Puncak Gunung Xuandu bergemuruh, seolah tanah dan langit berkonspirasi untuk menyaksikan pertarungan dahsyat yang sedang berlangsung.Aura pedang menembus udara dengan kecepatan mematikan, sementara bentrokan energi sejati menghasilkan dentuman keras, mengguncang pegunungan. Daun-daun beterbangan seperti tertiup badai kecil, dan debu tebal menyelimuti tanah hingga mencapai awan yang menggelayut rendah di puncak.Di tengah kekacauan itu, delapan sosok kultivator kelas Grand Master sedang bertarung mati-matian melawan satu orang – Tian Yinxing, seorang pria tua yang berasal dari zaman kuno, mungkin dari era dua ratus tahun yang lalu.Meski tak tercatat dalam daftar Datuk Dunia Persilatan selama lebih dari dua abad terakhir, kehebatannya di medan laga jelas tak bisa diremehkan. Seratus jurus telah berlalu pada pertraungan tak seimbang itu, namun tanda-tanda kemenangan masih belum berpihak pada delapan datuk dunia persilatan.Pangeran Xue Yuan, pemimpin kelompok itu, mulai menunjukkan keg
Angin di puncak Gunung Xuandu berhembus kencang, menggoyangkan dedaunan kering dan menciptakan desisan lembut di antara celah-celah tebing.Embusan dingin menerpa wajah, menusuk hingga ke tulang. Pagi hampir menjelang, tapi kegelapan masih merajai langit, seolah enggan digantikan fajar. Di kejauhan, suara ayam hutan berkokok, memecah kesunyian kegelapan yang masih membeku.“Kau satu-satunya yang tersisa, bukan?” Suara Tian Yinxing mengalun, sedingin baja yang terhunus di udara pagi. Setiap kata yang keluar dari mulutnya membawa tekanan yang tak kasat mata, memaksa Rong Guo untuk menggigil ketakutan."Peringkat sepuluh dari daftar Datuk Dunia Persilatan, yang dikeluarkan Puncak Qingxue. Mari kita akhiri ini tanpa membuang waktu."Rong Guo merasakan keringat dingin membasahi punggungnya.Bayangan delapan datuk yang jatuh satu per satu terlintas di benaknya, terbayang jelas bagaimana kekuatan mereka tak berarti di hadapan Iblis tua ini.Tubuhnya gemetar meski dia berusaha mempertahankan
Ekspresi iblis tua Tian Yinxing tetap dingin dan datar, seolah peristiwa yang terjadi di hadapannya tak mampu mengusik perasaannya.Bibirnya bergerak perlahan, mengeluarkan suara rendah dan penuh tekanan, "Kalau begitu, kamu harus ikut denganku."Seketika, Rong Guo merasakan seluruh tubuhnya melemah.Tian Yinxing dengan cepat dan tanpa ampun menusuk titik akupunktur di tubuhnya, membuat seluruh energi dan kekuatannya menghilang dalam sekejap.Tak lama kemudian, iblis tua itu bergerak, dan pandangan Rong Guo mulai kabur. Dalam hitungan detik, kesadarannya memudar, perlahan tenggelam dalam pelukan ilusi yang membingungkan.Tian Yinxing, dengan ekspresi tetap tanpa emosi, terbang dengan kecepatan yang luar biasa. Di tangannya, ia menyeret tubuh lemah Rong Guo, hanya menggenggam leher jubahnya.Hembusan angin terasa bagaikan cambukan tajam di wajah Rong Guo, sementara sosok iblis tua itu membelah langit, menembus awan-awan tebal dengan gaya elegan yang tak dapat ditandingi.Rong Guo, mesk
