Home / Fantasi / Warisan Artefak Kuno / Penginapan Naga – Bagian Kedua.

Share

Penginapan Naga – Bagian Kedua.

Author: Jimmy Chuu
last update Last Updated: 2024-05-21 16:10:27

Gelombang permusuhan tiba-tiba membanjiri ruangan, mengisi setiap sudut atmosfer di aula Penginapan Naga dengan intensitas yang memekakkan.

Penting untuk dicatat di sini, Penginapan Naga bukanlah sembarang tempat peristirahatan. Ini adalah satu-satunya tempat di mana orang-orang dapat beristirahat dan melepas lelah, ketika mereka melakukan perjalanan panjang dari Kekaisaran lain, untuk memasuki wilayah Kekaisaran Yue Chuan, di Gurun Gobi.

Saat ini, Penginapan Naga dipenuhi oleh berbagai pelintas, mulai dari pedagang yang mencari keuntungan hingga pengelana yang mencari petualangan. Namun, yang membuat tiga sosok pesilat dari Sekte Mentari Ufuk Barat ini merasa seperti berada di ujung tanduk, adalah kehadiran sepuluh perempuan yang duduk dengan tenang di tengah keramaian aula yang juga berfungsi sebagai restoran. Mereka mengenakan jubah panjang berwarna putih, yang bertuliskan "Sekte Gurun Gobi".

"Celaka! Dia ada di antara mereka!" desis Sun Qiang dengan suara serak. Dengan pandangan m
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Shofiyudin Musthofa
keren lah pokoknya... Terima kasih Thor... #1
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Warisan Artefak Kuno   Pertarungan Di Padang Gurun.

    Di bawah cahaya rembulan yang memantul lembut, dan hembusan angin malam Gurun Gobi yang menderu-deru seperti ombak besar yang menghantam pantai, dua sosok bergerak cepat dengan hati-hati, Dimana sosok yang dibelakang sengaja menjaga jarak antara mereka. Dua sosok itu melesat dengan kecepatan yang luar biasa, hingga tampak seperti bayangan yang bergerak. Sebelum sebatang hio selesai terbakar, mereka telah meninggalkan Penginapan Naga, sejauh lima puluh lie.DUAR!Dari kejauhan, terdengar samar-samar suara letusan di langit. Sebuah petasan melesat dari arah barat, menciptakan ledakan kembang api besar yang membentuk Bintang Kejora, mewarnai cakrawala dengan kilauan yang mempesona."Apakah itu logo rahasia Sekte Gurun Gobi?" batin Rong Guo, sambil berlari dengan kecepatan tinggi, seirama dengan langkah cepat Biarawati Fear di depannya. "Ada apa sebenarnya dengan sekte aliran putih ini? Mengapa mereka menyalakan tanda bahaya, untuk memanggil semua anggotanya?" pikir Rong Guo, rasa penasar

    Last Updated : 2024-05-22
  • Warisan Artefak Kuno   Kemarahan Biarawati Fear.

    "Siapa namamu, dan mewakili pihak manakah engkau berada?” suara Biarawati fear terdengar menuntut. Saat itu, di Tengah-tengah Gurun Gobi keadaan semakin mencekam.Keheningan…“Apakah anda berasal dari aliran putih, ataukah aliran sesat? Sebutkan nama anda, dan dari sekte mana anda berasal, maka aku dapat menentukan... apakah anda adalah kawan, ataukah lawan!" pertanyaan beruntun Biarawati Fear menembus udara malam yang dingin di Gurun Gobi, nada suaranya dingin seperti udara di saat itu. Wajahnya berkerut, menunjukkan rasa tidak senang. Kesenangannya dalam membantai orang-orang dari aliran sesat terhenti oleh sosok bertopeng kain yang berdiri di depan matanya.Namun, sosok di depannya ini tampaknya memiliki kultivasi yang lebih tinggi darinya. Oleh karena itu, Biarawati Fear masih mempertahankan sikap sopan, dengan mengajukan pertanyaan tersebut. Umumnya, dia akan langsung menyerang balik dengan brutal, jika kesenangannya diusik, terlebih oleh orang-orang dari aliran sesat."Aku bukan

    Last Updated : 2024-05-23
  • Warisan Artefak Kuno   Kejarlah Aku Jika Kamu Bisa.

