Share

Bab 31 - keputusan

Penulis: Riri riyanti
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"CUT!"

Teriakan nyaring terdengar. Nardo terlihat memejamkan mata lalu meremas rambut pirangnya. Dia merasa kesal kepada para pemain di depannya. Mereka ... entah kenapa seperti memancing emosi pria itu untuk diledakkan sekarang juga. Sungguh, ia benar-benar dibuat stres hari ini.

"Asataga! Kenapa dialogmu salah-salah terus?! Lebih fokus, dong!" setelah kembali membuka mata, pria itu menatap tajam salah satu aktornya. Amarahnya sudah tidak terbendung lagi sekarang. Dia sedang banyak pikiran, dan semua yang terjadi di lokasi syuting tadi sudah cukup untuk semakin membuat kepalanya berasap.

Sebenarnya dia sedang berusaha mengingkari perasaannya sendiri pada Chiara. Dia sengaja menyibukkan diri dengan bekerja tanpa sekali pun menemui ataupun menghubungi gadis itu belakangan ini. Dia merasa bersalah pada Naomi karena menjadi terlalu sering memikirkan adiknya.

Ah, urusan asmara memang sangat merepotkan, bahkan kini mengganggu pekerjaannya.

Sedangkan orang yang dia tegur hanya mampu menun
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   Bab 32 - kecewa

    Setelah berkali-kali bertanya pada diri sendiri, bertanya pada lubuk hati paling dalam yang dia miliki, pada akhirnya Nardo membulatkan tekadnya untuk menemui Chiara, untuk mengakui perasaannya. Benar apa kata Rendy, dia akan menyesal jika sampai ada lelaki lain yang mendahuluinya untuk memiliki gadis itu. Sungguh, dia tidak akan pernah rela.Nardo tidak tahu kapan persisnya, namun rasa sayang sebagai adik itu memang sudah musnah, hilang sampai nyaris tidak bersisa. Yang ada hanyalah rasa cinta, sebuah rasa ingin memiliki dari seorang pria terhadap wanita.Sambil mengemudi, senyuman pria itu mengurva ketika memeriksa arloji di pergelangan tangan kirinya. Jarum pendek belum menyentuh angka empat sore, dia masih punya kesempatan untuk menjemput gadis itu pulang kuliah. Semoga nasib baik menyertainya hari ini. Dia sudah tidak sanggup lagi menahan perasaan yang dia punya lebih lama lagi.Ketika pintu gerbang Universitas Nusa Bangsa terbuka lebar di depan sana, para mahasiswa dan mahasiswi

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   Bab 33 - curiga

    Kamar mendiang Naomi tidak berubah sama sekali, selalu bersih dan tertata rapi seperti sedia kala seakan tak pernah ditinggal pergi oleh pemiliknya sebab Chiara dan ibunya memang selalu membersihkan kamar itu setiap hari. Menjaga dan merawat semua barang-barang di dalamnya merupakan sebuah kewajiban, agar kenangan tentang si mendiang tidak akan pernah hilang.Chiara menghela napas panjang di sana, lalu duduk pada pinggiran ranjang. Ada sebuah album foto lama di dalam dekapan tangan gadis itu. Album foto yang berisi segala momen kehidupan Naomi, potret sang mendiang semenjak bayi hingga potret terakhirnya ketika bertunangan.Gadis itu menyentuh potret itu dalam diam dengan senyum terkembang. Kakaknya terlihat begitu cantik di sana, berdiri dengan senyuman menawan sambil menunjukkan cincin di jari manis tangan kiri. Ada sosok Nardo di sisinya. Pria itu tampak menjulang tinggi, memamerkan senyum tipis nan memesona ke arah kamera. Atensi Chiara jatuh pada sosok sang pria. Tanpa sadar jar

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   Bab 34 - mulai tercium

    Menu makan siang di depannya telah habis tak bersisa, menyisakan secangkir kopi yang isinya tinggal seperempat. Nardo kembali menatap arloji yang melingkari pergelangan tangan kiri, dan embusan napas berat keluar dari mulutnya, entah untuk yang ke berapa kalinya hari ini.'Sial!''Kenapa malamnya lama sekali, sih!'Ya, Nardo tidak sabar menantikan acara makan malam bersama keluarga Chiara nanti malam. Dia ingin berbicara berdua dengan gadis itu secepatnya. Menahan perasaan ternyata rasanya begitu menyiksa, seakan jarum pendek di dalam arlojinya tidak bergerak sama sekali.Dari sisi kanan muncullah sosok Rendy, pria itu baru saja keluar dari toilet. Pria itu geleng-geleng kepala saat lagi-lagi melihat Nardo kedapatan memeriksa arlojinya."Kamu kenapa, Nar? Mentang-mentang jam tangan mahal, kuperhatikan dari tadi kamu sering sekali melihatnya." Setelah berucap, Rendy mendudukkan diri pada kursinya. Mereka memang sedang makan siang bersama di kafe yang letaknya tidak jauh dari lokasi syu

