Tangan Rong Guo gemetar ketika memegang payung yang sudah rusak itu. Entah mengapa, tiba-tiba saja ada ide yang muncul dalam benaknya ketika melihat serangan Cakra Api yang dikerahkan dalam serangan brutal murid-murid dari Sekte Merak Api. Beberapa waktu yang lalu, tanpa sengaja, dia memegang gagang payung yang ada di ransel di punggungnya. Tahu-tahu saja, dia sudah membuat gerakan tebasan dengan pedang sehingga membangkitkan roh pedang."Apakah payung tua yang karatan dan usang ini yang membuatku membangkitkan roh pedang?" batin Rong Guo bertanya-tanya. Pada saat itu, ia masih berdiri gemetar karena semua energi di pusat energi di inti mutiaranya hampir terkuras habis saat membangkitkan roh pedang."Sudah sejak lama sekali aku melupakan payung tua dan rusak ini," lanjutnya dalam hati. "Bahkan aku mengira benda ini hanyalah hiasan artefak tua semata, dan kata-kata dari senior Mo Shilin, bahwa ini adalah senjata yang paling mematikan seratus tahun yang lalu, itu hanyalah sesumbar belak
"Tawa keras bergema, suara-suara itu memenuhi seluruh domain, menciptakan suasana yang kacau dan membuat bulu kuduk meremang.Dari kejauhan, suara gemuruh rendah terdengar, diiringi dengan suara berderak-derak yang menandakan bahwa tembok formasi domain yang selama ini menyembunyikan para kultivator aliran hitam, tampaknya sudah mulai retak dan pecah. Akibatnya, seperti aliran banjir yang memecahkan tanggul besar, suara derap langkah kaki terdengar seperti banjir yang meluap, ketika tidak kurang dari seribu ahli berlari mendekati lapangan tempat arena itu berdiri. Semuanya mengenakan pakaian putih, wajah mereka tertutup oleh kain yang senada."Celaka, mereka datang dalam jumlah yang sangat banyak, menyerbu dan bahkan sudah berhasil mendobrak formasi yang disusun oleh aliran hitam itu," batin Rong Guo, kini dipenuhi kecemasan. Dia tidak sempat berpikir untuk melarikan diri, hanya bisa menatap dengan terkesima."Raja Kelelawar Hitam tiba-tiba saja sudah meluncur ke angkasa, jubahnya ter
Sementara itu, saat melihat pemuda di depannya menggerakkan tangan ke dalam ransel di punggungnya, salah satu sosok berkerudung berbisik pada kawannya dengan suara pelan,"Hati-hati. Jangan meremehkan usianya yang tampak masih sangat muda. Tingkat kultivasinya berada pada ranah Pendekar Kura-Kura Zircon level menengah! Gunakan Ilmu Pedang Andalan Sekte Gobi kami!" Peringatan ini membuat keduanya langsung bergerak dalam langkah pedang.Ilmu Pedang Andalan Surga! 2 sosok yang bertujuan putih itu berteriak sambil menggores pedang di langit.Dunia seolah-olah menjadi membeku, dan suara pedang terdengar berdecit membelah atmosfer, seolah-olah ada ribuan jarum yang tajam meledak dan menghadang Roh Pedang yang ditembakkan Rong Guo.BLAM!Udara tampak retak-retak dan atmosfer seolah membeku. Jarum waktu pun seolah berhenti, menikmati momen ledakan dahsyat itu.Tiga energi yang berasal dari tiga praktisi di tingkat Kura-kura Zircon itu seimbang. Meskipun dua orang berkerudung putih itu berada