“Namun, siapa sosok yang sebenarnya menghasut Sekte Huanye Anda? Dia bahkan menghilang dan tak pernah muncul lagi setelah dua ratus tahun berlalu?” tanya Rong Guo, suaranya dipenuhi rasa ingin tahu yang mendalam.Tian Yinxing menghela napas panjang,. Ekspresinya mencerminkan kedalaman pikirannya.“Dua ratus tahun bukanlah waktu yang singkat. Selama penyelidikanku, aku akhirnya menemukan sebuah rahasia kecil yang mungkin tidak banyak diketahui orang,” ujarnya pelan.“Setelah sosok misterius itu berhasil menghasut dan menciptakan kekacauan di dunia persilatan, Sekte Huanye kami pun musnah dalam sekejap. Dia membawa pergi begitu banyak salinan dan kitab seni bela diri, termasuk pedang dan teknik pernapasan yang merupakan warisan berharga dari sekte kami,” lanjutnya.Dari matanya jelas ada sirat kesedihan dan kekecewaan yang mendalam.Rong Guo terkejut mendengar kisah yang mengerikan itu.Jika dua pentolan Sekte Huanye, Mo Shilin dan Tian Yinxing, memiliki keterampilan yang begitu tinggi,
Suara siulan pedang memecah keheningan pagi, menusuk tajam ke arah punggung Rong Guo. Dalam sekejap, dia merasakan aliran Qi yang sangat kuat mengalir di ujung pedang tersebut.Jika serangan ini terjadi beberapa bulan yang lalu, dia mungkin tidak akan sanggup menghindarinya. Tapi sekarang, kemampuan Rong Guo telah berkembang pesat sejak berada di Puncak Jingfeng.Kini, instingnya tajam, dan gerakannya seperti kilat.Tanpa berpikir panjang, Rong Guo melesat menggunakan Qinggong. Tubuhnya berputar cepat, seolah menari di udara, membentuk posisi horizontal yang hampir tidak mungkin bagi mata manusia biasa.Jubah putihnya berdesir tertiup angin pedang yang mendekat, berkibar seperti sayap burung rajawali yang melayang di langit. Meskipun angin dari tebasan pedang itu cukup kuat untuk mencabik-cabik pepohonan, jubahnya hanya bergemerisik, tanpa satu goresan pun yang mengenai kulitnya."Huang Jinyu!" desis Rong Guo dengan nada dingin, saat ia melayang beberapa meter di atas tanah.Huang Jin
“Huang Jinyu?” desis Sha Tuo, sosok yang terkenal sebagai peringkat keenam dalam daftar Datuk dunia persilatan. Ekspresinya tampak penuh rasa terkejut yang mendalam.Raut jijik tak dapat ia tutupi saat matanya tertuju pada sosok Taois Huang Jinyu yang kini tergeletak dengan kondisi yang mengenaskan.“Dia tersambar aura pedang yang mematikan. Anehnya, seolah-olah ada puluhan, bahkan ratusan bilah pedang menghujam tubuhnya. Ia tampaknya binasa oleh serangan seorang ahli pedang yang sangat mahir, yang memahami Niat Pedang di ranah Istana Pedang!” ungkap Nyonya Yinfeng, Pemimpin Sekte Hehuan.Saat bicara suara si nyonya bergetar. Ia tak percaya akan kejadian yang baru saja mereka saksikan.“Apakah ini ada hubungannya dengan iblis tua Tian Yinxing? Apakah telah terjadi sesuatu yang lebih besar dari yang kita ketahui? Bukankah iblis tua itu dalam kondisi sekarat? Mungkinkah ia sudah mati?” tanya Pangeran Xue Yuan, dengan nada serius.Semua orang terbelalak. Tak ada yang dapat menjawab perta
Enam bulan telah berlalu sejak peristiwa berdarah di Puncak Gunung Xuandu. Keberadaan Si Topeng Putih seolah menghilang ditelan bumi, tak ada jejak maupun desas-desus. Sosok misteriusnya yang dulu mengguncang dunia persilatan kini lenyap bagaikan bayangan di balik kabut.Sekte Gunung Xuanda, yang dipenuhi amarah dan dendam atas kematian jago mereka, Huang Jianyu - mengirim murid-murid terbaik mereka untuk memburu pelaku.Namun, setelah enam bulan pencarian sia-sia meliputi lembah-lembah terjal dan hutan-hutan belantara, mereka dipanggil pulang. Harapan yang tadinya menyala kini padam, menyisakan kekecewaan mendalam yang menggumpal di hati para tetua Sekte Xuandu.Saat ini, Benua Longhai menyambut musim semi yang baru.Langit biru cerah menghampar luas, dan angin lembut membawa harum manis bunga persik yang mulai mekar di sepanjang jalan. Dedaunan maple yang dulu gugur kini kembali menghijau, memberikan nuansa segar yang memulihkan energi kehidupan.Namun, di balik keindahan alam ini,
