Gelombang permusuhan tiba-tiba membanjiri ruangan, mengisi setiap sudut atmosfer di aula Penginapan Naga dengan intensitas yang memekakkan.Penting untuk dicatat di sini, Penginapan Naga bukanlah sembarang tempat peristirahatan. Ini adalah satu-satunya tempat di mana orang-orang dapat beristirahat dan melepas lelah, ketika mereka melakukan perjalanan panjang dari Kekaisaran lain, untuk memasuki wilayah Kekaisaran Yue Chuan, di Gurun Gobi.Saat ini, Penginapan Naga dipenuhi oleh berbagai pelintas, mulai dari pedagang yang mencari keuntungan hingga pengelana yang mencari petualangan. Namun, yang membuat tiga sosok pesilat dari Sekte Mentari Ufuk Barat ini merasa seperti berada di ujung tanduk, adalah kehadiran sepuluh perempuan yang duduk dengan tenang di tengah keramaian aula yang juga berfungsi sebagai restoran. Mereka mengenakan jubah panjang berwarna putih, yang bertuliskan "Sekte Gurun Gobi"."Celaka! Dia ada di antara mereka!" desis Sun Qiang dengan suara serak. Dengan pandangan m
Di bawah cahaya rembulan yang memantul lembut, dan hembusan angin malam Gurun Gobi yang menderu-deru seperti ombak besar yang menghantam pantai, dua sosok bergerak cepat dengan hati-hati, Dimana sosok yang dibelakang sengaja menjaga jarak antara mereka. Dua sosok itu melesat dengan kecepatan yang luar biasa, hingga tampak seperti bayangan yang bergerak. Sebelum sebatang hio selesai terbakar, mereka telah meninggalkan Penginapan Naga, sejauh lima puluh lie.DUAR!Dari kejauhan, terdengar samar-samar suara letusan di langit. Sebuah petasan melesat dari arah barat, menciptakan ledakan kembang api besar yang membentuk Bintang Kejora, mewarnai cakrawala dengan kilauan yang mempesona."Apakah itu logo rahasia Sekte Gurun Gobi?" batin Rong Guo, sambil berlari dengan kecepatan tinggi, seirama dengan langkah cepat Biarawati Fear di depannya. "Ada apa sebenarnya dengan sekte aliran putih ini? Mengapa mereka menyalakan tanda bahaya, untuk memanggil semua anggotanya?" pikir Rong Guo, rasa penasar
"Siapa namamu, dan mewakili pihak manakah engkau berada?” suara Biarawati fear terdengar menuntut. Saat itu, di Tengah-tengah Gurun Gobi keadaan semakin mencekam.Keheningan…“Apakah anda berasal dari aliran putih, ataukah aliran sesat? Sebutkan nama anda, dan dari sekte mana anda berasal, maka aku dapat menentukan... apakah anda adalah kawan, ataukah lawan!" pertanyaan beruntun Biarawati Fear menembus udara malam yang dingin di Gurun Gobi, nada suaranya dingin seperti udara di saat itu. Wajahnya berkerut, menunjukkan rasa tidak senang. Kesenangannya dalam membantai orang-orang dari aliran sesat terhenti oleh sosok bertopeng kain yang berdiri di depan matanya.Namun, sosok di depannya ini tampaknya memiliki kultivasi yang lebih tinggi darinya. Oleh karena itu, Biarawati Fear masih mempertahankan sikap sopan, dengan mengajukan pertanyaan tersebut. Umumnya, dia akan langsung menyerang balik dengan brutal, jika kesenangannya diusik, terlebih oleh orang-orang dari aliran sesat."Aku bukan
