Beranda / Fantasi / Warisan Artefak Kuno / Sekte Tao Versus Sekte Iblis.

Share

Sekte Tao Versus Sekte Iblis.

Penulis: Jimmy Chuu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-02 17:33:53

Setelah menggumamkan kata-kata peringatan, Xiao Ning berdiri tegak, pedang yang telah ia lepas dari sarungnya kini dipegang erat di tangannya. Dalam suasana tegang, ia memancarkan ketegasan yang berani saat memulai perdebatan dengan sosok asing Sekte Hehuan itu.

XiaoNing berteriak dengan gagah,

“Murid-murid Sekte Wudang dari Kekaisaran Yua Chuan meminta jalan. Mohon minggir, dan jangan halangi kami mendaki Puncak Xuandu. Jika tuan-tuan masih berkeras menghalangi, jangan salahkan aku yang rendah hati ini jika terpaksa mengambil tindakan!”

Suara tegas Xiao Ning menggema, memecah keheningan dan membuat keempat jenius Sekte Wudang meraih pedang mereka dengan sigap. Suara desing pedang yang dikeluarkan bergaung seperti musik perang yang membangkitkan semangat juang di dalam diri mereka.

Dengan cekatan, keempat pemuda itu mengatur posisi dalam Formasi Pedang, siap untuk bertarung dengan Formasi Pedang Tai Ji Jianfa yang terkenal dan mengesankan.

Namun, lain di Selatan, lain pula di Dataran
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Shofiyudin Musthofa
lanjutkan... #4
goodnovel comment avatar
fsariul
biasanya 2 bab
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Warisan Artefak Kuno   Niat Bejad.

    Setelah suara dentuman keras seperti guntur menggema di sepanjang lembah, asap putih tebal mulai menyelimuti kaki Gunung Xuandu.Asap tersebut bukanlah sembarang kabut, melainkan hasil bentrokan hebat antara lima energi Qi murni dari murid-murid jenius Sekte Wudang yang berbenturan dengan hawa iblis yang memancar dari tiga murid Sekte Hehuan.Dua kekuatan yang bertolak belakang saling berbenturan, menciptakan kilatan energi yang memekakkan udara di sekitar mereka."ARRGH!"Lolongan keras mengiringi akhir dari bentrokan tersebut.Lima sosok murid Wudang terlempar ke belakang sejauh puluhan tombak, tubuh mereka menghantam dengan keras pohon-pohon willow yang berjajar di kaki Gunung Xuandu.Beberapa pohon berderak dan hampir tumbang akibat kerasnya dampak benturan dengan tubuh lima jago sekte Wudang.Suara terbatuk-batuk yang menyakitkan kemudian memecah keheningan, ketika kelima murid jenius Wudang itu berusaha bangkit sambil memuntahkan darah segar.Wajah mereka pucat, nafas mereka ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-03
  • Warisan Artefak Kuno   Puncak Gunung Xuandu.

    Setelah sepembakaran hio berlangsung, suasana sekeliling menjadi sunyi, dan tidak ada suara yang terdengar dari balik semak-semak pepohonan perdu yang tinggi.Kecemasan mulai merayapi hati Cao Wulie dan Meng Shaxin. Mereka saling bertatapan, kemudian mengangguk sebelum berteriak keras, berharap suara mereka terdengar oleh Kakak Xie Anye.“Kakak Xie… sebaiknya sudahi dulu hasrat Anda. Kita harus segera kembali ke tempat Shimu berada. Takutnya Shixiong akan marah, karena kita terlalu lama di sini menghadang murid-murid sekte lain!” teriak Cao Wulie dengan nada mendesak.Di dalam konteks ini, Shimu berarti Ibu Guru atau guru perempuan, sementara Shixiong adalah kakak perguruan laki-laki.Namun, teriakan Cao Wulie dan Meng Shaxin tidak mendapat balasan dari Xie Anye. Keduanya saling bertatapan dengan gelisah, merasakan ada sesuatu yang tidak beres.“Mari kita lihat apa yang terjadi di balik semak-semak itu!” bisik Cao Wulie, menggunakan teknik transmisi suara untuk menjaga kerahasiaan per

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-03
  • Warisan Artefak Kuno   Pertempuran Di Puncak Xuandu.

