Angin berdesir lembut di Puncak Xuandu, menciptakan suasana yang tenang dan misterius. Di bawah cahaya rembulan setengah purnama yang memancarkan sinar lembut.Rong Guo, meski berada di tengah ketegangan, tidak memedulikan bisik-bisik yang saling berbisik di antara sepuluh sosok mengesankan yang berdiri di sekelilingnya.Dengan langkah percaya diri, dia berjalan mendekati kelompok yang tampak penuh aura kekuatan para ahli, yang sudah mengelilingi sosok seorang tua di tengah-tengah mereka. Ketika melihatnya mendekat. sosok orang tua misterius itu tersenyum misterius, menyambut kehadirannya.Sementara itu, untuk memperjelas dan memperdalam pemahaman mengenai karakter-karakter yang ada di Puncak Xuandu ini, mari kita urut satu demi satu sepuluh sosok yang berdiri dengan tegang di sana, agar pembahasan dalam cerita ini dapat berjalan dengan lancar dan terstruktur.Dimulai dengan peringkat tertinggi dalam daftar dua puluh datuk dunia persilatan, di mana prestasi mereka diakui oleh semua ka
Puncak Gunung Xuandu bergemuruh, seolah tanah dan langit berkonspirasi untuk menyaksikan pertarungan dahsyat yang sedang berlangsung.Aura pedang menembus udara dengan kecepatan mematikan, sementara bentrokan energi sejati menghasilkan dentuman keras, mengguncang pegunungan. Daun-daun beterbangan seperti tertiup badai kecil, dan debu tebal menyelimuti tanah hingga mencapai awan yang menggelayut rendah di puncak.Di tengah kekacauan itu, delapan sosok kultivator kelas Grand Master sedang bertarung mati-matian melawan satu orang – Tian Yinxing, seorang pria tua yang berasal dari zaman kuno, mungkin dari era dua ratus tahun yang lalu.Meski tak tercatat dalam daftar Datuk Dunia Persilatan selama lebih dari dua abad terakhir, kehebatannya di medan laga jelas tak bisa diremehkan. Seratus jurus telah berlalu pada pertraungan tak seimbang itu, namun tanda-tanda kemenangan masih belum berpihak pada delapan datuk dunia persilatan.Pangeran Xue Yuan, pemimpin kelompok itu, mulai menunjukkan keg
Angin di puncak Gunung Xuandu berhembus kencang, menggoyangkan dedaunan kering dan menciptakan desisan lembut di antara celah-celah tebing.Embusan dingin menerpa wajah, menusuk hingga ke tulang. Pagi hampir menjelang, tapi kegelapan masih merajai langit, seolah enggan digantikan fajar. Di kejauhan, suara ayam hutan berkokok, memecah kesunyian kegelapan yang masih membeku.“Kau satu-satunya yang tersisa, bukan?” Suara Tian Yinxing mengalun, sedingin baja yang terhunus di udara pagi. Setiap kata yang keluar dari mulutnya membawa tekanan yang tak kasat mata, memaksa Rong Guo untuk menggigil ketakutan."Peringkat sepuluh dari daftar Datuk Dunia Persilatan, yang dikeluarkan Puncak Qingxue. Mari kita akhiri ini tanpa membuang waktu."Rong Guo merasakan keringat dingin membasahi punggungnya.Bayangan delapan datuk yang jatuh satu per satu terlintas di benaknya, terbayang jelas bagaimana kekuatan mereka tak berarti di hadapan Iblis tua ini.Tubuhnya gemetar meski dia berusaha mempertahankan
