Happy Reading and Enjoy~
Ketika Allard keluar sembari membawa tubuh Luna di dalam gendongannya, ia menatap seorang pemuda yang berdiri dengan kedua mata terbelalak. Ada dendam di sana. Apa pemuda itu mendengar pemburuannya?
Kedua mata pemuda itu menyipit tajam, rahangnya mengeras dengan tangan mengepal. Tubuhnya sendiri di halau bodyguard Allard. Tadi Allard melihat pemuda itu memberontak, memanggil nama Luna berkali-kali.
Bocah ingusan.
Mengabaikan pemuda tak di kenal itu, Allard berjalan santai menuju limusinnya. Masuk ke dalam dengan perlahan, sembari membawa tubuh Luna bersamanya.
"Luna! Bangun, ini aku Derald. Aku sudah membuat perjanjian dengan Daddy, kita akan menikah. Luna! Sadarlah, dan pergi dari lelaki itu."
Teriakkan pemuda itu mengganggu Allard, ia menolehkan kepala dan melayangkan tatapan dingin ke arah pemuda yang masih mencoba melawan.
Perjanjian? Menikah? Apa-apaan semua itu. Rahang Allard mengeras, pemuda tidak tau diri itu harus di beri pelajaran. Memangnya siapa dirinya ingin menikahi Luna. Ia menggerakkan tangannya, memberi isyarat pada salah satu bodyguardnya agar mendekat.
"Bawa pria itu."
Allard akan memberitahu pada pria itu siapa dirinya yang sebenarnya. Bagaimana bisa Luna lebih memilih pemuda tengik seperti itu untuk menjadi suaminya, kecuali Luna benar-benar gila.
"Apa yang kalian lakukan! Lepaskan!"
Sempat di dengarnya pemuda itu berteriak ketika tubuhnya diangkat. Allard tersenyum miring, ia akan melakukan gertakan kecil pada bocah ingusan itu. Ia menunduk menatap Luna yang masih memejamkan kedua matanya.
Tampaknya tidak semudah itu membuat Luna berpikir dan menata jiwanya. Sebab ketika ia terbangun nanti, akan ada kejutan lain yang menunggu.
Limusin itu berjalan meninggalkan pekarangan rumah Luna. Rumah Luna sendiri berada cukup jauh dari keramaian, setelah jatuh miskin mereka menjual rumah besar di kota. Membeli rumah sederhana yang jauh dari keramaian, dan itu bagus.
Karena membuat Allard tidak perlu repot-repot membawa Joan ke ruangannya untuk di bunuh.
Ibu jarinya terulur, membelai pipi Luna dengan lembut. Lagi-lagi rasa posessif yang hadir dan rasa ketertarikan yang sangat kuat, melonjak ke permukaan. Membuat Allard semakin menunduk untuk mencium bibir manis berwarna peach itu.
Allard terikat, ia tidak bisa berpaling dan semakin ketagihan. Oh, ayolah, tidak mungkin ia menyalurkan nafsunya pada tubuh yang tergeletak tak berdaya ini. Bagaimanapun juga, Allard lebih menyukai ketika mata Luna terbuka, menatap wajahnya dengan penolakan yang kental. Allard menyukai sensasi itu.
Nanti setelah Luna sadar, Allard berjanji akan memakai gadis itu sepuas-puasnya. Ia tidak akan menahan nafsunya lagi, menyalurkan hasrat itu poin pertama dalam hidupnya. Gadis malang yang terikat dengannya, tetapi tidak benar-benar dikatakan kebetulan bagi pertemua mereka.
Meski Luna yang menemuinya dan memintanya untuk menikahi gadis itu, tetapi pertemuan ini juga di sebut sebagai takdir. Takdir yang membawa gadisnya ke dalam pangkuannya lagi.
Gadis yang selama ini keberadaanya hampir saja di lupakan, bahkan oleh semua orang. Gadis yang hidup nyaman dengan identitas baru tanpa tau identitas aslinya. Setelah semua ini selesai, Allard juga berniat menutupi hal yang sebenarnya.
Ia sudah tertarik, tidak bisa menghentikan rasa dan juga hasratnya. Soal keterikatan mereka di masa lalu, biarlah menjadi masa lalu. Toh, saat ini dan sekarang juga, semuanya bergerak dengan cara yang berbeda. Allard dengan identitas baru, dan Luna dengan identitas baru.