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   Bab 35 - ungkapan rasa

    Langkah kaki keduanya seiring sejalan meskipun hening masih mendominasi keadaan, hanya suara gemercik air dari kolam ikan sejauh telinga mereka mampu mendengar. Mereka berjalan santai menuju taman belakang, melewati paving jalan setapak pula lampu-lampu taman yang sedikit redup di sisi kiri dan kanan."Bagaimana kabar kamu, Chia?" tanya Nardo, membuka percakapan."B-baik." Chiara menjawab dengan sedikit terbata, lalu dia balik bertanya. "Kakak sendiri?""Seperti yang kamu lihat." Nardo menoleh sejenak, membuat mereka bertemu pandang beberapa saat. Dan Chiara kembali tersenyum canggung di tempatnya."Kakak terlihat baik.""Yah, hanya sedikit pusing kepala.""K-kenapa?" Chiara mengangkat dagu. Di detik itu juga Nardo menghentikan langkah kaki, menatap mata indah gadis itu dalam-dalam."Kamu."Kedua mata Chiara membola mendengarnya. Jantungnya sudah sangat ricuh di dalam rongga dadanya. "Eh? A-aku?""Kamu menghindari Kakak, jangan kira Kakak tidak merasa.""Ah! I-itu-"Sebelum Chiara sem

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   Bab 36 - patah hati untuk yang pertama kali

    Semua terlihat begitu indah kala sedang dimabuk cinta. Senyuman bahagia tidak pernah pudar menghiasi raut jelita Chiara, mengiringi setiap langkahnya menapaki koridor kampus menuju kelasnya di lantai dua. Hati gadis itu serasa diisi berbagai bunga-bunga setiap kali mengingat wajah tampan itu. Iya, wajah Nardo.Jujur saja Chiara masih merasa seperti mimpi saat menyadari jika dirinya sudah tidak jomblo lagi. Dia masih tidak menyangka jika pria berdarah Jerman itu adalah benar kekasihnya sekarang. Ah, dia jadi membayangkan bagaimana rupa anak mereka nanti seandainya mereka menikah. Pastinya mereka akan memiliki putra dan putri yang lucu dan menggemaskan. Iya, kan?Dan setelah pemikiran tersebut terbersit di kepala, langkah gadis itu berhenti mendadak lalu menggeleng kencang dengan wajah merah padam.'Astaga! Pikiranmu kejauhan, Chia!' gadis itu merutuk dalam hati.Namun, hal itu cuma sesaat. Setelahnya senyuman Chiara kembali terkembang. Dia melanjutkan langkahnya memasuki ruang kelas. D

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   Bab 37 - pasangan beda usia

    Chiara sudah berdiri di sisi gerbang kampusnya sejak lima menit lalu. Dengan tas selempang yang dia sandang pada salah satu bahu, gadis itu berulang-ulang memeriksa jam tangannya. Dia sedang menunggu Nardo menjemputnya, sesuai janji pria itu tadi pagi.Saat Chiara sekali lagi menoleh ke kiri, akhirnya kedua mata indah gadis itu menemukan mobil milik Sang kekasih sedang melaju, semakin pelan lalu berhenti tidak jauh di depannya. Chiara tersenyum saat melihat kekasihnya itu turun dari mobil kemudian berjalan tergesa menghampirinya. "Maaf, sudah lama menunggu?" tanya Nardo setelah berdiri menjulang tepat di depan Chiara."Tidak kok, Chia baru saja keluar beberapa menit yang lalu." Gadis manis itu membagi senyumnya. Jantungnya ricuh, tapi dia menikmatinya. Dia bahagia."Untuk kamu." Nardo mengukir senyuman lega, lalu menyerahkan sebuah es krim cone yang baru dia beli di minimarket terdekat pada Chiara. "Sebagai permintaan maaf karena sedikit telat.""Permintaan maaf diterima." Chiara mera

