Pedang yang ditusukkan oleh pria yang mengenakan topi jerami itu melesat dalam gerakan yang sangat cepat, seolah-olah mengiris udara. Wujudnya berubah menjadi sebaris cahaya putih yang pudar, dan suara decitan pedang itu menggema, menggiris perasaan siapa saja yang mendengarnya. Seandainya tusukan itu mengenai seorang ahli tingkat menengah, pedang di tangan pria bertopi jerami itu pasti akan langsung merenggut nyawa lawannya tanpa ampun.Sayangnya, lawan yang ia hadapi adalah Rong Guo, sosok yang beruntung, yang menerima banyak warisan dari para ahli tingkat tinggi. Bukan hanya remaja itu telah memiliki tenaga hawa murni yang sangat kuat, tetapi semua teknik dan jurus bela diri yang ia pelajari berasal dari peringkat paling langka, yang membuat siapa pun yang mengetahuinya akan merasa iri.Pada salah satu manual yang Rong Guo pelajari pada penyimpanan di Sabuk Khongjian, adalah Teknik Meringankan Tubuh Raja Kelelawar. Perlu diketahui, Raja Kelelawar Hitam adalah legenda yang dikenal s
"Pergi! Aula Koi Keberuntungan sedang tidak baik-baik saja! Oleh sebab itu, tidak diizinkan untuk mengemis di sini! Carilah tempat lain!" Suara keras bernada mencemooh terdengar, mengiringi munculnya seorang pelayan di depan Rong Guo. Saat ini, jagoan kita sedang menyamar, dan berpakaian seperti Imam miskin.Pelayan yang bersuara sombong itu mengenakan baju abu-abu sederhana. Ada topi ala para pelayan yang melekat di kepalanya. Matanya sedikit juling dan wajahnya terlihat culas, mirip tikus. Keseluruhan penampilannya adalah galak.Sambil melambaikan tangan, A'fu, nama pelayan itu, mengusir Rong Guo seperti mengusir kecoak. Wajahnya tampak dalam ekspresi jijik ketika dia mendelik pada Rong Guo yang lusuh, namun hal ini membuat matanya terlihat semakin juling."Tapi aku bukan datang mengemis!" jawab Imam itu berkeras. "Aku datang untuk mendoakan Aula Koi Keberuntungan, yang konon aku dengar sedang dilanda kesulitan."Melihat Imam melarat itu berkeras dan tidak peduli dengan kata-katanya
Para pembaca pasti bertanya-tanya dalam hati, “Apa misi yang diberikan Nona Murong kepada Rong Guo melalui pertemuan singkatnya dengan Huang Lian, pria yang topi jerminya sempat direbut oleh Rong Guo?”Mari kita kupas penjelasannya.Sebagai salah satu keluarga bangsawan yang termasuk dalam jejeran Empat Bangsawan Empat Musim di Kekaisaran Yue Chuan, Keluarga Murong memiliki berbagai bisnis. Salah satunya adalah Koi Keberuntungan, yang menjual bahan-bahan dan sumber daya yang diperlukan oleh para ahli bela diri untuk meningkatkan kemampuan tempur dan berkultivasi.Aula Koi Keberuntungan tersebar di hampir semua kota di Yue Chuan, termasuk di Kota Jiang Zhou.Sebagai urat nadi perdagangan yang menopang ekonomi Keluarga Murong, cabang Aula Koi Keberuntungan di Jiangzhou masuk dalam tiga besar sumber pendapatan dari seluruh cabang yang ada. Namun, akhir-akhir ini, penjualan di Kota Jiangzhou mengalami penurunan yang signifikan. Penurunan ini disebabkan oleh kelangkaan sumber daya Ginseng
Sebenarnya ada rasa heran yang mendalam, yang tercermin pada wajah pria berotot di Pintu Gerbang Pasar Gelap itu, ketika ia melihat seorang Imam Tao yang masih muda memasuki area terlarang Pasar Gelap. Lebih-lebih ketika Rong Guo mengungkapkan keinginannya untuk membeli informasi, membuat pria bernama Wang Lei itu keheranan."Bukankah seharusnya seorang Imam Tao itu kerjanya adalah membaca doa, dan mengajarkan kebajikan? Mengapa Dao Shi ini malah ingin berbelanja di Pasar Gelap? Apalagi ingin berkunjung ke Biro Bayangan Malam?" pikir Wang Lei dengan alis yang mengerut.Wang Lei baru akan bertanya pada sang Imam, apakah dia salah alamat, namun dengan gerakan cepat Imam kecil itu menyusupkan sesuatu ke telapak tangan Wang Lei. Ketika ia merasakan ada benda padat dan berat, dingin dengan sedikit aroma logam mulia di telapaknya, hati Wang Lei berdebar kencang."Dua potong perak, masing-masing seberat dua liang?" batinnya terkejut.Wajah Wang Lei yang tadinya serius seketika berubah cerah.
