ranjang dan juga beberapa lemari. Tetapi di ujung ruangan terdapat pintu yang berwarna coklat, jika tidak di perhatikan baik-baik pintu itu seperti dinding kamar.Menguatkan tekad, Luna berjalan ke arah pintu itu. Pasti ada yang bisa digunakan di dalam sana. Sayang harapannya tida
Happy Reading and Enjoy~Dengan langkah lebar Allard berjalan menuju kamar tempat Luna terbangun, rahang pria itu menegang. Membuat wajahnya tampak menyeramkan, tetapi kapan wajah pria itu tampak normal? Saat pertemuan pertamanya dengan Luna, lelaki itu membunuh salah satu karyawannya yang berkhianat.Bercak darah menghiasi pipinya pada saat itu. Mengingatnya saja membuat Luna kelihatan seperti orang bodoh, mengapa pada saat itu ia memilih menaiki tangga darurat untuk menghindari resepsionis wanita yang berpacaran. Jika di pikirkan kembali, memangnya kenapa jika ia ketahuan berbohong? Hukumannya pasti mendapat perlakuan tidak hormat dari satpam di sana. Semua itu lebih baik dari pad
"Sudah puas lari-larinya, Luna?"Suara Allard menyapa dingin, membuat Luna langsung membelalakkan matanga. Menatap lelaki itu dengan horor. Ke-kenapa Allard bisa menemukannya? Bukankah ia sudah bersembunyi dengan baik ...Tap-tapi tadi ketika ia berlari Allard tidak mengikutinya, kenapa sekarang bisa berada di sini? Tanpa perasaan Allard menarik rambut Luna menyeret tubuhnya dengan kasar. Mau tidak mau Luna mengikuti langkah lelaki itu dengan sedikit tergopoh. Tangannya mencoba melepaskan jari-jari kekar Allard di rambutnya.Lelaki itu membawanya memasuki ruangan dengan pencahayaan yang minim. Ruanga
Ara menatap Allard dan Luna bergantian.''Selama aku menikah dengan Alex aku belum pernah kencan dengannya. Dan apa? Kalian menitipkan Sia karena ingin kencan seharian! Huh, jika aku tidak menyukai Luna, aku tidak akan mau melakukannya!''Luna mengulum senyum. ''Maafkan aku, Ara. Aku tidak tahu lagi kepada siapa kami bisa menitipkan Sia. Kau tau bahwa Sia sangat suka bermain dengan Dom.''Ara mengibaskan tangannya ke udara. ''Ya, kurasa kita akan menikahkan anak kita setelah besar nanti,'' ucapnya sembari mengedipkan matanya sebelah.Luna terkekeh sementara Allard berdehem. ''Aku tidak mau menjadi keluarga dari kembaran Arthur.''''Lupakan! Aku juga tidak mau putraku punya mertua sepertimu.'' Ara melotot.Seketika Luna terbahak, wanita itu menutup mulutnya dengan satu tangan guna meredam suaranya.''Baiklah, mungkin kami bisa pergi sekarang. Maaf merepotkanmu, Ara.''Ara ter
Luna mengulum senyum saat merasakan lengan kekar yang menyelimuti tubuhnya.''Kau masih marah padaku?'' Allard bertanya lembut.Ia tidak menjawab, kali ini apapun bentuk rayuan Allard tidak akan bisa mempengaruhinya. Lelaki itu tidak berubah!Bagaimana bisa menghukum salah satu karyawannya karena tidak sengaja memegang lengan Luna ketika ia hampir saja terjatuh. Jika karyawan itu tidak menolongnya maka sudah bisa dipastikan kedua lututnya mencium lantai.Bukannya merasa berterima kasih, Allard malah marah dan mengancam untuk memecatnya. Lelaki itu sungguh posessif! Dan sungguh ini bukan yang pertama kalinya.''Aku minta maaf, aku hanya tidak rela tubuhmu disentuh pria lain.''Luna mencoba melepaskan pelukan Allard.''Kau selalu berkata begitu dan mengulangi kesalahanmu. Apa kau tidak berpikir jika dia tidak ada maka tubuhku jatuh ke lantai? Makan siangmu juga akan jatuh berantakan. Ka
Tok tok tok Luna langsung membuka pintu tanpa melihat tamunya terlebih dahulu. Seketika ia langsung terperanjat melihat Grey yang berdiri di depan pintu rumah kumuhnya beserta beberapa bodyguard yang lain. Buru-buru Luna menutup pintunya, tapi Grey lebih dulu menahannya. ‘’Boleh saya masuk, Nona?’’ ‘’Ma-maaf, aku tidak bisa membiarkan orang asing masuk. Permisi.’’ ‘’Tunggu!’’ Grey tetap menahan daun pintu agar tidak tertutup. ‘’Ini tentang Tuan Allard. Saya tahu bahwa Anda mungkin tidak mau lagi mendengar apapun tentangnya, tapi saya belum pernah melihat Tuan sefrustrasi itu kehilangan seorang wanita.’’ Luna mendongakkan dagunya dengan gaya sombong. ‘’Yang dia inginkan adalah anak ini, bukan aku.’’ ‘’Anda salah, nona. Saya datang ke sini ingin membuat perjanjian dengan Anda.’’ ‘’Perjanjian’’ Luna mengerutkan dahinya, lalu pada akhirnya membuka lebar pintu rumahnya. ‘’Masuklah, kita bicarakan di dalam.’’ Tidak perlu diperintah dua kali, Grey langsung melangkah masuk. ‘’
Happy Reading and Enjoy~Allard menekan perasaan ketika tiba di depan rumah kumuh yang berada di hadapannya. Bagaimana bisa Luna memutuskan berada di sini dan meninggalkan kastilnya yang mewah!?Ia mengetuk pintu rumahnya. Tidak ada jawaban. Allard kembali mengetuknya dengan tidak sabar, ia sudah menahan dirinya agar tidak langsung mendobrak pintu kumuh ini. Masih tetap tidak ada jawaban, yang terdengar hanya erangan kesakitan.''Luna kau di dalam?'' Ia bertanya cemas.Tidak ada sahutan. Kembali yang terdengar hanya erangan.Persetan dengan segalanya, Allard mendobrak pintu kumuh itu. Hanya dua kali dobrakan engsel pintu itu langsung terlepas. Ia akan memberi pelajaran bagi siapapun yang telah memberi Luna rumah tak layak pakai ini.''Luna!''