Masa lalunya akan tertutup rapat.
***
Seperti tidak memberikan waktu untuk dirinya tenang, kali ini Luna terbangun dengan keadaan ruangan yang gelap. Tetapi meskipun begitu, ada lampu hidup yang terlihat redup. Luna memegang kepalanya yang terasa sakit, rasa mual yang sangat naik ke permukaan.
Bau anyir darah memenuhi indra penciumannya, Luna tidak menyukai bau ini, membuatnya pusing. Wajah daddy dan juga mommy terlintas di benaknya, membuat tubuh Luna menegang. Pembunuhan itu tidak terlalu menyeramkan, tanpa penyiksaan yang menyakiti. Tapi mampu membawa dirinya masuk ke dalam kubangan kesengseraan, terlebih itu adalah orang tuanya.
Rasa benci dan dendam merasuk hingga membuatnya sesak, bagaimana ia bisa menghabiskan waktu ke depannya dengan orang yang telah membunuh kedua orang tuanya? Tidak, tidak ada kalimat akan menghabiskan waktu untuk ke depannya. Sebab, tidak ada masa depan di dalam1 hidupnya, Luna akan membunuh Allard. Sekarang, saat ini juga!
Mengabaikan rasa pusing yang menghantam kepalanya, Luna bangun untuk untuk memeriksa ruangan yang saat ini di tempatinya. Tidak seperti yang lalu, ketika ia terbangun berada di kamar yang luas. Kali ini, Luna berada di ruangan persegi tidak terlalu luas. Hanya ada ranjang berukuran king size dan beberapa lemari yang tentunya tampak mewah.
Pintunya sendiri terbuat dari besi putih, ini tampak seperti penjara bagi para bangsawan. Pintu besi itu terdapat bolongan di atasnya, membuat Luna bisa melihat keadaan di luar dengan berjinjit. Yang menjadi masalah, pintu besi itu terkunci. Membuat Luna mau tidak mau berjinjit untuk melihat keadaan di luar ruangan.
"Akhh!!!"
Suara teriakkan yang kuat serasa tidak asing. Luna melompat-lompat kecil guna melihat lebih jelas apa yang terjadi di luar ruangan. Itu suara orang yang di kenalnya, perasaan Luna mulai tak menentu. Dadanya berdegub dengan rasa takut yang menyelimuti. Jangan katakan setelah orang tuanya, Allard juga mengincar orang-orang terdekatnya.
Air matanya sudah menggenang, menelan ludah dengan susah payah Luna mulai berteriak. "Ada orang di luar?"
"Baji*ngan!!"
Teriakkan itu terdengar kembali, itu seperti suara ... Derald?
Ke-kenapa Derald bisa berada di tempat ini? Bukankah ini tempatnya Allard, Luna masih mengingat dirinya jatuh pingsan di pangkuan Allard. Dan bukan hal yang mustahil jika pria itu membawa Luna ke tempatnya. Mencoba menenangkan dirinya sendiri, Luna berasumsi dengan kalimat 'tidak mungkin Derald berada di sini' terlebih, Derald pasti sedang mengerjakan beberapa ujian untuk masuk ke universitas.
"Dimana Luna bang*sat! Akhh!"
Kedua mata Luna melebar, kali ini sudah pasti benar. Itu adalah Derald, Deraldnya. Tap-tapi kenapa?
"Ada orang di luar? Tolong keluarkan aku dari sini!"
Luna berteriak, mengambil resiko memukul-mukul pintu besi yang menghalanginya. Membuat tangannya yang kecil itu hanya mendapat rasa sakit, sementara pintu itu tidak terbuka. Yang membuatnya putus asa adalah, tidak ada orang yang mendengarnya. Suara dari luar seolah menggema, tetapi suara yang berasal dari dalam ruangan hanya memantul di ruangan itu sendiri.
De-derald tidak boleh mati. Membayangkan akan kehilangan Derald membuat Luna tanpa ragu akan menghabisi dirinya sendiri, ia akan memilih bunuh diri sebelum membalaskan dendamnya. Persetan dengan Allard, lelaki itu akan sulit di kalahkan. Jalan terbaik yang bisa di ambil adalah bunuh diri, lalu membalaskan dendammya di langit sana.
"APA YANG KAU LAKUKAN PADA LUNA!!! AKHHH!!"