"Ikutlah bersamaku," suara perempuan bertudung putih itu terdengar serak, namun penuh dengan otoritas. Ia menurunkan pedangnya yang berkilauan di bawah sinar matahari pagi, membuat mata Rong Guo terbelalak ketakutan. Dengan gerakan yang anggun dan penuh percaya diri, dia memutar tubuhnya, membiarkan Rong Guo terpaku melihat aksinya."K-kamu tidak akan membunuhku?" tanya Rong Guo dengan suara gemetar.Sosok itu berhenti sejenak, namun ia tidak berbalik. Suaranya yang dingin dan tegas terdengar menjawab, "Untuk apa aku harus membunuhmu? Apakah aku tampak seperti algojo kematian bagi dirimu?"Meskipun tidak bisa melihat wajah sosok bertudung itu secara langsung, Rong Guo merasa seolah-olah ia sedang tersenyum. Namun, suara perempuan itu terdengar serak, seolah-olah ia menggunakan semacam alat penyangga di mulutnya, membuat suaranya terdengar menyeramkan.Tak lama kemudian, ia kembali berbicara. Kali ini, ia tidak menunggu reaksi Rong Guo, langsung menyelinap ke dalam semak-semak yang men
Sungai Cincin Bulan, sebuah sungai yang panjang dan megah, mengalir dari arah barat. Sungai ini berawal dari Kerajaan Bai Feng, lalu memasuki wilayah Kerajaan Yue Chuan.Pemandangannya yang indah, tampak meliuk-liuk seperti ular yang menari, terlihat begitu mempesona saat sinar matahari menimpanya. Air di Sungai Cincin Bulan selalu terlihat begitu jernih saat mengalir membelah dataran, dengan suara gemericik lembut yang menembus hutan dan Lembah Subur.Sungai ini akhirnya berakhir di Kota Daqi, ibukota Yue Chuan, dan bermuara di Samudra Longwan.Setiap tikungan pada Sungai Cincin Bulan mengungkapkan keindahan yang mengagumkan.Pemandangan pepohonan hijau, seperti hutan Pinus, dan sesekali sekumpulan pohon persik, menjadi latar belakang yang indah. Ditambah dengan pemandangan menakjubkan Padang rumput yang bergelombang, serta ditemani suara burung-burung bersiul di antara dahan pepohonan, menciptakan melodi alam yang mempesona.Sungai Cincin Bulan menjadi urat nadi kehidupan, memasok k
Ketika suara ayam jantan sudah berkokok menembus keheningan hutan, mengumumkan kedatangan pagi, di atas Kapal Penyu Perak yang berlayar menuju Selatan, ada sesosok tubuh yang bergerak dengan cara yang misterius. Gerak-geriknya tidak menimbulkan kecurigaan, sebab pagi itu masih terbungkus dalam kegelapan, belum ada seorang pun yang tampak keluar dari kabin mereka untuk sekadar berjalan-jalan menikmati udara segar di atas geladak Kelas VIP.Setelah diperhatikan lebih dekat, sosok itu ternyata adalah Rong Guo, dengan baju imam Tao-nya yang longgar dan berdesir. Jubah itu bergerak melambai tertiup angin pagi, namun ia tampak tergesa-gesa sambil menyeret sesuatu yang besar dan panjang, yang dibungkus dengan kain tebal untuk menyamarkan isi bungkusan itu.Dengan nafas yang terengah-engah dan wajah pucat, Rong Guo berpikir dalam hatinya, "Meskipun dia sudah tewas, namun sosok Raja Kelelawar Hitam ini memiliki berat tubuh yang sangat berat, dan membuatku hampir kehabisan tenaga untuk menyeret
Selama enam hari yang tersisa dalam perjalanan menuju ibukota Daqi - Kekaisaran Yue Chuan, Rong Guo memilih untuk mengasingkan diri di dalam kamar VIP yang ia sewa. Ia tidak pernah meninggalkan kamar tersebut, kecuali untuk berkultivasi dan berlatih teknik pedang yang ia peroleh dari hadiah yang disimpan oleh Raja Kelelawar - Sabuk Kongjian.Kalaupunia merasa lapar, di ransek kayu ala Taoist itu, ada banyak roti kering yang keras, yang bermanfaat untuk mengisi perutnya dikala dirinya kelaparan. Demikian juga dengan air minum. Ada sekendi air dingin, yang ia isi ulang dan di tenggak pada saat kehausan.Di tengah proses pengobatannya, saat Rong Guo sedang memeriksa bahan-bahan herbal yang ia butuhkan untuk mengobati luka dalamnya, matanya tertuju pada empat tumpuk salinan buku yang tampak masih baru. Keempat buku tersebut tampak terjilid dengan rapi, dan disampul seolah-olah merupakan benda yang sangat berharga.Dengan rasa penasaran yang membara, Rong Guo mengambil keempat buku itu dan
