Upacara pemakaman Yan Wei sudah sejak pagi tadi selesai dilakukan. Gundukan tanah yang tampak menggunung masih tampak basah dan berwarna merah kecoklatan, mencerminkan kesedihan yang mendalam. Ada sebuah papan yang tertulis nama, ‘Yan Wei – Putra Kesayangan Yan Bai’ di atas tanah yang masih segar dan berbau tanah hutan itu.Sementara ada dua sosok manusia yang berpakaian serba putih, mengenakan ikat kepala putih dan topi warna senada terlihat berdiri dalam posisi diam, membeku seolah-olah menyatu dengan keheningan. Mereka berdiri tegak, menatap ke arah gundukan tanah dengan pandangan kosong.Ini adalah lokasi pemakaman anggota Sekte Wudang yang terletak di tepi Hutan Cemara yang sepi dan hening. Namun Tuan Yan Bai, dan Nyonya masih berdiri dalam diam seolah merenungi dan tidak percaya bahwa Yan Wei, anak tunggal mereka sudah tiada. Mereka berdiri di sana, di bawah langit senja yang merah muda, terpaku dan ingin melupakan kenyataan pahit itu.Saat itu hari sudah setengah gelap, dan tid
Langit semakin kelam, dan hari sudah beranjak menjadi malam.Zhang Long Yin – Pemimpin Sekte Wudang berdiri dengan jubah berkibar tertiup angin malam di kaki gunung Wudang. Ada dua sosok lainnya disana, wakil pemimpin serta nyonya. Ia berencana mengajak wakil pemimpin Sekte, Yan Bai, dan Nyonya Yan untuk mendaki Puncak Wudang, dan berdiskusi di ruang pribadinya yang hangat.“Aku ingin tahu rencanamu. Tak mungkin kita berdiskusi di sini. Ada banyak telinga yang tidak terdeteksi, siap mendengar semua strategimu!” kata pemimpin sekte, suaranya tegas penuh nada memerintah di sana. Ia menatap jauh ke dalam gelapnya malam, seolah-olah bisa melihat ada banyak mata-mata lawan yang bersembunyi, menyatu dengan malam.Zhang Long Yin menambahkan, “Ruang perpustakaan pribadiku adalah tempat yang aman untuk kita berbincang dua mata. Antar terlebih dahulu Nyonya Yan ke kediaman, dan susul aku ke ruang perpustakaan!”Nada suara Zhang Long Yin terdengar otoriter itu, membuat Yan Bai mengangguk setuju.
Wajah Rong Guo berubah muram saat Nona Murong berkata dengan suara dingin, "Maaf, saya tidak mengenal Anda..."Bersamaan dengan kata-kata itu, seakan-akan mengirim pesan tak tertulis, dua ninja yang mengelilingi Rong Guo langsung bergerak dengan sangat gesit. Angin seolah membawa aura ancaman dari tiap gerakan mereka, katana pun terayun."Serahkan diri, atau kami akan membunuhmu!" teriak salah satu ninja dengan nada yang mematikan.Saat itu, Katana yang dipegang salah satu ninja tiba-tiba bergerak dengan kecepatan yang tak masuk akal. Seberkas sinar berwarna putih terbentuk dari bilahnya, menimbulkan suara dengungan yang mirip suara garputala yang bergetar hebat terdenmgar membingungkan. Dalam sekejap, bilah katana itu sudah berada dekat di leher Rong Guo, sedemikian dekat hingga ia bisa merasakan dinginnya logam.TSING!Ketika ninja itu hampir melekatkan katana di leher Rong Guo, dan pada saat tampak kepuasan melanda wajahnya. Ninja itu berteriak dengan nada kegirangan, "Istirahat!"