Ekspresi iblis tua Tian Yinxing tetap dingin dan datar, seolah peristiwa yang terjadi di hadapannya tak mampu mengusik perasaannya.Bibirnya bergerak perlahan, mengeluarkan suara rendah dan penuh tekanan, "Kalau begitu, kamu harus ikut denganku."Seketika, Rong Guo merasakan seluruh tubuhnya melemah.Tian Yinxing dengan cepat dan tanpa ampun menusuk titik akupunktur di tubuhnya, membuat seluruh energi dan kekuatannya menghilang dalam sekejap.Tak lama kemudian, iblis tua itu bergerak, dan pandangan Rong Guo mulai kabur. Dalam hitungan detik, kesadarannya memudar, perlahan tenggelam dalam pelukan ilusi yang membingungkan.Tian Yinxing, dengan ekspresi tetap tanpa emosi, terbang dengan kecepatan yang luar biasa. Di tangannya, ia menyeret tubuh lemah Rong Guo, hanya menggenggam leher jubahnya.Hembusan angin terasa bagaikan cambukan tajam di wajah Rong Guo, sementara sosok iblis tua itu membelah langit, menembus awan-awan tebal dengan gaya elegan yang tak dapat ditandingi.Rong Guo, mesk
“Namun, siapa sosok yang sebenarnya menghasut Sekte Huanye Anda? Dia bahkan menghilang dan tak pernah muncul lagi setelah dua ratus tahun berlalu?” tanya Rong Guo, suaranya dipenuhi rasa ingin tahu yang mendalam.Tian Yinxing menghela napas panjang,. Ekspresinya mencerminkan kedalaman pikirannya.“Dua ratus tahun bukanlah waktu yang singkat. Selama penyelidikanku, aku akhirnya menemukan sebuah rahasia kecil yang mungkin tidak banyak diketahui orang,” ujarnya pelan.“Setelah sosok misterius itu berhasil menghasut dan menciptakan kekacauan di dunia persilatan, Sekte Huanye kami pun musnah dalam sekejap. Dia membawa pergi begitu banyak salinan dan kitab seni bela diri, termasuk pedang dan teknik pernapasan yang merupakan warisan berharga dari sekte kami,” lanjutnya.Dari matanya jelas ada sirat kesedihan dan kekecewaan yang mendalam.Rong Guo terkejut mendengar kisah yang mengerikan itu.Jika dua pentolan Sekte Huanye, Mo Shilin dan Tian Yinxing, memiliki keterampilan yang begitu tinggi,
Suara siulan pedang memecah keheningan pagi, menusuk tajam ke arah punggung Rong Guo. Dalam sekejap, dia merasakan aliran Qi yang sangat kuat mengalir di ujung pedang tersebut.Jika serangan ini terjadi beberapa bulan yang lalu, dia mungkin tidak akan sanggup menghindarinya. Tapi sekarang, kemampuan Rong Guo telah berkembang pesat sejak berada di Puncak Jingfeng.Kini, instingnya tajam, dan gerakannya seperti kilat.Tanpa berpikir panjang, Rong Guo melesat menggunakan Qinggong. Tubuhnya berputar cepat, seolah menari di udara, membentuk posisi horizontal yang hampir tidak mungkin bagi mata manusia biasa.Jubah putihnya berdesir tertiup angin pedang yang mendekat, berkibar seperti sayap burung rajawali yang melayang di langit. Meskipun angin dari tebasan pedang itu cukup kuat untuk mencabik-cabik pepohonan, jubahnya hanya bergemerisik, tanpa satu goresan pun yang mengenai kulitnya."Huang Jinyu!" desis Rong Guo dengan nada dingin, saat ia melayang beberapa meter di atas tanah.Huang Jin
“Huang Jinyu?” desis Sha Tuo, sosok yang terkenal sebagai peringkat keenam dalam daftar Datuk dunia persilatan. Ekspresinya tampak penuh rasa terkejut yang mendalam.Raut jijik tak dapat ia tutupi saat matanya tertuju pada sosok Taois Huang Jinyu yang kini tergeletak dengan kondisi yang mengenaskan.“Dia tersambar aura pedang yang mematikan. Anehnya, seolah-olah ada puluhan, bahkan ratusan bilah pedang menghujam tubuhnya. Ia tampaknya binasa oleh serangan seorang ahli pedang yang sangat mahir, yang memahami Niat Pedang di ranah Istana Pedang!” ungkap Nyonya Yinfeng, Pemimpin Sekte Hehuan.Saat bicara suara si nyonya bergetar. Ia tak percaya akan kejadian yang baru saja mereka saksikan.“Apakah ini ada hubungannya dengan iblis tua Tian Yinxing? Apakah telah terjadi sesuatu yang lebih besar dari yang kita ketahui? Bukankah iblis tua itu dalam kondisi sekarat? Mungkinkah ia sudah mati?” tanya Pangeran Xue Yuan, dengan nada serius.Semua orang terbelalak. Tak ada yang dapat menjawab perta
