Beranda / Fantasi / Warisan Artefak Kuno / Pengemis Baju Bersih – Empat Karung.

Share

Pengemis Baju Bersih – Empat Karung.

Penulis: Jimmy Chuu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-25 18:13:43

Atmosfer yang tegang mengisi setiap sudut ruangan pribadi Pemimpin Organisasi Lima Warna.

Sosok yang dikenal sebagai Bianfu Wang itu menatap Yan Huansheng dengan tatapan yang dingin dan tajam. Aura yang memancarkan niat membunuh sangat jelas terasa di udara, membuat seluruh tulang-tulang Yan Huansheng, pemimpin Organisasi Lima Warna yang digdaya dan sangat ditakuti itu, merinding.

Ia sampai terkencing di celananya.

"Aku punya satu pertanyaan untukmu! Jika kamu menjawab dengan salah, jangan salahkan aku, jika jiwa mu kurenggut!" suara Raja Kelelawar Hitam terdengar dingin, tanpa ada ekspresi apalagi belas kasihan.

"A- apa yang tuanku ingin ketahui? Hamba siap sedia menjawab pertanyaan tuanku Bianfu Wang ..." kata Yan Huansheng dengan suara gemetar. Ia merasakan jari-jari besi yang keras seperti cakar Naga milik Raja Kelelawar Hitam semakin dalam mencengkeram, nyaris merobek nadi di lehernya. Tubuhnya semakin lemas, dan darah semakin deras mengalir. Sedikit lagi ia akan kehilangan nyawa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Shofiyudin Musthofa
gara gara informasi yang gak lengkap... #2
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Warisan Artefak Kuno   Pengemis Baju Bersih – Empat Karung Bagian Dua.

    Xia Mu, awalnya adalah seorang Kultivator yang bergabung belakangan dengan Perkumpulan Pengemis. Sebenarnya dia adalah seorang Kultivator Roque yang tidak memiliki perguruan atau sekte. Dia mempelajari semua keterampilan bela diri dengan mengandalkan kelicikannya dan memanfaatkan orang lain.Sebagai contoh, kerabatnya Duan Xiang di Sekte Khong Tong dengan senang hati mengajarkan teknik bela diri dari Sekte Khong Tong, meskipun Xia Mu tidak berniat untuk melamar menjadi bagian dari sekte bela diri tangan kosong ini."Untuk apa aku harus bergabung dan terikat pada sebuah organisasi, jika hanya menjadi seorang anggota biasa? Setidaknya harus menjadi seorang yang memiliki status di dalam Sekte atau perkumpulan, baru aku mau bergabung!" ujar Xia Mu, ketika ia meminta diajarkan Duan Xiang pukulan tangan kosong, sebuah teknik rahasia sekte tersebut.Merasa iba setelah mendengar rengekan Xia Mu yang masih muda, akhirnya kerabatnya yang bernama Duan Xiang, seorang penatua di Sekte Khong Tong,

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-25
  • Warisan Artefak Kuno   Di Kaki Gunung Wudang.

    Upacara pemakaman Yan Wei sudah sejak pagi tadi selesai dilakukan. Gundukan tanah yang tampak menggunung masih tampak basah dan berwarna merah kecoklatan, mencerminkan kesedihan yang mendalam. Ada sebuah papan yang tertulis nama, ‘Yan Wei – Putra Kesayangan Yan Bai’ di atas tanah yang masih segar dan berbau tanah hutan itu.Sementara ada dua sosok manusia yang berpakaian serba putih, mengenakan ikat kepala putih dan topi warna senada terlihat berdiri dalam posisi diam, membeku seolah-olah menyatu dengan keheningan. Mereka berdiri tegak, menatap ke arah gundukan tanah dengan pandangan kosong.Ini adalah lokasi pemakaman anggota Sekte Wudang yang terletak di tepi Hutan Cemara yang sepi dan hening. Namun Tuan Yan Bai, dan Nyonya masih berdiri dalam diam seolah merenungi dan tidak percaya bahwa Yan Wei, anak tunggal mereka sudah tiada. Mereka berdiri di sana, di bawah langit senja yang merah muda, terpaku dan ingin melupakan kenyataan pahit itu.Saat itu hari sudah setengah gelap, dan tid

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-26
  • Warisan Artefak Kuno   Peristiwa Di Kantor Nona Murong.