Sekte Gurun Gobi, sebuah sekte yang berdiri pada sebuah gunung di dekat padang pasir yang membentang luas, didirikan oleh seorang pendekar wanita yang tangguh, Guo Xiang, hampir seribu tahun yang lalu. Sekte ini dikenal memiliki berbagai ilmu beladiri yang tinggi, yang berasal dari berbagai praktisi ternama di masa keemasan itu.Bersama dengan Sekte Wudang, yang pendirinya adalah Zhang Sanfeng, seorang pendekar yang terkenal dengan kebijaksanaannya, kekuatan Sekte Gurun Gobi ini berada dua tingkat di bawah Sekte Wudang, dan Sekte Kuil Teratai Perak.Biarawati Fear, seorang wanita dengan jabatang pelindung sekte, yang terbiasa mendominasi dengan kemampuan seni pedangnya yang tinggi, yang berasal dari aliran lurus ini, membuatnya sering terkesan jumawa dan tidak kenal takut dengan para ahli yang berasal dari aliran hitam. Dia berdiri berlari cepat, dibawah siraman matahari pagi yang terik memantulkan sinarnya pada surai kebutan ditangannyanya, menciptakan kilauan yang mempesona saat ia b
Setelah perjalanan yang melelahkan selama dua hari dan dua malam melintasi Padang Gurun yang luas, kelompok itu yang dipimpin Sun Qiang, akhirnya berhenti berlari.Menurut Sun Qiang, kelompok yang terdiri dari para jagoan dari Sekte Mentari Ufuk Barat dan sepasang Iblis Hitam Putih, dan Rong Guo sendiri, telah mencapai lokasi pertemuan akbar aliran sesat se-Kekaisaran Yue Chuan. Lokasi ini berada di wilayah paling utara dan barat Kekaisaran Yue Chuan, uakni sebuah tempat yang sangat berbeda dengan kondisi Gurun Gobi yang sebelumnya mereka lintasi.Di sini, bukan lagi pasir dan gurun yang menjadi pemandangan utama, melainkan terdapat juga tebing-tebing tinggi nan terjal, dan gunung batu yang menjulang ke cakrawala. Ada sungai kecil yang berkelok-kelok dari utara hingga jauh ke barat, menuju perbatasan Yue Chuan dengan Kekaisaran lain, menambah keunikan panorama di tempat ini.Keheningan malam dipecahkan dengan suara Sun Qiang, ketika ia memberi instruksi."Mari kita masuk!" ujar pengik
Fajar telah menyingsing, menggantikan malam yang baru berlalu. Suasana di perkemahan akbar aliran hitam Kekaisaran Yue Chuan semakin hidup, bergemuruh dengan kedatangan praktisi Aliran Sesat yang berdatangan satu per satu ke wilayah Domain tersembunyi itu. Rong Guo, yang telah terbiasa hidup di lingkungan Sekte Wudang sejak kecil, kali ini merasa terpesona, dan berulang kali menunjukkan ekspresi terkejut secara terang-terangan, ketika ia berpapasan dengan para praktisi dari golongan sesat itu.Meski Rong Guo baru berusia dua belas tahun dan memasuki tahun ketigabelasnya, jiwanya masih tetap polos seperti anak kecil. Dia selalu menatap dengan rasa heran yang mendalam setiap kali melihat penampilan ajaib dari para praktisi aliran sesat ini. Padahal, ini adalah pantangan. Beruntung, mereka menganggapnya sebagai sosok dari orang segolongan, sehingga hanya mendengus dingin, dan tidak mengambil tindakan kasar.Contohnya pada pagi ini.Sun Qiang, dengan senyum ramah di wajahnya, mengajak Ron
Langit di dalam Domain tersembunyi itu tampak cerah, seolah-olah berkilauan dalam kehidupannya sendiri. Rembulan, tampak seperti bola perak yang mengambang di langit, bercahaya penuh, memancarkan sinar lembut dalam kelamnya malam. Awan yang biasanya menghiasi cakrawala tampak sedikit, hampir tidak ada, sehingga cakrawala tampak jernih.Namun, di tengah keindahan malam yang menenangkan ini, suasana tegang merasuki udara. Di atas tanah berkerikil dan pasir di Domain tersembunyi itu, semua mata tampak menatap dengan ketegangan. Mereka semua menatap ke arah satu titik di langit, tepatnya pada sosok yang bergerak seperti kelelawar raksasa semakin mendekat.Sosok itu bergerak dengan kecepatan, dan sangat agresif yang mengerikan. Sayapnya yang lebar membentang di langit, menutupi setengah bagian rembulan, menciptakan bayangan yang menyeramkan di tanah. Setiap detik berlalu, saat sosok itu semakin dekat ke perkemahan, bunyi jantung setiap orang berdetak dalam ritme yang lebih cepat.“Raja Kel