    Sekte Gurun Gobi, sebuah sekte yang berdiri pada sebuah gunung di dekat padang pasir yang membentang luas, didirikan oleh seorang pendekar wanita yang tangguh, Guo Xiang, hampir seribu tahun yang lalu. Sekte ini dikenal memiliki berbagai ilmu beladiri yang tinggi, yang berasal dari berbagai praktisi ternama di masa keemasan itu.Bersama dengan Sekte Wudang, yang pendirinya adalah Zhang Sanfeng, seorang pendekar yang terkenal dengan kebijaksanaannya, kekuatan Sekte Gurun Gobi ini berada dua tingkat di bawah Sekte Wudang, dan Sekte Kuil Teratai Perak.Biarawati Fear, seorang wanita dengan jabatang pelindung sekte, yang terbiasa mendominasi dengan kemampuan seni pedangnya yang tinggi, yang berasal dari aliran lurus ini, membuatnya sering terkesan jumawa dan tidak kenal takut dengan para ahli yang berasal dari aliran hitam. Dia berdiri berlari cepat, dibawah siraman matahari pagi yang terik memantulkan sinarnya pada surai kebutan ditangannyanya, menciptakan kilauan yang mempesona saat ia b

    Last Updated : 2024-05-24
  • Warisan Artefak Kuno   Roda Pedati Tua.

    Setelah perjalanan yang melelahkan selama dua hari dan dua malam melintasi Padang Gurun yang luas, kelompok itu yang dipimpin Sun Qiang, akhirnya berhenti berlari.Menurut Sun Qiang, kelompok yang terdiri dari para jagoan dari Sekte Mentari Ufuk Barat dan sepasang Iblis Hitam Putih, dan Rong Guo sendiri, telah mencapai lokasi pertemuan akbar aliran sesat se-Kekaisaran Yue Chuan. Lokasi ini berada di wilayah paling utara dan barat Kekaisaran Yue Chuan, uakni sebuah tempat yang sangat berbeda dengan kondisi Gurun Gobi yang sebelumnya mereka lintasi.Di sini, bukan lagi pasir dan gurun yang menjadi pemandangan utama, melainkan terdapat juga tebing-tebing tinggi nan terjal, dan gunung batu yang menjulang ke cakrawala. Ada sungai kecil yang berkelok-kelok dari utara hingga jauh ke barat, menuju perbatasan Yue Chuan dengan Kekaisaran lain, menambah keunikan panorama di tempat ini.Keheningan malam dipecahkan dengan suara Sun Qiang, ketika ia memberi instruksi."Mari kita masuk!" ujar pengik

    Last Updated : 2024-05-25
  • Warisan Artefak Kuno   Raja Kelelawar Hitam.

    Fajar telah menyingsing, menggantikan malam yang baru berlalu. Suasana di perkemahan akbar aliran hitam Kekaisaran Yue Chuan semakin hidup, bergemuruh dengan kedatangan praktisi Aliran Sesat yang berdatangan satu per satu ke wilayah Domain tersembunyi itu. Rong Guo, yang telah terbiasa hidup di lingkungan Sekte Wudang sejak kecil, kali ini merasa terpesona, dan berulang kali menunjukkan ekspresi terkejut secara terang-terangan, ketika ia berpapasan dengan para praktisi dari golongan sesat itu.Meski Rong Guo baru berusia dua belas tahun dan memasuki tahun ketigabelasnya, jiwanya masih tetap polos seperti anak kecil. Dia selalu menatap dengan rasa heran yang mendalam setiap kali melihat penampilan ajaib dari para praktisi aliran sesat ini. Padahal, ini adalah pantangan. Beruntung, mereka menganggapnya sebagai sosok dari orang segolongan, sehingga hanya mendengus dingin, dan tidak mengambil tindakan kasar.Contohnya pada pagi ini.Sun Qiang, dengan senyum ramah di wajahnya, mengajak Ron

    Last Updated : 2024-05-26
  • Warisan Artefak Kuno   Pengumuman Tantangan.