    Langit semakin kelam, dan hari sudah beranjak menjadi malam.Zhang Long Yin – Pemimpin Sekte Wudang berdiri dengan jubah berkibar tertiup angin malam di kaki gunung Wudang. Ada dua sosok lainnya disana, wakil pemimpin serta nyonya. Ia berencana mengajak wakil pemimpin Sekte, Yan Bai, dan Nyonya Yan untuk mendaki Puncak Wudang, dan berdiskusi di ruang pribadinya yang hangat.“Aku ingin tahu rencanamu. Tak mungkin kita berdiskusi di sini. Ada banyak telinga yang tidak terdeteksi, siap mendengar semua strategimu!” kata pemimpin sekte, suaranya tegas penuh nada memerintah di sana. Ia menatap jauh ke dalam gelapnya malam, seolah-olah bisa melihat ada banyak mata-mata lawan yang bersembunyi, menyatu dengan malam.Zhang Long Yin menambahkan, “Ruang perpustakaan pribadiku adalah tempat yang aman untuk kita berbincang dua mata. Antar terlebih dahulu Nyonya Yan ke kediaman, dan susul aku ke ruang perpustakaan!”Nada suara Zhang Long Yin terdengar otoriter itu, membuat Yan Bai mengangguk setuju.

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-27
  • Warisan Artefak Kuno   Dua Ninja.

    Wajah Rong Guo berubah muram saat Nona Murong berkata dengan suara dingin, "Maaf, saya tidak mengenal Anda..."Bersamaan dengan kata-kata itu, seakan-akan mengirim pesan tak tertulis, dua ninja yang mengelilingi Rong Guo langsung bergerak dengan sangat gesit. Angin seolah membawa aura ancaman dari tiap gerakan mereka, katana pun terayun."Serahkan diri, atau kami akan membunuhmu!" teriak salah satu ninja dengan nada yang mematikan.Saat itu, Katana yang dipegang salah satu ninja tiba-tiba bergerak dengan kecepatan yang tak masuk akal. Seberkas sinar berwarna putih terbentuk dari bilahnya, menimbulkan suara dengungan yang mirip suara garputala yang bergetar hebat terdenmgar membingungkan. Dalam sekejap, bilah katana itu sudah berada dekat di leher Rong Guo, sedemikian dekat hingga ia bisa merasakan dinginnya logam.TSING!Ketika ninja itu hampir melekatkan katana di leher Rong Guo, dan pada saat tampak kepuasan melanda wajahnya. Ninja itu berteriak dengan nada kegirangan, "Istirahat!"

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-28
  • Warisan Artefak Kuno   Pelindung Guo.

    “Dao Shi? Mengapa Anda bengong? Mari duduk dan kita berdiskusi,” kata Nona Murong.Saat itu tubuhnya yang ramping sudah ia hempaskan di atas kursi berbantal empuk. Gerakannya begitu halus laksana gerakan seorang penari opera saat tubuhnya melayang dan hinggap di kursi empuk itu. Dengan senyum, Nona Murong menatap Rong Guo, seolah olah tidak berbuat salah.Namun, Rong Guo yang masih penasaran, tidak tersentuh dengan kelembutan itu."Aku sungguh tak mengerti," kata Rong Guo, ekspresinya masih bingung. "Sebelumnya Anda mengatakan tidak mengenalku. Namun sekarang memanggilku Dao Shi. Lalu, mengapa dua ninja itu harus menyerangku dengan sungguh-sungguh?" tanyanya, wajahnya menampakkan ketidakpuasan.Nona Murong terus tersenyum, kin menunjukkan giginya. Ia terlihat semakin menggemaskan. Nona Murong langsung bertepuk tangan keras, dan sosok-sosok pelayan laki-laki muncul dari balik pintu, dan langsung membawa dua ninja yang masih pingsan keluar.Tanpa membersihkan ruangan yang masih berantak

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-28
  • Warisan Artefak Kuno   Menutup Diri.