Namanya Lu Zhengyi, Asisten Kepala Biro Hukum. Dia terkenal suka bergaul dengan orang-orang dari Jianghu, atau Dunia Persilatan.Mungkin karena pekerjaannya yang sering bersinggungan dengan para Kultivator di Kota Tianzhou, meminta bantuan mereka untuk memecahkan kasus. Hal ini membuatnya akrab dengan kalangan yang kerap dianggap berbahaya itu – para kultivator.Dalam pandangannya, Imam Tao itu menyimpan misteri yang mendalam, sehingga Lu Zhengyi merasa perlu mengecam pelayan kasar tadi dan membela sang Imam.“Guru Tao, jika Anda masih ingin menikmati arak, mari duduk bersamaku. Kudengar, arak Bunga Plum dari kedai ini sangat terkenal. Wangi dan tiada tandingannya di seluruh kota!”Tak lama kemudian, keduanya sudah duduk bersama, menikmati Arak Bunga Plum yang disajikan hangat, langsung dari dapur. Aroma harum arak menguar di udara, menyelimuti seluruh aula dengan kehangatannya."Namaku Lu Zhengyi, aku bekerja di Biro Hukum Kabupaten Tianzhou. Ijinkan aku mentraktir Anda minum di awal
Tiga bulan telah berlalu sejak peristiwa besar yang mengguncang dunia persilatan. Di Puncak Wudang, keramaian tak biasa memenuhi setiap sudut.“Pemimpin Sekte Wudang akan menikah!” teriak seseorang di kerumunan dengan semangat.“Mari kita saksikan! Ini peristiwa yang jarang terjadi!” sahut yang lain, ikut terbawa antusias.“Pemimpin Rong akan menikahi Penatua Xiao, sahabat semasa kecilnya!”Kabar ini telah menyebar ke seluruh penjuru negeri, membuat semua orang berbondong-bondong datang, meskipun tanpa undangan.Setelah kemenangan besar melawan Kekaisaran Matahari Emas, reputasi Sekte Wudang berada di puncaknya. Dipimpin oleh Rong Guo, seorang Abadi, Sekte ini kini menjadi pusat dunia persilatan.Pagi itu, Puncak Wudang terasa hidup. Murid-murid sibuk mempersiapkan segala sesuatu dengan teliti, sementara tokoh-tokoh dari dunia persilatan turut hadir untuk menyaksikan momen bersejarah ini. Para pemimpin sekte aliran putih, datuk sekte sesat, dan praktisi independen berkumpul, meningga
Peristiwa pertarungan itu menyisakan kepedihan yang mendalam. Bau darah masih memenuhi udara, bercampur dengan aroma tanah basah yang terhantam ledakan energi.Langit di atas Puncak Gunung Wudang kini mulai cerah, namun suasana di bawahnya tetap mencekam.Sosok Khaganate dari Benua Podura terbaring diam di atas tanah yang hancur.Armornya yang hitam pekat kini penuh retakan, memancarkan kilau redup seperti batu obsidian yang kehilangan cahayanya.Tubuhnya yang sebelumnya memancarkan aura menakutkan kini terlihat rapuh, seperti sisa abu dari api besar yang telah padam.Dalam sekejap mata, Rong Guo melesat, gerakannya begitu cepat hingga hanya meninggalkan bayangan samar di udara.Ketika orang-orang mengedipkan mata, ia sudah berdiri di sisi jasad Khagan, seperti bayangan yang muncul dari kehampaan.Semua ahli di puncak Wudang segera berkerumun, namun tidak ada yang berani terlalu dekat.Mereka berhenti beberapa langkah di belakang Rong Guo, mata mereka penuh dengan rasa ingin tahu berc
