Di Jakarta...Denny sibuk dengan berbagai macam urusan kantor yang sempat terbengkalai beberapa hari lamanya dan pekerjaannya menjadi bertumpuk-tumpuk.Dengan sedikit waktu menjelang makan siang, iapun menyempatkan untuk menyesap coffee mix yang baru dibuatnya.Seperti biasa juga, Alisya akan datang menjelang makan siang dengan menenteng makan siang di tangannya."Sudah lapar apa belum? Yuk makan siang dulu,". ujarnya lalu meletakkan bontot makan siang itu di atas meja."Makanlah dulu, masih ada yang harus kukerjakan sekarang, nanti aku akan menyusul," jawabnya."Baiklah, aku sudah lapar, jadi aku makan duluan ya.""Yaps, makanlah yang kenyang."Lalu pria itu kembali berkutat dengan tumpukan berkas di mejanya, tanpa menghiraukan Alisya yang terus memandanginya.Setelah dirasa selesai, Denny beranjak dan duduk di dekat Alisya."Apa yang kau bawa? Aku sudah lapar," keluhnya."Ini, sop ayam dengan makaroni. Dan ini, perkedel kentang. Tap
"Kesalahanku? Kenapa kamu baru mengatakan sekarang kalau itu adalah kesalahanku? Kamu sungguh tidak mengenali aku?" sungut Imas tak percaya. "Itu cuma alasan untuk kamu meninggalkan aku bukan? Kamu berubah Denny, hatimu berubah hanya karena wanita ini!" tegas Imas tak terima."Bagaimana denganmu? Kamu berselingkuh dan bermesraan di belakangku dengan teman baik Mira. Jangan kamu kira aku tidak mengetahui apa yang kamu pikirkan sejak awal, Imas Gayatri. Wanita sepertimu sangat mudah jatuh cinta dan ini bukan untuk yang pertama kali!"Mereka berdua bersitegang saling menuding. Bagi Denny, tingkah Imas yang gemulai dan manja memang sering menimbulkan persepsi yang berbeda. Terkadang hal itu membuatnya ragu dengan kesetiaan Imas."Apakah yang kamu maksud adalah Faza? Itukah sebabnya kamu tega menjebakku di hari pernikahan yang sudah kita sepakati?"Denny menyeringai, menatap benci pada wanita itu. "Sekarang kamu sadar apa yang sudah kamu lakukan di belakangku? Baikla
Faza meletakkan alat masak yang di tangannya dan mengambil posisi di dekat Imas."Sebentar, ceritakan sedikit demi sedikit apa yang terjadi. Aku ingin tahu bagaimana bisa kami datang ke perusahaan Denny. Katakan padaku, apa alasanmu untuk datang ke sana?""Tentu saja, tentu saja aku harus menuntut ganti rugi karena telah dipermalukan. Aku datang ke sana dan aku meminta saham milikku segera di keluarkan," kisahnya pada pria yang menunggu kisah darinya. "Selain itu kamu adalah suamiku, kamu harus menolongku. Aku ingin melihat Denny kepayahan karena kehilangan investor Begitu juga kamu, aku ingin kamu mencabut semua saham milikmu di sana," terangnya panjang lebar.Faza menautkan alisnya saat disinggung soal saham yang ada di perusahaan Denny. Meski saham itu atas namanya, saham itu hanyalah milik Mira yang merupakan saham mantan istri Denny sendiri. Mana mungkin ia akan mencabutnya dari Denny!"Tapi...itu tidak mungkin, sayang. Itu tidak mungkin,"katanya gelis
Faza benar-benar terkejut saat Mira membalas pesannya dan mengatakan mau bertemu."Tapi... Kalimantan?" Iapun menggaruk kepalanya yang tak gatal karena harus bepergian ke luar pulau yang jauh. Jangankan ke luar pulau atau luar negeri, baginya bepergian keluar kota hanyalah kota Jakarta saja, hanya Jakarta yang pernah ia tempuh."Bagaimana kabarmu sekarang, Mira. Apakah kamu masih menyukai Denny yang brengsek itu? Aku bahkan tidak mengerti, kenapa kamu merelakan banyak sekali uang untuk pria seperti Denny," gerutunya sembari melihat layar laptop di hadapannya. "Kalau kamu sekarang masih berpikir untuk menyukai Denny, betapa naifnya kamu ini."Sesaat kemudian, Imas datang dengan semangkok bakso di tangannya. Wanita itu baru saja meminta maid membeli bakso di depan rumah.Melihat Imas, Faza langsung menutup kotak email lalu berkata, "Mana punyaku, kenapa cuma beli satu?""Hmm, aku mau coba selera kaki lima kayak seleramu. Barangkali aku bisa menikmatinya.
