Hari yang cerah, secercah harapan mengiringi senyuman Alisya di sudut ruangan.Balutan gaun berwarna putih itu sudah melekat begitu elegan dengan aura kebahagiaan yang begitu kuat.Di ruangan lainnya Denny bahkan masih asyik menonton sebuah tayangan sepak bola sambil menikmati camilan. Sengaja dia berbuat seperti itu, demi menghilangkan ketegangan di kepalanya sejak semalam.Sementara itu Mira dan juga Yulia sedang beramah tamah di ruang keluarga dengan paman dan bibinya Kate mereka baru saja tiba."Bolehkah aku bertemu Alisya, Bibi?" tanya Yulia."Tentu saja, Alisya pasti senang bertemu denganmu. Kamu sudah lama di Kalimantan sehingga tidak pernah mengunjungi kami lagi. Ya sudah sana, temui Alisya di ruang atas di kamarnya.""Baiklah bibi, aku juga mau bikin kejutan buat Alisya."Tawa bahagia mewarnai suasana pagi itu. Alisya, Mira dan juga Azrah menaiki tangga menuju kamar Alisya.Yulia mengetuk kamar Alisya sementara Mira mengagumi interior ru
Pikiran Alisya mulai kacau, terutama bagaimana ia merasa cemburu dengan perlakuan Denny di belakang Mira selama ini. Segalanya adalah Mira, Denny hanya mengingat segalanya soal Mira, sampai-sampai ia penasaran dan mencari tahu soal wanita ini.Ia tak menyangka akan dipertemukan justru di saat seperti ini. Hatinya mulai panik dan dipenuhi rasa takut kehilangan Denny dari sisinya. Setelah sekian lama dia berusaha, apa yang terjadi jika Denny tau Mira ada di rumahnya?Alisya berdiri secara mendadak karena gelisah, tangannya mengepal kuat dan meremas gaunnya.Iapun berjalan ke arah balkon untuk menghirup udara segar."Aku tidak akan membiarkan ini terjadi," gusarnya. Ia butuh obat penenang untuk menghilangkan kegugupannya saat ini.Hal yang paling ia takutkan benar-benar datang, dan ini sangat menyiksanya."Alisya, apakah kamu baik-baik saja?" tanya Mira mendekati membuat Alisya berbalik, menatap Mira panik."Alisya? Kamu terlihat pucat, apakah kamu
Brugh!Sebuah suara keras menghantam ke tanah berumput di depan jendela paviliun dimana Denny berada.Denny yang sudah bersiap dengan jas pengantinnya melihat apa yang terjadi. Sebab ia melihat seperti ada benda berat jatuh di rerumputan itu.Dengan berlari, ia keluar dan melihat dengan seksama."Apa ini? Ada anak kecil jatuh?" gumamnya dan berlarian menuju tempat tersebut untuk melihat dari dekat.Sedikit menyusahkan memang karena lokasinya tidak rata dan lebih rendah karena berada di area kolam ikan mansion tersebut."Gila! Anak siapa ini!!" pekik Denny dan memburu bocah yang sudah berlumuran darah di kepalanya itu.Dengan cepat Denny membalikkan bocah itu dan membopongnya. Ia sudah ketakutan setengah mati, akan tetapi ia harus melakukan penyelamatan dengan segera.Tak perduli anak siapa, ia harus menolongnya.Saat itu, ia bertemu seorang sopir pribadi Pak Dodi yang sedang membersihkan mobil. Saat melihat Denny menggendong anak yang berlumu
Setelah kehebohan terjadi dan banyak sekali suara berdengung di sana-sini, haln itu mulai menarik perhatian Mira dan juga Yulia.Mira segera mendekati tamu yang sedang bergerombol membicarakan seorang anak kecil yang terjatuh dan dibawa ke unit darurat."Maaf, Pak, Bu. Apakah bapak dan ibu tau bwraoa kira-kira usia anak tersebut?" tanya Mira sopan dan gugup."Ehmm, khabarnya sih sekitar lima atau enam tahun, tidak tau pastinya sih."Mira langsung gemetaran dan berlari menuju ruang utama untuk mencari asal berita itu."Bu Sari, Yulia... apakah itu Azrah putraku?""Oh Mira, tenanglah. Ayo kita ke tempat dimana anak itu dirawat," kata Yulia sedikit menenangkan.Tak tertahankan lagi air mata Mira menetes deras membanjiri pipinya. Ia sangat gelisah dan tidak bisa berfikir jernih saat ini. Ia sangat takut terjadi sesuatu pada putranya itu, bahkan ia belum sempat mempertemukan Azrah dengan ayahnya di Jakarta."Yulia, kenapa aku sangat takut..." lirih Mi
