Home / Historical / Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris / Bab 142 Mengguncang Kota Telnologi

Share

Bab 142 Mengguncang Kota Telnologi

Author: Caesar Azka
last update Last Updated: 2025-04-01 07:37:50

Suasana di ruang pertemuan Wijaya Corporation cabang Bandung terasa tegang. Seorang pria berpakaian serba hitam dengan wajah penuh keringat duduk di hadapan Arka, Raka, dan Genta.

William berdiri di sampingnya dengan tangan bersedekap. "Orang ini adalah salah satu kaki tanganku di Bogor. Dia membawa informasi penting."

Arka mengangguk, lalu menatap pria itu dengan tajam. "Katakan, apa yang kau ketahui?"

Pria itu menarik napas dalam, lalu berkata dengan suara bergetar. "Saya telah mengamati pergerakan keluarga besar dan para pengusaha di Bogor. Mereka mulai gelisah sejak proyek energi terbarukan perusahaan Anda berkembang di Bandung. Mereka menganggap ini ancaman besar bagi dominasi mereka di industri energi."

Genta menatapnya dengan penuh selidik. "Lanjutkan."

Pria itu menelan ludah. "Bogor memang kota yang lebih kecil dibanding Bandung, tetapi para pengusaha di sana memiliki teknologi mutakhir dalam bisnis m
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 143 Pertempuran Dengan "Sepuluh"

    Malam itu, langit di atas Bandung tampak kelam, seolah menyimpan firasat buruk. Arka berdiri di dalam kantornya, menatap keluar jendela dengan ekspresi serius. Panggilan dari Panglima tadi siang masih terngiang di kepalanya. Genta memasuki ruangan dengan wajah serius. "Arka, kita sudah mengirim mata-mata untuk menyelidiki teknologi yang dikembangkan oleh keluarga besar di Bogor." Arka menoleh. "Hasilnya?" Raka yang baru masuk ruangan melemparkan berkas ke meja. "Informasi dari Panglima benar adanya. Para keluarga besar di Bogor ternyata memiliki teknologi yang jauh lebih maju dari yang kita bayangkan. Mereka bekerja sama dengan negara adidaya secara diam-diam." Genta mengangguk. "Bahkan, mereka sudah mengembangkan pasukan tempur berbasis teknologi tinggi yang dipadukan dengan ilmu bela diri kuno. Ini bukan hanya ancaman bisnis, Arka. Ini ancaman bagi negara." Arka mengambil berkas itu dan membacanya dengan sa

    Last Updated : 2025-04-01
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 144 Misi Rahasia di Bogor

    Malam itu, di salah satu markas militer rahasia, Panglima menatap layar monitor dengan ekspresi serius. Di layar itu terpampang berbagai data dan rekaman terkait teknologi ilegal yang dikembangkan oleh keluarga besar di Bogor. Panglima menarik napas dalam sebelum akhirnya menghubungi Arka melalui saluran khusus. "Arka, ada misi yang harus kau jalankan." Di kantor Wijaya Corporation cabang Bandung, Arka duduk di kursinya dengan tenang, mendengarkan suara Panglima di telepon. "Misi apa, Panglima?" "Kami mendapat informasi bahwa keluarga besar di Bogor telah melakukan kerja sama ilegal dengan pihak luar negeri untuk mengembangkan teknologi tempur berbasis kecerdasan buatan. Proyek 'Sepuluh' hanyalah permulaan. Jika kita tidak menghentikan mereka sekarang, negara ini akan berada dalam bahaya besar." Arka mengangguk. "Jadi, kau ingin aku menyusup ke dalam jaringan mereka?" "Tepat. Kau

    Last Updated : 2025-04-01
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 145 Pertemuan Rahasia dan Dua Musuh Baru