Bersambung...
Halo semuanya, jangan lupa share cerita ini ke teman-teman kamu agar bisa sama-sama suka dengan cerita ini ya. Jangan lupa juga follow Instagram Author; Mesir_Kuno8181
Happy Reading and Enjoy~"APA YANG KAU LAKUKAN PADA LUNA!!! AKHHH!!"Kalut, Luna menggunakan kakinya untuk menendang pintu besi itu, yang tentunya tetap tidak memberikan efek apapun. Ia kembali berteriak, melompat-lompat kecil guna melihat apa yang terjadi.Ia membalikkan badan untuk menatap sekeliling ruangan, apa yang bisa di gunakannya untuk mendobrak pintu ini. Sayangnya tidak ada apapun di dalam ruangan ini selain ranjang dan juga beberapa lemari. Tetapi di ujung ruangan terdapat pintu yang berwarna coklat, jika tidak di perhatikan baik-baik pintu itu seperti dinding kamar.Menguatkan tekad, Luna berjalan ke arah pintu itu. Pasti ada yang bisa digunakan di dalam sana. Sayang harapannya tida
Happy Reading and Enjoy~Dengan langkah lebar Allard berjalan menuju kamar tempat Luna terbangun, rahang pria itu menegang. Membuat wajahnya tampak menyeramkan, tetapi kapan wajah pria itu tampak normal? Saat pertemuan pertamanya dengan Luna, lelaki itu membunuh salah satu karyawannya yang berkhianat.Bercak darah menghiasi pipinya pada saat itu. Mengingatnya saja membuat Luna kelihatan seperti orang bodoh, mengapa pada saat itu ia memilih menaiki tangga darurat untuk menghindari resepsionis wanita yang berpacaran. Jika di pikirkan kembali, memangnya kenapa jika ia ketahuan berbohong? Hukumannya pasti mendapat perlakuan tidak hormat dari satpam di sana. Semua itu lebih baik dari pad
"Sudah puas lari-larinya, Luna?"Suara Allard menyapa dingin, membuat Luna langsung membelalakkan matanga. Menatap lelaki itu dengan horor. Ke-kenapa Allard bisa menemukannya? Bukankah ia sudah bersembunyi dengan baik ...Tap-tapi tadi ketika ia berlari Allard tidak mengikutinya, kenapa sekarang bisa berada di sini? Tanpa perasaan Allard menarik rambut Luna menyeret tubuhnya dengan kasar. Mau tidak mau Luna mengikuti langkah lelaki itu dengan sedikit tergopoh. Tangannya mencoba melepaskan jari-jari kekar Allard di rambutnya.Lelaki itu membawanya memasuki ruangan dengan pencahayaan yang minim. Ruanga
Happy Reading and Enjoy~"Tanda tangani ini."Allard melemparkan berkas yang berada di tangannya. "Apapun yang tersaji di dalamnya harus kau patuhi, aku tidak ingin ada penolakan."Luna menghela napas. Tubuhnya sakit, kepalanya pusing. Dan napasnya terasa panas, dengan hidung yang tersumbat. Sudah tiga hari ia berada di dalam kastil ini, dan sejak saat itu ia mulai sakit hingga sekarang.Sebenarnya ia ingin beristirahat lebih lama. Allard menepati janjinya untuk melepaskan Derlad. Lelaki itu juga membawanya ke tempat antah berantah. Saat menuju ke sini, sepanjang perjalanan yang terlihat hanya pegunungan tandus.Luna tidak tau ia berada di mana. Tetapi tampaknya tempat tinggalnya saat ini terpencil. Meskipun begitu, ia berada dalam kastil mewah yang terasa gelap. Entah karen
Happy Reading and Enjoy~"Ap-apa yang kau lakukan?" Luna bertanya dengan bibir bergetar."Kau tidak berpikir percintaan kita biasa-biasa saja, 'kan?"Di tangan lelaki itu tidak hanya cambuk berwarna merah muda, tetapi juga ada bola gag, penutup mata dan juga ... lilin? Untuk apa? Matanya di larikan pada wajah Allard yang nampak bersinar, pria itu meletakkan barang-barang yang di bawanya ke meja di samping ranjang. Ia menutup mata Luna dengan kain berwarna hitam."Percayalah, kau akan sembuh setelah percintaan kita," bisiknya sensual.Luna menipiskan bibirnya, menahan amarah dan ketidakberdayaannya. Ia tidak ingin berteriak apalagi melawa
