Suara dingin yang tiba-tiba menyela adegan di atas panggung, membuat wajah Raja Kelelawar Hitam berubah menjadi kurang senang.Wush - WushTak lama kemudian, tiga bayangan berwarna merah melesat dengan kecepatan tinggi, disertai suara desiran busana yang terhempas angin. Mereka bertiga tampak mengabur saat melintasi kepala para penonton, kemudian menjejakkan kaki di tanah dan melompati pagar arena, kini mendarat dengan suara yang nyaris tak terdengar.Seketika, hawa panas terasa menyeruak keluar saat bayangan mereka bertiga melintas di atas kepala penonton, menimbulkan dengungan dan rasa takut sehingga suasana menjadi kacau."Siapa mereka itu?" tanya seorang penonton, ia merasa kepala nya seakan terbakar, karena secara tiba-tiba tersambar aura nyala api.Namun seorang lainnya berkata, sambil mengerutkan wajahnya, "Apakah mereka ini adalah orang-orang dari sekte Merak Api?" ia berbisik pada kawannya.Namun, pertanyaan mereka segera terjawab saat tiga sosok berwarna merah itu tampak jel
Tangan Rong Guo gemetar ketika memegang payung yang sudah rusak itu. Entah mengapa, tiba-tiba saja ada ide yang muncul dalam benaknya ketika melihat serangan Cakra Api yang dikerahkan dalam serangan brutal murid-murid dari Sekte Merak Api. Beberapa waktu yang lalu, tanpa sengaja, dia memegang gagang payung yang ada di ransel di punggungnya. Tahu-tahu saja, dia sudah membuat gerakan tebasan dengan pedang sehingga membangkitkan roh pedang."Apakah payung tua yang karatan dan usang ini yang membuatku membangkitkan roh pedang?" batin Rong Guo bertanya-tanya. Pada saat itu, ia masih berdiri gemetar karena semua energi di pusat energi di inti mutiaranya hampir terkuras habis saat membangkitkan roh pedang."Sudah sejak lama sekali aku melupakan payung tua dan rusak ini," lanjutnya dalam hati. "Bahkan aku mengira benda ini hanyalah hiasan artefak tua semata, dan kata-kata dari senior Mo Shilin, bahwa ini adalah senjata yang paling mematikan seratus tahun yang lalu, itu hanyalah sesumbar belak
"Tawa keras bergema, suara-suara itu memenuhi seluruh domain, menciptakan suasana yang kacau dan membuat bulu kuduk meremang.Dari kejauhan, suara gemuruh rendah terdengar, diiringi dengan suara berderak-derak yang menandakan bahwa tembok formasi domain yang selama ini menyembunyikan para kultivator aliran hitam, tampaknya sudah mulai retak dan pecah. Akibatnya, seperti aliran banjir yang memecahkan tanggul besar, suara derap langkah kaki terdengar seperti banjir yang meluap, ketika tidak kurang dari seribu ahli berlari mendekati lapangan tempat arena itu berdiri. Semuanya mengenakan pakaian putih, wajah mereka tertutup oleh kain yang senada."Celaka, mereka datang dalam jumlah yang sangat banyak, menyerbu dan bahkan sudah berhasil mendobrak formasi yang disusun oleh aliran hitam itu," batin Rong Guo, kini dipenuhi kecemasan. Dia tidak sempat berpikir untuk melarikan diri, hanya bisa menatap dengan terkesima."Raja Kelelawar Hitam tiba-tiba saja sudah meluncur ke angkasa, jubahnya ter
