Setelah perjalanan yang melelahkan selama dua hari dan dua malam melintasi Padang Gurun yang luas, kelompok itu yang dipimpin Sun Qiang, akhirnya berhenti berlari.Menurut Sun Qiang, kelompok yang terdiri dari para jagoan dari Sekte Mentari Ufuk Barat dan sepasang Iblis Hitam Putih, dan Rong Guo sendiri, telah mencapai lokasi pertemuan akbar aliran sesat se-Kekaisaran Yue Chuan. Lokasi ini berada di wilayah paling utara dan barat Kekaisaran Yue Chuan, uakni sebuah tempat yang sangat berbeda dengan kondisi Gurun Gobi yang sebelumnya mereka lintasi.Di sini, bukan lagi pasir dan gurun yang menjadi pemandangan utama, melainkan terdapat juga tebing-tebing tinggi nan terjal, dan gunung batu yang menjulang ke cakrawala. Ada sungai kecil yang berkelok-kelok dari utara hingga jauh ke barat, menuju perbatasan Yue Chuan dengan Kekaisaran lain, menambah keunikan panorama di tempat ini.Keheningan malam dipecahkan dengan suara Sun Qiang, ketika ia memberi instruksi."Mari kita masuk!" ujar pengik
Fajar telah menyingsing, menggantikan malam yang baru berlalu. Suasana di perkemahan akbar aliran hitam Kekaisaran Yue Chuan semakin hidup, bergemuruh dengan kedatangan praktisi Aliran Sesat yang berdatangan satu per satu ke wilayah Domain tersembunyi itu. Rong Guo, yang telah terbiasa hidup di lingkungan Sekte Wudang sejak kecil, kali ini merasa terpesona, dan berulang kali menunjukkan ekspresi terkejut secara terang-terangan, ketika ia berpapasan dengan para praktisi dari golongan sesat itu.Meski Rong Guo baru berusia dua belas tahun dan memasuki tahun ketigabelasnya, jiwanya masih tetap polos seperti anak kecil. Dia selalu menatap dengan rasa heran yang mendalam setiap kali melihat penampilan ajaib dari para praktisi aliran sesat ini. Padahal, ini adalah pantangan. Beruntung, mereka menganggapnya sebagai sosok dari orang segolongan, sehingga hanya mendengus dingin, dan tidak mengambil tindakan kasar.Contohnya pada pagi ini.Sun Qiang, dengan senyum ramah di wajahnya, mengajak Ron
Langit di dalam Domain tersembunyi itu tampak cerah, seolah-olah berkilauan dalam kehidupannya sendiri. Rembulan, tampak seperti bola perak yang mengambang di langit, bercahaya penuh, memancarkan sinar lembut dalam kelamnya malam. Awan yang biasanya menghiasi cakrawala tampak sedikit, hampir tidak ada, sehingga cakrawala tampak jernih.Namun, di tengah keindahan malam yang menenangkan ini, suasana tegang merasuki udara. Di atas tanah berkerikil dan pasir di Domain tersembunyi itu, semua mata tampak menatap dengan ketegangan. Mereka semua menatap ke arah satu titik di langit, tepatnya pada sosok yang bergerak seperti kelelawar raksasa semakin mendekat.Sosok itu bergerak dengan kecepatan, dan sangat agresif yang mengerikan. Sayapnya yang lebar membentang di langit, menutupi setengah bagian rembulan, menciptakan bayangan yang menyeramkan di tanah. Setiap detik berlalu, saat sosok itu semakin dekat ke perkemahan, bunyi jantung setiap orang berdetak dalam ritme yang lebih cepat.“Raja Kel