“Dao Shi? Mengapa Anda bengong? Mari duduk dan kita berdiskusi,” kata Nona Murong.Saat itu tubuhnya yang ramping sudah ia hempaskan di atas kursi berbantal empuk. Gerakannya begitu halus laksana gerakan seorang penari opera saat tubuhnya melayang dan hinggap di kursi empuk itu. Dengan senyum, Nona Murong menatap Rong Guo, seolah olah tidak berbuat salah.Namun, Rong Guo yang masih penasaran, tidak tersentuh dengan kelembutan itu."Aku sungguh tak mengerti," kata Rong Guo, ekspresinya masih bingung. "Sebelumnya Anda mengatakan tidak mengenalku. Namun sekarang memanggilku Dao Shi. Lalu, mengapa dua ninja itu harus menyerangku dengan sungguh-sungguh?" tanyanya, wajahnya menampakkan ketidakpuasan.Nona Murong terus tersenyum, kin menunjukkan giginya. Ia terlihat semakin menggemaskan. Nona Murong langsung bertepuk tangan keras, dan sosok-sosok pelayan laki-laki muncul dari balik pintu, dan langsung membawa dua ninja yang masih pingsan keluar.Tanpa membersihkan ruangan yang masih berantak
Murong Lin memperhatikan dengan diam ketika pemuda di depannya memasukkan semua peti berisi bahan herbal ke dalam alat penyimpanan di sabuknya. Dalam hati Nona Murong ini merasa luapan keterkejutan, namun ia berusaha menahan ekspresi wajahnya agar tetap sewajarnya."Sabuk penyimpanan yang begitu besar? Biasanya orang kaya atau ahli beladiri yang memiliki kemampuan finansial tinggi saja yang memiliki alat penyimpanan semua peralatan mereka di dalam benda yang disebut Cincin Antariksa, atau kalung gelang Antariksa. Namun Pelindung Guo ini memiliki penyimpanan fisik yang langka dalam bentuk sabuk? Dia pasti bukan orang biasa!" pikir Murong Lin diam-diam.Seperti yang kita ketahui, Cincin Antariksa dan Gelang Antariksa adalah artefak yang memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Di Koi Keberuntungan, artefak penyimpanan seperti ini dijual secara terbatas. Namun, luas penyimpanannya hanya sebesar 1 x 1 meter dan dijual dengan harga setidaknya Lima Puluh Tail Emas. Jika ada Cincin atau Gelan
Selama mengurung diri dalam kamarnya, Rong Guo memulai rencananya, untuk mengkonsumsi satu demi satu bahan herbal didalam kamar. Namun pertanyaannya adalah cara mengkonsumsi yang bagaimana?Pernah sekali ketika ia dalam masa pelariannya dengan Imam Zhan, sekilas Imam Zhan menjelaskan.“Cara yang paling mudah untuk memanfaatkan sumber daya, meski kamu bukan seorang alkemis, adalah dengan melakukan ekstraksi bahan sumber daya itu dengan merebusnya!”Saat itu, Rong Guo yang semasa menjalani pelatihan di Wudang, selalu diberi sumber daya dalam bentuk pil atau cairan pot, tentu saja heran dengan penjelasan ini.“Merebus bahan baku? Apakah semua manfaat akan kita dapati dengan mengkonsumsi ramuan hasil ekstraksi tadi?”Sambil tersenyum Imam Zhang menjelaskan. “Meski air hasil rebusan itu akan memiliki khasiat bagi dirimu kelak, namun sebagai teknik yang paling mendasar untuk mendapatkan hasil ekstraksi, sudah jelas akan banyak sisa residu sumber daya yang tidak terekstrak, dan terbuang perc