Sementara itu, saat melihat pemuda di depannya menggerakkan tangan ke dalam ransel di punggungnya, salah satu sosok berkerudung berbisik pada kawannya dengan suara pelan,"Hati-hati. Jangan meremehkan usianya yang tampak masih sangat muda. Tingkat kultivasinya berada pada ranah Pendekar Kura-Kura Zircon level menengah! Gunakan Ilmu Pedang Andalan Sekte Gobi kami!" Peringatan ini membuat keduanya langsung bergerak dalam langkah pedang.Ilmu Pedang Andalan Surga! 2 sosok yang bertujuan putih itu berteriak sambil menggores pedang di langit.Dunia seolah-olah menjadi membeku, dan suara pedang terdengar berdecit membelah atmosfer, seolah-olah ada ribuan jarum yang tajam meledak dan menghadang Roh Pedang yang ditembakkan Rong Guo.BLAM!Udara tampak retak-retak dan atmosfer seolah membeku. Jarum waktu pun seolah berhenti, menikmati momen ledakan dahsyat itu.Tiga energi yang berasal dari tiga praktisi di tingkat Kura-kura Zircon itu seimbang. Meskipun dua orang berkerudung putih itu berada
"Ikutlah bersamaku," suara perempuan bertudung putih itu terdengar serak, namun penuh dengan otoritas. Ia menurunkan pedangnya yang berkilauan di bawah sinar matahari pagi, membuat mata Rong Guo terbelalak ketakutan. Dengan gerakan yang anggun dan penuh percaya diri, dia memutar tubuhnya, membiarkan Rong Guo terpaku melihat aksinya."K-kamu tidak akan membunuhku?" tanya Rong Guo dengan suara gemetar.Sosok itu berhenti sejenak, namun ia tidak berbalik. Suaranya yang dingin dan tegas terdengar menjawab, "Untuk apa aku harus membunuhmu? Apakah aku tampak seperti algojo kematian bagi dirimu?"Meskipun tidak bisa melihat wajah sosok bertudung itu secara langsung, Rong Guo merasa seolah-olah ia sedang tersenyum. Namun, suara perempuan itu terdengar serak, seolah-olah ia menggunakan semacam alat penyangga di mulutnya, membuat suaranya terdengar menyeramkan.Tak lama kemudian, ia kembali berbicara. Kali ini, ia tidak menunggu reaksi Rong Guo, langsung menyelinap ke dalam semak-semak yang men
Sungai Cincin Bulan, sebuah sungai yang panjang dan megah, mengalir dari arah barat. Sungai ini berawal dari Kerajaan Bai Feng, lalu memasuki wilayah Kerajaan Yue Chuan.Pemandangannya yang indah, tampak meliuk-liuk seperti ular yang menari, terlihat begitu mempesona saat sinar matahari menimpanya. Air di Sungai Cincin Bulan selalu terlihat begitu jernih saat mengalir membelah dataran, dengan suara gemericik lembut yang menembus hutan dan Lembah Subur.Sungai ini akhirnya berakhir di Kota Daqi, ibukota Yue Chuan, dan bermuara di Samudra Longwan.Setiap tikungan pada Sungai Cincin Bulan mengungkapkan keindahan yang mengagumkan.Pemandangan pepohonan hijau, seperti hutan Pinus, dan sesekali sekumpulan pohon persik, menjadi latar belakang yang indah. Ditambah dengan pemandangan menakjubkan Padang rumput yang bergelombang, serta ditemani suara burung-burung bersiul di antara dahan pepohonan, menciptakan melodi alam yang mempesona.Sungai Cincin Bulan menjadi urat nadi kehidupan, memasok k
Ketika suara ayam jantan sudah berkokok menembus keheningan hutan, mengumumkan kedatangan pagi, di atas Kapal Penyu Perak yang berlayar menuju Selatan, ada sesosok tubuh yang bergerak dengan cara yang misterius. Gerak-geriknya tidak menimbulkan kecurigaan, sebab pagi itu masih terbungkus dalam kegelapan, belum ada seorang pun yang tampak keluar dari kabin mereka untuk sekadar berjalan-jalan menikmati udara segar di atas geladak Kelas VIP.Setelah diperhatikan lebih dekat, sosok itu ternyata adalah Rong Guo, dengan baju imam Tao-nya yang longgar dan berdesir. Jubah itu bergerak melambai tertiup angin pagi, namun ia tampak tergesa-gesa sambil menyeret sesuatu yang besar dan panjang, yang dibungkus dengan kain tebal untuk menyamarkan isi bungkusan itu.Dengan nafas yang terengah-engah dan wajah pucat, Rong Guo berpikir dalam hatinya, "Meskipun dia sudah tewas, namun sosok Raja Kelelawar Hitam ini memiliki berat tubuh yang sangat berat, dan membuatku hampir kehabisan tenaga untuk menyeret