    Murong Lin memperhatikan dengan diam ketika pemuda di depannya memasukkan semua peti berisi bahan herbal ke dalam alat penyimpanan di sabuknya. Dalam hati Nona Murong ini merasa luapan keterkejutan, namun ia berusaha menahan ekspresi wajahnya agar tetap sewajarnya."Sabuk penyimpanan yang begitu besar? Biasanya orang kaya atau ahli beladiri yang memiliki kemampuan finansial tinggi saja yang memiliki alat penyimpanan semua peralatan mereka di dalam benda yang disebut Cincin Antariksa, atau kalung gelang Antariksa. Namun Pelindung Guo ini memiliki penyimpanan fisik yang langka dalam bentuk sabuk? Dia pasti bukan orang biasa!" pikir Murong Lin diam-diam.Seperti yang kita ketahui, Cincin Antariksa dan Gelang Antariksa adalah artefak yang memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Di Koi Keberuntungan, artefak penyimpanan seperti ini dijual secara terbatas. Namun, luas penyimpanannya hanya sebesar 1 x 1 meter dan dijual dengan harga setidaknya Lima Puluh Tail Emas. Jika ada Cincin atau Gelan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-29
  • Warisan Artefak Kuno   Tulang Kirin.

    Selama mengurung diri dalam kamarnya, Rong Guo memulai rencananya, untuk mengkonsumsi satu demi satu bahan herbal didalam kamar. Namun pertanyaannya adalah cara mengkonsumsi yang bagaimana?Pernah sekali ketika ia dalam masa pelariannya dengan Imam Zhan, sekilas Imam Zhan menjelaskan.“Cara yang paling mudah untuk memanfaatkan sumber daya, meski kamu bukan seorang alkemis, adalah dengan melakukan ekstraksi bahan sumber daya itu dengan merebusnya!”Saat itu, Rong Guo yang semasa menjalani pelatihan di Wudang, selalu diberi sumber daya dalam bentuk pil atau cairan pot, tentu saja heran dengan penjelasan ini.“Merebus bahan baku? Apakah semua manfaat akan kita dapati dengan mengkonsumsi ramuan hasil ekstraksi tadi?”Sambil tersenyum Imam Zhang menjelaskan. “Meski air hasil rebusan itu akan memiliki khasiat bagi dirimu kelak, namun sebagai teknik yang paling mendasar untuk mendapatkan hasil ekstraksi, sudah jelas akan banyak sisa residu sumber daya yang tidak terekstrak, dan terbuang perc

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-30
  • Warisan Artefak Kuno   Kota Jiangzhou.

    Pedang yang ditusukkan oleh pria yang mengenakan topi jerami itu melesat dalam gerakan yang sangat cepat, seolah-olah mengiris udara. Wujudnya berubah menjadi sebaris cahaya putih yang pudar, dan suara decitan pedang itu menggema, menggiris perasaan siapa saja yang mendengarnya. Seandainya tusukan itu mengenai seorang ahli tingkat menengah, pedang di tangan pria bertopi jerami itu pasti akan langsung merenggut nyawa lawannya tanpa ampun.Sayangnya, lawan yang ia hadapi adalah Rong Guo, sosok yang beruntung, yang menerima banyak warisan dari para ahli tingkat tinggi. Bukan hanya remaja itu telah memiliki tenaga hawa murni yang sangat kuat, tetapi semua teknik dan jurus bela diri yang ia pelajari berasal dari peringkat paling langka, yang membuat siapa pun yang mengetahuinya akan merasa iri.Pada salah satu manual yang Rong Guo pelajari pada penyimpanan di Sabuk Khongjian, adalah Teknik Meringankan Tubuh Raja Kelelawar. Perlu diketahui, Raja Kelelawar Hitam adalah legenda yang dikenal s

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-01

Bab terbaru

  • Warisan Artefak Kuno   Langit Membara Di Ckrawala Kota Tianzhou – Part II.

