Happy Reading and Enjoy~
Allard membuka paksa piyama Luna hingga tubuh gadis itu polos tanpa sehelai benang. Ia juga menghidupkan shower dengan air hangat, membuat lapisan kaca pada shower box itu berembun. Tanpa rasa malu lelaki itu juga melucuti pakaiannya sendiri.
Luna meringkuk, tubuhnya terasa sakit, air yang menyentuh kulitnya terasa perih. Ia menutup matanya, tidak memiliki keberanian menatap wajah Allard.
Kepalanya terdongak, dengan tarikan kuat pada rambutnya. Tarikan yang menyakiti kulit kepalanya. Luna merasa dagunya di cengkram, tangan Allard menyentuh luka pada pipinya, menekan disana dengan kuat.
"Kenali siapa lawanmu, Luna." Satu pukulan kembali melayang.
CTAR
Kulitnya yang putih dan mulus kini dihiasi warna merah yang memanjang. "Buka matamu," pinta Allard. Luna menggeleng, air matanya terjatuh bercampur dengan air shower.
"Buka atau tubuhmu akan menerima lebih banyak pukulan."
Putus asa, Luna membuka kedua matanya, tetapi hanya sedetik karena detik kemudian ia kembali menutupnya. Tidak sanggup melihat tubuh polos milik Allard. "Kau gila!" desisnya dengan suara pelan.
Jantungnya berdetak tak karuan, bukan karena hal apapun, tetapi karena ia tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Luna merasa tubuhnya terangkat, masih dengan keadaan mata yang tertutup rapat, dirasakannya Allard menciumnya. Kasar. Tidak ada kelembutan sama sekali.
"Jangan lakukan ini, please." Luna terisak ketika ciumannya terlepas, matanya terbuka, memandang sendu netra abu milik Allard.
"Jangan bersikap seperti itu, tenang dan nikmati." Setelah mengatakan itu, Allard memaksa miliknya masuk tanpa peringatan. Membuat teriakkan kuat lolos dari bibir Luna. Seolah tak mendengar dan tak memperdulikannya, lelaki itu menggerakkan tubuhnya. Kasar dan dominant, Luna terkulai lemas, hanya mengandalkan tubuh Allard sebegai tumpuannya.
Tubuhnya perih dan tempat yang paling perih adalah pusat dirinya, hatinya sendiri seolah diremas oleh tangan besar tak kasat mata. Kelopaknya terbuka, memandang wajah Allard yang terpejam menikmati. Di saat mahkota itu hilang, bukan dengan kemesraan melainkan dengan kekasaran. Tidak apa, ini semua untuk daddy dan juga mommynya.
Tanpa bisa ditahan, pandangan matanya memburam. Gelap menyelimuti, untuk kedua kalinya pada hari ini, Luna kehilangan kesadarannya. Memberikan akses pada Allard agar bisa bergerak di atas tubuhnya.
Menyadari Luna kehilangan kesadarannya, Allard mendesis. Ia belum pernah dengan gadis lemah, wanita-wanitanya mampu bermain hingga beberapa ronde. Satu ronde juga belum dilewati dan gadis ini sudah pingsan.
Allard sendiri masih bergairah, menikmati tubuh Luna dengan geraman tertahan. Tubuh ini halus dan lembut, aroma vanila menguar. Aroma yang sekarang di sukainya. Ya, Allard jatuh pada pesona tubuh Luna. Manis dan halus
Saat hasratnya terselesaikan, Allard menyelimuti tubuh Luna dengan handuk lalu membawanya menuju kamar. Ia akan mengurung gadis ini di kastil miliknya, mencegah berita apapun yang masuk.
Setelah pernikahan mereka diatur dan di selesaikan, Allard akan mempertimbangkan kembali, apakah tetap menyembunyikan Luna atau tidak. Semua itu di lakukan agar menghindari gosip-gosip yang menyebar.