Aroma obat-obatan dan ramuan herbal yang kuat, ditambah dengan bau kuno yang berasal dari buku-buku salinan kitab bela diri, memenuhi paru-paru Rong Guo."Ah... aroma ini adalah wangi yang paling dirindukan oleh setiap Kultivator!" pikir Rong Guo dalam hati.Matanya berkilauan, rasa antusias melanda dirinya dan ia bergegas mendekati tumpukan obat-obatan di etalase di dalam Aula Koi Keberuntungan, yang saat itu cukup ramai. Tumpukan buku-buku salinan teknik beladiri yang disusun rapi, lengkap dengan tulisan di pinggiran, membuat ia tergoda untuk membeli beberapa kitab.Rong Guo sudah berada di dalam Aula Koi Keberuntungan selama lima belas menit, dan ia tampak bingung untuk memilih barang apa yang akan ia beli. Dansemua salinan kitab yang di pajangitu, hanya di kelas Xingyoiing, atau paling tinggi dikelas Jinlong sehingga tidak memenuhi syarat dirinya sebagai Kultivator Pedang, untuk membentuk Nadi Pedang.“Lebih baik aku membeli senjata saja!” batin Rong Guo penuh kekecewaan.Ia sudah
Tiga bulan telah berlalu sejak peristiwa besar yang mengguncang dunia persilatan. Di Puncak Wudang, keramaian tak biasa memenuhi setiap sudut.“Pemimpin Sekte Wudang akan menikah!” teriak seseorang di kerumunan dengan semangat.“Mari kita saksikan! Ini peristiwa yang jarang terjadi!” sahut yang lain, ikut terbawa antusias.“Pemimpin Rong akan menikahi Penatua Xiao, sahabat semasa kecilnya!”Kabar ini telah menyebar ke seluruh penjuru negeri, membuat semua orang berbondong-bondong datang, meskipun tanpa undangan.Setelah kemenangan besar melawan Kekaisaran Matahari Emas, reputasi Sekte Wudang berada di puncaknya. Dipimpin oleh Rong Guo, seorang Abadi, Sekte ini kini menjadi pusat dunia persilatan.Pagi itu, Puncak Wudang terasa hidup. Murid-murid sibuk mempersiapkan segala sesuatu dengan teliti, sementara tokoh-tokoh dari dunia persilatan turut hadir untuk menyaksikan momen bersejarah ini. Para pemimpin sekte aliran putih, datuk sekte sesat, dan praktisi independen berkumpul, meningga
Peristiwa pertarungan itu menyisakan kepedihan yang mendalam. Bau darah masih memenuhi udara, bercampur dengan aroma tanah basah yang terhantam ledakan energi.Langit di atas Puncak Gunung Wudang kini mulai cerah, namun suasana di bawahnya tetap mencekam.Sosok Khaganate dari Benua Podura terbaring diam di atas tanah yang hancur.Armornya yang hitam pekat kini penuh retakan, memancarkan kilau redup seperti batu obsidian yang kehilangan cahayanya.Tubuhnya yang sebelumnya memancarkan aura menakutkan kini terlihat rapuh, seperti sisa abu dari api besar yang telah padam.Dalam sekejap mata, Rong Guo melesat, gerakannya begitu cepat hingga hanya meninggalkan bayangan samar di udara.Ketika orang-orang mengedipkan mata, ia sudah berdiri di sisi jasad Khagan, seperti bayangan yang muncul dari kehampaan.Semua ahli di puncak Wudang segera berkerumun, namun tidak ada yang berani terlalu dekat.Mereka berhenti beberapa langkah di belakang Rong Guo, mata mereka penuh dengan rasa ingin tahu berc