Selama enam hari yang tersisa dalam perjalanan menuju ibukota Daqi - Kekaisaran Yue Chuan, Rong Guo memilih untuk mengasingkan diri di dalam kamar VIP yang ia sewa. Ia tidak pernah meninggalkan kamar tersebut, kecuali untuk berkultivasi dan berlatih teknik pedang yang ia peroleh dari hadiah yang disimpan oleh Raja Kelelawar - Sabuk Kongjian.Kalaupunia merasa lapar, di ransek kayu ala Taoist itu, ada banyak roti kering yang keras, yang bermanfaat untuk mengisi perutnya dikala dirinya kelaparan. Demikian juga dengan air minum. Ada sekendi air dingin, yang ia isi ulang dan di tenggak pada saat kehausan.Di tengah proses pengobatannya, saat Rong Guo sedang memeriksa bahan-bahan herbal yang ia butuhkan untuk mengobati luka dalamnya, matanya tertuju pada empat tumpuk salinan buku yang tampak masih baru. Keempat buku tersebut tampak terjilid dengan rapi, dan disampul seolah-olah merupakan benda yang sangat berharga.Dengan rasa penasaran yang membara, Rong Guo mengambil keempat buku itu dan
Mao Shen adalah pemimpin Organisasi Rajawali Iblis. Nama Rong Guo telah ia dengar sejak dari lantai pertama, namun tak sekalipun ia menyangka akan bertemu langsung dengan pria itu."Bagaimana Anda bisa tahu aku? Kita baru pertama bertemu, bukan?" Mao Shen akhirnya bertanya, suaranya masih terdengar serak setelah batuk-batuknya mereda. Dalam hati, ia menyesal telah meremehkan seni Tapak Angin Puyuh yang nyaris membuatnya muntah darah tadi.Meskipun merasa malu, Mao Shen mencoba menyembunyikan perasaan itu di balik tatapan datar. "Kamu memiliki kemampuan yang cukup hebat," katanya perlahan. "Bisa mengeksekusi Tapak Angin Puyuh—seni bela diri peringkat rendah—menjadi sesuatu yang luar biasa seperti tadi. Itu jelas bukan hal yang mudah."Rong Guo hanya tertawa. Suaranya menggema di antara desiran angin malam dan gemerisik dedaunan, menciptakan suasana penuh tekanan."Dari mana aku tahu Anda?" Rong Guo membalas dengan nada santai, namun sorot matanya tajam menusuk. "Mengapa tidak bertanya
"Ayo masuk, sama-sama kita mencari makhluk kontrak!""Hei! Biarkan aku masuk dulu!""Apa-apaan ini? Mengapa menyerobot?"Suara-suara protes dari para hunter menggema di depan pintu portal. Kerumunan mereka penuh sesak, dengan masing-masing orang berusaha mendahului yang lain. Riuh rendah suara itu memekakkan telinga, menciptakan suasana penuh ambisi dan ketegangan.Namun, ketika Rong Guo melangkah melewati portal itu, semua kegaduhan seketika lenyap. Dunia yang baru saja ia masuki begitu sunyi, seolah waktu di dalamnya berjalan dengan cara yang berbeda.Di kiri dan kanan, pohon-pohon ek yang besar dan menjulang tinggi menyambut pandangannya. Cabang-cabangnya membentang lebar, menciptakan bayangan gelap yang hampir menutupi langit. Di bawahnya, akar-akar besar mencengkeram tanah dengan kokoh, membentuk lanskap yang terasa kuno dan penuh misteri.Suara gemerisik lembut terdengar saat angin bertiup di antara dedaunan, menciptakan harmoni alami yang menenangkan.Rong Guo memperhatikan sek