    Langit di dalam Domain tersembunyi itu tampak cerah, seolah-olah berkilauan dalam kehidupannya sendiri. Rembulan, tampak seperti bola perak yang mengambang di langit, bercahaya penuh, memancarkan sinar lembut dalam kelamnya malam. Awan yang biasanya menghiasi cakrawala tampak sedikit, hampir tidak ada, sehingga cakrawala tampak jernih.Namun, di tengah keindahan malam yang menenangkan ini, suasana tegang merasuki udara. Di atas tanah berkerikil dan pasir di Domain tersembunyi itu, semua mata tampak menatap dengan ketegangan. Mereka semua menatap ke arah satu titik di langit, tepatnya pada sosok yang bergerak seperti kelelawar raksasa semakin mendekat.Sosok itu bergerak dengan kecepatan, dan sangat agresif yang mengerikan. Sayapnya yang lebar membentang di langit, menutupi setengah bagian rembulan, menciptakan bayangan yang menyeramkan di tanah. Setiap detik berlalu, saat sosok itu semakin dekat ke perkemahan, bunyi jantung setiap orang berdetak dalam ritme yang lebih cepat.“Raja Kel

    Last Updated : 2024-05-27
  • Warisan Artefak Kuno   Seni Telapak Budha Emas.

    Ketika keheningan melanda, dan keragu-raguan merasuki hati para jenius-jenius muda berpakaian hitam dari berbagai sekte yang hadir pada acara perkemahan akbar itu, atmosfer menjadi tegang. Tiba-tiba, ada satu suara yang memecah kebisuan, suara itu datangnya dari arah Timur panggung.“Karena tidak ada yang berani maju terlebih dahulu, ijinkan aku, yang hina ini, untuk menjadi peserta pertama,” suara itu terdengar penuh percaya diri.Pada saat ortang-orang berpaling melihat arah suara itu berasal, tiba-tiba dari arah timur terdengar desiran jubah yang tertiup angin. Sesudahnya, sebuah bayangan berkelebat seperti burung rajawali, dialah sosok yang berbicara tadi.Pemuda itu melakukan salto udara, ia sengaja mempertontonkan keahliannya. Lalu saat dua kakinya hinggap diatas panggung dengan ringan, getaran yang ia hasilkan saat kakinya menapak diatas papan panggung menghasilkan guncangan yang sangat minimal – bukti kalau ketrampilan meringankan tubuhnya, cukup diperhitungkan. Dengan gerakan

    Last Updated : 2024-05-28
  • Warisan Artefak Kuno   Sepuluh Jurus Tapak Budha Emas.

    Semua mata tertuju pada kelompok Sekte Mentari Ufuk Barat, ketika seorang pemuda berusia remaja berdiri, terlihat meonjol. Dia berjalan dengan langkah yang tenang, menaiki anak tangga menuju ke atas panggung, seolah menjadi pusat perhatian semua orang. Hal yang membuat semua orang tercengang, adalah pakaian yang ia kenakan. “Taois?” ekspresi terkejut tampak menggantung dibawah semua orang.Tapi itu hanya sesaat. Namun, setelah mereka memeriksa kultivasi Taois itu menggunakan benak, wajah mencibir segera memenuhi atmosfer.“Siapa dia? Mengapa ada seorang Taois di antara kumpulan kultivator sekte Mentari Ufuk Barat?" tanya seorang penonton dengan nada mencela dan merendahkan."Dengan kultivasi yang rendah di tingkat dasar, dia mau mengikuti tantangan tuanku Raja Kelelwar? Mungkin dia sedang mabok, tak melihat tingginya langit!” seorang yang lain berbicara terdengar cukup keras, memecah keheningan dan memancing keributan. Orang-orang mulai tertawa sambil menutup mulut mereka, takut kalau

    Last Updated : 2024-05-29

Latest chapter

  • Warisan Artefak Kuno   Perburuan Malam – Part II.