Getaran ledakan meruntuhkan tebing-tebing di kejauhan, sementara retakan-retakan dalam menjalar liar di tanah, melahap apa saja yang dilewatinya.“Langit akan runtuh! Kita semua akan mati!” teriak seorang pria tua, tubuhnya gemetar ketakutan.“Lari! Jangan lihat ke atas!” jerit seorang ibu sambil menarik anaknya yang menangis, wajahnya penuh kecemasan.Penduduk berlarian kacau, beberapa terjatuh akibat guncangan, sementara yang lain terus mencari tempat berlindung.Percikan energi dari ledakan di langit jatuh seperti hujan meteor, membakar apa saja yang disentuhnya.Di langit, tubuh kedua Abadi itu terlempar jauh ke belakang akibat dampak besar serangan mereka. Rong Guo tersungkur ke tanah, tubuhnya memar dan dipenuhi luka.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya, tubuhnya bergetar karena energi yang hampir habis.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya. Tubuhnya tampak melemah, tetapi auranya tetap menguasai langit. Ia melayang dengan stabil di u
Langit tampak seperti tercabik-cabik, retakannya menjalar seperti guratan api yang membakar langit malam.Setiap lapisan atmosfer bergetar hebat, seolah tak mampu lagi menahan kekuatan dahsyat dari dua ahli peringkat Abadi yang bertarung di cakrawala.Matahari memerah, cahayanya memudar seperti nyala lilin yang hampir padam.Dunia seolah berubah menjadi tua.Udara dipenuhi energi gelap dan terang yang saling bertabrakan, menciptakan ledakan menggema yang membuat tanah retak dan sungai meluap.Dua sosok raksasa, perwujudan energi mereka, melesat berpindah-pindah. Ke Utara, Selatan, Barat, dan Timur, setiap langkah mereka mengguncang bumi dan menghancurkan gunung.Bayangan mereka memanjang di atas tanah, menebar teror yang membuat semua makhluk di bawah langit merasa kecil dan tak berdaya.Di seluruh penjuru Benua Longhai, penduduk keluar dari rumah mereka.Wajah-wajah pucat pasi mendongak ke langit, menatap pemandangan apokaliptik yang terjadi di atas mereka.Napas mereka tertahan, dad
Secara alami, pertarungan antara dua Abadi di cakrawala adalah sesuatu yang sangat luar biasa.Pertarungan yang terjadi antara Rong Guo dan Khagan dari Benua Podura mengguncang cakrawala. Kedua sosok abadi itu bertarung dengan kekuatan luar biasa, memecah langit dan menggoncangkan bumi di sekitar mereka.Kedatangan Rong Guo yang terlambat membuatnya terkejut, melihat apa yang terjadi di puncak Gunung Wudang.“Terlambat! Kita terlambat,” tangis Biarawati Fear tak tertahankan.Ia merunduk di tanah puncak gunung, sambil menangisi satu demi satu jenazah murid-murid dari Sekte Gurun Gobi yang tergeletak kaku.Sementara Rong Guo hanya diam.Meski emosinya bergejolak, namun dengan tingkat kultivasi yang telah mencapai puncak dunia, yaitu Yongheng—atau abadi—dia tidak mudah hanyut dalam perasaan sedih yang mendalam.Sambil memindai dengan energi spiritualnya yang tajam, Rong Guo menemukan jejak aura ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas yang menyebar di Puncak Terlarang.Sedetik sorot mata
"Apa yang terjadi?" suara seseorang bergetar memecah keheningan."Siapa yang melakukan ini? Siapa yang menghabisi semua tentara Matahari Emas?"Tidak ada yang mampu menjawab. Keheningan kembali menyelimuti, berat dan penuh tanda tanya.Zhang Long Yin memandang pemandangan itu dengan dahi berkerut tajam. Ia mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi, tapi pikirannya dipenuhi kebingungan. Siapa yang memiliki kekuatan sebesar ini, yang mampu menyingkirkan ribuan tentara dalam sekejap?Xiao Ning menggigit bibir, emosinya bercampur aduk.Keajaiban ini mungkin telah menyelamatkan mereka, tetapi muncul pertanyaan besar: keajaiban macam apa yang terjadi di Puncak Terlarang malam tadi?>>> Di langit...Dua sosok bertarung dalam bentuk yang melampaui nalar manusia.Pemuda berbaju putih longgar berdiri di udara dengan ketenangan yang menusuk, seperti puncak gunung es yang tersembunyi.Senjata di tangannya adalah sebuah payung istimewa yang memancarkan aura magis. Angin berputar di sekelilingny