    “Kalian, orang-orang dari Benua Podura, sungguh tak tahu malu!" teriak Nyonya Yinfeng, membuka percakapan dengan suara tajam yang penuh kemarahan dan nada mencela.“Sudah bertahun-tahun kalian berusaha menghancurkan Benua Longhai, tetapi semua jagoan kalian selalu kalah. Hari ini, masih berani muncul dan menyerang kami? Benar-benar tak tahu diri!" Ia melanjutkan dengan nada menyindir, menekankan setiap kata.Nyonya Yinfeng sengaja memprovokasi mereka. Suaranya membelah deru angin yang berhembus di cakrawala, membuatnya tampak seperti dewi yang perkasa.Meski terlihat percaya diri, ada kekhawatiran dalam tatapannya. Matanya tak pernah lepas dari tiga kapal roh besar yang mengambang di atas Kota Tianzhou. Ia tahu, musuh yang mereka hadapi kali ini mungkin jauh lebih berbahaya.“Berapa banyak ahli tingkat Kaishi yang tersembunyi di kapal-kapal itu?" bisiknya dalam transmisi suara kepada dua rekannya.Pangeran Mahkota Xue Yan melirik sekilas, ekspresinya tetap tenang meski pikirannya berg

  • Warisan Artefak Kuno   Langit Membara Di Cakrawala Kota Tianzhou.

    Sosok pria berzirah merah itu ternyata seorang pengendali api. Ia mengangkat tangannya, dan dari telapak tangannya terpancar gulungan api yang menjalar ke tanah. Api itu awalnya hanya seukuran kerbau besar, tetapi dalam hitungan detik, nyalanya membesar, merayap seperti ular liar yang haus akan kehancuran.Ekspresi horor segera terpancar di wajah semua orang. Mereka berhamburan, mencari celah untuk menyelamatkan diri dari bencana yang seolah tak terhindarkan.DUAR!Ledakan keras mengguncang udara, memekakkan telinga. Sumber ledakan itu berasal dari arah Akademi Linchuan.Semua orang yang melihatnya tersentak, tubuh mereka membeku sesaat sebelum pikiran panik mengambil alih. Tak terkecuali dua siswa Akademi Linchuan—Yin Zheng dan Hu Chen."Celaka! Akademi Linchuan menjadi sasaran!" teriak Yin Zheng dengan wajah penuh kepanikan. Tubuhnya sedikit gemetar, dan matanya menatap cakrawala yang dipenuhi asap dan cahaya jingga dari api."Barang-barangku masih di akademi!" seru Hu Chen, suarany

  • Warisan Artefak Kuno   Pria Zirah Merah

    Pagi itu, di bawah sinar matahari yang merayap pelan di langit biru, Yin Zheng dan Hu Chin, dua murid terampil dari Akademi Lin Chuan, melangkah mantap menuju aula musik.Seragam akademi yang mereka kenakan terbuat dari kain halus berwarna putih. Pakaian itu sedikit longgar, dengan sabuk sutra melingkar di pinggang, menampilkan lekuk ramping tubuh mereka.Ikat kepala satin putih melingkari kepala mereka, menambah kesan rapi dan elegan, selaras dengan status mereka sebagai murid akademi bela diri yang terkemuka, tempat yang mendidik pemuda dengan pengetahuan dan melatih kekuatan untuk menjadi abadi.Percakapan pun dimulai.“Dengar-dengar, Pangeran Xue Yuan akan mundur dari kepemimpinan akademi,” kata Yin Zheng dengan suara datar, namun sorot matanya penuh penyesalan. “Ini tentu sangat disayangkan.”Langkah mereka ringan, berkat Qinggong yang luar biasa, seolah-olah tubuh mereka melayang di atas rerumputan hijau. Keheningan pagi itu terasa tenang, hanya desiran angin lembut yang menyapu