    Angin berdesir lembut di Puncak Xuandu, menciptakan suasana yang tenang dan misterius. Di bawah cahaya rembulan setengah purnama yang memancarkan sinar lembut.Rong Guo, meski berada di tengah ketegangan, tidak memedulikan bisik-bisik yang saling berbisik di antara sepuluh sosok mengesankan yang berdiri di sekelilingnya.Dengan langkah percaya diri, dia berjalan mendekati kelompok yang tampak penuh aura kekuatan para ahli, yang sudah mengelilingi sosok seorang tua di tengah-tengah mereka. Ketika melihatnya mendekat. sosok orang tua misterius itu tersenyum misterius, menyambut kehadirannya.Sementara itu, untuk memperjelas dan memperdalam pemahaman mengenai karakter-karakter yang ada di Puncak Xuandu ini, mari kita urut satu demi satu sepuluh sosok yang berdiri dengan tegang di sana, agar pembahasan dalam cerita ini dapat berjalan dengan lancar dan terstruktur.Dimulai dengan peringkat tertinggi dalam daftar dua puluh datuk dunia persilatan, di mana prestasi mereka diakui oleh semua ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • Warisan Artefak Kuno   Pertempuran Di Puncak Xuandu – Bagian Dua.

    Puncak Gunung Xuandu bergemuruh, seolah tanah dan langit berkonspirasi untuk menyaksikan pertarungan dahsyat yang sedang berlangsung.Aura pedang menembus udara dengan kecepatan mematikan, sementara bentrokan energi sejati menghasilkan dentuman keras, mengguncang pegunungan. Daun-daun beterbangan seperti tertiup badai kecil, dan debu tebal menyelimuti tanah hingga mencapai awan yang menggelayut rendah di puncak.Di tengah kekacauan itu, delapan sosok kultivator kelas Grand Master sedang bertarung mati-matian melawan satu orang – Tian Yinxing, seorang pria tua yang berasal dari zaman kuno, mungkin dari era dua ratus tahun yang lalu.Meski tak tercatat dalam daftar Datuk Dunia Persilatan selama lebih dari dua abad terakhir, kehebatannya di medan laga jelas tak bisa diremehkan. Seratus jurus telah berlalu pada pertraungan tak seimbang itu, namun tanda-tanda kemenangan masih belum berpihak pada delapan datuk dunia persilatan.Pangeran Xue Yuan, pemimpin kelompok itu, mulai menunjukkan keg

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • Warisan Artefak Kuno   Akhir Pertarungan.

    Angin di puncak Gunung Xuandu berhembus kencang, menggoyangkan dedaunan kering dan menciptakan desisan lembut di antara celah-celah tebing.Embusan dingin menerpa wajah, menusuk hingga ke tulang. Pagi hampir menjelang, tapi kegelapan masih merajai langit, seolah enggan digantikan fajar. Di kejauhan, suara ayam hutan berkokok, memecah kesunyian kegelapan yang masih membeku.“Kau satu-satunya yang tersisa, bukan?” Suara Tian Yinxing mengalun, sedingin baja yang terhunus di udara pagi. Setiap kata yang keluar dari mulutnya membawa tekanan yang tak kasat mata, memaksa Rong Guo untuk menggigil ketakutan."Peringkat sepuluh dari daftar Datuk Dunia Persilatan, yang dikeluarkan Puncak Qingxue. Mari kita akhiri ini tanpa membuang waktu."Rong Guo merasakan keringat dingin membasahi punggungnya.Bayangan delapan datuk yang jatuh satu per satu terlintas di benaknya, terbayang jelas bagaimana kekuatan mereka tak berarti di hadapan Iblis tua ini.Tubuhnya gemetar meski dia berusaha mempertahankan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-05
  • Warisan Artefak Kuno   Sebuah Cerita Lama.