Allard akan menikahi Luna setelah ekonomi keluarga gadis itu membaik, ia tidak ingin mendengar gosip jelek yang akan mengatakan bahwa Luna memanfaatkannya, meskipun itulah yang terjadi, tetapi Allard ingin ini akan menjadi rahasia antara dirinya dan juga Luna. Kisah mereka lebih baik dinikmati berdua, publik tidak perlu tau hal itu, terlebih, Allard masih ingin bermain-main dengan wanita liar lainnya.
Allard ingin melakukan pernikahan secara sembunyi.
***
Lelaki itu seperti menahan amarah yang siap meledak, tapi kenapa? Tidak ingin mengganggu mood pria itu, Luna kembali memejamkan matanya. Seluruh tubuhnya sakit, Allard pria yang gila. Ia akan menghindari interaksi apapun dengan Allard.
Limusin yang bergerak itu berhenti, Luna membuka matanya sedikit untuk melihat dan seketika kedua matanya membesar. Allard membawanya ke rumahnya, tapi pria itu bilang akan menahannya lebih lama. Kenapa terburu-buru ingin membawanya pulang?
"Tidak perlu berpura-pura tidur, temui orang tuamu karena ini terakhir kali kau melihatnya."
Tanpa menunggu jawaban dari Luna, pria itu membuka pintu mobil dari sebelah sisi. Berjalan dengan diikuti beberapa bodyguard yang masih menjaga jarak. Luna membuka pintu limusin itu, tidak langsung melangkah, sebab rasa perih yang sangat langsung menerjang dari kedua pangkal pahanya. Meringis untuk menahannya, kemudian berjalan dengan langkah pelan.
Teriakkan mommynya terdengar kuat, nyaring dan memilukan. Jantung Luna berdetak dua kali lebih cepat, dengan susah payah dan menahan perih, ia mempercepat langkahnya. Sejak tadi perasaannnya kalut, kenapa Allard membawanya pulang, sementara jelas-jelas pria itu mengatakan akan menahannya. Allard sendiri yang bilang akan mengirim sejumlah uang kepada daddynya.
Suara benda yang pecah, teriakkan Allard dan Daddy menyatu menjadi satu, perasaan Luna semakin tak menentu. Allard tidak boleh melakukan apapun kepada keluarganya, Luna tidak mengizinkan pria itu menyentuh daddy dan juga mommynya. Cukup dirinya yang menjadi korban lelaki itu, Luna mau menyerahkan dirinya untuk pria itu, tapi tidak dengan keluarganya.
Saat langkahya sampai, Luna terbelalak. Daddy dan juga mommynya duduk di kursi dengan keadaan tangan terikat, mereka seperti tahanan. Sementara Allard duduk dengan gaya sombong di hadapan orang tuanya. Di tangan lelaki itu terdapat pistol yang dimainkannya.
"A-apa yang kau lakukan pada mereka!?" Luna berteriak kuat, ia berjalan tertatih menuju mommynya. Saat tangannya terjulur hendak membuka ikatan tali yang mengurung Yessie, satu peluru melintas tepat hampir mengenai pipinya sebelum mendarat dengan mulus di pintu lemari kaca yang tersedia di ruangan itu. Tubuh Luna menegang, ia melihat dengan jelas bagaimana peluru itu melintasi pipinya.
"Buka ikatan itu dan kau mati bersama mereka," ucap Allard kejam. Matanya menatap tajam, rahangnya menegang. Aura membunuh begitu kental hingga Luna takut apa yang di pikirkannya menjadi kenyataan.
"Apa yang kau katakan?" tanyanya dengan nada bingung. Mati bersama mereka? Allard ingin membunuh orang tuanya? Ta-tapi mengapa? Pria itu sudah mengambil mahkotanya dan sekarang melanggar janjinya untuk membantu keluarganya, bukannya membantu pria itu malah mengikat mommy dan juga daddynya ibarat tawanan.
"Menyingkir dari sana, Luna." Allard menggeram. Aura mencekam memnuhi ruangan itu.
Dengan keras kepala dan penuh tekad Luna menggeleng, siapa pria itu berani-beraninya berbuat seperti ini dengan kedua orang tuanya. "Lebih baik aku mati bersama mereka! Kau membohongiku, pergi saja ke neraka!"