Imas mengetatkan pegangannya pada mangkok di tangannya. Ia mulai berpikir kalau Faza marah kepadanya dikarenakan ia selalu menghindar darinya. Setelah pernikahan tersebut, Imas belum mau disentuh dengan alasan belum siap dan belum mencintai Faza. Akan tetapi tiba-tiba Faza mau ke Kalimantan?Apa karena sangat marah dan memutuskan untuk pergi darinya? Apakah Faza sungguh pergi beberapa hari atau tidak kembali...'Ah, tidak, jangan sampai itu terjadi,' batinnya.Karena merasa malu untuk bertanya lebih jauh, Imas melangkah menjauhi Faza. Akan tetapi batinnya mulai tersiksa dan bertanya-tanya. Apa sih tujuan Faza pergi? Apakah pria itu sedang menghindarinya? Dan siapakah yang dia temui?Imas hanya bisa meremas tangannya sendiri.***Esok harinya, Faza telah siap dengan koper dan pakaian rapinya."Jangan menungguku, aku akan pergi tapi nggak tau sampai berapa lama."Imas menggigit bibirnya, merasa cemas dengan ucapan Faza. Ia merasa takut kalau Faza t
Mira melihat selembar kertas bersegel perihal pelimpahan saham kepada pemilik yang sesungguhnya. Jumlah materai pun dipasang empat buah, berikut saksi yang lain dan juga lembaran dokumen dari perusahaan."Faza, ini terlalu sulit bagiku. Aku tidak punya waktu untuk mengurusi ini dalam waktu dekat. Datanglah ke Jakarta, dan aku akan kembali mengurusi pekerjaanku yang sesungguhnya. Aku sudah terlalu lama meninggalkan usaha keluargaku dan mereka memintaku untuk kembali."Mira malah menautkan alisnya. Sebab, Mira sangat tahu usaha keluarga Faza adalah petani ikan bandeng. Mereka mengelola kolam ikan air payau di pesisir pantai. Dulu Faza bilang kalau ia membenci pekerjaan itu dan memilih bekerja di perusahaan pertambangan."Apa aku nggak salah dengar? Dan juga...aku nggak yakin kalau Imas bisa menerima jenis pekerjaanmu seperti itu."Raut wajah Faza terlihat sedih, akan tetapi kehidupan ini bukanlah arena untuk menjadi orang lain. Ia harus bangkit menjadi dirinya sen
Sejenak Mira memikirkannya. Bukan apa-apa, jika ia kembali dalam keadaaan Denny masih belum stabil, maka itu akan membuat mereka berurusan lagi dan bayangan gelap akan muncul dalam hidupnya lagi. Terlebih lagi, Denny memiliki kekasih yang mungkin lebih baik dari Imas.Mira kecewa, bahkan saat ia pergi meninggalkan pria itu, ia berharap Denny berubah dan menyadari kesalahannya. Akan tetapi ternyata Denny memang suka bergonta-ganti wanita."Bagaimana mungkin ia akan berharap lagi Denny menjadi baik?Mira kian menjauh dan menemui bayi lucunya. Kabar berita yang baru saja ia terima dari Faza membuat dirinya sangat gelisah. "Azrah, ayahmu sedang khilaf, tapi mungkin besok dia akan sadar kalau selama ini ia jatuh dalam kesalahan besar. Suatu saat nanti Ayahmu pasti menjadi orang hebat," do'anya untuk Denny di hadapan putranya.Kali ini sepertinya ia harus menghubungi Agus, yang merupakan teman sekolahnya dulu dan juga staf Denny.Ia akan mencari tahu apa yang
Benar, dia yakin wanita itu adalah Mira. Itulah sebabnya Denny tidak menyukai Faza? Itu pasti karena Faza ada keakraban dengan Mira.Ia mulai menyimpulkan, kemungkinan sikap tidak menyukai Faza itu dikarenakan Denny cemburu dengan Faza. Lalu, apakah Faza sebenarnya juga terlihat menyukai Mira?"Hmm, seharusnya aku bisa menghubungi Mira bukan? Aku akan coba apakah wanita itu bisa dihubungi. Aku yakin, dia pasti terkejut karena sebenarnya lelaki yang dia banggakan itu adalah lelaki berengsek."Iapun mencobanya, dan ternyata ia masih bisa menghubungi Mira."Halo, apakah ini Mira?""Benar, ini Mira. Dan...ini siapa?" Tidak tertera siapa sebenarnya yang menelpon, Mira juga tidak ingat suara Imas."Aku Imas, apa kamu sudah lupa?""Imas? Ah...ya, aku ingat sekarang. Bagaimana kabarmu? Aku dengar kamu menikah dengan Faza. Selamat ya... semoga kalian bahagia dalam rumah tangga mawadah warahmah dan diberkahi," ujar Mira."Hum, terimakasih. Akan tetapi dari