Pedang yang ditusukkan oleh pria yang mengenakan topi jerami itu melesat dalam gerakan yang sangat cepat, seolah-olah mengiris udara. Wujudnya berubah menjadi sebaris cahaya putih yang pudar, dan suara decitan pedang itu menggema, menggiris perasaan siapa saja yang mendengarnya. Seandainya tusukan itu mengenai seorang ahli tingkat menengah, pedang di tangan pria bertopi jerami itu pasti akan langsung merenggut nyawa lawannya tanpa ampun.Sayangnya, lawan yang ia hadapi adalah Rong Guo, sosok yang beruntung, yang menerima banyak warisan dari para ahli tingkat tinggi. Bukan hanya remaja itu telah memiliki tenaga hawa murni yang sangat kuat, tetapi semua teknik dan jurus bela diri yang ia pelajari berasal dari peringkat paling langka, yang membuat siapa pun yang mengetahuinya akan merasa iri.Pada salah satu manual yang Rong Guo pelajari pada penyimpanan di Sabuk Khongjian, adalah Teknik Meringankan Tubuh Raja Kelelawar. Perlu diketahui, Raja Kelelawar Hitam adalah legenda yang dikenal s
"Pergi! Aula Koi Keberuntungan sedang tidak baik-baik saja! Oleh sebab itu, tidak diizinkan untuk mengemis di sini! Carilah tempat lain!" Suara keras bernada mencemooh terdengar, mengiringi munculnya seorang pelayan di depan Rong Guo. Saat ini, jagoan kita sedang menyamar, dan berpakaian seperti Imam miskin.Pelayan yang bersuara sombong itu mengenakan baju abu-abu sederhana. Ada topi ala para pelayan yang melekat di kepalanya. Matanya sedikit juling dan wajahnya terlihat culas, mirip tikus. Keseluruhan penampilannya adalah galak.Sambil melambaikan tangan, A'fu, nama pelayan itu, mengusir Rong Guo seperti mengusir kecoak. Wajahnya tampak dalam ekspresi jijik ketika dia mendelik pada Rong Guo yang lusuh, namun hal ini membuat matanya terlihat semakin juling."Tapi aku bukan datang mengemis!" jawab Imam itu berkeras. "Aku datang untuk mendoakan Aula Koi Keberuntungan, yang konon aku dengar sedang dilanda kesulitan."Melihat Imam melarat itu berkeras dan tidak peduli dengan kata-katanya
Sima Cheng, pemimpin Organisasi Tangan Besi, duduk dengan wibawa di atas tandu mewah yang dipikul oleh empat anak buahnya. Setiap langkah mereka terdengar ringan namun kokoh, menggema di jalanan sempit dan berliku dalam hutan yang remang-remang.Tandu tersebut, dilukis dengan warna emas dan merah, dihiasi ukiran naga dan phoenix yang melambangkan kekuasaan dan keabadian. Cahaya rembulan yang menembus celah-celah dedaunan menerangi ukiran tersebut sehingga tampak hidup.Di sebelah tandu, Zhang Fen, anggota elit organisasi, menunggang seekor harimau iblis.Hewan besar itu melangkah dengan anggun, membuat Zhang Fen tidak perlu repot mengeluarkan tenaga untuk berjalan atau berlari. Bulu harimau yang berkilauan di bawah sinar rembulan memberikan kesan yang sangat intimidatif dan megah."Saudara Zhang," suara Sima Cheng terdengar, memecah keheningan hutan yang hanya sesekali diisi oleh suara serangga dan hembusan angin malam. Meski terdengar tenang, ada nada khawatir yang tersirat di dalamn
Mao Shen adalah pemimpin Organisasi Rajawali Iblis. Nama Rong Guo telah ia dengar sejak dari lantai pertama, namun tak sekalipun ia menyangka akan bertemu langsung dengan pria itu."Bagaimana Anda bisa tahu aku? Kita baru pertama bertemu, bukan?" Mao Shen akhirnya bertanya, suaranya masih terdengar serak setelah batuk-batuknya mereda. Dalam hati, ia menyesal telah meremehkan seni Tapak Angin Puyuh yang nyaris membuatnya muntah darah tadi.Meskipun merasa malu, Mao Shen mencoba menyembunyikan perasaan itu di balik tatapan datar. "Kamu memiliki kemampuan yang cukup hebat," katanya perlahan. "Bisa mengeksekusi Tapak Angin Puyuh—seni bela diri peringkat rendah—menjadi sesuatu yang luar biasa seperti tadi. Itu jelas bukan hal yang mudah."Rong Guo hanya tertawa. Suaranya menggema di antara desiran angin malam dan gemerisik dedaunan, menciptakan suasana penuh tekanan."Dari mana aku tahu Anda?" Rong Guo membalas dengan nada santai, namun sorot matanya tajam menusuk. "Mengapa tidak bertanya