Happy Reading and Enjoy~Ombak bergelung, menghasilkan buih-buih yang tak kasat mata. Langit menggelap dengan ribuan bintang yang bertebar, bulan purnama menjadi pelengkap keindahan pada malam itu.Sepasang mata berwarna abu-abu menatap takjub pemandangan di hadapannya. Bibirnya yang kecil menggemaskan terbuka kesenangan, khas anak kecil.Meskipun angin laut membuat tubuhnya menggigil, tetapi ia seakan tidak memperdulikan semua itu. Saat keberangkatan mereka pada siang hari, Allard terlalu sibuk mengeluarkan isi perutnya. Dan malam ini membuatnya bersemangat.Satu tangan terulur untuk membelai rambutnya dengan pelan. "Sudah malam, Sayang. Kau harus beristirahat."Matanya yang indah mendongak, menatap protes ke arah wanita cantik dengan rambut sebahu yang sedang tersenyum ke arahnya. Pipinya mengembung menggemaskan, menolak untuk beristirahat.Seolah memahami, wanita itu membungkuk untuk mensejajarkan tinggi tubuhnya. "Angin malam tidak baik untukmu. Kau bisa sakit dan gagal menikmati l
Happy Reading and Enjoy~Allard tidak terlalu mengingat wajah-wajah yang membunuh ibunya, tetapi yang paling diingatnya adalah seorang lelaki yang memotong jari-jari daddnya. Dan itu adalah orangtua Luna, yang paling membuatnya bertambah yakin setelah melihat tato bergambar kupu-kupu berwarna hitam di dahi John.Meskipun ingatannya terasa samar, ia masih bisa menandai siapa-siapa saja orang yang turut andil dalam membunuh ayah dan ibunya. Mereka semua mempunyai tato bergambar kupu-kupu yang terletak di dahi. Setiap tato tidak berwarna sama, ada yang berwarna hitam dan juga merah.Setiap pekerjaan memiliki tingkat kesulitan, jika tato kupu-kupu berwarna hitam maka dia adalah ketua. Dan juga orang yang bertugas mendapat pekerjaan sulit seperti; membunuh, memutilasi, menyekap dan juga menyiksa.Sedangkan tato yang bergambar kupu-kupu berwarna merah, mereka diberi tugas dengan misi yang ringan. Menculik dan mengikat atau membawa korban pada ketua bertato kupu-kupu yang berwarna hitam.Alla
Happy Reading and Enjoy~"Jadi apa yang berhasil kau dapatkan dari pria itu?" Arthur kembali menuangkan wiskinya ke dalam gelas yang sudah kosong, tangannya terulur memanggil bartender, meminta es batu lebih banyak lagi. Bartender berkepala plontos dengan tubuh tinggi menjulang itu mengangguk patuh, berjalan pergi untuk memberinya es batu dengan wajah tanpa senyum.Allard, pria yang ditanya mendesah secara berlebihan. Matanya menajam meski alkohol sudah membuatnya sedikit mabuk hingga mata berwarma abu-abu itu tidak terlalu fokus. Rahangnya menegang dengan kemarahan yang mengental."Pria itu tidak membuka mulutnya, ini lebih sulit dari yang kuduga. Rasanya sia-sia saja sudah menangkapya, satu informasipun tidak ada yang berhasi kudapatkan."Arthur bisa memaklumi suasana hati lelaki itu, selama ini Allard menagkap musuh serta orang-orang yang dulu berpartisipasi pada pembunuhan ayahnya dengan begitu puas. Sebab mereka mau membuka mulut tentang keberadaan teman-teman yang lain, sehingga