Keesokan harinya, tepat pada waktu yang sama sesuai dengan janji Du Shui, Rong Guo sudah berdiri di depan bangunan Biro Bayangan Malam di Pasar Gelap.“Masih dengan pintu setengah terbuka, bau kertas dan tinta serta bunyi gemerincing tabung-tabung pembawa berita yang bergerak bergesekan,” batin Rong Guo, sambil menatap bangunan yang terlihat misterius namun menyimpan banyak sumber informasi itu.Tanpa ragu-ragu, dia membuka pintu setengah terbuka itu.Namun, tak ada siapapun di dalam ruangan, selain bunyi gesekan tabung pipa yang berbunyi halus.“Tuan Du Shui, aku datang!” teriak Rong Guo.Tak ada jawaban dari Tuan Du Shui. Namun ada sebuah suara lain terdengar samar-samar berbicara. Suara itu sepertinya menggunakan kekuatan hawa murni, karena dikirim dari tempat yang jauh, namun terdengar seperti berbisik pelan di telinga Rong Guo. “Seorang praktisi di Ranah Pendekar Merak Api?” batin Rong Guo.“Dao Shi... silakan masuk ke dalam. Aku sudah menunggu Anda sejak tadi!” kata suara itu be
Sekte Ye Hua terletak di kaki Gunung Baiyun, sekitar seratus lie dari Kota Jiangzhou. Meskipun statusnya adalah sekte Bintang Empat, Sekte Ye Hua sebenarnya berada di bawah supervisi Sekte Khong Tong – sekte Bintang Lima, salah satu sekte aliran Putih yang ternama di Kekaisaran Yue Chuan.Mengapa Sekte Ye Hua masih berada di bawah perlindungan Sekte Khong Tong? Jawabannya adalah karena di Sekte Ye Hua tidak terdapat satupun kultivator yang memiliki kesaktian di ranah Pendekar Lotus Emas. Sementara syarat untuk disebut sekte Bintang Lima adalah memiliki sekurang-kurangnya seorang kultivator di tingkat Pendekar Lotus Emas, untuk mendapat pengakuan dunia bahwa sekte itu termasuk dalam jajaran sekte Bintang Lima.Xu Jian, Pemimpin Sekte Ye Hua, adalah kultivator dengan tingkat kepandaian di ranah Menengah Kura-kura Zircon – membuat Sekte Ye Hua belum memenuhi kualifikasi untuk disebut Sekte Bintang Lima.Baru-baru ini, tidak lebih dari dua tahun yang lalu, terjadi kehebohan besar di Sekte
Lu Qiang dan Liang Fen, dua murid kunci Sekte Ye Hua, seketika melancarkan Jurus Tarian Dewa Perang. Pedang di tangan dua pemuda jenius ini lenyap dalam gulungan sinar pedang berwarna putih, memancarkan desingan nyaring yang menggetarkan telinga.“Bagus! Serangan pedang yang mematikan! Ternyata kabar beredar bahwa Jurus Pedang sekte Ye Hua yang berbehaya, itu bukan isapan jempol nelaka!” Song Xuefeng dari Ekspedisi Kuda Perak memuji.Gulungan sinar pedang putih itu berlomba mendekati Imam Tao yang khusyuk dalam doa, seakan-akan tak terganggu oleh ancaman energi pedang yang mengancam nyawanya."Tuk-tuk-tuk!""Orang yang berintegritas lebih dihormati daripada mereka yang bermain curang. Kehidupan yang jujur membawa ketenangan batin, sementara tipu daya membawa kehancuran." Suara Imam Tao itu bergaung, seolah suaranya memenuhi seisi Hutan Qingsong.Dilain pihak, suara muyu semakin keras diketuk, dan iramanya tetap teratur. Suara sang imam membaca doa dan ujar-ujaran kebajikan terasa meny
Menjelang pagi, suara ayam hutan jantan terdengar berkokok. Bunyinya nyaring terdengar memenuhi Hutan Pinus Qingsong. Sementara daun-daun pohon pinus yang tajam dan panjang seperti jarum terdengar bergemerisik ditiup angin pagi dari utara. Suasana di jalan sepi itu tampak menyeramkan, terutama ketika halimun berarak turun dari Gunung Baiyu, menambah kesan misterius dan mencekam.Saat itu, seorang Imam Tao tampak berdiri tegap dengan punggung yang lurus seperti batang jarum. Jubahnya yang kebesaran, terbuat dari linen kasar yang hampir lapuk, bergelombang tertiup angin pagi. Di kakinya, tergeletak sekumpulan mayat – jasad para kultivator dari Ekspedisi Kuda Perak dan dua murid penting Sekte Ye Hua.Imam itu faktanya Rong Guo. Ia masih diam dan memandang sosok-sosok yang membeku, dengan mata yang tak berkedip.Sejak kecil, hingga usianya menginjak lima belas tahun seperti sekarang, Rong Guo sudah sangat terbiasa melihat kematian dan pembantaian. Jadi, jangan harap ia memiliki rasa bersa