    Ekspresi iblis tua Tian Yinxing tetap dingin dan datar, seolah peristiwa yang terjadi di hadapannya tak mampu mengusik perasaannya.Bibirnya bergerak perlahan, mengeluarkan suara rendah dan penuh tekanan, "Kalau begitu, kamu harus ikut denganku."Seketika, Rong Guo merasakan seluruh tubuhnya melemah.Tian Yinxing dengan cepat dan tanpa ampun menusuk titik akupunktur di tubuhnya, membuat seluruh energi dan kekuatannya menghilang dalam sekejap.Tak lama kemudian, iblis tua itu bergerak, dan pandangan Rong Guo mulai kabur. Dalam hitungan detik, kesadarannya memudar, perlahan tenggelam dalam pelukan ilusi yang membingungkan.Tian Yinxing, dengan ekspresi tetap tanpa emosi, terbang dengan kecepatan yang luar biasa. Di tangannya, ia menyeret tubuh lemah Rong Guo, hanya menggenggam leher jubahnya.Hembusan angin terasa bagaikan cambukan tajam di wajah Rong Guo, sementara sosok iblis tua itu membelah langit, menembus awan-awan tebal dengan gaya elegan yang tak dapat ditandingi.Rong Guo, mesk

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-06
  • Warisan Artefak Kuno   Turun Gunung.

    “Namun, siapa sosok yang sebenarnya menghasut Sekte Huanye Anda? Dia bahkan menghilang dan tak pernah muncul lagi setelah dua ratus tahun berlalu?” tanya Rong Guo, suaranya dipenuhi rasa ingin tahu yang mendalam.Tian Yinxing menghela napas panjang,. Ekspresinya mencerminkan kedalaman pikirannya.“Dua ratus tahun bukanlah waktu yang singkat. Selama penyelidikanku, aku akhirnya menemukan sebuah rahasia kecil yang mungkin tidak banyak diketahui orang,” ujarnya pelan.“Setelah sosok misterius itu berhasil menghasut dan menciptakan kekacauan di dunia persilatan, Sekte Huanye kami pun musnah dalam sekejap. Dia membawa pergi begitu banyak salinan dan kitab seni bela diri, termasuk pedang dan teknik pernapasan yang merupakan warisan berharga dari sekte kami,” lanjutnya.Dari matanya jelas ada sirat kesedihan dan kekecewaan yang mendalam.Rong Guo terkejut mendengar kisah yang mengerikan itu.Jika dua pentolan Sekte Huanye, Mo Shilin dan Tian Yinxing, memiliki keterampilan yang begitu tinggi,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-06
  • Warisan Artefak Kuno   Domain Pedang.

    Suara siulan pedang memecah keheningan pagi, menusuk tajam ke arah punggung Rong Guo. Dalam sekejap, dia merasakan aliran Qi yang sangat kuat mengalir di ujung pedang tersebut.Jika serangan ini terjadi beberapa bulan yang lalu, dia mungkin tidak akan sanggup menghindarinya. Tapi sekarang, kemampuan Rong Guo telah berkembang pesat sejak berada di Puncak Jingfeng.Kini, instingnya tajam, dan gerakannya seperti kilat.Tanpa berpikir panjang, Rong Guo melesat menggunakan Qinggong. Tubuhnya berputar cepat, seolah menari di udara, membentuk posisi horizontal yang hampir tidak mungkin bagi mata manusia biasa.Jubah putihnya berdesir tertiup angin pedang yang mendekat, berkibar seperti sayap burung rajawali yang melayang di langit. Meskipun angin dari tebasan pedang itu cukup kuat untuk mencabik-cabik pepohonan, jubahnya hanya bergemerisik, tanpa satu goresan pun yang mengenai kulitnya."Huang Jinyu!" desis Rong Guo dengan nada dingin, saat ia melayang beberapa meter di atas tanah.Huang Jin

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07

Bab terbaru

  • Warisan Artefak Kuno   Langit Membara Di Ckrawala Kota Tianzhou – Part II.