Enam bulan telah berlalu sejak peristiwa berdarah di Puncak Gunung Xuandu. Keberadaan Si Topeng Putih seolah menghilang ditelan bumi, tak ada jejak maupun desas-desus. Sosok misteriusnya yang dulu mengguncang dunia persilatan kini lenyap bagaikan bayangan di balik kabut.Sekte Gunung Xuanda, yang dipenuhi amarah dan dendam atas kematian jago mereka, Huang Jianyu - mengirim murid-murid terbaik mereka untuk memburu pelaku.Namun, setelah enam bulan pencarian sia-sia meliputi lembah-lembah terjal dan hutan-hutan belantara, mereka dipanggil pulang. Harapan yang tadinya menyala kini padam, menyisakan kekecewaan mendalam yang menggumpal di hati para tetua Sekte Xuandu.Saat ini, Benua Longhai menyambut musim semi yang baru.Langit biru cerah menghampar luas, dan angin lembut membawa harum manis bunga persik yang mulai mekar di sepanjang jalan. Dedaunan maple yang dulu gugur kini kembali menghijau, memberikan nuansa segar yang memulihkan energi kehidupan.Namun, di balik keindahan alam ini,
Diatas kapal roh yang bergerak menuku Benua Longhai, dua orang prajurit berdiri sigap, namun dengan wajah yang mengeras.Sebenarnya, bukan karena Balaghun tidak penasaran. Ia pun terbungkus rasa ingin tahu yang mendalam, namun ia tahu betul bahayanya.Khagan adalah sosok yang bengis, penuh rahasia yang terkadang lebih mematikan dari pedang. Siapa pun yang mencoba menggali rahasia-rahasia itu akan berisiko kehilangan nyawa.Keheningan kembali melanda, hanya angin musim gugur yang berdesir di sekitar mereka. Di tengah malam yang dingin itu, keduanya berdiri tegak, berusaha mengusir rasa dingin yang mulai merayap ke tubuh mereka melalui celah-celah zirah.Secara refleks, mereka bergerak sedikit, mencoba menghangatkan tubuh dengan gerakan olah raga sederhana.Namun, tiba-tiba, dengan suara lebih lembut, Balaghun memanggil Orhan."Kemari, anak muda." Suaranya kini terdengar lebih hati-hati, berbeda dari nada keras sebelumnya. "Sebenarnya... aku juga penasaran dengan benda itu."Balaghun me
Mahluk legendaris Bangau Berkaki Satu segera membungkus Rong Guo dalam cahaya yang begitu cerah. Sekelilingnya seketika memudar, dan dalam sekejap, ia mendapati dirinya berada dalam sebuah domain yang terpencil, sunyi, dan seolah terlepas dari waktu.Ruang itu tidak seperti dunia luar—begitu hening, begitu murni, seakan tidak ada yang bisa mengganggu kesempurnaannya.Langit di atasnya berwarna putih keperakan, tanpa awan, tanpa matahari, seakan berada di luar batasan dunia. Udara terasa begitu ringan dan segar, namun ada kekosongan yang aneh, seperti udara yang kehilangan bobotnya.Di bawah kakinya, tanah terasa halus dan dingin, namun bukan tanah biasa. Permukaannya seperti kristal, berkilau lembut dengan cahaya yang datang entah dari mana.Tidak ada suara angin, tidak ada binatang, hanya sebuah kesunyian yang menenangkan namun menakutkan.Rong Guo bisa merasakan setiap detil di sekelilingnya, setiap partikel cahaya yang bergerak perlahan di udara, membentuk pola yang tidak bisa dije