Getaran ledakan meruntuhkan tebing-tebing di kejauhan, sementara retakan-retakan dalam menjalar liar di tanah, melahap apa saja yang dilewatinya.“Langit akan runtuh! Kita semua akan mati!” teriak seorang pria tua, tubuhnya gemetar ketakutan.“Lari! Jangan lihat ke atas!” jerit seorang ibu sambil menarik anaknya yang menangis, wajahnya penuh kecemasan.Penduduk berlarian kacau, beberapa terjatuh akibat guncangan, sementara yang lain terus mencari tempat berlindung.Percikan energi dari ledakan di langit jatuh seperti hujan meteor, membakar apa saja yang disentuhnya.Di langit, tubuh kedua Abadi itu terlempar jauh ke belakang akibat dampak besar serangan mereka. Rong Guo tersungkur ke tanah, tubuhnya memar dan dipenuhi luka.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya, tubuhnya bergetar karena energi yang hampir habis.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya. Tubuhnya tampak melemah, tetapi auranya tetap menguasai langit. Ia melayang dengan stabil di u
Langit tampak seperti tercabik-cabik, retakannya menjalar seperti guratan api yang membakar langit malam.Setiap lapisan atmosfer bergetar hebat, seolah tak mampu lagi menahan kekuatan dahsyat dari dua ahli peringkat Abadi yang bertarung di cakrawala.Matahari memerah, cahayanya memudar seperti nyala lilin yang hampir padam.Dunia seolah berubah menjadi tua.Udara dipenuhi energi gelap dan terang yang saling bertabrakan, menciptakan ledakan menggema yang membuat tanah retak dan sungai meluap.Dua sosok raksasa, perwujudan energi mereka, melesat berpindah-pindah. Ke Utara, Selatan, Barat, dan Timur, setiap langkah mereka mengguncang bumi dan menghancurkan gunung.Bayangan mereka memanjang di atas tanah, menebar teror yang membuat semua makhluk di bawah langit merasa kecil dan tak berdaya.Di seluruh penjuru Benua Longhai, penduduk keluar dari rumah mereka.Wajah-wajah pucat pasi mendongak ke langit, menatap pemandangan apokaliptik yang terjadi di atas mereka.Napas mereka tertahan, dad
Secara alami, pertarungan antara dua Abadi di cakrawala adalah sesuatu yang sangat luar biasa.Pertarungan yang terjadi antara Rong Guo dan Khagan dari Benua Podura mengguncang cakrawala. Kedua sosok abadi itu bertarung dengan kekuatan luar biasa, memecah langit dan menggoncangkan bumi di sekitar mereka.Kedatangan Rong Guo yang terlambat membuatnya terkejut, melihat apa yang terjadi di puncak Gunung Wudang.“Terlambat! Kita terlambat,” tangis Biarawati Fear tak tertahankan.Ia merunduk di tanah puncak gunung, sambil menangisi satu demi satu jenazah murid-murid dari Sekte Gurun Gobi yang tergeletak kaku.Sementara Rong Guo hanya diam.Meski emosinya bergejolak, namun dengan tingkat kultivasi yang telah mencapai puncak dunia, yaitu Yongheng—atau abadi—dia tidak mudah hanyut dalam perasaan sedih yang mendalam.Sambil memindai dengan energi spiritualnya yang tajam, Rong Guo menemukan jejak aura ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas yang menyebar di Puncak Terlarang.Sedetik sorot mata
"Apa yang terjadi?" suara seseorang bergetar memecah keheningan."Siapa yang melakukan ini? Siapa yang menghabisi semua tentara Matahari Emas?"Tidak ada yang mampu menjawab. Keheningan kembali menyelimuti, berat dan penuh tanda tanya.Zhang Long Yin memandang pemandangan itu dengan dahi berkerut tajam. Ia mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi, tapi pikirannya dipenuhi kebingungan. Siapa yang memiliki kekuatan sebesar ini, yang mampu menyingkirkan ribuan tentara dalam sekejap?Xiao Ning menggigit bibir, emosinya bercampur aduk.Keajaiban ini mungkin telah menyelamatkan mereka, tetapi muncul pertanyaan besar: keajaiban macam apa yang terjadi di Puncak Terlarang malam tadi?>>> Di langit...Dua sosok bertarung dalam bentuk yang melampaui nalar manusia.Pemuda berbaju putih longgar berdiri di udara dengan ketenangan yang menusuk, seperti puncak gunung es yang tersembunyi.Senjata di tangannya adalah sebuah payung istimewa yang memancarkan aura magis. Angin berputar di sekelilingny