    Malam itu, suasana di sebuah hotel mewah di Bogor terasa lebih tegang dari biasanya. Sepuluh pengusaha elit telah berkumpul di ruang pertemuan eksklusif, menunggu kedatangan Arka, Raka, dan Genta. Mereka telah lama menantikan kesempatan untuk mendobrak dominasi lima keluarga besar yang selama ini menekan bisnis mereka. Saat Arka dan timnya memasuki ruangan, semua mata tertuju padanya. Salah satu pengusaha, seorang pria berusia lima puluhan dengan janggut rapi, berbicara lebih dulu. "Tuan Arka, kami tahu Anda datang ke Bogor untuk investasi energi terbarukan. Kami tertarik untuk bekerja sama, tetapi ada masalah yang harus Anda ketahui." Arka duduk dengan santai, menatap pria itu dengan tenang. "Masalah seperti apa?" Seorang wanita berambut pendek, yang merupakan CEO perusahaan teknologi terbesar di Bogor, menjawab. "Lima keluarga besar. Mereka tidak hanya mendominasi ekonomi, tetapi juga memiliki hubu

    Last Updated : 2025-04-01
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 146 Perlawanan Kekuatan Keluarga Bogor

    Di laboratorium canggih milik Wijaya Corporation, sekelompok ilmuwan terbaik tengah bekerja keras menganalisis dua chip yang diambil dari tubuh Delapan dan Sembilan. Arka berdiri di depan layar monitor besar, mengamati hasil pemindaian awal. Seorang ilmuwan senior bernama Dr. Surya menjelaskan, "Chip ini memiliki sistem kendali berbasis kecerdasan buatan yang dikembangkan dengan teknologi yang belum pernah kita lihat sebelumnya." Raka yang berdiri di samping Arka bertanya, "Apakah ada kemungkinan chip ini dikendalikan dari jarak jauh?" Dr. Surya mengangguk. "Sangat mungkin. Ada jejak sinyal frekuensi tinggi yang mengindikasikan bahwa seseorang bisa mengontrol pergerakan mereka secara langsung." Arka menyipitkan matanya. "Kalau begitu, kita bisa melacak sumbernya?" Dr. Surya mengetik cepat di komputer. "Kami akan mencoba, tapi mereka pasti memiliki sistem enkripsi yang rumit. Ini bukan teknologi biasa."

    Last Updated : 2025-04-02
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 147 Kejatuhan Pakubumi dan Masa Depan Bogor

    Di markas militer, Panglima berdiri dengan ekspresi serius di depan layar yang menampilkan rekaman satelit dari pertempuran antara Arka dan Pakubumi. Ledakan energi dari bentrokan mereka membuat tanah di sekitar lokasi pertarungan bergetar hebat. Seorang perwira mendekatinya. "Jenderal, pertempuran ini bisa menyebabkan kehancuran besar. Apa kita turun tangan sekarang?" Panglima mengepalkan tangannya. "Tidak. Kita tunggu dulu. Jika Arka menunjukkan tanda-tanda akan kalah, aku sendiri yang akan turun." Dia berbalik, lalu memberi perintah tegas, "Siapkan tim elit! Kita bergerak ke Bogor sekarang!" Dalam hitungan menit, sekelompok kendaraan militer meluncur dengan kecepatan tinggi menuju lokasi pertarungan. Sementara itu, di medan pertempuran, Arka dan Pakubumi terus bertarung tanpa henti. Setiap jurus yang mereka keluarkan membuat angin berdesir kencang, menciptakan tekanan yang nyaris tak tertahankan bagi siapa

    Last Updated : 2025-04-02
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 148 Kembali Ke Jakarta

    Setelah kekalahan keluarga besar Bogor dan sanksi dari pemerintah, suasana bisnis di kota itu berubah drastis. Para pengusaha yang sebelumnya merasa tertekan kini bisa menjalankan usaha mereka dengan lebih adil dan transparan. Arka dan Raka menghabiskan beberapa minggu terakhir di Bogor untuk memastikan transisi bisnis berjalan dengan baik. Mereka menunjuk William sebagai kepala cabang Wijaya Corporation untuk wilayah Bandung dan Bogor. Di sebuah ruang pertemuan di kantor cabang Wijaya Corporation, William duduk bersama Arka dan Raka. "Saya tidak menyangka akan mendapatkan tanggung jawab sebesar ini," ucap William dengan nada serius. Arka tersenyum. "Kau adalah orang yang tepat untuk posisi ini. Aku butuh seseorang yang bisa menjaga stabilitas bisnis di kedua kota ini. Aku percaya padamu, William." Raka menambahkan, "Kami akan kembali ke Jakarta. Tapi jika ada masalah, jangan ragu untuk menghubungi kami."