Ketika keheningan melanda, dan keragu-raguan merasuki hati para jenius-jenius muda berpakaian hitam dari berbagai sekte yang hadir pada acara perkemahan akbar itu, atmosfer menjadi tegang. Tiba-tiba, ada satu suara yang memecah kebisuan, suara itu datangnya dari arah Timur panggung.“Karena tidak ada yang berani maju terlebih dahulu, ijinkan aku, yang hina ini, untuk menjadi peserta pertama,” suara itu terdengar penuh percaya diri.Pada saat ortang-orang berpaling melihat arah suara itu berasal, tiba-tiba dari arah timur terdengar desiran jubah yang tertiup angin. Sesudahnya, sebuah bayangan berkelebat seperti burung rajawali, dialah sosok yang berbicara tadi.Pemuda itu melakukan salto udara, ia sengaja mempertontonkan keahliannya. Lalu saat dua kakinya hinggap diatas panggung dengan ringan, getaran yang ia hasilkan saat kakinya menapak diatas papan panggung menghasilkan guncangan yang sangat minimal – bukti kalau ketrampilan meringankan tubuhnya, cukup diperhitungkan. Dengan gerakan
Semua mata tertuju pada kelompok Sekte Mentari Ufuk Barat, ketika seorang pemuda berusia remaja berdiri, terlihat meonjol. Dia berjalan dengan langkah yang tenang, menaiki anak tangga menuju ke atas panggung, seolah menjadi pusat perhatian semua orang. Hal yang membuat semua orang tercengang, adalah pakaian yang ia kenakan. “Taois?” ekspresi terkejut tampak menggantung dibawah semua orang.Tapi itu hanya sesaat. Namun, setelah mereka memeriksa kultivasi Taois itu menggunakan benak, wajah mencibir segera memenuhi atmosfer.“Siapa dia? Mengapa ada seorang Taois di antara kumpulan kultivator sekte Mentari Ufuk Barat?" tanya seorang penonton dengan nada mencela dan merendahkan."Dengan kultivasi yang rendah di tingkat dasar, dia mau mengikuti tantangan tuanku Raja Kelelwar? Mungkin dia sedang mabok, tak melihat tingginya langit!” seorang yang lain berbicara terdengar cukup keras, memecah keheningan dan memancing keributan. Orang-orang mulai tertawa sambil menutup mulut mereka, takut kalau
Suara dingin yang tiba-tiba menyela adegan di atas panggung, membuat wajah Raja Kelelawar Hitam berubah menjadi kurang senang.Wush - WushTak lama kemudian, tiga bayangan berwarna merah melesat dengan kecepatan tinggi, disertai suara desiran busana yang terhempas angin. Mereka bertiga tampak mengabur saat melintasi kepala para penonton, kemudian menjejakkan kaki di tanah dan melompati pagar arena, kini mendarat dengan suara yang nyaris tak terdengar.Seketika, hawa panas terasa menyeruak keluar saat bayangan mereka bertiga melintas di atas kepala penonton, menimbulkan dengungan dan rasa takut sehingga suasana menjadi kacau."Siapa mereka itu?" tanya seorang penonton, ia merasa kepala nya seakan terbakar, karena secara tiba-tiba tersambar aura nyala api.Namun seorang lainnya berkata, sambil mengerutkan wajahnya, "Apakah mereka ini adalah orang-orang dari sekte Merak Api?" ia berbisik pada kawannya.Namun, pertanyaan mereka segera terjawab saat tiga sosok berwarna merah itu tampak jel
Tangan Rong Guo gemetar ketika memegang payung yang sudah rusak itu. Entah mengapa, tiba-tiba saja ada ide yang muncul dalam benaknya ketika melihat serangan Cakra Api yang dikerahkan dalam serangan brutal murid-murid dari Sekte Merak Api. Beberapa waktu yang lalu, tanpa sengaja, dia memegang gagang payung yang ada di ransel di punggungnya. Tahu-tahu saja, dia sudah membuat gerakan tebasan dengan pedang sehingga membangkitkan roh pedang."Apakah payung tua yang karatan dan usang ini yang membuatku membangkitkan roh pedang?" batin Rong Guo bertanya-tanya. Pada saat itu, ia masih berdiri gemetar karena semua energi di pusat energi di inti mutiaranya hampir terkuras habis saat membangkitkan roh pedang."Sudah sejak lama sekali aku melupakan payung tua dan rusak ini," lanjutnya dalam hati. "Bahkan aku mengira benda ini hanyalah hiasan artefak tua semata, dan kata-kata dari senior Mo Shilin, bahwa ini adalah senjata yang paling mematikan seratus tahun yang lalu, itu hanyalah sesumbar belak
