Happy Reading and Enjoy~"Jadi apa yang berhasil kau dapatkan dari pria itu?" Arthur kembali menuangkan wiskinya ke dalam gelas yang sudah kosong, tangannya terulur memanggil bartender, meminta es batu lebih banyak lagi. Bartender berkepala plontos dengan tubuh tinggi menjulang itu mengangguk patuh, berjalan pergi untuk memberinya es batu dengan wajah tanpa senyum.Allard, pria yang ditanya mendesah secara berlebihan. Matanya menajam meski alkohol sudah membuatnya sedikit mabuk hingga mata berwarma abu-abu itu tidak terlalu fokus. Rahangnya menegang dengan kemarahan yang mengental."Pria itu tidak membuka mulutnya, ini lebih sulit dari yang kuduga. Rasanya sia-sia saja sudah menangkapya, satu informasipun tidak ada yang berhasi kudapatkan."Arthur bisa memaklumi suasana hati lelaki itu, selama ini Allard menagkap musuh serta orang-orang yang dulu berpartisipasi pada pembunuhan ayahnya dengan begitu puas. Sebab mereka mau membuka mulut tentang keberadaan teman-teman yang lain, sehingga
Happy Reading and Enjoy~Allard memasuki ruangan tempat Arthur berada, lelaki itu sedang sibuk mencumbu wanita yang berada di sana. Mengingat pembicaraan mereka yang semakin rahasia dan tertutup, mereka memilih ruangan yang lebih aman untuk membicarakan masalah lebih lanjut.Ia berdecih saat suara decapan memenuhi langit-langit ruangan. Tidak seperti ayahnya yang setia pada ibunya serta tidak pernah sekalipun terdengar gosip bermain dengan wanita lain, Arthur terlahir untuk menjadi pemain wanita. Berbanding terbalik dengan ayahnya, entah sifat siapa yang dia ikuti.Dan meskipun ayahnya sudah cukup bahkan terlalu kaya, Arthur masih saja menggilai uang, memperhitungkan dengan cermat pengeluaran dan pemasukan. Ia tidak ingin rugi walaupun hanya $100, padahal jumlah uang yang seperti itu ibarat $1 bagi mereka."Jangan sampai wanita itu kuusir dengan cara yang tidak hormat," desisnya diantara dua gigi yang merapat, menahan geram.Arthur menghentikan cumbuannya, mendesah dengan gaya berlebih
Happy Reading and Enjoy~ Rak itu berbunyi bersamaan dengan jantung Luna yang berdetak. Ia menatap ragu pad arak buku yang tadi disandarinya. Bunyi apa itu? Apa ada pintu rahasia atau lorong yang tersembunyi? Ia mendorong rak itu, yang seketika membuat raknya mengayun keluar. Sejenak ia menimang-nimang untuk memasuki ruangan itu, apa lantai bawah tempat perkumpulan para mayat? Atau bias jadi jalan keluar rahasia? Semangatnya muncul ketika memikirkan bias saja ruangan itu adalah jalan keluar. Didorongnya rak itu perlahan, dan tidak bertahan lama sebelum tubuh Luna memasuki lorong yang gelap. Seketika Luna menyesali keputusannya, tidak ada cahaya sedikitpun. Lorong ini benar-benar gelap dan dingin. Ia bahkan berjalan dengan meraba dinding-dinding yang dilewatinya. Ketakutan menjalari dirinya ketika berpikir bahwa lorong ini tiada ujungnya, kesunyian dan kegelapan menyelimuti. Bagaimana jika ia mati disini sebelum membunuh Allard? Itu adalah hal yang sia-sia, menggelengkan kepalanya ku