    Last Updated : 2025-04-02
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 149 Bayangan Musuh Dari Luar Negeri

    Di dalam ruang konferensi utama Wijaya Corporation, Arka, Raka, dan Genta duduk mengelilingi meja panjang. Di depan mereka terbentang peta Indonesia dengan beberapa titik kota yang telah ditandai sebagai target ekspansi. Arka menunjuk tiga kota utama: Surabaya, Medan, dan Makassar. "Sebelum kita berpikir ke luar negeri, kita harus memastikan dominasi kita di dalam negeri," kata Arka dengan nada serius. Genta mengangguk setuju. "Surabaya adalah pusat industri besar, Medan adalah pusat perdagangan di Sumatra, dan Makassar adalah gerbang timur. Dengan tiga kota ini, kita bisa menguasai jalur bisnis nasional." Raka menambahkan, "Tapi ekspansi besar-besaran seperti ini pasti akan menarik perhatian banyak pihak. Apakah kita sudah siap menghadapi kemungkinan perlawanan?" Arka tersenyum tipis. "Aku sudah memperhitungkan itu. Tapi kita tidak akan bergerak secara terang-terangan. Kita akan menyusup perlahan, membeli sa

    Last Updated : 2025-04-02
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 150 Pertarungan Melawan Sang Jagal

    Di ruang kontrol militer, layar-layar besar menampilkan rekaman CCTV dari bandara internasional Jakarta. Seorang pria berbadan kekar dengan wajah dingin melangkah dengan percaya diri melalui jalur kedatangan. "Dia tidak menyusup seperti sebelumnya," kata salah satu agen intelijen. "Dia datang secara terang-terangan." Panglima yang berdiri di tengah ruangan menyipitkan matanya. "Ini berarti mereka tidak lagi bersembunyi. Mereka ingin menunjukkan kekuatan mereka secara langsung." Arka yang duduk di kursi depan layar mengamati gerakan pria itu dengan tajam. "Dia tidak sendirian. Lihat di belakangnya, ada beberapa orang yang mengikuti. Ini bukan hanya satu orang, ini operasi penuh." Belum sempat mereka menganalisis lebih jauh, ledakan besar mengguncang pusat kota Jakarta. BOOM!!! Layar yang menampilkan pemandangan kota berubah menjadi kabut tebal dari asap hitam yang membubung ke langit.

    Last Updated : 2025-04-03

Latest chapter

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 223 Kembali ke Akar

    Langit Jakarta diguyur cahaya senja yang lembut saat helikopter hitam mendarat di atap gedung utama Wijaya Corporation. Bilah-bilah rotor melambat, meniupkan debu dan kenangan di udara. Dari dalam kabin, Arka turun lebih dulu, mengenakan jaket hitam bertuliskan WJ Core di lengannya. “Masih terasa aneh ya,” gumam Kiara di belakangnya. “Kita barusan keluar dari altar kehendak… dan sekarang berdiri di atap kantor pusat.” Genta menyeringai sambil menenteng tas data. “Aneh itu kalau kita tiba-tiba bangun di kebun belakang dengan piyama.” Raka menepuk bahunya. “Jangan beri semesta ide aneh, Gen.” Mereka berempat berdiri berjejer, menatap siluet kota yang perlahan berubah warna. Di bawah mereka, gedung-gedung menjulang seperti urat nadi dari ambisi yang pernah hampir dibajak oleh kehendak jahat. Arka menarik napas panjang. “Kita berhasil. Dunia masih berdiri.” “Dan kita masih satu,” Kiara menambahkan,

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 222 Jejak yang Tertinggal

    Altar kehendak bergema dengan getaran lembut, seolah menghela napas terakhir setelah ribuan tahun terbungkam. Dinding kubah yang retak menyala dengan pola cahaya yang bergerak pelan, membentuk simbol-simbol purba yang tak dikenali, tapi terasa akrab bagi Arka dan yang lain. “Tempat ini hidup,” bisik Genta, mengamati garis cahaya yang menjalar di sepanjang lantai. “Tapi bukan seperti teknologi. Ini… sesuatu yang lain.” Kiara menyentuh salah satu simbol, dan cahaya melesat cepat, menyusuri lengannya tanpa melukai. “Seolah-olah tempat ini mengenali kita.” Raka melangkah mendekati pusat altar, di mana sebuah pilar kristal muncul perlahan dari bawah tanah. Di dalamnya, pusaran kehendak berwarna emas berdenyut pelan seperti jantung. “Tunggu,” ucap Arka sambil menatap sekeliling. “Kalian dengar itu?” Detak. Lembut, tapi dalam. Seperti jantung raksasa yang berdetak dari dalam dunia itu sendiri. Kiara m