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   Bab 38 - menahan perih

    Semenjak Nardo menjadi kekasihnya, dunia Chiara semakin terasa berwarna. Pria itu datang memberinya warna pelangi, menghapus kelabu yang menyelubungi hidupnya semenjak kepergian Naomi, kakaknya. Kini, senyum Chiara bukan lagi sebuah topeng untuk menyembunyikan kesedihan, senyuman itu benar-benar tulus dari dalam lubuk hati. Gadis itu benar-benar merasa bahagia.Memang benar, tampan itu relatif. Tapi bagi Chiara, Nardo adalah pria tertampan di seluruh dunia. Tampan paras dan juga hatinya. Sebuah paket komplit yang membuat gadis itu selalu bersyukur karena pria itu adalah miliknya. Dia tidak akan pernah merasa bosan untuk terus menatapinya seperti ini, Nardo semakin terlihat menarik saat sedang serius mengemudi."Nah, sudah sampai ...."Chiara menengok ke kaca pintu di sampingnya, sedikit cemberut saat sadar mobil yang mereka naiki sudah sampai di sisi pagar gedung sekolahnya. "Kenapa cepat sekali?""Nanti kita bisa bertemu lagi, Schnucki." Ah, panggilan baru. Senyuman gadis itu melebar

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   Bab 39 - 'tanda' perpisahan

    Suasana di kantin cukup ramai siang itu. Selena memesankan segelas coklat panas untuk Evan. Kebetulan tengah hari ini sedang turun hujan, gadis itu pikir jika minuman hangat adalah yang paling tepat untuk menemani mereka menghabiskan waktu bersama. "Minumlah. Katanya di dalam coklat ada zat phenylethylamine yang bisa membuat seseorang yang mengonsumsinya merasa bahagia. Kamu akan merasa lebih baik, Van." Selena meletakkan gelas panjang berisi minuman yang tadi dia pesanan dari ibu kantin di hadapan Evan dengan sebuah senyum manis, lalu duduk pada kursi lain di depan pemuda itu. Meja panjang berisi menu makan siang pesanan mereka menjadi penghalang keduanya."Kelihatan sekali ya, kalau aku sedang patah hati?" Evan menatap Selena, terkekeh miris, kemudian menyentuh sisi gelas dengan telapak tangannya. Hangat minuman di dalamnya tak sehangat perasaan yang dia miliki. "Terima kasih minumannya, Sel. Kamu baik sekali.""Sama-sama.""Maaf karena tiba-tiba aku membawa kamu ke kantin begini,

Bab terbaru

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   epilog 2

    Chiara keluar dari kamar mandinya dengan mengenakan bathrobe berwarna biru muda. Rambutnya masih terlihat lembab, menguarkan wangi sampo favoritnya. Setelah mengguyur seluruh tubuhnya dengan air hangat, rasa lelahnya semakin berkurang secara signifikan. Ah, dia ingin tidur cepat malam ini.Wanita itu segera melangkah menuju lemari pakaiannya. Tepat ketika dia menyentuh gagang lemari, di detik itu sosok Nardo baru saja memasuki kamar mereka, membuat pergerakan Chiara sejenak terhenti dengan kepala menoleh ke arah suaminya."Kyra sudah tidur?""Sudah. Baru saja aku tidurkan." Nardo menutup pintu kamar, menguncinya sekalian. Dia tersenyum jahil saat pandangan mereka bertemu. "Sekarang giliran Mamanya yang harus aku tiduri.""Dasar!" Chiara terkekeh kecil menanggapi godaan sang suami. Dia kembali menghadap lemari pakaiannya, membukanya untuk mencari baju tidur. Sedangkan sosok Nardo terlihat mendekat ke arahnya dari pantulan kaca di daun pintu lemarinya. "Sudah selesai mandi?" tanya pria

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   epilog 1

    Baju couple berbahan batik warna marun membalut tubuh keduanya. Pasangan itu tampak sangat serasi dan terlihat enak dipandang. Yah, meskipun sebenarnya si wanita masih belum mandi, sebab Chiara memang belum sempat pulang ke rumah. Bahkan dia berganti pakaian dan retouch make up di dalam mobil.Chiara dan Nardo memang baru pulang dari resepsi pernikahan Evan dan Selena. Mereka mampir ke pesta setelah Chiara pulang kuliah. Ya, pada akhirnya Chiara memutuskan untuk kembali berkuliah, untuk mengejar gelar magister, sesuai impiannya. "Aku benar-benar tidak menyangka kalau Evan benar-benar sudah menikah!" Chiara berucap begitu seraya menatap menerawang ke depan, pada mobil dan motor yang sama-sama sedang melaju di jalan raya menuju arah pulang."Kamu senang?" sembari mengemudi Nardo menyempatkan diri untuk melirik ke sisinya, tempat Chiara berada."Tentu saja! Apalagi dia menikah dengan Selena. Demi apapun! Gadis itu begitu sempurna, cantik dan baik hati secara bersamaan. Sangat cocok bers