Happy Reading and Enjoy~Tidak ada yang berubah dari hubungan mereka, tapi sikap Allard perlahan berubah menjadi sedikit lebih hangat. Lelaki itu akan memeluknya dan mengelus perutnya hingga Luna terlelap.Saat bangun pagi Allard sendiri yang menyiapkan sarapannya. Ekspresi lelaki itu tetap sama, datar tanpa senyum. Sampai saat ini mereka baik-baik saja.Dan jika ada bom maka inilah harinya. Saat ia sedang berjalan-jalan di taman, salah satu bodyguard menghampirinya dan memberikan satu rekaman kecil.''Nona, saya mohon jangan beritahu Tuan Allard. Jika nona memberitahunya maka nyawa saya melayang, saya hanya ingin hidup nona bahagia tanpa adanya tipuan. Hanya ini yang bisa saya lakukan.''Mendengar hal itu ia buru-buru pergi ke kamarnya dan menghidupkan benda kecil yang di
Happy Reading and Enjoy~“Ada satu kabar gembira lagi yang ingin saya sampaikan. Wanita yang berdiri di samping saya ini sedang mengandung, tidak ada hari yang paling bahagia kecuali hari ini. Hari dimana saya tahu bahwa istri saya tersayang mengandung anak kami.”Riuh tepuk tangan terdengar membahana, semua tamu yang berada di sana memasang wajah ceria dan bahagia. Semua tersenyum dan bergantian memberi ucapan selamat, berbanding terbalik dengan Luna yang memucat.Allard mengetahui dirinya hamil. Sejak kapan? Apa lelaki itu langsung menyelidikinya setelah pergi dari kamarnya kemarin? Lantas mengapa Allard tidak mendatanginya dan marah kepadanya seperti yang ditakutkannya?Bahkan Allard menyampaikan kabar itu di depan rekan-rekan bisnisnya, apa lelaki itu menerima anak yang berada di kandungannya?“Kenapa wajahmu p
Happy Reading and Enjoy~“Luna hamil.”Arthur terbatuk, menatap Allard dengan kedua mata membesar. “Kau yakin?”“Emosinya tidak stabil dan stamina tubuhnya melemah, tapi dia tidak mual seperti kebanyakan wanita hamil.”“Apa tindakanmu selanjutnya? Bukankah kau tidak mau punya anak.”“Aku mau.”Arthur kembali terbatuk. “Kau punya kepribadian ganda?”Allard berdecak. “Aku tidak mau punya anak karena anakku harus lahir dari rahim yang suci, dan tentunya dari wanita yang menjadi istriku, bukan wanita one night stand.”“Kau sendiri yang mencantumkan larangan hamil pada kesepakatan pernikahanmu dengan Luna, lalu sekarang kau ingin
Happy Reading and Enjoy~Ada yang salah. Luna menyadari hal itu sejak ia tinggal di penthouse Allard. Tubuhnya semakin lemah, sering pusing dan mual. Emosinya tidak menentu, bahkan ia sering marah pada sesuatu yang tidak jelas. Parahnya lagi, ia diam-diam menginginkan keberadaan Allard.Lelaki itu memang mengunjunginya, tapi hanya berupa kunjungan singkat, dan Luna tidak menginginkan itu semua. Ia ingin Allard di sini bersamanya dan dalam jangkauan matanya. Seketika tubuhnya meremang. Tidak, tidak mungkin!Apa-apaan pikiran itu.Apa yang terjadi pada dirinya Tuhan … ia benar-benar ingin Allard berada di sini, hingga rasanya Luna sanggup memohon pada siapapun untuk bisa mempertemukannya dengan Allard.Oh, sial, ia mulai pusing.Luna membaringkan tubuhnya yang terasa lemah. Mungkin hal ini akan d
Happy Reading and Enjoy~Satu minggu berlalu, Luna tidak mendapat kemajuan apapun. Ia hanya berkeliling mencari penginapan dan pekerjaan, tapi semua menolaknya.Satu bulan berlalu, tetap sama.Tiga bulan berlalu, sialnya masih sama. Ia melakukan hal yang sia-sia, berjalan dan mencari tanpa hasil. Sementara semakin bertambahnya hari ia makan dan tinggal di penthouse Allard, seolah-olah tidak ada yang berubah dari perceraian mereka.Allard sendiri sesekali mengunjunginya, menanyakan apa kebutuhannya, bahkan terkadang membawanya ke beberapa restoran dan makan dengan gaya romantis. Lelaki itu tidak pernah berteriak padanya, tidak pernah berbicara kasar, meskipun tidak menutup kemungkinan sifatnya masih dingin.Allard masih berwajah kaku, tidak pernah tersenyum padanya. Meskipun tersenyum, ha