    “Kalian, orang-orang dari Benua Podura, sungguh tak tahu malu!" teriak Nyonya Yinfeng, membuka percakapan dengan suara tajam yang penuh kemarahan dan nada mencela.“Sudah bertahun-tahun kalian berusaha menghancurkan Benua Longhai, tetapi semua jagoan kalian selalu kalah. Hari ini, masih berani muncul dan menyerang kami? Benar-benar tak tahu diri!" Ia melanjutkan dengan nada menyindir, menekankan setiap kata.Nyonya Yinfeng sengaja memprovokasi mereka. Suaranya membelah deru angin yang berhembus di cakrawala, membuatnya tampak seperti dewi yang perkasa.Meski terlihat percaya diri, ada kekhawatiran dalam tatapannya. Matanya tak pernah lepas dari tiga kapal roh besar yang mengambang di atas Kota Tianzhou. Ia tahu, musuh yang mereka hadapi kali ini mungkin jauh lebih berbahaya.“Berapa banyak ahli tingkat Kaishi yang tersembunyi di kapal-kapal itu?" bisiknya dalam transmisi suara kepada dua rekannya.Pangeran Mahkota Xue Yan melirik sekilas, ekspresinya tetap tenang meski pikirannya berg

  • Warisan Artefak Kuno   Langit Membara Di Cakrawala Kota Tianzhou.

    Sosok pria berzirah merah itu ternyata seorang pengendali api. Ia mengangkat tangannya, dan dari telapak tangannya terpancar gulungan api yang menjalar ke tanah. Api itu awalnya hanya seukuran kerbau besar, tetapi dalam hitungan detik, nyalanya membesar, merayap seperti ular liar yang haus akan kehancuran.Ekspresi horor segera terpancar di wajah semua orang. Mereka berhamburan, mencari celah untuk menyelamatkan diri dari bencana yang seolah tak terhindarkan.DUAR!Ledakan keras mengguncang udara, memekakkan telinga. Sumber ledakan itu berasal dari arah Akademi Linchuan.Semua orang yang melihatnya tersentak, tubuh mereka membeku sesaat sebelum pikiran panik mengambil alih. Tak terkecuali dua siswa Akademi Linchuan—Yin Zheng dan Hu Chen."Celaka! Akademi Linchuan menjadi sasaran!" teriak Yin Zheng dengan wajah penuh kepanikan. Tubuhnya sedikit gemetar, dan matanya menatap cakrawala yang dipenuhi asap dan cahaya jingga dari api."Barang-barangku masih di akademi!" seru Hu Chen, suarany

  • Warisan Artefak Kuno   Pria Zirah Merah

    Pagi itu, di bawah sinar matahari yang merayap pelan di langit biru, Yin Zheng dan Hu Chin, dua murid terampil dari Akademi Lin Chuan, melangkah mantap menuju aula musik.Seragam akademi yang mereka kenakan terbuat dari kain halus berwarna putih. Pakaian itu sedikit longgar, dengan sabuk sutra melingkar di pinggang, menampilkan lekuk ramping tubuh mereka.Ikat kepala satin putih melingkari kepala mereka, menambah kesan rapi dan elegan, selaras dengan status mereka sebagai murid akademi bela diri yang terkemuka, tempat yang mendidik pemuda dengan pengetahuan dan melatih kekuatan untuk menjadi abadi.Percakapan pun dimulai.“Dengar-dengar, Pangeran Xue Yuan akan mundur dari kepemimpinan akademi,” kata Yin Zheng dengan suara datar, namun sorot matanya penuh penyesalan. “Ini tentu sangat disayangkan.”Langkah mereka ringan, berkat Qinggong yang luar biasa, seolah-olah tubuh mereka melayang di atas rerumputan hijau. Keheningan pagi itu terasa tenang, hanya desiran angin lembut yang menyapu