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   Bab 67 - melamarmu

    Nardo benar-benar menepati janjinya. Malam itu juga dia datang bersama kedua orang tuanya, tentu tujuan pria itu adalah untuk melamar sang pujaan hati secara resmi. Kedua keluarga mereka sudah berkumpul di ruang tamu keluarga Chiara sekarang, menunggu waktunya tiba untuk membahas perihal kedatangan keluarga si pria.Ada Manfredo Austerlitz dan Karina yang duduk mengapit putra semata wayang mereka di sofa sebelah kanan, berseberangan dengan Indra Wardhana dan Ambar yang terlihat duduk bersisihan di sisi kiri, mengapit sang putri. Dua keluarga yang akan segera menyatu itu duduk bersama bersekatkan meja oval berbahan kaca tebal, yang di atasnya terdapat berbagai macam hidangan spesial. Raut bahagia terpancar di setiap wajah, terutama pada si pasangan muda di setiap kali mereka kedapatan mencuri pandang."Jadi, maksud kedatangan kami malam ini adalah untuk melamar Chiara secara resmi untuk Nardo, putra kami. Saya sebagai seorang ayah, mewakili anak kami untuk meminta Chiara pada keluarga

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   Bab 66 - janji nanti malam

    "Oke. Kita break dulu. Terima kasih atas kerja keras kalian." Atas instruksi sang sutradara, semua pemain beserta kru yang bertugas di sana segera membubarkan diri untuk beristirahat. Sedangkan si sutradara muda mulai memeriksa layar periksa kamera dengan senyum puas, melihat hasil syuting yang baru saja diambil.Sempurna, sesuai apa yang dia bayangkan di dalam kepala.Ketika pria itu masih fokus menatap layar, dia tersentak. Dua telapak tangan halus yang menutupi kelopak matanya membuat dia terkejut bukan main."Coba tebak, aku siapa?"Tetapi, setelah mendengar suara halus yang begitu akrab di telinganya, garis bibir pria itu melengkung ke atas. Jelas dia tahu siapa pelakunya."Siapa, ya?" Nardo terkekeh, pura-pura tidak tahu."Calon istri kamu." Setelah menjawab begitu, Chiara menjauhkan telapak tangannya, berganti memeluk leher Nardo dari belakang. "Aku rindu kamu!"Senyum pria blasteran itu melebar, dia menoleh ke kanan seraya meraih tengkuk kekasihnya, lalu ... kedua bibir merek

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   Bab 65 - columbarium

    Hening adalah bagian dari sebuah kedamaian. Hal itulah yang Nardo dan Chiara dapati ketika memasuki pintu Paradise columbarium sore ini. Tenang, setenang jiwa-jiwa yang beristirahat di sana.Mereka berdua sudah berdiri bersisian di depan laci penyimpanan abu Naomi sekarang. Chiara melepas genggaman tangannya yang semula bertaut di tangan besar Nardo, hanya untuk meletakkan sebuket bunga anyelir merah di depan foto mendiang kakaknya."Kami datang, Kak. Bagaimana kabar Kakak di sana?" gadis itu bertanya pada udara, dengan senyuman yang dia buat ceria. Sedangkan tatapan mata itu lurus pada potret sang mendiang, seakan Chiara sedang bertatap muka secara langsung dengan mendiang kakaknya. Sedangkan Nardo tampak memperhatikannya tanpa jeda. "Chia yakin Kakak sudah bahagia di Surga sekarang." Setelah dia berkata begitu, kedua matanya memanas secara tiba-tiba. Namun, ketika telapak tangan besar nan hangat itu kembali menggenggam tangannya, Chiara mulai merasa lebih baik. Dia tidak lagi send

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   Bab 64 - terikat denganmu