Malam yang panjang berlalu dengan cepat.Di dalam array Puncak Terlarang, semua orang terdiam, menutup mata, berusaha mengabaikan hiruk pikuk di luar. Ada yang tenggelam dalam meditasi, ada pula yang sibuk mencoba menyembuhkan luka dengan sisa obat seadanya.Kesibukan itu membuat tak seorang pun memperhatikan keanehan yang muncul di luar.Di langit yang kelam, sebuah kilat tiba-tiba menyala, hanya sekejap. Namun, efeknya sungguh menggetarkan.Saat kilat itu lenyap, ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas tergeletak, saling bertumpuk di atas tanah Puncak Terlarang.Tubuh-tubuh mereka tidak bergerak tak bernyawa, nyaris menyatu dengan ribuan jasad yang sudah lebih dulu menjadi korban perang.Tak lama kemudian, matahari mulai bersinar lembut.Cahayanya menyelinap melalui celah array, menyentuh permukaan tanah yang dingin dengan kehangatan samar.Zhang Long Yin, pemimpin Sekte Wudang, membuka mata perlahan setelah semalaman bermeditasi untuk memulihkan energi Qi-nya.Di dekatnya, Xiao Nin
Jauh sebelum perang ini pecah, dalam sebuah diskusi, Zhang Long Yin pernah mengungkapkan bahwa mereka masih memiliki tempat persembunyian, jika keadaan mendesak.“Aku akan bersiul sebagai kode, dan semua orang harus segera bergegas menuju Puncak Terlarang Sekte Wudang. Di sana, kita akan aman!” ujarnya dengan tegas, suaranya penuh keyakinan.Namun, siapa yang bisa membayangkan bahwa saat ini, kata-katanya akan menjadi kenyataan yang mengerikan?“Array dan formasi sihir di Puncak Terlarang sangat kuat. Tidak ada yang bisa menembusnya jika kita berlindung di sana!” jelas Zhang Long Yin lebih lanjut, seperti mengingatkan dirinya sendiri bahwa satu-satunya harapan adalah puncak terlarang itu.Para pemimpin sekte, bersama datuk-datuk dunia persilatan, bahkan telah melakukan simulasi tentang cara evakuasi ke Puncak Terlarang jika keadaan semakin genting.Namun, mereka tidak menyangka bahwa hari itu akan datang dengan begitu cepat.“Tapi semoga ini tak terjadi. Kita akan berperang mati-matia
Di belakang Sekte Wudang, terdapat satu puncak yang belum pernah tersentuh oleh siapapun. Puncak itu dikenal sebagai "Puncak Terlarang", dan hanya pemimpin sekte yang diperbolehkan menginjakkan kaki di sana.Desas-desus beredar bahwa di puncak daerah terlarang tersebut terdapat sebuah jurang yang sangat dalam, yang disebut-sebut sebagai neraka dunia.Jurang itu mendapat juluka "Neraka Dunia" karena di sanalah para praktisi Sekte Wudang yang sesat dan melanggar aturan golongan putih dibuang.Tempat itu menyimpan penderitaan yang tak terbayangkan, dan tak seorang pun yang pernah kembali untuk menceritakan kisahnya.Pagi mulai menjelang, cahaya matahari menyemburat lembut di ufuk timur, namun pertempuran yang berkecamuk tak juga mereda.Di atas Puncak Sekte Wudang, bukanlah pemandangan yang biasanya terlihat—sekarang lebih tepat disebut puncak pemakaman daripada puncak sekte dari dunia persilatan aliran putih. Lantaran darah yang berceceran, dan tubuh yang berserakan, udara terasa begit