"Tawa keras bergema, suara-suara itu memenuhi seluruh domain, menciptakan suasana yang kacau dan membuat bulu kuduk meremang.Dari kejauhan, suara gemuruh rendah terdengar, diiringi dengan suara berderak-derak yang menandakan bahwa tembok formasi domain yang selama ini menyembunyikan para kultivator aliran hitam, tampaknya sudah mulai retak dan pecah. Akibatnya, seperti aliran banjir yang memecahkan tanggul besar, suara derap langkah kaki terdengar seperti banjir yang meluap, ketika tidak kurang dari seribu ahli berlari mendekati lapangan tempat arena itu berdiri. Semuanya mengenakan pakaian putih, wajah mereka tertutup oleh kain yang senada."Celaka, mereka datang dalam jumlah yang sangat banyak, menyerbu dan bahkan sudah berhasil mendobrak formasi yang disusun oleh aliran hitam itu," batin Rong Guo, kini dipenuhi kecemasan. Dia tidak sempat berpikir untuk melarikan diri, hanya bisa menatap dengan terkesima."Raja Kelelawar Hitam tiba-tiba saja sudah meluncur ke angkasa, jubahnya ter
Tiga bulan telah berlalu sejak peristiwa besar yang mengguncang dunia persilatan. Di Puncak Wudang, keramaian tak biasa memenuhi setiap sudut.“Pemimpin Sekte Wudang akan menikah!” teriak seseorang di kerumunan dengan semangat.“Mari kita saksikan! Ini peristiwa yang jarang terjadi!” sahut yang lain, ikut terbawa antusias.“Pemimpin Rong akan menikahi Penatua Xiao, sahabat semasa kecilnya!”Kabar ini telah menyebar ke seluruh penjuru negeri, membuat semua orang berbondong-bondong datang, meskipun tanpa undangan.Setelah kemenangan besar melawan Kekaisaran Matahari Emas, reputasi Sekte Wudang berada di puncaknya. Dipimpin oleh Rong Guo, seorang Abadi, Sekte ini kini menjadi pusat dunia persilatan.Pagi itu, Puncak Wudang terasa hidup. Murid-murid sibuk mempersiapkan segala sesuatu dengan teliti, sementara tokoh-tokoh dari dunia persilatan turut hadir untuk menyaksikan momen bersejarah ini. Para pemimpin sekte aliran putih, datuk sekte sesat, dan praktisi independen berkumpul, meningga
Peristiwa pertarungan itu menyisakan kepedihan yang mendalam. Bau darah masih memenuhi udara, bercampur dengan aroma tanah basah yang terhantam ledakan energi.Langit di atas Puncak Gunung Wudang kini mulai cerah, namun suasana di bawahnya tetap mencekam.Sosok Khaganate dari Benua Podura terbaring diam di atas tanah yang hancur.Armornya yang hitam pekat kini penuh retakan, memancarkan kilau redup seperti batu obsidian yang kehilangan cahayanya.Tubuhnya yang sebelumnya memancarkan aura menakutkan kini terlihat rapuh, seperti sisa abu dari api besar yang telah padam.Dalam sekejap mata, Rong Guo melesat, gerakannya begitu cepat hingga hanya meninggalkan bayangan samar di udara.Ketika orang-orang mengedipkan mata, ia sudah berdiri di sisi jasad Khagan, seperti bayangan yang muncul dari kehampaan.Semua ahli di puncak Wudang segera berkerumun, namun tidak ada yang berani terlalu dekat.Mereka berhenti beberapa langkah di belakang Rong Guo, mata mereka penuh dengan rasa ingin tahu berc