  • Warisan Artefak Kuno   Tanda-tanda Di Langit

    Kita kembali ke beberapa waktu lalu untuk memperjelas kisah ini.Di Istana Kekaisaran Tian Yun, Pangeran Mahkota Xue Yuan berdiri di balkon yang menjulang tinggi. Dari situ, ia bisa melihat seluruh Kota Tianzhou yang megah, dipenuhi oleh kehidupan yang berdenyut.Di bawah sinar matahari pagi yang hangat, pikirannya melayang jauh, meresapi nasib yang menantinya.Tak jauh dari istana, Akademi Linchuan berdiri megah, terkenal karena pelatihan bela diri dan seni kekaisarannya. Seperti biasa, akademi itu dipenuhi aktivitas. Ratusan murid memenuhi lapangan latihan, suara keras pukulan, "thump" yang kuat saat kaki mereka menghantam tanah dan "swoosh" saat tangan mereka bergerak, menggema di udara.Seorang instruktur berteriak tegas, "Ayo, fokus! Jangan biarkan gerakanmu kehilangan ketepatan!" Sementara itu, ia dengan cermat mengoreksi posisi siswa yang menekuni seni bela diri tangan kosong.Di sisi lain akademi, siswa-siswa berbaju jubah putih panjang bergerak dengan anggun dan percaya diri

  • Warisan Artefak Kuno   Petunjuk – Part II

    Mereka berjalan menuju reruntuhan besar yang membentuk celah seperti gua. Di dalamnya, seorang pemuda duduk bersandar pada dinding yang retak.Pakaiannya, seragam Akademi Linchuan, telah koyak-koyak, memperlihatkan luka-luka di tubuhnya. Wajahnya tampak pucat, garis matanya membiru, dan dari napasnya yang berat, jelas ia mengalami luka dalam yang parah.Rong Guo hanya perlu satu kali pandang untuk memahami keadaan pemuda itu.Ia maju tanpa banyak bicara, berlutut di depannya, lalu meraih tangannya dengan lembut. Rong Guo memejamkan mata, menyalurkan energi Qi Abadi ke tubuh pemuda itu.Efeknya luar biasa.Warna kulit pemuda itu perlahan kembali normal, napasnya menjadi lebih stabil. Mata yang sebelumnya redup kini memancarkan semangat baru. Luka-luka dalam di tubuhnya tampak mulai menghilang, seolah tubuhnya sedang diremajakan dari dalam.Pemuda itu membuka matanya perlahan, tatapannya bertemu dengan Rong Guo.Awalnya terdapat kebingungan, tetapi itu segera berubah menjadi kekaguman.

  • Warisan Artefak Kuno   Petunjuk – Part I

    Ketika kabut dan asap mulai memudar, Rong Guo berdiri di tengah puing-puing Kota Tianzhou.Kegelisahan dan kemarahan menggelora di dalam hatinya, sementara keadaan di hadapannya semakin jelas.Reruntuhan bangunan yang hangus terbakar membentang sejauh mata memandang, dihiasi oleh mayat-mayat yang bergelimpangan—sebagian besar sudah membeku dalam keheningan tragis yang menyayat hati.Namun, di antara kehancuran itu, terlihat beberapa sosok yang masih hidup. Mereka keluar dari persembunyian, berpakaian compang-camping dan wajah penuh debu serta kesedihan.Sebagian besar bersembunyi di balik reruntuhan, berharap menghindari musuh yang mungkin kembali untuk membantai siapa saja yang mereka temukan.“Api sudah padam... sungguh, kami patut bersyukur...” ujar seorang lelaki tua dengan suara gemetar, seolah berusaha meyakinkan diri sendiri.“Langit belum ingin aku tewas,” gumam seorang yang lain, suaranya pelan namun dipenuhi kelegaan dan rasa syukur yang samar.Suasana perlahan berubah.Dari