Ketika keheningan melanda, dan keragu-raguan merasuki hati para jenius-jenius muda berpakaian hitam dari berbagai sekte yang hadir pada acara perkemahan akbar itu, atmosfer menjadi tegang. Tiba-tiba, ada satu suara yang memecah kebisuan, suara itu datangnya dari arah Timur panggung.“Karena tidak ada yang berani maju terlebih dahulu, ijinkan aku, yang hina ini, untuk menjadi peserta pertama,” suara itu terdengar penuh percaya diri.Pada saat ortang-orang berpaling melihat arah suara itu berasal, tiba-tiba dari arah timur terdengar desiran jubah yang tertiup angin. Sesudahnya, sebuah bayangan berkelebat seperti burung rajawali, dialah sosok yang berbicara tadi.Pemuda itu melakukan salto udara, ia sengaja mempertontonkan keahliannya. Lalu saat dua kakinya hinggap diatas panggung dengan ringan, getaran yang ia hasilkan saat kakinya menapak diatas papan panggung menghasilkan guncangan yang sangat minimal – bukti kalau ketrampilan meringankan tubuhnya, cukup diperhitungkan. Dengan gerakan
Tiga bulan telah berlalu sejak peristiwa besar yang mengguncang dunia persilatan. Di Puncak Wudang, keramaian tak biasa memenuhi setiap sudut.“Pemimpin Sekte Wudang akan menikah!” teriak seseorang di kerumunan dengan semangat.“Mari kita saksikan! Ini peristiwa yang jarang terjadi!” sahut yang lain, ikut terbawa antusias.“Pemimpin Rong akan menikahi Penatua Xiao, sahabat semasa kecilnya!”Kabar ini telah menyebar ke seluruh penjuru negeri, membuat semua orang berbondong-bondong datang, meskipun tanpa undangan.Setelah kemenangan besar melawan Kekaisaran Matahari Emas, reputasi Sekte Wudang berada di puncaknya. Dipimpin oleh Rong Guo, seorang Abadi, Sekte ini kini menjadi pusat dunia persilatan.Pagi itu, Puncak Wudang terasa hidup. Murid-murid sibuk mempersiapkan segala sesuatu dengan teliti, sementara tokoh-tokoh dari dunia persilatan turut hadir untuk menyaksikan momen bersejarah ini. Para pemimpin sekte aliran putih, datuk sekte sesat, dan praktisi independen berkumpul, meningga
Peristiwa pertarungan itu menyisakan kepedihan yang mendalam. Bau darah masih memenuhi udara, bercampur dengan aroma tanah basah yang terhantam ledakan energi.Langit di atas Puncak Gunung Wudang kini mulai cerah, namun suasana di bawahnya tetap mencekam.Sosok Khaganate dari Benua Podura terbaring diam di atas tanah yang hancur.Armornya yang hitam pekat kini penuh retakan, memancarkan kilau redup seperti batu obsidian yang kehilangan cahayanya.Tubuhnya yang sebelumnya memancarkan aura menakutkan kini terlihat rapuh, seperti sisa abu dari api besar yang telah padam.Dalam sekejap mata, Rong Guo melesat, gerakannya begitu cepat hingga hanya meninggalkan bayangan samar di udara.Ketika orang-orang mengedipkan mata, ia sudah berdiri di sisi jasad Khagan, seperti bayangan yang muncul dari kehampaan.Semua ahli di puncak Wudang segera berkerumun, namun tidak ada yang berani terlalu dekat.Mereka berhenti beberapa langkah di belakang Rong Guo, mata mereka penuh dengan rasa ingin tahu berc