Getaran ledakan meruntuhkan tebing-tebing di kejauhan, sementara retakan-retakan dalam menjalar liar di tanah, melahap apa saja yang dilewatinya.“Langit akan runtuh! Kita semua akan mati!” teriak seorang pria tua, tubuhnya gemetar ketakutan.“Lari! Jangan lihat ke atas!” jerit seorang ibu sambil menarik anaknya yang menangis, wajahnya penuh kecemasan.Penduduk berlarian kacau, beberapa terjatuh akibat guncangan, sementara yang lain terus mencari tempat berlindung.Percikan energi dari ledakan di langit jatuh seperti hujan meteor, membakar apa saja yang disentuhnya.Di langit, tubuh kedua Abadi itu terlempar jauh ke belakang akibat dampak besar serangan mereka. Rong Guo tersungkur ke tanah, tubuhnya memar dan dipenuhi luka.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya, tubuhnya bergetar karena energi yang hampir habis.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya. Tubuhnya tampak melemah, tetapi auranya tetap menguasai langit. Ia melayang dengan stabil di u
Langit tampak seperti tercabik-cabik, retakannya menjalar seperti guratan api yang membakar langit malam.Setiap lapisan atmosfer bergetar hebat, seolah tak mampu lagi menahan kekuatan dahsyat dari dua ahli peringkat Abadi yang bertarung di cakrawala.Matahari memerah, cahayanya memudar seperti nyala lilin yang hampir padam.Dunia seolah berubah menjadi tua.Udara dipenuhi energi gelap dan terang yang saling bertabrakan, menciptakan ledakan menggema yang membuat tanah retak dan sungai meluap.Dua sosok raksasa, perwujudan energi mereka, melesat berpindah-pindah. Ke Utara, Selatan, Barat, dan Timur, setiap langkah mereka mengguncang bumi dan menghancurkan gunung.Bayangan mereka memanjang di atas tanah, menebar teror yang membuat semua makhluk di bawah langit merasa kecil dan tak berdaya.Di seluruh penjuru Benua Longhai, penduduk keluar dari rumah mereka.Wajah-wajah pucat pasi mendongak ke langit, menatap pemandangan apokaliptik yang terjadi di atas mereka.Napas mereka tertahan, dad
Secara alami, pertarungan antara dua Abadi di cakrawala adalah sesuatu yang sangat luar biasa.Pertarungan yang terjadi antara Rong Guo dan Khagan dari Benua Podura mengguncang cakrawala. Kedua sosok abadi itu bertarung dengan kekuatan luar biasa, memecah langit dan menggoncangkan bumi di sekitar mereka.Kedatangan Rong Guo yang terlambat membuatnya terkejut, melihat apa yang terjadi di puncak Gunung Wudang.“Terlambat! Kita terlambat,” tangis Biarawati Fear tak tertahankan.Ia merunduk di tanah puncak gunung, sambil menangisi satu demi satu jenazah murid-murid dari Sekte Gurun Gobi yang tergeletak kaku.Sementara Rong Guo hanya diam.Meski emosinya bergejolak, namun dengan tingkat kultivasi yang telah mencapai puncak dunia, yaitu Yongheng—atau abadi—dia tidak mudah hanyut dalam perasaan sedih yang mendalam.Sambil memindai dengan energi spiritualnya yang tajam, Rong Guo menemukan jejak aura ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas yang menyebar di Puncak Terlarang.Sedetik sorot mata
"Apa yang terjadi?" suara seseorang bergetar memecah keheningan."Siapa yang melakukan ini? Siapa yang menghabisi semua tentara Matahari Emas?"Tidak ada yang mampu menjawab. Keheningan kembali menyelimuti, berat dan penuh tanda tanya.Zhang Long Yin memandang pemandangan itu dengan dahi berkerut tajam. Ia mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi, tapi pikirannya dipenuhi kebingungan. Siapa yang memiliki kekuatan sebesar ini, yang mampu menyingkirkan ribuan tentara dalam sekejap?Xiao Ning menggigit bibir, emosinya bercampur aduk.Keajaiban ini mungkin telah menyelamatkan mereka, tetapi muncul pertanyaan besar: keajaiban macam apa yang terjadi di Puncak Terlarang malam tadi?>>> Di langit...Dua sosok bertarung dalam bentuk yang melampaui nalar manusia.Pemuda berbaju putih longgar berdiri di udara dengan ketenangan yang menusuk, seperti puncak gunung es yang tersembunyi.Senjata di tangannya adalah sebuah payung istimewa yang memancarkan aura magis. Angin berputar di sekelilingny