Happy Reading and Enjoy~Luna gelisah, sejak tadi ia sibuk memperbaiki posisi tidurnya. Menghadap ke kanan, lalu ke kiri, terkadang berbaring terlentang sembari menatap langit-langit kamar dengan pikirannya yang berkecamuk. Ia tau ada yang salah dengan dunia Allard dan temannya yang terkutuk itu.Sudah pasti keadaan Nathalie tidak baik-baik saja, wanita itu lebih membutuhkan bantuan dari pada dirinya. Sayang sekali dia jatuh di tangan yang salah, meskipun sebenarnya yang harus dipikirkannya adalah keselamatannya sendiri, tetapi Luna tidak bisa menutup mata begitu saja.Pikirannya kembali pada hari itu, tepat di saat Arthur membawa Nathalie pergi. Ia masih berdiri diam di tempatnya. Menatap tajam kearah pintu sembari mengepalkan kedua tangannya. Sementara itu, bodyguard Allard berdiri dengan gelisah, pria itu menghela napas perlahan lalu berbicara dengan nada hati-hati."Boleh saya bertanya mengapa Anda bisa berada d
Happy Reading and Enjoy~"Kau rindu hukumanmu, 'kan? Tanyanya dengan suara pelan penuh ancaman. Luna memberontak, menendang luka Allard yang berada di perutnya, membuat pria itu menjerit dengan suara parau. Ketika pria itu menunduk untuk memegang perutnya, di saat itulah Luna berlari."Sialan!" umpatnya dengan suara kesal. Berjalan tertatih ia mengejar Luna yang berhasil meraih pintu, membukanya dengan gerakan kasar lalu berlari dan menghilang di balik pintu yang terbuka lebar. Luka itu tidak parah, tapi mampu membuat kulitnya tergores dan cukup dalam.Lihat saja wanita itu! Tunggu dan nikmati, Luna tidak akan bisa keluar dari kastil. Wanita itu pasti membuang-buang tenaganya untuk berlari mengelilingi kastil dan berakhir dengan kelelahan t
Happy Reading and Enjoy~Ia sering bermimpi berlari, dan di dalam mimpi itu larinya terasa lambat. Itu terjadi hanya dalam mimpi, tetapi kali ini ia sadar dan yakin bahwa semuanya terasa nyata. Lalu mengapa larinya tetap saja lambat? Ia sudah berusaha mempercepat langkah kakinya, kenapa seolah jalan di tempat?Jika seperti ini terus maka dirinya akan ditangkap dan disiksa oleh iblis itu. Luna menoleh dengan takut-takut dan tidak ada siapa-siapa yang mengejarnya. Keadaan kastil ini seakan kosong dan mati, tapi mengapa ia tetap saja ketakutan?Mereka tidak mengejarnya kan? Tidak, kan? Jika seperti itu seharusnya Luna merasa tenang, bukannya malah …Bruk!
Happy Reading and Enjoy~Luna terbangun dengan tubuh kaku, kebas tidak bisa digerakkan. Sakit yang sangat menjulur dari setiap inci tubuhnya yang memar. Ia mengerang ketika membalikkan tubuhnya untuk menatap sekitar. Tidak ada siapapun, kamar itu kosong dengan pencahayaan yang minim.Ah, sudah jam berapa ini? Ia tidak bisa melihat apapun dalam keadaan gelap. Kepalanya berdenyut hingga menambah daftar penderitaanya. Syukurlah ketika dirinya terbangun Allard tidak berada di dekatnya.Tangan dan juga kakinya sudah terbebas, Luna bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana keadaannya saat ini. Pasti nampak kacau sekali, seolah belum sampai disana, pusat dirinya luar biasa perih.Ap
Happy Reading and Enjoy~Ketika Allard kembali, pria itu membawa nampan beserta berbagai macam makanan lezat. Aromanya membuat perut Luna semakin sakit dengan rasa lapar yang menyengat. Jika orang lain sakit dan tidak berselera untuk makan, berbeda halnya dengan Luna yang nafsu makannya tidak menurun.Mulutnya terasa berair bahkan sebelum ia menyentuh makanan yang dibawa Allard. Lelaki itu meletakkan nampan yang dibawanya tepat dihadapan Luna, ia menatap kehadiran Allard tanpa berkedip hingga lelaki itu duduk di pinggir ranjang. Saat melihat apa-apa saja yang tersaji, tubuhnya melemas.Tatapannya menajam seolah-olah Allard sudah gila, sementara Allard yang mendapat tatapan seperti itu hanya bisa menaikkan alisnya sebelah, dengan santai lelaki itu berujar. “Apa yang kau tunggu? Makanlah, buka