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 221 Inti dari Segalanya

    Kilatan pertama menyambar seperti tombak cahaya yang mengoyak udara. Arka dan yang lain menembus pusaran badai, tubuh mereka melayang bebas di antara fragmen waktu dan kehendak yang saling bertabrakan. Setiap helai udara terasa tajam, seolah menolak keberadaan mereka. Arka menggertakkan gigi, tubuhnya tertarik ke dalam spiral cahaya keperakan. “Tahan formasi! Jangan terpisah!” “Aku kehilangan gravitasi!” teriak Genta, tubuhnya terpental ke arah fragmentasi kota yang hancur di kejauhan. Kiara melompat, menyambar tangan Genta. “Aku dapat dia! Tapi ini… bukan ruang biasa. Waktunya loncat-loncat!” Raka berputar di udara, kakinya menjejak sebongkah memori masa depan yang padat, lalu meluncur ke arah Arka. “Kita harus sampai ke pusat! Di sanalah kehendak disimpul jadi satu!” Di tengah pusaran, sosok bertopeng perak berdiri kokoh, tubuhnya membesar menjadi kolosus setinggi gedung. Di dadanya, mata yang berputar kini

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 220 Lapisan Ketiga

    Arka mendarat di permukaan yang tak padat, seolah pijakan itu terbuat dari bayangan air. Setiap langkah meninggalkan riak yang memantulkan kenangan. Langit di atasnya merah kelam, bergemuruh seperti dada yang menahan napas terlalu lama. “Tempat ini… terasa seperti dalam mimpiku,” gumamnya, memandang sekitar. Kiara mendarat tak jauh darinya, tangannya terangkat, menjaga keseimbangan. “Tapi ini bukan mimpi. Ini ruang kehendak terdalam. Lapisan ketiga.” Dari balik kabut, siluet Raka muncul, tubuhnya bersimbah cahaya kehendak yang belum sepenuhnya stabil. “Aku lihat bayangan Ayah tadi… seperti nyata.” “Bukan bayangan,” sahut Genta yang menyusul, napasnya memburu. “Tempat ini menyerap ingatan paling kuat dalam diri kita. Dan memutarnya jadi senjata.” Angin bertiup pelan, namun membawa aroma darah dan logam. Lalu satu demi satu sosok muncul dari balik kabut—wajah-wajah yang seharusnya sudah mati. Ayah Raka. Saudara

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 219 Pusaran Kehendak

    Genta melompat ke panel darurat, jarinya menari di atas tombol manual. Sinyal listrik masih lumpuh, tapi ia berhasil mengaktifkan suplai cadangan untuk server utama. Layar menyala kembali dalam kilatan biru redup, menampilkan grafik-grafik kacau dan sinyal spiral dari dasar laut. “Gelombangnya meningkat,” gumamnya. “Ini bukan hanya sinyal… ini panggilan.” Arka berjalan perlahan ke tengah ruangan, di mana wajah digital bertopeng perak masih menatap mereka dari layar. Cahaya dari monitor memantul di matanya yang membara, menciptakan siluet tajam di balik bahunya. “Kau siapa sebenarnya?” tanya Arka, suaranya pelan tapi tegas. “Pertanyaan yang salah, Arka Wijaya,” suara itu mengalun seperti gema di dalam tengkorak. “Pertanyaannya adalah: berapa lama lagi kehendak manusia bisa menolak evolusi yang sudah kutawarkan?” Kiara menatap layar dengan rahang mengeras. “Kau menyebut dirimu ide. Tapi ide tidak lahir sendiri.