Getaran ledakan meruntuhkan tebing-tebing di kejauhan, sementara retakan-retakan dalam menjalar liar di tanah, melahap apa saja yang dilewatinya.“Langit akan runtuh! Kita semua akan mati!” teriak seorang pria tua, tubuhnya gemetar ketakutan.“Lari! Jangan lihat ke atas!” jerit seorang ibu sambil menarik anaknya yang menangis, wajahnya penuh kecemasan.Penduduk berlarian kacau, beberapa terjatuh akibat guncangan, sementara yang lain terus mencari tempat berlindung.Percikan energi dari ledakan di langit jatuh seperti hujan meteor, membakar apa saja yang disentuhnya.Di langit, tubuh kedua Abadi itu terlempar jauh ke belakang akibat dampak besar serangan mereka. Rong Guo tersungkur ke tanah, tubuhnya memar dan dipenuhi luka.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya, tubuhnya bergetar karena energi yang hampir habis.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya. Tubuhnya tampak melemah, tetapi auranya tetap menguasai langit. Ia melayang dengan stabil di u
Langit tampak seperti tercabik-cabik, retakannya menjalar seperti guratan api yang membakar langit malam.Setiap lapisan atmosfer bergetar hebat, seolah tak mampu lagi menahan kekuatan dahsyat dari dua ahli peringkat Abadi yang bertarung di cakrawala.Matahari memerah, cahayanya memudar seperti nyala lilin yang hampir padam.Dunia seolah berubah menjadi tua.Udara dipenuhi energi gelap dan terang yang saling bertabrakan, menciptakan ledakan menggema yang membuat tanah retak dan sungai meluap.Dua sosok raksasa, perwujudan energi mereka, melesat berpindah-pindah. Ke Utara, Selatan, Barat, dan Timur, setiap langkah mereka mengguncang bumi dan menghancurkan gunung.Bayangan mereka memanjang di atas tanah, menebar teror yang membuat semua makhluk di bawah langit merasa kecil dan tak berdaya.Di seluruh penjuru Benua Longhai, penduduk keluar dari rumah mereka.Wajah-wajah pucat pasi mendongak ke langit, menatap pemandangan apokaliptik yang terjadi di atas mereka.Napas mereka tertahan, dad
Secara alami, pertarungan antara dua Abadi di cakrawala adalah sesuatu yang sangat luar biasa.Pertarungan yang terjadi antara Rong Guo dan Khagan dari Benua Podura mengguncang cakrawala. Kedua sosok abadi itu bertarung dengan kekuatan luar biasa, memecah langit dan menggoncangkan bumi di sekitar mereka.Kedatangan Rong Guo yang terlambat membuatnya terkejut, melihat apa yang terjadi di puncak Gunung Wudang.“Terlambat! Kita terlambat,” tangis Biarawati Fear tak tertahankan.Ia merunduk di tanah puncak gunung, sambil menangisi satu demi satu jenazah murid-murid dari Sekte Gurun Gobi yang tergeletak kaku.Sementara Rong Guo hanya diam.Meski emosinya bergejolak, namun dengan tingkat kultivasi yang telah mencapai puncak dunia, yaitu Yongheng—atau abadi—dia tidak mudah hanyut dalam perasaan sedih yang mendalam.Sambil memindai dengan energi spiritualnya yang tajam, Rong Guo menemukan jejak aura ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas yang menyebar di Puncak Terlarang.Sedetik sorot mata
"Apa yang terjadi?" suara seseorang bergetar memecah keheningan."Siapa yang melakukan ini? Siapa yang menghabisi semua tentara Matahari Emas?"Tidak ada yang mampu menjawab. Keheningan kembali menyelimuti, berat dan penuh tanda tanya.Zhang Long Yin memandang pemandangan itu dengan dahi berkerut tajam. Ia mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi, tapi pikirannya dipenuhi kebingungan. Siapa yang memiliki kekuatan sebesar ini, yang mampu menyingkirkan ribuan tentara dalam sekejap?Xiao Ning menggigit bibir, emosinya bercampur aduk.Keajaiban ini mungkin telah menyelamatkan mereka, tetapi muncul pertanyaan besar: keajaiban macam apa yang terjadi di Puncak Terlarang malam tadi?>>> Di langit...Dua sosok bertarung dalam bentuk yang melampaui nalar manusia.Pemuda berbaju putih longgar berdiri di udara dengan ketenangan yang menusuk, seperti puncak gunung es yang tersembunyi.Senjata di tangannya adalah sebuah payung istimewa yang memancarkan aura magis. Angin berputar di sekelilingny