"Ayo masuk, sama-sama kita mencari makhluk kontrak!""Hei! Biarkan aku masuk dulu!""Apa-apaan ini? Mengapa menyerobot?"Suara-suara protes dari para hunter menggema di depan pintu portal. Kerumunan mereka penuh sesak, dengan masing-masing orang berusaha mendahului yang lain. Riuh rendah suara itu memekakkan telinga, menciptakan suasana penuh ambisi dan ketegangan.Namun, ketika Rong Guo melangkah melewati portal itu, semua kegaduhan seketika lenyap. Dunia yang baru saja ia masuki begitu sunyi, seolah waktu di dalamnya berjalan dengan cara yang berbeda.Di kiri dan kanan, pohon-pohon ek yang besar dan menjulang tinggi menyambut pandangannya. Cabang-cabangnya membentang lebar, menciptakan bayangan gelap yang hampir menutupi langit. Di bawahnya, akar-akar besar mencengkeram tanah dengan kokoh, membentuk lanskap yang terasa kuno dan penuh misteri.Suara gemerisik lembut terdengar saat angin bertiup di antara dedaunan, menciptakan harmoni alami yang menenangkan.Rong Guo memperhatikan sek
Sementara itu, Ayong dan Yizhan masih sibuk menyelesaikan duyung-duyung terakhir yang tersisa. Mereka bekerja sama dengan baik hingga tak satu pun musuh berhasil melarikan diri. Ketika suasana kembali tenang dan bayangan dungeon mulai memudar, Rong Guo mendekati kedua kawannya.“Kita langsung pulang saja,” katanya tegas, suaranya terdengar serius. “Kalau kalian ingin merayakan kemenangan dengan minum arak, silakan. Tapi aku punya urusan penting yang harus kuselesaikan.”Ayong dan Yizhan saling melirik dengan raut wajah penuh tanda tanya. Meski penasaran, mereka memilih untuk tidak bertanya lebih jauh. Mereka tahu Rong Guo jarang menjelaskan rencananya, dan mendesaknya hanya akan membuang waktu.Ketiganya berpisah di pintu keluar dungeon. Rong Guo melangkah cepat menuju tempat peristirahatan di perkampungan hunter. Tangannya menggenggam erat Kalung Bintang Abadi, satu-satunya benda yang telah lama ia cari. Benda itu terasa hangat, seolah memancarkan energi misterius.Apakah dalam semal
Setelah beberapa waktu berlalu... setelah Rong Guo melewati dungeon ganda yang menimbulkan rasa cemburu bagi setiap hunter, akhirnya Festival Perburuan Malam dimulai.Namun, ada suatu kejadian yang mengejutkan terjadi, membuat Rong Guo sangat bahagia.Hari ini, tepat sehari sebelum festival dimulai, Rong Guo bersama dua kawannya – Ayong dan Yizhan – masuk ke dalam dungeon.Dungeon yang mereka masuki kali ini berwujud lautan yang maha luas.Lawan mereka adalah kaum duyung yang sangat merepotkan. Selain sakti dengan rata-rata keahlian setara Pendekar Naga Giok, kemampuan sihir para duyung benar-benar luar biasa.“Jangan tergoda dengan nyanyian mereka!” kata Rong Guo tegas. Tangan kanannya melambaikan Pedang Phoenix dan Naga, sementara tangan kirinya merapalkan Teknik Cakra Tengkorak Putih.“Nyanyian duyung mengandung magis, dan bisa membuat jiwa kalian terikat!” tambahnya. “Jika tak kuat, pakailah penutup telinga!”Rong Guo berkelebat cepat, pedangnya meliuk-liuk seperti naga yang menga