Namun, betapa terkejutnya Sima Cheng ketika ia tiba di lokasi kejadian. Keadaan yang seharusnya penuh hiruk-pikuk kini sunyi sepi. Tak ada keramaian sama sekali, hanya ada seorang pemuda yang berdiri tegak, memegang pedang yang masih berlumuran darah segar.Wajah pemuda itu tampak muram, penuh kebencian dan kekesalan. Di bawah kakinya, tergeletak sosok Raja Kera, makhluk spiritual peringkat Transcendent yang seharusnya sangat sulit untuk ditaklukkan.Aura berbahaya yang menyelimuti jasad makhluk itu masih menguar, menyelubungi udara di sekitar mereka dengan ketegangan yang menakutkan. Bahkan, Sima Cheng merasakan degup jantungnya semakin cepat, menjadi sebuah ketegangan yang sulit diabaikan.“Hunter Guo?” tanya Sima Cheng dengan nada penuh keheranan, suaranya bergetar. “Apa yang kamu lakukan? Mengapa kamu membunuh makhluk spiritual peringkat Transcendent ini?”Rasa gelisah memenuhi hati Sima Cheng. Dalam pikirannya, ia merasa marah sekaligus bingung. Mahluk kontrak peringkat Transcend
Sima Cheng, pemimpin Organisasi Tangan Besi, duduk dengan wibawa di atas tandu mewah yang dipikul oleh empat anak buahnya. Setiap langkah mereka terdengar ringan namun kokoh, menggema di jalanan sempit dan berliku dalam hutan yang remang-remang.Tandu tersebut, dilukis dengan warna emas dan merah, dihiasi ukiran naga dan phoenix yang melambangkan kekuasaan dan keabadian. Cahaya rembulan yang menembus celah-celah dedaunan menerangi ukiran tersebut sehingga tampak hidup.Di sebelah tandu, Zhang Fen, anggota elit organisasi, menunggang seekor harimau iblis.Hewan besar itu melangkah dengan anggun, membuat Zhang Fen tidak perlu repot mengeluarkan tenaga untuk berjalan atau berlari. Bulu harimau yang berkilauan di bawah sinar rembulan memberikan kesan yang sangat intimidatif dan megah."Saudara Zhang," suara Sima Cheng terdengar, memecah keheningan hutan yang hanya sesekali diisi oleh suara serangga dan hembusan angin malam. Meski terdengar tenang, ada nada khawatir yang tersirat di dalamn
Mao Shen adalah pemimpin Organisasi Rajawali Iblis. Nama Rong Guo telah ia dengar sejak dari lantai pertama, namun tak sekalipun ia menyangka akan bertemu langsung dengan pria itu."Bagaimana Anda bisa tahu aku? Kita baru pertama bertemu, bukan?" Mao Shen akhirnya bertanya, suaranya masih terdengar serak setelah batuk-batuknya mereda. Dalam hati, ia menyesal telah meremehkan seni Tapak Angin Puyuh yang nyaris membuatnya muntah darah tadi.Meskipun merasa malu, Mao Shen mencoba menyembunyikan perasaan itu di balik tatapan datar. "Kamu memiliki kemampuan yang cukup hebat," katanya perlahan. "Bisa mengeksekusi Tapak Angin Puyuh—seni bela diri peringkat rendah—menjadi sesuatu yang luar biasa seperti tadi. Itu jelas bukan hal yang mudah."Rong Guo hanya tertawa. Suaranya menggema di antara desiran angin malam dan gemerisik dedaunan, menciptakan suasana penuh tekanan."Dari mana aku tahu Anda?" Rong Guo membalas dengan nada santai, namun sorot matanya tajam menusuk. "Mengapa tidak bertanya
"Ayo masuk, sama-sama kita mencari makhluk kontrak!""Hei! Biarkan aku masuk dulu!""Apa-apaan ini? Mengapa menyerobot?"Suara-suara protes dari para hunter menggema di depan pintu portal. Kerumunan mereka penuh sesak, dengan masing-masing orang berusaha mendahului yang lain. Riuh rendah suara itu memekakkan telinga, menciptakan suasana penuh ambisi dan ketegangan.Namun, ketika Rong Guo melangkah melewati portal itu, semua kegaduhan seketika lenyap. Dunia yang baru saja ia masuki begitu sunyi, seolah waktu di dalamnya berjalan dengan cara yang berbeda.Di kiri dan kanan, pohon-pohon ek yang besar dan menjulang tinggi menyambut pandangannya. Cabang-cabangnya membentang lebar, menciptakan bayangan gelap yang hampir menutupi langit. Di bawahnya, akar-akar besar mencengkeram tanah dengan kokoh, membentuk lanskap yang terasa kuno dan penuh misteri.Suara gemerisik lembut terdengar saat angin bertiup di antara dedaunan, menciptakan harmoni alami yang menenangkan.Rong Guo memperhatikan sek