    "Tidak bisakah kita mulai siang saja?"Chiara menghentikan langkah kaki di ambang pintu ruang keluarga saat mendengar Nardo sedang berbincang dengan seseorang di telepon genggam. Posisi pria itu sedang duduk di sofa, dengan notebook yang menyala."Oh, begitu." Entah jawaban apa yang Nardo dapatkan dari ujung telepon, kepala dengan rambut pirang itu mengangguk pelan. "Tapi, aku sedang tidak di rumah," lanjut pria itu.Chiara menyandarkan punggungnya di sisi pintu, menunggu sang kekasih menyelesaikan panggilannya. Tangannya dia simpan di dada seraya terus mencuri dengar percakapan pria itu dengan entah siapa."Hahhh, apa boleh buat? Kemungkinan setengah jam lagi aku akan sampai di sana."Dan ketika telepon sudah dimatikan kemudian Nardo terlihat menyimpan ponselnya di atas meja, barulah Chiara berjalan mendekatinya."Telepon dari siapa?" tanya gadis itu sembari memutus jarak di antara mereka. Dia tampak segar dengan rambut yang terlihat masih lembab, sebab Chiara baru saja selesai mandi

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   Bab 63 - terlena

    Bibir yang saling bertaut membuat keduanya terlena. Waktu menjadi berjalan lebih cepat dari seharusnya. Dan ketika Nardo hendak menyudahi ciumannya, Chiara justru mendorong tubuh kekar pria itu sehingga jatuh ke atas permukaan ranjang. Chiara yang mendominasi kali ini. Dia berada di atas tubuh kekar itu, kembali mencari mulut kekasihnya untuk kembali menciumnya, membuat rambutnya jatuh menutupi wajah mereka. Napasnya terdengar tak beraturan, terengah-engah. Hal itu sukses membangkitkan sesuatu di satu bagian tubuh Nardo, tanpa sepengetahuannya. Chiara benar-benar berhasil memancing gairah terpendam miliknya."Chia?" sesaat setelah Chiara menjauhkan wajah demi memasok oksigen untuk tetap bernapas, Nardo menatap intens wajah merahnya. Jenis tatapan bertanya, meskipun sejujurnya Nardo tahu persis apa yang Chiara inginkan, dia hanya memastikan."Berikan aku suntikan semangat untuk mengerjakan kuis besok." Setelah berucap begitu, tanpa menunggu persetujuan, Chiara kembali menyatukan bibir

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   Bab 62 - aku mau!

    Sebuah plastik putih besar berlogo minimarket yang berjarak cukup dekat dengan rumah Chiara tampak dalam jinjingan tangan kiri Nardo. Pria jangkung itu baru saja kembali dari berbelanja, untuk mengisi stok makanan di kulkas milik keluarga sang kekasih. Sesuai permintaan ibunda si gadis, Nardo benar-benar berniat untuk menginap.Memasuki area dapur, pria itu meletakkan barang bawaannya pada meja makan. Mengabaikan barang lainnya, dia memilih untuk mengambil kardus-kardus susu terlebih dahulu. Rencananya dia akan menata belanjaannya nanti setelah membuatkan segelas susu hangat untuk gadis yang dia cintai."Kira-kira Chia lebih suka rasa Vanila atau Cokelat?" Nardo mengguman bertanya pada udara, tengah menimbang-nimbang keputusan seraya memperhatikan bungkus produk susu di kedua tangannya.Jujur saja, Nardo memang belum tahu susu rasa apa yang menjadi kesukaan sang kekasih, dia hanya tahu bahwa Chiara menyukai es krim cokelat. Gadis itu selalu memesan itu jika pergi bersamanya.Ah, cokel

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   Bab 61 - berdua

    Pertengkaran merupakan bumbu sebuah hubungan percintaan. Biasanya setelah konflik itu usai, hubungan akan terasa lebih hangat dan semakin kuat. Kejujuran dan saling terbuka adalah kunci dari langgengnya ikatan asmara, dan hal tersebut sudah Nardo dan Chiara lakukan bersama. Saling memahami, saling mengerti perasaan masing-masing, dan tidak lagi menyimpan sesuatu yang terasa mengganjal di hati seorang diri.Mobil yang Nardo kendarai sudah berhenti tidak jauh dari gerbang kampus sang kekasih, sudah lebih dari lima menit lalu. Namun, kepala dengan surai lurus berkilauan gadis itu masih saja betah berlama-lama menempel di dada bidang kekasihnya, menikmati sentuhan lembut jari-jari Nardo di sela-sela helai rambutnya."Nyaman. Dada kamu memang sandarable sekali ya, Kak?" Chiara semakin menyamankan diri dalam dekapan hangat Nardo. Hidung mungil nan mancung itu sesekali tampak mengendus aroma parfum pria di permukaan kemeja bagian dada."Nanti lagi, ya? Sepertinya kamu harus masuk ke dalam sa

DMCA.com Protection Status