    Mao Shen adalah pemimpin Organisasi Rajawali Iblis. Nama Rong Guo telah ia dengar sejak dari lantai pertama, namun tak sekalipun ia menyangka akan bertemu langsung dengan pria itu."Bagaimana Anda bisa tahu aku? Kita baru pertama bertemu, bukan?" Mao Shen akhirnya bertanya, suaranya masih terdengar serak setelah batuk-batuknya mereda. Dalam hati, ia menyesal telah meremehkan seni Tapak Angin Puyuh yang nyaris membuatnya muntah darah tadi.Meskipun merasa malu, Mao Shen mencoba menyembunyikan perasaan itu di balik tatapan datar. "Kamu memiliki kemampuan yang cukup hebat," katanya perlahan. "Bisa mengeksekusi Tapak Angin Puyuh—seni bela diri peringkat rendah—menjadi sesuatu yang luar biasa seperti tadi. Itu jelas bukan hal yang mudah."Rong Guo hanya tertawa. Suaranya menggema di antara desiran angin malam dan gemerisik dedaunan, menciptakan suasana penuh tekanan."Dari mana aku tahu Anda?" Rong Guo membalas dengan nada santai, namun sorot matanya tajam menusuk. "Mengapa tidak bertanya

  • Warisan Artefak Kuno   Perburuan Malam – Part I.

    "Ayo masuk, sama-sama kita mencari makhluk kontrak!""Hei! Biarkan aku masuk dulu!""Apa-apaan ini? Mengapa menyerobot?"Suara-suara protes dari para hunter menggema di depan pintu portal. Kerumunan mereka penuh sesak, dengan masing-masing orang berusaha mendahului yang lain. Riuh rendah suara itu memekakkan telinga, menciptakan suasana penuh ambisi dan ketegangan.Namun, ketika Rong Guo melangkah melewati portal itu, semua kegaduhan seketika lenyap. Dunia yang baru saja ia masuki begitu sunyi, seolah waktu di dalamnya berjalan dengan cara yang berbeda.Di kiri dan kanan, pohon-pohon ek yang besar dan menjulang tinggi menyambut pandangannya. Cabang-cabangnya membentang lebar, menciptakan bayangan gelap yang hampir menutupi langit. Di bawahnya, akar-akar besar mencengkeram tanah dengan kokoh, membentuk lanskap yang terasa kuno dan penuh misteri.Suara gemerisik lembut terdengar saat angin bertiup di antara dedaunan, menciptakan harmoni alami yang menenangkan.Rong Guo memperhatikan sek

  • Warisan Artefak Kuno   Bukaan Portal Hutan Larangan.

    Sementara itu, Ayong dan Yizhan masih sibuk menyelesaikan duyung-duyung terakhir yang tersisa. Mereka bekerja sama dengan baik hingga tak satu pun musuh berhasil melarikan diri. Ketika suasana kembali tenang dan bayangan dungeon mulai memudar, Rong Guo mendekati kedua kawannya.“Kita langsung pulang saja,” katanya tegas, suaranya terdengar serius. “Kalau kalian ingin merayakan kemenangan dengan minum arak, silakan. Tapi aku punya urusan penting yang harus kuselesaikan.”Ayong dan Yizhan saling melirik dengan raut wajah penuh tanda tanya. Meski penasaran, mereka memilih untuk tidak bertanya lebih jauh. Mereka tahu Rong Guo jarang menjelaskan rencananya, dan mendesaknya hanya akan membuang waktu.Ketiganya berpisah di pintu keluar dungeon. Rong Guo melangkah cepat menuju tempat peristirahatan di perkampungan hunter. Tangannya menggenggam erat Kalung Bintang Abadi, satu-satunya benda yang telah lama ia cari. Benda itu terasa hangat, seolah memancarkan energi misterius.Apakah dalam semal

  • Warisan Artefak Kuno   Reward Kejutan.