Ara menatap Allard dan Luna bergantian.''Selama aku menikah dengan Alex aku belum pernah kencan dengannya. Dan apa? Kalian menitipkan Sia karena ingin kencan seharian! Huh, jika aku tidak menyukai Luna, aku tidak akan mau melakukannya!''Luna mengulum senyum. ''Maafkan aku, Ara. Aku tidak tahu lagi kepada siapa kami bisa menitipkan Sia. Kau tau bahwa Sia sangat suka bermain dengan Dom.''Ara mengibaskan tangannya ke udara. ''Ya, kurasa kita akan menikahkan anak kita setelah besar nanti,'' ucapnya sembari mengedipkan matanya sebelah.Luna terkekeh sementara Allard berdehem. ''Aku tidak mau menjadi keluarga dari kembaran Arthur.''''Lupakan! Aku juga tidak mau putraku punya mertua sepertimu.'' Ara melotot.Seketika Luna terbahak, wanita itu menutup mulutnya dengan satu tangan guna meredam suaranya.''Baiklah, mungkin kami bisa pergi sekarang. Maaf merepotkanmu, Ara.''Ara ter
Luna mengulum senyum saat merasakan lengan kekar yang menyelimuti tubuhnya.''Kau masih marah padaku?'' Allard bertanya lembut.Ia tidak menjawab, kali ini apapun bentuk rayuan Allard tidak akan bisa mempengaruhinya. Lelaki itu tidak berubah!Bagaimana bisa menghukum salah satu karyawannya karena tidak sengaja memegang lengan Luna ketika ia hampir saja terjatuh. Jika karyawan itu tidak menolongnya maka sudah bisa dipastikan kedua lututnya mencium lantai.Bukannya merasa berterima kasih, Allard malah marah dan mengancam untuk memecatnya. Lelaki itu sungguh posessif! Dan sungguh ini bukan yang pertama kalinya.''Aku minta maaf, aku hanya tidak rela tubuhmu disentuh pria lain.''Luna mencoba melepaskan pelukan Allard.''Kau selalu berkata begitu dan mengulangi kesalahanmu. Apa kau tidak berpikir jika dia tidak ada maka tubuhku jatuh ke lantai? Makan siangmu juga akan jatuh berantakan. Ka
Tok tok tok Luna langsung membuka pintu tanpa melihat tamunya terlebih dahulu. Seketika ia langsung terperanjat melihat Grey yang berdiri di depan pintu rumah kumuhnya beserta beberapa bodyguard yang lain. Buru-buru Luna menutup pintunya, tapi Grey lebih dulu menahannya. ‘’Boleh saya masuk, Nona?’’ ‘’Ma-maaf, aku tidak bisa membiarkan orang asing masuk. Permisi.’’ ‘’Tunggu!’’ Grey tetap menahan daun pintu agar tidak tertutup. ‘’Ini tentang Tuan Allard. Saya tahu bahwa Anda mungkin tidak mau lagi mendengar apapun tentangnya, tapi saya belum pernah melihat Tuan sefrustrasi itu kehilangan seorang wanita.’’ Luna mendongakkan dagunya dengan gaya sombong. ‘’Yang dia inginkan adalah anak ini, bukan aku.’’ ‘’Anda salah, nona. Saya datang ke sini ingin membuat perjanjian dengan Anda.’’ ‘’Perjanjian’’ Luna mengerutkan dahinya, lalu pada akhirnya membuka lebar pintu rumahnya. ‘’Masuklah, kita bicarakan di dalam.’’ Tidak perlu diperintah dua kali, Grey langsung melangkah masuk. ‘’
Happy Reading and Enjoy~Allard menekan perasaan ketika tiba di depan rumah kumuh yang berada di hadapannya. Bagaimana bisa Luna memutuskan berada di sini dan meninggalkan kastilnya yang mewah!?Ia mengetuk pintu rumahnya. Tidak ada jawaban. Allard kembali mengetuknya dengan tidak sabar, ia sudah menahan dirinya agar tidak langsung mendobrak pintu kumuh ini. Masih tetap tidak ada jawaban, yang terdengar hanya erangan kesakitan.''Luna kau di dalam?'' Ia bertanya cemas.Tidak ada sahutan. Kembali yang terdengar hanya erangan.Persetan dengan segalanya, Allard mendobrak pintu kumuh itu. Hanya dua kali dobrakan engsel pintu itu langsung terlepas. Ia akan memberi pelajaran bagi siapapun yang telah memberi Luna rumah tak layak pakai ini.''Luna!''