Malam yang panjang berlalu dengan cepat.Di dalam array Puncak Terlarang, semua orang terdiam, menutup mata, berusaha mengabaikan hiruk pikuk di luar. Ada yang tenggelam dalam meditasi, ada pula yang sibuk mencoba menyembuhkan luka dengan sisa obat seadanya.Kesibukan itu membuat tak seorang pun memperhatikan keanehan yang muncul di luar.Di langit yang kelam, sebuah kilat tiba-tiba menyala, hanya sekejap. Namun, efeknya sungguh menggetarkan.Saat kilat itu lenyap, ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas tergeletak, saling bertumpuk di atas tanah Puncak Terlarang.Tubuh-tubuh mereka tidak bergerak tak bernyawa, nyaris menyatu dengan ribuan jasad yang sudah lebih dulu menjadi korban perang.Tak lama kemudian, matahari mulai bersinar lembut.Cahayanya menyelinap melalui celah array, menyentuh permukaan tanah yang dingin dengan kehangatan samar.Zhang Long Yin, pemimpin Sekte Wudang, membuka mata perlahan setelah semalaman bermeditasi untuk memulihkan energi Qi-nya.Di dekatnya, Xiao Nin
Jauh sebelum perang ini pecah, dalam sebuah diskusi, Zhang Long Yin pernah mengungkapkan bahwa mereka masih memiliki tempat persembunyian, jika keadaan mendesak.“Aku akan bersiul sebagai kode, dan semua orang harus segera bergegas menuju Puncak Terlarang Sekte Wudang. Di sana, kita akan aman!” ujarnya dengan tegas, suaranya penuh keyakinan.Namun, siapa yang bisa membayangkan bahwa saat ini, kata-katanya akan menjadi kenyataan yang mengerikan?“Array dan formasi sihir di Puncak Terlarang sangat kuat. Tidak ada yang bisa menembusnya jika kita berlindung di sana!” jelas Zhang Long Yin lebih lanjut, seperti mengingatkan dirinya sendiri bahwa satu-satunya harapan adalah puncak terlarang itu.Para pemimpin sekte, bersama datuk-datuk dunia persilatan, bahkan telah melakukan simulasi tentang cara evakuasi ke Puncak Terlarang jika keadaan semakin genting.Namun, mereka tidak menyangka bahwa hari itu akan datang dengan begitu cepat.“Tapi semoga ini tak terjadi. Kita akan berperang mati-matia
Di belakang Sekte Wudang, terdapat satu puncak yang belum pernah tersentuh oleh siapapun. Puncak itu dikenal sebagai "Puncak Terlarang", dan hanya pemimpin sekte yang diperbolehkan menginjakkan kaki di sana.Desas-desus beredar bahwa di puncak daerah terlarang tersebut terdapat sebuah jurang yang sangat dalam, yang disebut-sebut sebagai neraka dunia.Jurang itu mendapat juluka "Neraka Dunia" karena di sanalah para praktisi Sekte Wudang yang sesat dan melanggar aturan golongan putih dibuang.Tempat itu menyimpan penderitaan yang tak terbayangkan, dan tak seorang pun yang pernah kembali untuk menceritakan kisahnya.Pagi mulai menjelang, cahaya matahari menyemburat lembut di ufuk timur, namun pertempuran yang berkecamuk tak juga mereda.Di atas Puncak Sekte Wudang, bukanlah pemandangan yang biasanya terlihat—sekarang lebih tepat disebut puncak pemakaman daripada puncak sekte dari dunia persilatan aliran putih. Lantaran darah yang berceceran, dan tubuh yang berserakan, udara terasa begit