Sementara itu, Ayong dan Yizhan masih sibuk menyelesaikan duyung-duyung terakhir yang tersisa. Mereka bekerja sama dengan baik hingga tak satu pun musuh berhasil melarikan diri. Ketika suasana kembali tenang dan bayangan dungeon mulai memudar, Rong Guo mendekati kedua kawannya.“Kita langsung pulang saja,” katanya tegas, suaranya terdengar serius. “Kalau kalian ingin merayakan kemenangan dengan minum arak, silakan. Tapi aku punya urusan penting yang harus kuselesaikan.”Ayong dan Yizhan saling melirik dengan raut wajah penuh tanda tanya. Meski penasaran, mereka memilih untuk tidak bertanya lebih jauh. Mereka tahu Rong Guo jarang menjelaskan rencananya, dan mendesaknya hanya akan membuang waktu.Ketiganya berpisah di pintu keluar dungeon. Rong Guo melangkah cepat menuju tempat peristirahatan di perkampungan hunter. Tangannya menggenggam erat Kalung Bintang Abadi, satu-satunya benda yang telah lama ia cari. Benda itu terasa hangat, seolah memancarkan energi misterius.Apakah dalam semal
Setelah beberapa waktu berlalu... setelah Rong Guo melewati dungeon ganda yang menimbulkan rasa cemburu bagi setiap hunter, akhirnya Festival Perburuan Malam dimulai.Namun, ada suatu kejadian yang mengejutkan terjadi, membuat Rong Guo sangat bahagia.Hari ini, tepat sehari sebelum festival dimulai, Rong Guo bersama dua kawannya – Ayong dan Yizhan – masuk ke dalam dungeon.Dungeon yang mereka masuki kali ini berwujud lautan yang maha luas.Lawan mereka adalah kaum duyung yang sangat merepotkan. Selain sakti dengan rata-rata keahlian setara Pendekar Naga Giok, kemampuan sihir para duyung benar-benar luar biasa.“Jangan tergoda dengan nyanyian mereka!” kata Rong Guo tegas. Tangan kanannya melambaikan Pedang Phoenix dan Naga, sementara tangan kirinya merapalkan Teknik Cakra Tengkorak Putih.“Nyanyian duyung mengandung magis, dan bisa membuat jiwa kalian terikat!” tambahnya. “Jika tak kuat, pakailah penutup telinga!”Rong Guo berkelebat cepat, pedangnya meliuk-liuk seperti naga yang menga
Setelah pertemuan panjang dengan para petinggi istana berakhir, Khagan Aruqai melangkah memasuki kamarnya yang megah di dalam istana Kaisar Kota Kaejin.Ruangan itu luas dan penuh kemewahan, dihiasi dengan ukiran-ukiran rumit yang bernilai seni tinggi. Dindingnya dicat dengan lapisan warna emas dan perak yang berkilauan, seakan memantulkan sinar setiap kali cahaya menerpa.Beberapa tembikar berkualitas tinggi terletak di sudut ruangan, semakin menegaskan kesan agung dan megah yang menyelimuti tempat itu.Dalam diam, Khagan berjalan menuju meja tulis yang terbuat dari kayu ebony, tampak eksotis seolah dibawa langsung dari negeri tropis yang jauh. Dengan gerakan tenang, ia duduk dan mengeluarkan selembar kertas khusus yang hanya diperuntukkan bagi para pejabat istana. Ia menulis beberapa kata dengan tangan yang halus dan terlatih.“Tuan, semua sudah siap. Mesin Penghimpun Qi akan segera dieksekusi. Kami juga akan mulai mengumpulkan energi darah yang diperlukan untuk mencapai kesempurnaa
Setelah titah terakhirnya selesai, suasana di balairung menjadi mencekam. Hawa dingin yang tidak nyata menyelimuti ruangan.Tak seorang pun berani menatap langsung ke arah Kaisar. Mereka tahu betul bahwa perintah ini tidak hanya mengancam mereka, tetapi juga melibatkan darah rakyat yang tak bersalah.Mesin itu bukan sekadar alat, melainkan mesin pembantaian yang haus akan darah. Harus dihasilkan energi Qi yang maksimal, dan darah manusia menjadi syarat utamanya. Ini menjadi kendala besar bagi ketiga ahli spiritual, yang berusaha menciptakan mesin tanpa menggunakan pengorbanan manusia.Namun, dengan titah baru Kaisar, dilema itu lenyap. Darah akan ditumpahkan, apa pun akibatnya.Mereka semua meninggalkan balairung dengan tubuh menggigil. Tak ada yang berani berbicara, meski nurani mereka bergejolak dalam jiwanya.Keesokan harinya, keanehan mulai terjadi. Laporan tentang hilangnya orang-orang meruak, jadi bahan gunjingan dimana-mana.Di satu desa kecil, seluruh penghuninya menghilang ta