Happy Reading and Enjoy~Tidak ada yang berubah dari hubungan mereka, tapi sikap Allard perlahan berubah menjadi sedikit lebih hangat. Lelaki itu akan memeluknya dan mengelus perutnya hingga Luna terlelap.Saat bangun pagi Allard sendiri yang menyiapkan sarapannya. Ekspresi lelaki itu tetap sama, datar tanpa senyum. Sampai saat ini mereka baik-baik saja.Dan jika ada bom maka inilah harinya. Saat ia sedang berjalan-jalan di taman, salah satu bodyguard menghampirinya dan memberikan satu rekaman kecil.''Nona, saya mohon jangan beritahu Tuan Allard. Jika nona memberitahunya maka nyawa saya melayang, saya hanya ingin hidup nona bahagia tanpa adanya tipuan. Hanya ini yang bisa saya lakukan.''Mendengar hal itu ia buru-buru pergi ke kamarnya dan menghidupkan benda kecil yang di
Happy Reading and Enjoy~“Ada satu kabar gembira lagi yang ingin saya sampaikan. Wanita yang berdiri di samping saya ini sedang mengandung, tidak ada hari yang paling bahagia kecuali hari ini. Hari dimana saya tahu bahwa istri saya tersayang mengandung anak kami.”Riuh tepuk tangan terdengar membahana, semua tamu yang berada di sana memasang wajah ceria dan bahagia. Semua tersenyum dan bergantian memberi ucapan selamat, berbanding terbalik dengan Luna yang memucat.Allard mengetahui dirinya hamil. Sejak kapan? Apa lelaki itu langsung menyelidikinya setelah pergi dari kamarnya kemarin? Lantas mengapa Allard tidak mendatanginya dan marah kepadanya seperti yang ditakutkannya?Bahkan Allard menyampaikan kabar itu di depan rekan-rekan bisnisnya, apa lelaki itu menerima anak yang berada di kandungannya?“Kenapa wajahmu p
Happy Reading and Enjoy~“Luna hamil.”Arthur terbatuk, menatap Allard dengan kedua mata membesar. “Kau yakin?”“Emosinya tidak stabil dan stamina tubuhnya melemah, tapi dia tidak mual seperti kebanyakan wanita hamil.”“Apa tindakanmu selanjutnya? Bukankah kau tidak mau punya anak.”“Aku mau.”Arthur kembali terbatuk. “Kau punya kepribadian ganda?”Allard berdecak. “Aku tidak mau punya anak karena anakku harus lahir dari rahim yang suci, dan tentunya dari wanita yang menjadi istriku, bukan wanita one night stand.”“Kau sendiri yang mencantumkan larangan hamil pada kesepakatan pernikahanmu dengan Luna, lalu sekarang kau ingin
Happy Reading and Enjoy~Ada yang salah. Luna menyadari hal itu sejak ia tinggal di penthouse Allard. Tubuhnya semakin lemah, sering pusing dan mual. Emosinya tidak menentu, bahkan ia sering marah pada sesuatu yang tidak jelas. Parahnya lagi, ia diam-diam menginginkan keberadaan Allard.Lelaki itu memang mengunjunginya, tapi hanya berupa kunjungan singkat, dan Luna tidak menginginkan itu semua. Ia ingin Allard di sini bersamanya dan dalam jangkauan matanya. Seketika tubuhnya meremang. Tidak, tidak mungkin!Apa-apaan pikiran itu.Apa yang terjadi pada dirinya Tuhan … ia benar-benar ingin Allard berada di sini, hingga rasanya Luna sanggup memohon pada siapapun untuk bisa mempertemukannya dengan Allard.Oh, sial, ia mulai pusing.Luna membaringkan tubuhnya yang terasa lemah. Mungkin hal ini akan d
Happy Reading and Enjoy~Satu minggu berlalu, Luna tidak mendapat kemajuan apapun. Ia hanya berkeliling mencari penginapan dan pekerjaan, tapi semua menolaknya.Satu bulan berlalu, tetap sama.Tiga bulan berlalu, sialnya masih sama. Ia melakukan hal yang sia-sia, berjalan dan mencari tanpa hasil. Sementara semakin bertambahnya hari ia makan dan tinggal di penthouse Allard, seolah-olah tidak ada yang berubah dari perceraian mereka.Allard sendiri sesekali mengunjunginya, menanyakan apa kebutuhannya, bahkan terkadang membawanya ke beberapa restoran dan makan dengan gaya romantis. Lelaki itu tidak pernah berteriak padanya, tidak pernah berbicara kasar, meskipun tidak menutup kemungkinan sifatnya masih dingin.Allard masih berwajah kaku, tidak pernah tersenyum padanya. Meskipun tersenyum, ha