Ara menatap Allard dan Luna bergantian.''Selama aku menikah dengan Alex aku belum pernah kencan dengannya. Dan apa? Kalian menitipkan Sia karena ingin kencan seharian! Huh, jika aku tidak menyukai Luna, aku tidak akan mau melakukannya!''Luna mengulum senyum. ''Maafkan aku, Ara. Aku tidak tahu lagi kepada siapa kami bisa menitipkan Sia. Kau tau bahwa Sia sangat suka bermain dengan Dom.''Ara mengibaskan tangannya ke udara. ''Ya, kurasa kita akan menikahkan anak kita setelah besar nanti,'' ucapnya sembari mengedipkan matanya sebelah.Luna terkekeh sementara Allard berdehem. ''Aku tidak mau menjadi keluarga dari kembaran Arthur.''''Lupakan! Aku juga tidak mau putraku punya mertua sepertimu.'' Ara melotot.Seketika Luna terbahak, wanita itu menutup mulutnya dengan satu tangan guna meredam suaranya.''Baiklah, mungkin kami bisa pergi sekarang. Maaf merepotkanmu, Ara.''Ara ter
Luna mengulum senyum saat merasakan lengan kekar yang menyelimuti tubuhnya.''Kau masih marah padaku?'' Allard bertanya lembut.Ia tidak menjawab, kali ini apapun bentuk rayuan Allard tidak akan bisa mempengaruhinya. Lelaki itu tidak berubah!Bagaimana bisa menghukum salah satu karyawannya karena tidak sengaja memegang lengan Luna ketika ia hampir saja terjatuh. Jika karyawan itu tidak menolongnya maka sudah bisa dipastikan kedua lututnya mencium lantai.Bukannya merasa berterima kasih, Allard malah marah dan mengancam untuk memecatnya. Lelaki itu sungguh posessif! Dan sungguh ini bukan yang pertama kalinya.''Aku minta maaf, aku hanya tidak rela tubuhmu disentuh pria lain.''Luna mencoba melepaskan pelukan Allard.''Kau selalu berkata begitu dan mengulangi kesalahanmu. Apa kau tidak berpikir jika dia tidak ada maka tubuhku jatuh ke lantai? Makan siangmu juga akan jatuh berantakan. Ka
Tok tok tok Luna langsung membuka pintu tanpa melihat tamunya terlebih dahulu. Seketika ia langsung terperanjat melihat Grey yang berdiri di depan pintu rumah kumuhnya beserta beberapa bodyguard yang lain. Buru-buru Luna menutup pintunya, tapi Grey lebih dulu menahannya. ‘’Boleh saya masuk, Nona?’’ ‘’Ma-maaf, aku tidak bisa membiarkan orang asing masuk. Permisi.’’ ‘’Tunggu!’’ Grey tetap menahan daun pintu agar tidak tertutup. ‘’Ini tentang Tuan Allard. Saya tahu bahwa Anda mungkin tidak mau lagi mendengar apapun tentangnya, tapi saya belum pernah melihat Tuan sefrustrasi itu kehilangan seorang wanita.’’ Luna mendongakkan dagunya dengan gaya sombong. ‘’Yang dia inginkan adalah anak ini, bukan aku.’’ ‘’Anda salah, nona. Saya datang ke sini ingin membuat perjanjian dengan Anda.’’ ‘’Perjanjian’’ Luna mengerutkan dahinya, lalu pada akhirnya membuka lebar pintu rumahnya. ‘’Masuklah, kita bicarakan di dalam.’’ Tidak perlu diperintah dua kali, Grey langsung melangkah masuk. ‘’
Happy Reading and Enjoy~Allard menekan perasaan ketika tiba di depan rumah kumuh yang berada di hadapannya. Bagaimana bisa Luna memutuskan berada di sini dan meninggalkan kastilnya yang mewah!?Ia mengetuk pintu rumahnya. Tidak ada jawaban. Allard kembali mengetuknya dengan tidak sabar, ia sudah menahan dirinya agar tidak langsung mendobrak pintu kumuh ini. Masih tetap tidak ada jawaban, yang terdengar hanya erangan kesakitan.''Luna kau di dalam?'' Ia bertanya cemas.Tidak ada sahutan. Kembali yang terdengar hanya erangan.Persetan dengan segalanya, Allard mendobrak pintu kumuh itu. Hanya dua kali dobrakan engsel pintu itu langsung terlepas. Ia akan memberi pelajaran bagi siapapun yang telah memberi Luna rumah tak layak pakai ini.''Luna!''