Luna berpaling ke arah Yessie. "Mom, maaf. A-aku tidak tau mengapa bisa begini, dia Allard Washington, lelaki yang bisa menyelamatkanku dari perjodohan. Mommy yang menyuruhku untuk menemuinya. Maaf."
Bersambung....
Happy Reading and Enjoy~Luna membuka kain yang digunakan untuk menutup mulut Yessie. Tidak menyadari Allard yang berjalan mendekat ke arahnya, pria itu mencengkran tangan Luna, membawa gadis itu menjauh dari Yessie. Satu tamparan kuat di layangkan pada pipi Yessie hingga tubuh wanita itu sedikit oleng, Allard kembali memasangkan kain untuk menutup mulut Yessie."Sudah ku bilang menjauh dari mereka! Kenapa kau keras kepala, hah!" teriaknya tepat di depan wajah Luna, membuat gadis itu memejamkan matanya dengan tubuh bergetar."Jangan dekati orang seperti mereka!" desisnya tajam. Allard menariknya menjauh dengan sedikit paksaan, sebab Luna memberontak.
Happy Reading and Enjoy~Kebanyakan orang akan melihatmu ketika sukses, lalu bergumam dengan nada kagum sembari mengucapkan, "Aku ingin jadi dia, aku ingin jadi kekasihnya. Aku ingin menikah dengannya dan di manja olehnya." Serta banyak ucapan lain yang membuat mereka lupa, bahwa sebuah kesuksessan di capai dengan usaha yang keras. Begitulah yang terjadi pada Allard Washington.Wanita-wanitanya berlomba-lomba menarik perhatiannya, sementara rekan bisnisnya sibuk menjilat di bawah kakinya. Temannya bermuka dua, tidak ada yang benar-benar tulus ketika seseorang sudah berada di puncak.Allard memasang tampang ramah, bersikap sebagai teman dan juga rekan bisnis yang memihak. Di belakang itu semua, Allard menampilkan taringnya. Tidak ada yang mengetahui sisi gelapnya kecuali orang-orang ter
Happy Reading and Enjoy~Ketika Allard keluar sembari membawa tubuh Luna di dalam gendongannya, ia menatap seorang pemuda yang berdiri dengan kedua mata terbelalak. Ada dendam di sana. Apa pemuda itu mendengar pemburuannya?Kedua mata pemuda itu menyipit tajam, rahangnya mengeras dengan tangan mengepal. Tubuhnya sendiri di halau bodyguard Allard. Tadi Allard melihat pemuda itu memberontak, memanggil nama Luna berkali-kali.Bocah ingusan.Mengabaikan pemuda tak di kenal itu, Allard berjalan santai menuju limusinnya. Masuk ke dalam dengan perlahan, sembari membawa tubuh Luna bersamanya."Luna! Bangun, ini aku Derald. Aku sudah membuat perjanjian dengan Daddy, kita akan meni
Happy Reading and Enjoy~"APA YANG KAU LAKUKAN PADA LUNA!!! AKHHH!!"Kalut, Luna menggunakan kakinya untuk menendang pintu besi itu, yang tentunya tetap tidak memberikan efek apapun. Ia kembali berteriak, melompat-lompat kecil guna melihat apa yang terjadi.Ia membalikkan badan untuk menatap sekeliling ruangan, apa yang bisa di gunakannya untuk mendobrak pintu ini. Sayangnya tidak ada apapun di dalam ruangan ini selain ranjang dan juga beberapa lemari. Tetapi di ujung ruangan terdapat pintu yang berwarna coklat, jika tidak di perhatikan baik-baik pintu itu seperti dinding kamar.Menguatkan tekad, Luna berjalan ke arah pintu itu. Pasti ada yang bisa digunakan di dalam sana. Sayang harapannya tida