    Setelah beberapa waktu berlalu... setelah Rong Guo melewati dungeon ganda yang menimbulkan rasa cemburu bagi setiap hunter, akhirnya Festival Perburuan Malam dimulai.Namun, ada suatu kejadian yang mengejutkan terjadi, membuat Rong Guo sangat bahagia.Hari ini, tepat sehari sebelum festival dimulai, Rong Guo bersama dua kawannya – Ayong dan Yizhan – masuk ke dalam dungeon.Dungeon yang mereka masuki kali ini berwujud lautan yang maha luas.Lawan mereka adalah kaum duyung yang sangat merepotkan. Selain sakti dengan rata-rata keahlian setara Pendekar Naga Giok, kemampuan sihir para duyung benar-benar luar biasa.“Jangan tergoda dengan nyanyian mereka!” kata Rong Guo tegas. Tangan kanannya melambaikan Pedang Phoenix dan Naga, sementara tangan kirinya merapalkan Teknik Cakra Tengkorak Putih.“Nyanyian duyung mengandung magis, dan bisa membuat jiwa kalian terikat!” tambahnya. “Jika tak kuat, pakailah penutup telinga!”Rong Guo berkelebat cepat, pedangnya meliuk-liuk seperti naga yang menga

  • Warisan Artefak Kuno   Rencana Jahat.

    Setelah pertemuan panjang dengan para petinggi istana berakhir, Khagan Aruqai melangkah memasuki kamarnya yang megah di dalam istana Kaisar Kota Kaejin.Ruangan itu luas dan penuh kemewahan, dihiasi dengan ukiran-ukiran rumit yang bernilai seni tinggi. Dindingnya dicat dengan lapisan warna emas dan perak yang berkilauan, seakan memantulkan sinar setiap kali cahaya menerpa.Beberapa tembikar berkualitas tinggi terletak di sudut ruangan, semakin menegaskan kesan agung dan megah yang menyelimuti tempat itu.Dalam diam, Khagan berjalan menuju meja tulis yang terbuat dari kayu ebony, tampak eksotis seolah dibawa langsung dari negeri tropis yang jauh. Dengan gerakan tenang, ia duduk dan mengeluarkan selembar kertas khusus yang hanya diperuntukkan bagi para pejabat istana. Ia menulis beberapa kata dengan tangan yang halus dan terlatih.“Tuan, semua sudah siap. Mesin Penghimpun Qi akan segera dieksekusi. Kami juga akan mulai mengumpulkan energi darah yang diperlukan untuk mencapai kesempurnaa

  • Warisan Artefak Kuno   Ancaman Dua Kaisar – Bagian Kedua.

    Setelah titah terakhirnya selesai, suasana di balairung menjadi mencekam. Hawa dingin yang tidak nyata menyelimuti ruangan.Tak seorang pun berani menatap langsung ke arah Kaisar. Mereka tahu betul bahwa perintah ini tidak hanya mengancam mereka, tetapi juga melibatkan darah rakyat yang tak bersalah.Mesin itu bukan sekadar alat, melainkan mesin pembantaian yang haus akan darah. Harus dihasilkan energi Qi yang maksimal, dan darah manusia menjadi syarat utamanya. Ini menjadi kendala besar bagi ketiga ahli spiritual, yang berusaha menciptakan mesin tanpa menggunakan pengorbanan manusia.Namun, dengan titah baru Kaisar, dilema itu lenyap. Darah akan ditumpahkan, apa pun akibatnya.Mereka semua meninggalkan balairung dengan tubuh menggigil. Tak ada yang berani berbicara, meski nurani mereka bergejolak dalam jiwanya.Keesokan harinya, keanehan mulai terjadi. Laporan tentang hilangnya orang-orang meruak, jadi bahan gunjingan dimana-mana.Di satu desa kecil, seluruh penghuninya menghilang ta

  • Warisan Artefak Kuno   Ancaman Dua Kaisar – Bagian Pertama.