  • Warisan Artefak Kuno   Tanda-tanda Di Langit

    Kita kembali ke beberapa waktu lalu untuk memperjelas kisah ini.Di Istana Kekaisaran Tian Yun, Pangeran Mahkota Xue Yuan berdiri di balkon yang menjulang tinggi. Dari situ, ia bisa melihat seluruh Kota Tianzhou yang megah, dipenuhi oleh kehidupan yang berdenyut.Di bawah sinar matahari pagi yang hangat, pikirannya melayang jauh, meresapi nasib yang menantinya.Tak jauh dari istana, Akademi Linchuan berdiri megah, terkenal karena pelatihan bela diri dan seni kekaisarannya. Seperti biasa, akademi itu dipenuhi aktivitas. Ratusan murid memenuhi lapangan latihan, suara keras pukulan, "thump" yang kuat saat kaki mereka menghantam tanah dan "swoosh" saat tangan mereka bergerak, menggema di udara.Seorang instruktur berteriak tegas, "Ayo, fokus! Jangan biarkan gerakanmu kehilangan ketepatan!" Sementara itu, ia dengan cermat mengoreksi posisi siswa yang menekuni seni bela diri tangan kosong.Di sisi lain akademi, siswa-siswa berbaju jubah putih panjang bergerak dengan anggun dan percaya diri

  • Warisan Artefak Kuno   Petunjuk – Part II

    Mereka berjalan menuju reruntuhan besar yang membentuk celah seperti gua. Di dalamnya, seorang pemuda duduk bersandar pada dinding yang retak.Pakaiannya, seragam Akademi Linchuan, telah koyak-koyak, memperlihatkan luka-luka di tubuhnya. Wajahnya tampak pucat, garis matanya membiru, dan dari napasnya yang berat, jelas ia mengalami luka dalam yang parah.Rong Guo hanya perlu satu kali pandang untuk memahami keadaan pemuda itu.Ia maju tanpa banyak bicara, berlutut di depannya, lalu meraih tangannya dengan lembut. Rong Guo memejamkan mata, menyalurkan energi Qi Abadi ke tubuh pemuda itu.Efeknya luar biasa.Warna kulit pemuda itu perlahan kembali normal, napasnya menjadi lebih stabil. Mata yang sebelumnya redup kini memancarkan semangat baru. Luka-luka dalam di tubuhnya tampak mulai menghilang, seolah tubuhnya sedang diremajakan dari dalam.Pemuda itu membuka matanya perlahan, tatapannya bertemu dengan Rong Guo.Awalnya terdapat kebingungan, tetapi itu segera berubah menjadi kekaguman.

  • Warisan Artefak Kuno   Petunjuk – Part I

    Ketika kabut dan asap mulai memudar, Rong Guo berdiri di tengah puing-puing Kota Tianzhou.Kegelisahan dan kemarahan menggelora di dalam hatinya, sementara keadaan di hadapannya semakin jelas.Reruntuhan bangunan yang hangus terbakar membentang sejauh mata memandang, dihiasi oleh mayat-mayat yang bergelimpangan—sebagian besar sudah membeku dalam keheningan tragis yang menyayat hati.Namun, di antara kehancuran itu, terlihat beberapa sosok yang masih hidup. Mereka keluar dari persembunyian, berpakaian compang-camping dan wajah penuh debu serta kesedihan.Sebagian besar bersembunyi di balik reruntuhan, berharap menghindari musuh yang mungkin kembali untuk membantai siapa saja yang mereka temukan.“Api sudah padam... sungguh, kami patut bersyukur...” ujar seorang lelaki tua dengan suara gemetar, seolah berusaha meyakinkan diri sendiri.“Langit belum ingin aku tewas,” gumam seorang yang lain, suaranya pelan namun dipenuhi kelegaan dan rasa syukur yang samar.Suasana perlahan berubah.Dari