Sementara itu, Ayong dan Yizhan masih sibuk menyelesaikan duyung-duyung terakhir yang tersisa. Mereka bekerja sama dengan baik hingga tak satu pun musuh berhasil melarikan diri. Ketika suasana kembali tenang dan bayangan dungeon mulai memudar, Rong Guo mendekati kedua kawannya.“Kita langsung pulang saja,” katanya tegas, suaranya terdengar serius. “Kalau kalian ingin merayakan kemenangan dengan minum arak, silakan. Tapi aku punya urusan penting yang harus kuselesaikan.”Ayong dan Yizhan saling melirik dengan raut wajah penuh tanda tanya. Meski penasaran, mereka memilih untuk tidak bertanya lebih jauh. Mereka tahu Rong Guo jarang menjelaskan rencananya, dan mendesaknya hanya akan membuang waktu.Ketiganya berpisah di pintu keluar dungeon. Rong Guo melangkah cepat menuju tempat peristirahatan di perkampungan hunter. Tangannya menggenggam erat Kalung Bintang Abadi, satu-satunya benda yang telah lama ia cari. Benda itu terasa hangat, seolah memancarkan energi misterius.Apakah dalam semal
Setelah beberapa waktu berlalu... setelah Rong Guo melewati dungeon ganda yang menimbulkan rasa cemburu bagi setiap hunter, akhirnya Festival Perburuan Malam dimulai.Namun, ada suatu kejadian yang mengejutkan terjadi, membuat Rong Guo sangat bahagia.Hari ini, tepat sehari sebelum festival dimulai, Rong Guo bersama dua kawannya – Ayong dan Yizhan – masuk ke dalam dungeon.Dungeon yang mereka masuki kali ini berwujud lautan yang maha luas.Lawan mereka adalah kaum duyung yang sangat merepotkan. Selain sakti dengan rata-rata keahlian setara Pendekar Naga Giok, kemampuan sihir para duyung benar-benar luar biasa.“Jangan tergoda dengan nyanyian mereka!” kata Rong Guo tegas. Tangan kanannya melambaikan Pedang Phoenix dan Naga, sementara tangan kirinya merapalkan Teknik Cakra Tengkorak Putih.“Nyanyian duyung mengandung magis, dan bisa membuat jiwa kalian terikat!” tambahnya. “Jika tak kuat, pakailah penutup telinga!”Rong Guo berkelebat cepat, pedangnya meliuk-liuk seperti naga yang menga
Setelah pertemuan panjang dengan para petinggi istana berakhir, Khagan Aruqai melangkah memasuki kamarnya yang megah di dalam istana Kaisar Kota Kaejin.Ruangan itu luas dan penuh kemewahan, dihiasi dengan ukiran-ukiran rumit yang bernilai seni tinggi. Dindingnya dicat dengan lapisan warna emas dan perak yang berkilauan, seakan memantulkan sinar setiap kali cahaya menerpa.Beberapa tembikar berkualitas tinggi terletak di sudut ruangan, semakin menegaskan kesan agung dan megah yang menyelimuti tempat itu.Dalam diam, Khagan berjalan menuju meja tulis yang terbuat dari kayu ebony, tampak eksotis seolah dibawa langsung dari negeri tropis yang jauh. Dengan gerakan tenang, ia duduk dan mengeluarkan selembar kertas khusus yang hanya diperuntukkan bagi para pejabat istana. Ia menulis beberapa kata dengan tangan yang halus dan terlatih.“Tuan, semua sudah siap. Mesin Penghimpun Qi akan segera dieksekusi. Kami juga akan mulai mengumpulkan energi darah yang diperlukan untuk mencapai kesempurnaa