Malam yang panjang berlalu dengan cepat.Di dalam array Puncak Terlarang, semua orang terdiam, menutup mata, berusaha mengabaikan hiruk pikuk di luar. Ada yang tenggelam dalam meditasi, ada pula yang sibuk mencoba menyembuhkan luka dengan sisa obat seadanya.Kesibukan itu membuat tak seorang pun memperhatikan keanehan yang muncul di luar.Di langit yang kelam, sebuah kilat tiba-tiba menyala, hanya sekejap. Namun, efeknya sungguh menggetarkan.Saat kilat itu lenyap, ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas tergeletak, saling bertumpuk di atas tanah Puncak Terlarang.Tubuh-tubuh mereka tidak bergerak tak bernyawa, nyaris menyatu dengan ribuan jasad yang sudah lebih dulu menjadi korban perang.Tak lama kemudian, matahari mulai bersinar lembut.Cahayanya menyelinap melalui celah array, menyentuh permukaan tanah yang dingin dengan kehangatan samar.Zhang Long Yin, pemimpin Sekte Wudang, membuka mata perlahan setelah semalaman bermeditasi untuk memulihkan energi Qi-nya.Di dekatnya, Xiao Nin
Jauh sebelum perang ini pecah, dalam sebuah diskusi, Zhang Long Yin pernah mengungkapkan bahwa mereka masih memiliki tempat persembunyian, jika keadaan mendesak.“Aku akan bersiul sebagai kode, dan semua orang harus segera bergegas menuju Puncak Terlarang Sekte Wudang. Di sana, kita akan aman!” ujarnya dengan tegas, suaranya penuh keyakinan.Namun, siapa yang bisa membayangkan bahwa saat ini, kata-katanya akan menjadi kenyataan yang mengerikan?“Array dan formasi sihir di Puncak Terlarang sangat kuat. Tidak ada yang bisa menembusnya jika kita berlindung di sana!” jelas Zhang Long Yin lebih lanjut, seperti mengingatkan dirinya sendiri bahwa satu-satunya harapan adalah puncak terlarang itu.Para pemimpin sekte, bersama datuk-datuk dunia persilatan, bahkan telah melakukan simulasi tentang cara evakuasi ke Puncak Terlarang jika keadaan semakin genting.Namun, mereka tidak menyangka bahwa hari itu akan datang dengan begitu cepat.“Tapi semoga ini tak terjadi. Kita akan berperang mati-matia
Di belakang Sekte Wudang, terdapat satu puncak yang belum pernah tersentuh oleh siapapun. Puncak itu dikenal sebagai "Puncak Terlarang", dan hanya pemimpin sekte yang diperbolehkan menginjakkan kaki di sana.Desas-desus beredar bahwa di puncak daerah terlarang tersebut terdapat sebuah jurang yang sangat dalam, yang disebut-sebut sebagai neraka dunia.Jurang itu mendapat juluka "Neraka Dunia" karena di sanalah para praktisi Sekte Wudang yang sesat dan melanggar aturan golongan putih dibuang.Tempat itu menyimpan penderitaan yang tak terbayangkan, dan tak seorang pun yang pernah kembali untuk menceritakan kisahnya.Pagi mulai menjelang, cahaya matahari menyemburat lembut di ufuk timur, namun pertempuran yang berkecamuk tak juga mereda.Di atas Puncak Sekte Wudang, bukanlah pemandangan yang biasanya terlihat—sekarang lebih tepat disebut puncak pemakaman daripada puncak sekte dari dunia persilatan aliran putih. Lantaran darah yang berceceran, dan tubuh yang berserakan, udara terasa begit