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 218 Kehendak di Balik Layar

    Asap tipis mengepul dari sudut-sudut ruangan. Cahaya darurat berpendar merah, melemparkan bayangan bergerigi di wajah-wajah tegang. Di tengahnya, wajah bertopeng perak masih terpampang di layar utama, menatap semua yang hadir tanpa berkedip. Suara itu terdengar lagi, serak tapi stabil. “Divisi Kehendak? Nama yang indah. Tapi sia-sia.” Raka maju dua langkah, belatinya bergetar oleh listrik statis dari medan proteksi yang belum sepenuhnya mati. “Kalau kau hanya bisa bicara dari balik layar, kau pengecut.” “Justru karena aku di balik layar, aku hidup lebih lama dari kalian semua,” jawab suara itu. “Aku bukan tubuh. Aku adalah algoritma keserakahan, rumus dominasi, strategi kolonialisme yang kalian warisi diam-diam.” Kiara menoleh ke Genta. “Apakah ini AI yang kita deteksi dari dasar laut?” Genta mengetik cepat, matanya tak lepas dari data baru yang masuk. “Tidak sepenuhnya. Ini semacam antarmuka. Tapi energinya…

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 217 Bayangan di Langit

    Bayangan hitam yang mengambang di atas cakrawala makin jelas. Bukan retakan dimensi, bukan pula makhluk seperti Zerah—melainkan armada. Puluhan—tidak, ratusan kapal udara taktis melayang membentuk formasi setengah lingkaran di langit senja. Baling-baling rotor mereka tak menimbulkan suara, hanya getaran halus yang merambat ke tanah, seperti denyut jantung dunia yang baru bangkit. “Ini bukan invasi, kan?” bisik Raka sambil meraih senjata di pinggang. Genta menatap hasil pemindaian di alatnya. “Bukan. Ini… pasukan militer. Tanda pengenal mereka sah. Tapi mereka dalam mode siaga tinggi.” Beberapa pesawat turun perlahan, melepaskan platform logam yang terhampar rapi di tanah. Dari sana, pasukan berseragam hitam-hijau turun, berbaris dalam diam. Seorang pria berambut putih dan berseragam panglima berdiri di tengah mereka, mengenakan lencana khusus bertuliskan SATGAS ARDHA GARDA NASIONAL. Arka maju beberapa langkah

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 216 – Kehendak yang Bangkit

    Cahaya biru menyelimuti medan pertempuran. Pilar-pilar energi yang sebelumnya mencabik langit kini membeku di udara, seolah diperintah oleh kehendak yang lebih tua dari waktu. Sosok asing yang muncul dari celah realitas itu melayang perlahan, jubah panjangnya berpendar lembut, dan matanya memancarkan cahaya keemasan yang menembus jiwa siapa pun yang menatapnya. Arka berdiri membeku di tengah pusaran penyegelan. Energi di sekeliling tubuhnya masih berkobar, tapi kini tertahan—seolah sebuah tangan tak kasatmata menggenggamnya. “Siapa… kau sebenarnya?” tanya Arka pelan. Sosok itu turun menyentuh tanah. “Aku adalah bagian dari darahmu. Dan engkau adalah bagian dari kehendakku yang tertinggal di dunia ini.” Raka terhuyung, menahan luka di lengannya, matanya terpaku pada simbol bercahaya di udara—tiga garis spiral yang saling berpotongan membentuk mata ketiga di tengah kehampaan. Kiara berbisik, “Simbol itu… mengik

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 215 Warisan di Ujung Darah

    Tanah terbelah. Awan menghitam. Dari tubuh Sakarat, sosok Zerah melayang perlahan—gerakannya anggun seperti kabut, tapi tekanan kehadirannya menekan dada semua orang. Di sekelilingnya, waktu bergetar. Suara-suara dari masa lalu bergema lirih, menciptakan irama aneh yang menyesakkan telinga. Kiara mundur beberapa langkah. “Itu… bukan makhluk biasa.” “Bukan,” desis Arka. “Dia bukan makhluk. Dia… adalah kehendak yang ditolak oleh alam semesta.” Zerah menatap ke arah mereka, topengnya berganti-ganti bentuk—wajah-wajah yang familiar muncul sekilas: wajah Raksa, wajah Nadira, bahkan wajah Reza. Setiap wajah muncul hanya untuk digantikan oleh kekosongan tanpa ekspresi. “Arka Wijaya,” suaranya terdengar seperti ribuan orang berbicara bersamaan. “Darahmu adalah kunci. Warisanmu adalah pengikat. Maka, akulah yang berhak menuntutnya.” Tubuh Arka bergetar saat aliran energi dari dalam dadanya berdenyut semakin kuat. Simb

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status