Happy Reading and Enjoy~Tidak ada yang berubah dari hubungan mereka, tapi sikap Allard perlahan berubah menjadi sedikit lebih hangat. Lelaki itu akan memeluknya dan mengelus perutnya hingga Luna terlelap.Saat bangun pagi Allard sendiri yang menyiapkan sarapannya. Ekspresi lelaki itu tetap sama, datar tanpa senyum. Sampai saat ini mereka baik-baik saja.Dan jika ada bom maka inilah harinya. Saat ia sedang berjalan-jalan di taman, salah satu bodyguard menghampirinya dan memberikan satu rekaman kecil.''Nona, saya mohon jangan beritahu Tuan Allard. Jika nona memberitahunya maka nyawa saya melayang, saya hanya ingin hidup nona bahagia tanpa adanya tipuan. Hanya ini yang bisa saya lakukan.''Mendengar hal itu ia buru-buru pergi ke kamarnya dan menghidupkan benda kecil yang di
Happy Reading and Enjoy~“Ada satu kabar gembira lagi yang ingin saya sampaikan. Wanita yang berdiri di samping saya ini sedang mengandung, tidak ada hari yang paling bahagia kecuali hari ini. Hari dimana saya tahu bahwa istri saya tersayang mengandung anak kami.”Riuh tepuk tangan terdengar membahana, semua tamu yang berada di sana memasang wajah ceria dan bahagia. Semua tersenyum dan bergantian memberi ucapan selamat, berbanding terbalik dengan Luna yang memucat.Allard mengetahui dirinya hamil. Sejak kapan? Apa lelaki itu langsung menyelidikinya setelah pergi dari kamarnya kemarin? Lantas mengapa Allard tidak mendatanginya dan marah kepadanya seperti yang ditakutkannya?Bahkan Allard menyampaikan kabar itu di depan rekan-rekan bisnisnya, apa lelaki itu menerima anak yang berada di kandungannya?“Kenapa wajahmu p
Happy Reading and Enjoy~“Luna hamil.”Arthur terbatuk, menatap Allard dengan kedua mata membesar. “Kau yakin?”“Emosinya tidak stabil dan stamina tubuhnya melemah, tapi dia tidak mual seperti kebanyakan wanita hamil.”“Apa tindakanmu selanjutnya? Bukankah kau tidak mau punya anak.”“Aku mau.”Arthur kembali terbatuk. “Kau punya kepribadian ganda?”Allard berdecak. “Aku tidak mau punya anak karena anakku harus lahir dari rahim yang suci, dan tentunya dari wanita yang menjadi istriku, bukan wanita one night stand.”“Kau sendiri yang mencantumkan larangan hamil pada kesepakatan pernikahanmu dengan Luna, lalu sekarang kau ingin
Happy Reading and Enjoy~Ada yang salah. Luna menyadari hal itu sejak ia tinggal di penthouse Allard. Tubuhnya semakin lemah, sering pusing dan mual. Emosinya tidak menentu, bahkan ia sering marah pada sesuatu yang tidak jelas. Parahnya lagi, ia diam-diam menginginkan keberadaan Allard.Lelaki itu memang mengunjunginya, tapi hanya berupa kunjungan singkat, dan Luna tidak menginginkan itu semua. Ia ingin Allard di sini bersamanya dan dalam jangkauan matanya. Seketika tubuhnya meremang. Tidak, tidak mungkin!Apa-apaan pikiran itu.Apa yang terjadi pada dirinya Tuhan … ia benar-benar ingin Allard berada di sini, hingga rasanya Luna sanggup memohon pada siapapun untuk bisa mempertemukannya dengan Allard.Oh, sial, ia mulai pusing.Luna membaringkan tubuhnya yang terasa lemah. Mungkin hal ini akan d
Happy Reading and Enjoy~Satu minggu berlalu, Luna tidak mendapat kemajuan apapun. Ia hanya berkeliling mencari penginapan dan pekerjaan, tapi semua menolaknya.Satu bulan berlalu, tetap sama.Tiga bulan berlalu, sialnya masih sama. Ia melakukan hal yang sia-sia, berjalan dan mencari tanpa hasil. Sementara semakin bertambahnya hari ia makan dan tinggal di penthouse Allard, seolah-olah tidak ada yang berubah dari perceraian mereka.Allard sendiri sesekali mengunjunginya, menanyakan apa kebutuhannya, bahkan terkadang membawanya ke beberapa restoran dan makan dengan gaya romantis. Lelaki itu tidak pernah berteriak padanya, tidak pernah berbicara kasar, meskipun tidak menutup kemungkinan sifatnya masih dingin.Allard masih berwajah kaku, tidak pernah tersenyum padanya. Meskipun tersenyum, ha