Malam yang panjang berlalu dengan cepat.Di dalam array Puncak Terlarang, semua orang terdiam, menutup mata, berusaha mengabaikan hiruk pikuk di luar. Ada yang tenggelam dalam meditasi, ada pula yang sibuk mencoba menyembuhkan luka dengan sisa obat seadanya.Kesibukan itu membuat tak seorang pun memperhatikan keanehan yang muncul di luar.Di langit yang kelam, sebuah kilat tiba-tiba menyala, hanya sekejap. Namun, efeknya sungguh menggetarkan.Saat kilat itu lenyap, ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas tergeletak, saling bertumpuk di atas tanah Puncak Terlarang.Tubuh-tubuh mereka tidak bergerak tak bernyawa, nyaris menyatu dengan ribuan jasad yang sudah lebih dulu menjadi korban perang.Tak lama kemudian, matahari mulai bersinar lembut.Cahayanya menyelinap melalui celah array, menyentuh permukaan tanah yang dingin dengan kehangatan samar.Zhang Long Yin, pemimpin Sekte Wudang, membuka mata perlahan setelah semalaman bermeditasi untuk memulihkan energi Qi-nya.Di dekatnya, Xiao Nin
Jauh sebelum perang ini pecah, dalam sebuah diskusi, Zhang Long Yin pernah mengungkapkan bahwa mereka masih memiliki tempat persembunyian, jika keadaan mendesak.“Aku akan bersiul sebagai kode, dan semua orang harus segera bergegas menuju Puncak Terlarang Sekte Wudang. Di sana, kita akan aman!” ujarnya dengan tegas, suaranya penuh keyakinan.Namun, siapa yang bisa membayangkan bahwa saat ini, kata-katanya akan menjadi kenyataan yang mengerikan?“Array dan formasi sihir di Puncak Terlarang sangat kuat. Tidak ada yang bisa menembusnya jika kita berlindung di sana!” jelas Zhang Long Yin lebih lanjut, seperti mengingatkan dirinya sendiri bahwa satu-satunya harapan adalah puncak terlarang itu.Para pemimpin sekte, bersama datuk-datuk dunia persilatan, bahkan telah melakukan simulasi tentang cara evakuasi ke Puncak Terlarang jika keadaan semakin genting.Namun, mereka tidak menyangka bahwa hari itu akan datang dengan begitu cepat.“Tapi semoga ini tak terjadi. Kita akan berperang mati-matia
Di belakang Sekte Wudang, terdapat satu puncak yang belum pernah tersentuh oleh siapapun. Puncak itu dikenal sebagai "Puncak Terlarang", dan hanya pemimpin sekte yang diperbolehkan menginjakkan kaki di sana.Desas-desus beredar bahwa di puncak daerah terlarang tersebut terdapat sebuah jurang yang sangat dalam, yang disebut-sebut sebagai neraka dunia.Jurang itu mendapat juluka "Neraka Dunia" karena di sanalah para praktisi Sekte Wudang yang sesat dan melanggar aturan golongan putih dibuang.Tempat itu menyimpan penderitaan yang tak terbayangkan, dan tak seorang pun yang pernah kembali untuk menceritakan kisahnya.Pagi mulai menjelang, cahaya matahari menyemburat lembut di ufuk timur, namun pertempuran yang berkecamuk tak juga mereda.Di atas Puncak Sekte Wudang, bukanlah pemandangan yang biasanya terlihat—sekarang lebih tepat disebut puncak pemakaman daripada puncak sekte dari dunia persilatan aliran putih. Lantaran darah yang berceceran, dan tubuh yang berserakan, udara terasa begit