    Di istana Hei Tian, Kaisar Jue Tian Yu duduk di singgasana megahnya. Kursi besar itu dihiasi ukiran kepala Phoenix yang tampak anggun, seolah mengawasi seluruh ruangan.Di bawah singgasana, tiga ahli ternama berlutut dengan tubuh gemetar, menghadapi amarah Kaisar Jue Tian Yu.“Bagaimana mungkin kalian begitu lama menyelesaikan Mesin Penghimpun Energi Qi? Bukankah sudah ada tiga blueprint, dan tinggal membuat sesuai contoh?” hardiknya dengan suara menggelegar, membuat udara balairung terasa berat.Ketiga pria paruh baya—Guo Yong, sang Alkemis, Li Hua, ahli array, dan Hui Jian, penyuling senjata spiritual—semakin menundukkan kepala mereka, wajah dipenuhi rasa takut. Akhirnya, Guo Yong memberanikan diri untuk bicara, meski suaranya parau dan penuh permohonan.“Ampun, Yang Mulia. Meski ketiga blueprint sudah ada, terlalu banyak penyimpangan dan jebakan di dalamnya. Kami sudah berusaha merakit mesin itu sesuai petunjuk, tetapi bahkan pada percobaan kesepuluh, kami tetap gagal...” ujarnya m

  • Warisan Artefak Kuno   Raja Iblis Kecil.

    Di dalam dungeon, lantai tiga Hundun Yaosai,Monster kalajengking merah raksasa, sebesar kerbau, berdiri dengan penuh ancaman. Makhluk Dark Beast peringkat Naga Iblis ini mengurung tiga hunter yang berdiri di mulut dungeon berbentuk belantara. Mata mereka bersinar tajam, siap menghabisi.Pemimpin kalajengking merah itu, dengan suara serak yang dalam, mengancam. “Kalian akan mati di sini. Tiga orang, berani-beraninya masuk ke dungeon kami!”Tawa mengerikan mengiringi perkataan itu, suara kekehan dari lebih dari lima ratus kalajengking merah yang mengelilingi mereka.“Ayo kita santap mereka! Mereka masih muda, pasti dagingnya lembut dan manis!” kata salah satu kalajengking dengan suara garau.Suara gaduh seperti babi yang disembelih mengisi udara. Namun, yang mengejutkan, ketiga hunter itu tak tampak gentar. Bahkan, pemimpin mereka yang terlihat muda itu hanya tersenyum mengejek.“Ingin menyantap kami? Apa kamu yakin bisa?” tanyanya, suaranya dingin dan penuh tantangan.“Beraninya kamu!

  • Warisan Artefak Kuno   Iblis Ungu.

    Pada saat Rong Guo menjejakkan kakinya di pelataran Aula Dewa Arca, seketika suasana menjadi hening. Semua mata tertuju padanya, terdiam sejenak oleh kehadirannya yang menonjol.Beberapa orang langsung melangkah maju, ingin melihat lebih dekat pemuda yang baru saja menaklukkan sepuluh ahli tingkat Pendekar Naga Giok itu.Sementara yang lainnya tetap berdiri di tempat, sorot mata mereka menunjukkan rasa ingin tahu yang mendalam. Keheningan memenuhi ruang, hanya terdengar desiran angin lembut yang menggoyang dedaunan.“Apakah itu benar-benar Hunter Guo yang terkenal?” tanya seorang hunter, matanya tertuju pada Rong Guo dengan rasa penasaran.“Tidak disangka, ia punya kemampuan luar biasa. Seorang diri ia mengalahkan sepuluh ahli Pendekar Naga Giok!” kata yang lain, suaranya penuh kekaguman.“Jika aku bisa berteman dengannya, apakah itu mungkin?” gumam seorang hunter muda, terdengar seperti sedang membayangkan kemungkinan itu.Seribu pertanyaan mengalir dalam pikiran mereka, namun tak s

DMCA.com Protection Status