  • Warisan Artefak Kuno   Apa Yang Terjadi Di Kota Tianzhou – Part II

    Jarak antara Wilayah Selatan dan dataran luas di tengah benua sangatlah jauh. Biasanya, perjalanan menuju ke sana memerlukan waktu sekitar seminggu jika menggunakan alat transportasi spiritual seperti kapal roh atau perahu roh.Namun, jika harus mengandalkan kendaraan darat, seperti berkuda atau kereta kuda, perjalanan bisa memakan waktu lebih lama—biasanya lebih dari satu minggu, bahkan bisa mencapai dua minggu penuh.Tetapi, bagi seorang ahli tingkat puncak—Abadi seperti Rong Guo—perjalanan jauh semacam itu bukanlah hal yang menghambat.Dalam sekejap mata, ia mampu menempuh jarak yang jauh hanya dalam beberapa jam.Saat Rong Guo melesat melalui cakrawala, tubuhnya tampak seakan melesat seperti meteor yang membelah langit malam, bergerak begitu cepat dari Selatan menuju dataran tengah benua, seolah-olah waktu dan ruang tak mampu membatasi pergerakannya.Namun, saat ia mulai menyadari bahwa Dataran Tengah sudah semakin dekat, perasaan tidak enak mulai mengusik hatinya. Sesuatu yang ta

  • Warisan Artefak Kuno   Apa Yang Terjadi Di Kota Tianzhou?

    Di Kota Naga Air...Kekacauan melanda pasukan Kekaisaran Matahari Emas. Dalam hitungan detik, pasukan yang sebelumnya begitu kuat dan angkuh berubah menjadi seperti anak ayam kehilangan induk.Para prajurit yang tadinya percaya diri kini tercerai-berai, saling berteriak dalam kebingungan dan ketakutan. Mereka yang memegang pedang gemetar, tak mampu memutuskan apakah harus melawan atau melarikan diri.Sebaliknya, tentara Kota Naga Air yang sebelumnya diliputi keputusasaan seolah mendapatkan nyawa baru.Semangat mereka bangkit seperti api yang disiram minyak.Dengan pekikan penuh keberanian, mereka mulai mengejar prajurit Matahari Emas yang melarikan diri. Pedang mereka kini terasa lebih ringan, dan langkah mereka lebih tegap, seolah kehadiran seorang Abadi telah mengubah nasib mereka.Di atas langit senja, Rong Guo melayang tenang. Jubah putihnya yang sederhana berkibar lembut tertiup angin, membingkai sosoknya seperti dewa dari legenda.Matanya memandang ke bawah, memantau pertempuran

  • Warisan Artefak Kuno   Aksi Bangau Kaki Satu.

    "Aku sungguh beruntung. Tidak sia-sia pada masa muda aku mendalami seni Qinggong," pikir Altai sambil melesat di udara.Qinggong adalah seni meringankan tubuh."Hari ini, dengan kemampuanku sebagai Kaishi, aku mampu berpindah seperti teleportasi," pikirnya lagi, semangatnya membara.Angin dingin menerpa wajahnya dengan kekuatan yang cukup untuk membuat kulit siapa pun terasa membeku. Jubah hitamnya berkibar liar, seolah menari dalam irama kecepatan yang mustahil dijangkau manusia biasa.Setiap gerakan Altai meninggalkan jejak samar energi berkilauan di udara, menciptakan pemandangan seperti bintang jatuh di langit malam yang pekat.Altai sedikit menarik napas lega, menoleh ke belakang untuk memastikan.Langit yang gelap hanya dihiasi bulan sabit yang pucat, tanpa tanda-tanda ancaman yang mengejarnya.Tidak ada pemuda Abadi itu, dan tidak ada makhluk ungu mengerikan itu.Dada Altai mengembang besar ketika ia menghirup udara dingin dengan rasa puas yang tidak bisa disembunyikan. "Pasti

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status