Happy Reading and Enjoy~Dengan langkah lebar Allard berjalan menuju kamar tempat Luna terbangun, rahang pria itu menegang. Membuat wajahnya tampak menyeramkan, tetapi kapan wajah pria itu tampak normal? Saat pertemuan pertamanya dengan Luna, lelaki itu membunuh salah satu karyawannya yang berkhianat.Bercak darah menghiasi pipinya pada saat itu. Mengingatnya saja membuat Luna kelihatan seperti orang bodoh, mengapa pada saat itu ia memilih menaiki tangga darurat untuk menghindari resepsionis wanita yang berpacaran. Jika di pikirkan kembali, memangnya kenapa jika ia ketahuan berbohong? Hukumannya pasti mendapat perlakuan tidak hormat dari satpam di sana. Semua itu lebih baik dari pad
"Sudah puas lari-larinya, Luna?"Suara Allard menyapa dingin, membuat Luna langsung membelalakkan matanga. Menatap lelaki itu dengan horor. Ke-kenapa Allard bisa menemukannya? Bukankah ia sudah bersembunyi dengan baik ...Tap-tapi tadi ketika ia berlari Allard tidak mengikutinya, kenapa sekarang bisa berada di sini? Tanpa perasaan Allard menarik rambut Luna menyeret tubuhnya dengan kasar. Mau tidak mau Luna mengikuti langkah lelaki itu dengan sedikit tergopoh. Tangannya mencoba melepaskan jari-jari kekar Allard di rambutnya.Lelaki itu membawanya memasuki ruangan dengan pencahayaan yang minim. Ruanga
Happy Reading and Enjoy~"Tanda tangani ini."Allard melemparkan berkas yang berada di tangannya. "Apapun yang tersaji di dalamnya harus kau patuhi, aku tidak ingin ada penolakan."Luna menghela napas. Tubuhnya sakit, kepalanya pusing. Dan napasnya terasa panas, dengan hidung yang tersumbat. Sudah tiga hari ia berada di dalam kastil ini, dan sejak saat itu ia mulai sakit hingga sekarang.Sebenarnya ia ingin beristirahat lebih lama. Allard menepati janjinya untuk melepaskan Derlad. Lelaki itu juga membawanya ke tempat antah berantah. Saat menuju ke sini, sepanjang perjalanan yang terlihat hanya pegunungan tandus.Luna tidak tau ia berada di mana. Tetapi tampaknya tempat tinggalnya saat ini terpencil. Meskipun begitu, ia berada dalam kastil mewah yang terasa gelap. Entah karen
Happy Reading and Enjoy~"Ap-apa yang kau lakukan?" Luna bertanya dengan bibir bergetar."Kau tidak berpikir percintaan kita biasa-biasa saja, 'kan?"Di tangan lelaki itu tidak hanya cambuk berwarna merah muda, tetapi juga ada bola gag, penutup mata dan juga ... lilin? Untuk apa? Matanya di larikan pada wajah Allard yang nampak bersinar, pria itu meletakkan barang-barang yang di bawanya ke meja di samping ranjang. Ia menutup mata Luna dengan kain berwarna hitam."Percayalah, kau akan sembuh setelah percintaan kita," bisiknya sensual.Luna menipiskan bibirnya, menahan amarah dan ketidakberdayaannya. Ia tidak ingin berteriak apalagi melawa