  • Warisan Artefak Kuno   Apa Yang Terjadi Di Kota Tianzhou – Part II

    Jarak antara Wilayah Selatan dan dataran luas di tengah benua sangatlah jauh. Biasanya, perjalanan menuju ke sana memerlukan waktu sekitar seminggu jika menggunakan alat transportasi spiritual seperti kapal roh atau perahu roh.Namun, jika harus mengandalkan kendaraan darat, seperti berkuda atau kereta kuda, perjalanan bisa memakan waktu lebih lama—biasanya lebih dari satu minggu, bahkan bisa mencapai dua minggu penuh.Tetapi, bagi seorang ahli tingkat puncak—Abadi seperti Rong Guo—perjalanan jauh semacam itu bukanlah hal yang menghambat.Dalam sekejap mata, ia mampu menempuh jarak yang jauh hanya dalam beberapa jam.Saat Rong Guo melesat melalui cakrawala, tubuhnya tampak seakan melesat seperti meteor yang membelah langit malam, bergerak begitu cepat dari Selatan menuju dataran tengah benua, seolah-olah waktu dan ruang tak mampu membatasi pergerakannya.Namun, saat ia mulai menyadari bahwa Dataran Tengah sudah semakin dekat, perasaan tidak enak mulai mengusik hatinya. Sesuatu yang ta

  • Warisan Artefak Kuno   Apa Yang Terjadi Di Kota Tianzhou?

    Di Kota Naga Air...Kekacauan melanda pasukan Kekaisaran Matahari Emas. Dalam hitungan detik, pasukan yang sebelumnya begitu kuat dan angkuh berubah menjadi seperti anak ayam kehilangan induk.Para prajurit yang tadinya percaya diri kini tercerai-berai, saling berteriak dalam kebingungan dan ketakutan. Mereka yang memegang pedang gemetar, tak mampu memutuskan apakah harus melawan atau melarikan diri.Sebaliknya, tentara Kota Naga Air yang sebelumnya diliputi keputusasaan seolah mendapatkan nyawa baru.Semangat mereka bangkit seperti api yang disiram minyak.Dengan pekikan penuh keberanian, mereka mulai mengejar prajurit Matahari Emas yang melarikan diri. Pedang mereka kini terasa lebih ringan, dan langkah mereka lebih tegap, seolah kehadiran seorang Abadi telah mengubah nasib mereka.Di atas langit senja, Rong Guo melayang tenang. Jubah putihnya yang sederhana berkibar lembut tertiup angin, membingkai sosoknya seperti dewa dari legenda.Matanya memandang ke bawah, memantau pertempuran

  • Warisan Artefak Kuno   Aksi Bangau Kaki Satu.

    "Aku sungguh beruntung. Tidak sia-sia pada masa muda aku mendalami seni Qinggong," pikir Altai sambil melesat di udara.Qinggong adalah seni meringankan tubuh."Hari ini, dengan kemampuanku sebagai Kaishi, aku mampu berpindah seperti teleportasi," pikirnya lagi, semangatnya membara.Angin dingin menerpa wajahnya dengan kekuatan yang cukup untuk membuat kulit siapa pun terasa membeku. Jubah hitamnya berkibar liar, seolah menari dalam irama kecepatan yang mustahil dijangkau manusia biasa.Setiap gerakan Altai meninggalkan jejak samar energi berkilauan di udara, menciptakan pemandangan seperti bintang jatuh di langit malam yang pekat.Altai sedikit menarik napas lega, menoleh ke belakang untuk memastikan.Langit yang gelap hanya dihiasi bulan sabit yang pucat, tanpa tanda-tanda ancaman yang mengejarnya.Tidak ada pemuda Abadi itu, dan tidak ada makhluk ungu mengerikan itu.Dada Altai mengembang besar ketika ia menghirup udara dingin dengan rasa puas yang tidak bisa disembunyikan. "Pasti

DMCA.com Protection Status