Di istana Hei Tian, Kaisar Jue Tian Yu duduk di singgasana megahnya. Kursi besar itu dihiasi ukiran kepala Phoenix yang tampak anggun, seolah mengawasi seluruh ruangan.Di bawah singgasana, tiga ahli ternama berlutut dengan tubuh gemetar, menghadapi amarah Kaisar Jue Tian Yu.“Bagaimana mungkin kalian begitu lama menyelesaikan Mesin Penghimpun Energi Qi? Bukankah sudah ada tiga blueprint, dan tinggal membuat sesuai contoh?” hardiknya dengan suara menggelegar, membuat udara balairung terasa berat.Ketiga pria paruh baya—Guo Yong, sang Alkemis, Li Hua, ahli array, dan Hui Jian, penyuling senjata spiritual—semakin menundukkan kepala mereka, wajah dipenuhi rasa takut. Akhirnya, Guo Yong memberanikan diri untuk bicara, meski suaranya parau dan penuh permohonan.“Ampun, Yang Mulia. Meski ketiga blueprint sudah ada, terlalu banyak penyimpangan dan jebakan di dalamnya. Kami sudah berusaha merakit mesin itu sesuai petunjuk, tetapi bahkan pada percobaan kesepuluh, kami tetap gagal...” ujarnya m
Di dalam dungeon, lantai tiga Hundun Yaosai,Monster kalajengking merah raksasa, sebesar kerbau, berdiri dengan penuh ancaman. Makhluk Dark Beast peringkat Naga Iblis ini mengurung tiga hunter yang berdiri di mulut dungeon berbentuk belantara. Mata mereka bersinar tajam, siap menghabisi.Pemimpin kalajengking merah itu, dengan suara serak yang dalam, mengancam. “Kalian akan mati di sini. Tiga orang, berani-beraninya masuk ke dungeon kami!”Tawa mengerikan mengiringi perkataan itu, suara kekehan dari lebih dari lima ratus kalajengking merah yang mengelilingi mereka.“Ayo kita santap mereka! Mereka masih muda, pasti dagingnya lembut dan manis!” kata salah satu kalajengking dengan suara garau.Suara gaduh seperti babi yang disembelih mengisi udara. Namun, yang mengejutkan, ketiga hunter itu tak tampak gentar. Bahkan, pemimpin mereka yang terlihat muda itu hanya tersenyum mengejek.“Ingin menyantap kami? Apa kamu yakin bisa?” tanyanya, suaranya dingin dan penuh tantangan.“Beraninya kamu!
Pada saat Rong Guo menjejakkan kakinya di pelataran Aula Dewa Arca, seketika suasana menjadi hening. Semua mata tertuju padanya, terdiam sejenak oleh kehadirannya yang menonjol.Beberapa orang langsung melangkah maju, ingin melihat lebih dekat pemuda yang baru saja menaklukkan sepuluh ahli tingkat Pendekar Naga Giok itu.Sementara yang lainnya tetap berdiri di tempat, sorot mata mereka menunjukkan rasa ingin tahu yang mendalam. Keheningan memenuhi ruang, hanya terdengar desiran angin lembut yang menggoyang dedaunan.“Apakah itu benar-benar Hunter Guo yang terkenal?” tanya seorang hunter, matanya tertuju pada Rong Guo dengan rasa penasaran.“Tidak disangka, ia punya kemampuan luar biasa. Seorang diri ia mengalahkan sepuluh ahli Pendekar Naga Giok!” kata yang lain, suaranya penuh kekaguman.“Jika aku bisa berteman dengannya, apakah itu mungkin?” gumam seorang hunter muda, terdengar seperti sedang membayangkan kemungkinan itu.Seribu pertanyaan mengalir dalam pikiran mereka, namun tak s