Ara menatap Allard dan Luna bergantian.''Selama aku menikah dengan Alex aku belum pernah kencan dengannya. Dan apa? Kalian menitipkan Sia karena ingin kencan seharian! Huh, jika aku tidak menyukai Luna, aku tidak akan mau melakukannya!''Luna mengulum senyum. ''Maafkan aku, Ara. Aku tidak tahu lagi kepada siapa kami bisa menitipkan Sia. Kau tau bahwa Sia sangat suka bermain dengan Dom.''Ara mengibaskan tangannya ke udara. ''Ya, kurasa kita akan menikahkan anak kita setelah besar nanti,'' ucapnya sembari mengedipkan matanya sebelah.Luna terkekeh sementara Allard berdehem. ''Aku tidak mau menjadi keluarga dari kembaran Arthur.''''Lupakan! Aku juga tidak mau putraku punya mertua sepertimu.'' Ara melotot.Seketika Luna terbahak, wanita itu menutup mulutnya dengan satu tangan guna meredam suaranya.''Baiklah, mungkin kami bisa pergi sekarang. Maaf merepotkanmu, Ara.''Ara ter
Luna mengulum senyum saat merasakan lengan kekar yang menyelimuti tubuhnya.''Kau masih marah padaku?'' Allard bertanya lembut.Ia tidak menjawab, kali ini apapun bentuk rayuan Allard tidak akan bisa mempengaruhinya. Lelaki itu tidak berubah!Bagaimana bisa menghukum salah satu karyawannya karena tidak sengaja memegang lengan Luna ketika ia hampir saja terjatuh. Jika karyawan itu tidak menolongnya maka sudah bisa dipastikan kedua lututnya mencium lantai.Bukannya merasa berterima kasih, Allard malah marah dan mengancam untuk memecatnya. Lelaki itu sungguh posessif! Dan sungguh ini bukan yang pertama kalinya.''Aku minta maaf, aku hanya tidak rela tubuhmu disentuh pria lain.''Luna mencoba melepaskan pelukan Allard.''Kau selalu berkata begitu dan mengulangi kesalahanmu. Apa kau tidak berpikir jika dia tidak ada maka tubuhku jatuh ke lantai? Makan siangmu juga akan jatuh berantakan. Ka
Tok tok tok Luna langsung membuka pintu tanpa melihat tamunya terlebih dahulu. Seketika ia langsung terperanjat melihat Grey yang berdiri di depan pintu rumah kumuhnya beserta beberapa bodyguard yang lain. Buru-buru Luna menutup pintunya, tapi Grey lebih dulu menahannya. ‘’Boleh saya masuk, Nona?’’ ‘’Ma-maaf, aku tidak bisa membiarkan orang asing masuk. Permisi.’’ ‘’Tunggu!’’ Grey tetap menahan daun pintu agar tidak tertutup. ‘’Ini tentang Tuan Allard. Saya tahu bahwa Anda mungkin tidak mau lagi mendengar apapun tentangnya, tapi saya belum pernah melihat Tuan sefrustrasi itu kehilangan seorang wanita.’’ Luna mendongakkan dagunya dengan gaya sombong. ‘’Yang dia inginkan adalah anak ini, bukan aku.’’ ‘’Anda salah, nona. Saya datang ke sini ingin membuat perjanjian dengan Anda.’’ ‘’Perjanjian’’ Luna mengerutkan dahinya, lalu pada akhirnya membuka lebar pintu rumahnya. ‘’Masuklah, kita bicarakan di dalam.’’ Tidak perlu diperintah dua kali, Grey langsung melangkah masuk. ‘’
Happy Reading and Enjoy~Allard menekan perasaan ketika tiba di depan rumah kumuh yang berada di hadapannya. Bagaimana bisa Luna memutuskan berada di sini dan meninggalkan kastilnya yang mewah!?Ia mengetuk pintu rumahnya. Tidak ada jawaban. Allard kembali mengetuknya dengan tidak sabar, ia sudah menahan dirinya agar tidak langsung mendobrak pintu kumuh ini. Masih tetap tidak ada jawaban, yang terdengar hanya erangan kesakitan.''Luna kau di dalam?'' Ia bertanya cemas.Tidak ada sahutan. Kembali yang terdengar hanya erangan.Persetan dengan segalanya, Allard mendobrak pintu kumuh itu. Hanya dua kali dobrakan engsel pintu itu langsung terlepas. Ia akan memberi pelajaran bagi siapapun yang telah memberi Luna rumah tak layak pakai ini.''Luna!''