Mira tertegun. Denny sangat marah saat melihatnya. Meskipun sekarang pria itu telah pergi dari hadapannya, ia sangat tahu bahwa semua ini belumlah berakhir.Ia harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya pada pria itu perihal menyembunyikan Azrah dari ayahnya. Hal yang paling mungkin, Denny pasti akan meminta Azrah darinya sebagai konsekuensi semua itu. Akan tetapi bagaimana lagi? Bagaimana lagi dia akan mengelaknya?Terlebih lagi, Denny adalah pria yang menyelamatkan Azrah dari kematian. Dokter telah menjelaskan, kalau saja tidak ada tindakan cepat, maka Azrah mungkin hanya tinggal nama tanpa nyawa."Ya Allah, ini adalah takdir yang tidak mungkin hamba ketahui...," lirihnya sedih.Akhirnya, Denny tau siapa anak yang telah ia selamatkan meskipun Mira tidak menjelaskan secara gamblang.Yulia mendekati Mira yang sedang termenung di sudut klinik gawat darurat itu."Mira, apa kamu baik-baik saja? Apa calon suami Alisya marah kepadamu karena acara pernika
Sebenarnya, Pak Dodi secara tidak sengaja sedang mencari sesuatu di lantai paling atas. Ia tidak sengaja mendengar percakapan antara Azrah dan Alisya. Ia juga terkejut saat mendengar bahwa ayah Azrah bernama Denny Nurdiansyah, sama seperti calon menantunya. Akan tetapi karena tergesa-gesa, ia segera berlalu dan membiarkan mereka di sana. Akan tetapi ia terkejut bukan main saat seorang sopir mengatakan bahwa Denny sedang menyelamatkan seorang bocah yang terjatuh dari lantai atas.Pak Dodi mulai mengerti apa yang terjadi. Bahwa putrinya ternyata memiliki niat buruk terhadap bocah itu. Ia sungguh tak menyangka kejadian itu terjadi.Ia sudah berpikir masak-masak agar masalah ini ditangani seorang polisi dan juga dokter pribadi Alisya.Ia dengan terpaksa membatalkan pernikahan tersebut, daripada kekacauan yang lebih besar terjadi.Alisya yang terkejut mendengar pernikahan dibatalkan, berlari turun ke lantai bawah untuk memastikan."Papa, apa yang terjadi? Kenapa
Magdalena masih bingung. Akan tetapi akhirnya ia menceritakan bagaimana ia bertemu dengan Mira di unit gawat darurat lalu menerima kenyataan bahwa bocah tersebut adalah putra Mira."Kalau begitu...Mira selama ini telah menyembunyikan putramu? Yang merupakan cucuku? Apa maunya? Sungguh perem...""Bu, jangan mencelanya lagi. Dia adalah ibu dari putraku."Magdalena cemberut, tapi ia mengerti bahwa Denny sangat mencintai Mira. Putranya itu tak pernah melupakan Mira, apalagi jika ternyata anak itu benar anak Denny.Beberapa saat kemudian Denny berjalan-jalan menuju rumah utama mencari keberadaan Pak Dodi. Ia tak mengerti kenapa Alisya harus dibawa paksa ke suatu tempat. Akan tetapi ia hanya mendapati Yulia di rumah tersebut."Maaf, aku tidak mengira kalau calon suami Alisya adalah mantan suami sahabatku Mira. Uhm, aku tak sengaja membawanya kemari dan mengacaukan keadaan pernikahan ini.""Tidak perlu sungkan, aku malah mau berterimakasih karena telah memperte
"Azrah! Jangan sembarangan berbicara!" kata Mira sedikit membentak dengan pengakuan Azrah."Biarkan dia mengatakan yang sebenarnya, Mira. Lagipula dia anak-anak yang masih jujur dengan apa yang dialaminya. Dia tidak akan berani berbohong seperti ibunya," desis Denny."Diam kamu, Mas! Tau apa kamu dalam hidupku? Beraninya kamu mengatakan aku penipu!" balas Mira sama-sama berdesis supaya Azrah tidak melihat perdebatan mereka."Ya, kamu membohongiku, kamu tidak pernah berterus terang kalau aku punya seorang anak sebesar ini! Lihat, dia sungguh mirip denganku! Dia anakku bukan?""Umi... apakah paman ini juga ayahku? Tidak! Mana mungkin ayah menikah dengan orang jahat! Aku tidak mau, Umi!" tiba-tiba Azrah sangat ketakutan. Traumatis membayang di kepalanya. Rasa takut atas kejadian itu masih belum hilang sepenuhnya.Mereka berdua tidak menyadari kalau Azrah memperhatikan perbincangan mereka. Dan sekarang, Azrah memeluk Mira kuat-kuat karena takut dengan kehadiran Denny.Dengan kejadian itu,