Tiga bulan telah berlalu sejak peristiwa besar yang mengguncang dunia persilatan. Di Puncak Wudang, keramaian tak biasa memenuhi setiap sudut.“Pemimpin Sekte Wudang akan menikah!” teriak seseorang di kerumunan dengan semangat.“Mari kita saksikan! Ini peristiwa yang jarang terjadi!” sahut yang lain, ikut terbawa antusias.“Pemimpin Rong akan menikahi Penatua Xiao, sahabat semasa kecilnya!”Kabar ini telah menyebar ke seluruh penjuru negeri, membuat semua orang berbondong-bondong datang, meskipun tanpa undangan.Setelah kemenangan besar melawan Kekaisaran Matahari Emas, reputasi Sekte Wudang berada di puncaknya. Dipimpin oleh Rong Guo, seorang Abadi, Sekte ini kini menjadi pusat dunia persilatan.Pagi itu, Puncak Wudang terasa hidup. Murid-murid sibuk mempersiapkan segala sesuatu dengan teliti, sementara tokoh-tokoh dari dunia persilatan turut hadir untuk menyaksikan momen bersejarah ini. Para pemimpin sekte aliran putih, datuk sekte sesat, dan praktisi independen berkumpul, meningga
Peristiwa pertarungan itu menyisakan kepedihan yang mendalam. Bau darah masih memenuhi udara, bercampur dengan aroma tanah basah yang terhantam ledakan energi.Langit di atas Puncak Gunung Wudang kini mulai cerah, namun suasana di bawahnya tetap mencekam.Sosok Khaganate dari Benua Podura terbaring diam di atas tanah yang hancur.Armornya yang hitam pekat kini penuh retakan, memancarkan kilau redup seperti batu obsidian yang kehilangan cahayanya.Tubuhnya yang sebelumnya memancarkan aura menakutkan kini terlihat rapuh, seperti sisa abu dari api besar yang telah padam.Dalam sekejap mata, Rong Guo melesat, gerakannya begitu cepat hingga hanya meninggalkan bayangan samar di udara.Ketika orang-orang mengedipkan mata, ia sudah berdiri di sisi jasad Khagan, seperti bayangan yang muncul dari kehampaan.Semua ahli di puncak Wudang segera berkerumun, namun tidak ada yang berani terlalu dekat.Mereka berhenti beberapa langkah di belakang Rong Guo, mata mereka penuh dengan rasa ingin tahu berc
Getaran ledakan meruntuhkan tebing-tebing di kejauhan, sementara retakan-retakan dalam menjalar liar di tanah, melahap apa saja yang dilewatinya.“Langit akan runtuh! Kita semua akan mati!” teriak seorang pria tua, tubuhnya gemetar ketakutan.“Lari! Jangan lihat ke atas!” jerit seorang ibu sambil menarik anaknya yang menangis, wajahnya penuh kecemasan.Penduduk berlarian kacau, beberapa terjatuh akibat guncangan, sementara yang lain terus mencari tempat berlindung.Percikan energi dari ledakan di langit jatuh seperti hujan meteor, membakar apa saja yang disentuhnya.Di langit, tubuh kedua Abadi itu terlempar jauh ke belakang akibat dampak besar serangan mereka. Rong Guo tersungkur ke tanah, tubuhnya memar dan dipenuhi luka.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya, tubuhnya bergetar karena energi yang hampir habis.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya. Tubuhnya tampak melemah, tetapi auranya tetap menguasai langit. Ia melayang dengan stabil di u
Langit tampak seperti tercabik-cabik, retakannya menjalar seperti guratan api yang membakar langit malam.Setiap lapisan atmosfer bergetar hebat, seolah tak mampu lagi menahan kekuatan dahsyat dari dua ahli peringkat Abadi yang bertarung di cakrawala.Matahari memerah, cahayanya memudar seperti nyala lilin yang hampir padam.Dunia seolah berubah menjadi tua.Udara dipenuhi energi gelap dan terang yang saling bertabrakan, menciptakan ledakan menggema yang membuat tanah retak dan sungai meluap.Dua sosok raksasa, perwujudan energi mereka, melesat berpindah-pindah. Ke Utara, Selatan, Barat, dan Timur, setiap langkah mereka mengguncang bumi dan menghancurkan gunung.Bayangan mereka memanjang di atas tanah, menebar teror yang membuat semua makhluk di bawah langit merasa kecil dan tak berdaya.Di seluruh penjuru Benua Longhai, penduduk keluar dari rumah mereka.Wajah-wajah pucat pasi mendongak ke langit, menatap pemandangan apokaliptik yang terjadi di atas mereka.Napas mereka tertahan, dad