Setelah pertemuan panjang dengan para petinggi istana berakhir, Khagan Aruqai melangkah memasuki kamarnya yang megah di dalam istana Kaisar Kota Kaejin.Ruangan itu luas dan penuh kemewahan, dihiasi dengan ukiran-ukiran rumit yang bernilai seni tinggi. Dindingnya dicat dengan lapisan warna emas dan perak yang berkilauan, seakan memantulkan sinar setiap kali cahaya menerpa.Beberapa tembikar berkualitas tinggi terletak di sudut ruangan, semakin menegaskan kesan agung dan megah yang menyelimuti tempat itu.Dalam diam, Khagan berjalan menuju meja tulis yang terbuat dari kayu ebony, tampak eksotis seolah dibawa langsung dari negeri tropis yang jauh. Dengan gerakan tenang, ia duduk dan mengeluarkan selembar kertas khusus yang hanya diperuntukkan bagi para pejabat istana. Ia menulis beberapa kata dengan tangan yang halus dan terlatih.“Tuan, semua sudah siap. Mesin Penghimpun Qi akan segera dieksekusi. Kami juga akan mulai mengumpulkan energi darah yang diperlukan untuk mencapai kesempurnaa
Setelah titah terakhirnya selesai, suasana di balairung menjadi mencekam. Hawa dingin yang tidak nyata menyelimuti ruangan.Tak seorang pun berani menatap langsung ke arah Kaisar. Mereka tahu betul bahwa perintah ini tidak hanya mengancam mereka, tetapi juga melibatkan darah rakyat yang tak bersalah.Mesin itu bukan sekadar alat, melainkan mesin pembantaian yang haus akan darah. Harus dihasilkan energi Qi yang maksimal, dan darah manusia menjadi syarat utamanya. Ini menjadi kendala besar bagi ketiga ahli spiritual, yang berusaha menciptakan mesin tanpa menggunakan pengorbanan manusia.Namun, dengan titah baru Kaisar, dilema itu lenyap. Darah akan ditumpahkan, apa pun akibatnya.Mereka semua meninggalkan balairung dengan tubuh menggigil. Tak ada yang berani berbicara, meski nurani mereka bergejolak dalam jiwanya.Keesokan harinya, keanehan mulai terjadi. Laporan tentang hilangnya orang-orang meruak, jadi bahan gunjingan dimana-mana.Di satu desa kecil, seluruh penghuninya menghilang ta
Di istana Hei Tian, Kaisar Jue Tian Yu duduk di singgasana megahnya. Kursi besar itu dihiasi ukiran kepala Phoenix yang tampak anggun, seolah mengawasi seluruh ruangan.Di bawah singgasana, tiga ahli ternama berlutut dengan tubuh gemetar, menghadapi amarah Kaisar Jue Tian Yu.“Bagaimana mungkin kalian begitu lama menyelesaikan Mesin Penghimpun Energi Qi? Bukankah sudah ada tiga blueprint, dan tinggal membuat sesuai contoh?” hardiknya dengan suara menggelegar, membuat udara balairung terasa berat.Ketiga pria paruh baya—Guo Yong, sang Alkemis, Li Hua, ahli array, dan Hui Jian, penyuling senjata spiritual—semakin menundukkan kepala mereka, wajah dipenuhi rasa takut. Akhirnya, Guo Yong memberanikan diri untuk bicara, meski suaranya parau dan penuh permohonan.“Ampun, Yang Mulia. Meski ketiga blueprint sudah ada, terlalu banyak penyimpangan dan jebakan di dalamnya. Kami sudah berusaha merakit mesin itu sesuai petunjuk, tetapi bahkan pada percobaan kesepuluh, kami tetap gagal...” ujarnya m
Di dalam dungeon, lantai tiga Hundun Yaosai,Monster kalajengking merah raksasa, sebesar kerbau, berdiri dengan penuh ancaman. Makhluk Dark Beast peringkat Naga Iblis ini mengurung tiga hunter yang berdiri di mulut dungeon berbentuk belantara. Mata mereka bersinar tajam, siap menghabisi.Pemimpin kalajengking merah itu, dengan suara serak yang dalam, mengancam. “Kalian akan mati di sini. Tiga orang, berani-beraninya masuk ke dungeon kami!”Tawa mengerikan mengiringi perkataan itu, suara kekehan dari lebih dari lima ratus kalajengking merah yang mengelilingi mereka.“Ayo kita santap mereka! Mereka masih muda, pasti dagingnya lembut dan manis!” kata salah satu kalajengking dengan suara garau.Suara gaduh seperti babi yang disembelih mengisi udara. Namun, yang mengejutkan, ketiga hunter itu tak tampak gentar. Bahkan, pemimpin mereka yang terlihat muda itu hanya tersenyum mengejek.“Ingin menyantap kami? Apa kamu yakin bisa?” tanyanya, suaranya dingin dan penuh tantangan.“Beraninya kamu!