Happy Reading and Enjoy~Tidak ada yang berubah dari hubungan mereka, tapi sikap Allard perlahan berubah menjadi sedikit lebih hangat. Lelaki itu akan memeluknya dan mengelus perutnya hingga Luna terlelap.Saat bangun pagi Allard sendiri yang menyiapkan sarapannya. Ekspresi lelaki itu tetap sama, datar tanpa senyum. Sampai saat ini mereka baik-baik saja.Dan jika ada bom maka inilah harinya. Saat ia sedang berjalan-jalan di taman, salah satu bodyguard menghampirinya dan memberikan satu rekaman kecil.''Nona, saya mohon jangan beritahu Tuan Allard. Jika nona memberitahunya maka nyawa saya melayang, saya hanya ingin hidup nona bahagia tanpa adanya tipuan. Hanya ini yang bisa saya lakukan.''Mendengar hal itu ia buru-buru pergi ke kamarnya dan menghidupkan benda kecil yang di
Happy Reading and Enjoy~“Ada satu kabar gembira lagi yang ingin saya sampaikan. Wanita yang berdiri di samping saya ini sedang mengandung, tidak ada hari yang paling bahagia kecuali hari ini. Hari dimana saya tahu bahwa istri saya tersayang mengandung anak kami.”Riuh tepuk tangan terdengar membahana, semua tamu yang berada di sana memasang wajah ceria dan bahagia. Semua tersenyum dan bergantian memberi ucapan selamat, berbanding terbalik dengan Luna yang memucat.Allard mengetahui dirinya hamil. Sejak kapan? Apa lelaki itu langsung menyelidikinya setelah pergi dari kamarnya kemarin? Lantas mengapa Allard tidak mendatanginya dan marah kepadanya seperti yang ditakutkannya?Bahkan Allard menyampaikan kabar itu di depan rekan-rekan bisnisnya, apa lelaki itu menerima anak yang berada di kandungannya?“Kenapa wajahmu p
Happy Reading and Enjoy~“Luna hamil.”Arthur terbatuk, menatap Allard dengan kedua mata membesar. “Kau yakin?”“Emosinya tidak stabil dan stamina tubuhnya melemah, tapi dia tidak mual seperti kebanyakan wanita hamil.”“Apa tindakanmu selanjutnya? Bukankah kau tidak mau punya anak.”“Aku mau.”Arthur kembali terbatuk. “Kau punya kepribadian ganda?”Allard berdecak. “Aku tidak mau punya anak karena anakku harus lahir dari rahim yang suci, dan tentunya dari wanita yang menjadi istriku, bukan wanita one night stand.”“Kau sendiri yang mencantumkan larangan hamil pada kesepakatan pernikahanmu dengan Luna, lalu sekarang kau ingin
Happy Reading and Enjoy~Ada yang salah. Luna menyadari hal itu sejak ia tinggal di penthouse Allard. Tubuhnya semakin lemah, sering pusing dan mual. Emosinya tidak menentu, bahkan ia sering marah pada sesuatu yang tidak jelas. Parahnya lagi, ia diam-diam menginginkan keberadaan Allard.Lelaki itu memang mengunjunginya, tapi hanya berupa kunjungan singkat, dan Luna tidak menginginkan itu semua. Ia ingin Allard di sini bersamanya dan dalam jangkauan matanya. Seketika tubuhnya meremang. Tidak, tidak mungkin!Apa-apaan pikiran itu.Apa yang terjadi pada dirinya Tuhan … ia benar-benar ingin Allard berada di sini, hingga rasanya Luna sanggup memohon pada siapapun untuk bisa mempertemukannya dengan Allard.Oh, sial, ia mulai pusing.Luna membaringkan tubuhnya yang terasa lemah. Mungkin hal ini akan d
Happy Reading and Enjoy~Satu minggu berlalu, Luna tidak mendapat kemajuan apapun. Ia hanya berkeliling mencari penginapan dan pekerjaan, tapi semua menolaknya.Satu bulan berlalu, tetap sama.Tiga bulan berlalu, sialnya masih sama. Ia melakukan hal yang sia-sia, berjalan dan mencari tanpa hasil. Sementara semakin bertambahnya hari ia makan dan tinggal di penthouse Allard, seolah-olah tidak ada yang berubah dari perceraian mereka.Allard sendiri sesekali mengunjunginya, menanyakan apa kebutuhannya, bahkan terkadang membawanya ke beberapa restoran dan makan dengan gaya romantis. Lelaki itu tidak pernah berteriak padanya, tidak pernah berbicara kasar, meskipun tidak menutup kemungkinan sifatnya masih dingin.Allard masih berwajah kaku, tidak pernah tersenyum padanya. Meskipun tersenyum, ha