Secara alami, pertarungan antara dua Abadi di cakrawala adalah sesuatu yang sangat luar biasa.Pertarungan yang terjadi antara Rong Guo dan Khagan dari Benua Podura mengguncang cakrawala. Kedua sosok abadi itu bertarung dengan kekuatan luar biasa, memecah langit dan menggoncangkan bumi di sekitar mereka.Kedatangan Rong Guo yang terlambat membuatnya terkejut, melihat apa yang terjadi di puncak Gunung Wudang.“Terlambat! Kita terlambat,” tangis Biarawati Fear tak tertahankan.Ia merunduk di tanah puncak gunung, sambil menangisi satu demi satu jenazah murid-murid dari Sekte Gurun Gobi yang tergeletak kaku.Sementara Rong Guo hanya diam.Meski emosinya bergejolak, namun dengan tingkat kultivasi yang telah mencapai puncak dunia, yaitu Yongheng—atau abadi—dia tidak mudah hanyut dalam perasaan sedih yang mendalam.Sambil memindai dengan energi spiritualnya yang tajam, Rong Guo menemukan jejak aura ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas yang menyebar di Puncak Terlarang.Sedetik sorot mata
"Apa yang terjadi?" suara seseorang bergetar memecah keheningan."Siapa yang melakukan ini? Siapa yang menghabisi semua tentara Matahari Emas?"Tidak ada yang mampu menjawab. Keheningan kembali menyelimuti, berat dan penuh tanda tanya.Zhang Long Yin memandang pemandangan itu dengan dahi berkerut tajam. Ia mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi, tapi pikirannya dipenuhi kebingungan. Siapa yang memiliki kekuatan sebesar ini, yang mampu menyingkirkan ribuan tentara dalam sekejap?Xiao Ning menggigit bibir, emosinya bercampur aduk.Keajaiban ini mungkin telah menyelamatkan mereka, tetapi muncul pertanyaan besar: keajaiban macam apa yang terjadi di Puncak Terlarang malam tadi?>>> Di langit...Dua sosok bertarung dalam bentuk yang melampaui nalar manusia.Pemuda berbaju putih longgar berdiri di udara dengan ketenangan yang menusuk, seperti puncak gunung es yang tersembunyi.Senjata di tangannya adalah sebuah payung istimewa yang memancarkan aura magis. Angin berputar di sekelilingny
Malam yang panjang berlalu dengan cepat.Di dalam array Puncak Terlarang, semua orang terdiam, menutup mata, berusaha mengabaikan hiruk pikuk di luar. Ada yang tenggelam dalam meditasi, ada pula yang sibuk mencoba menyembuhkan luka dengan sisa obat seadanya.Kesibukan itu membuat tak seorang pun memperhatikan keanehan yang muncul di luar.Di langit yang kelam, sebuah kilat tiba-tiba menyala, hanya sekejap. Namun, efeknya sungguh menggetarkan.Saat kilat itu lenyap, ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas tergeletak, saling bertumpuk di atas tanah Puncak Terlarang.Tubuh-tubuh mereka tidak bergerak tak bernyawa, nyaris menyatu dengan ribuan jasad yang sudah lebih dulu menjadi korban perang.Tak lama kemudian, matahari mulai bersinar lembut.Cahayanya menyelinap melalui celah array, menyentuh permukaan tanah yang dingin dengan kehangatan samar.Zhang Long Yin, pemimpin Sekte Wudang, membuka mata perlahan setelah semalaman bermeditasi untuk memulihkan energi Qi-nya.Di dekatnya, Xiao Nin
Jauh sebelum perang ini pecah, dalam sebuah diskusi, Zhang Long Yin pernah mengungkapkan bahwa mereka masih memiliki tempat persembunyian, jika keadaan mendesak.“Aku akan bersiul sebagai kode, dan semua orang harus segera bergegas menuju Puncak Terlarang Sekte Wudang. Di sana, kita akan aman!” ujarnya dengan tegas, suaranya penuh keyakinan.Namun, siapa yang bisa membayangkan bahwa saat ini, kata-katanya akan menjadi kenyataan yang mengerikan?“Array dan formasi sihir di Puncak Terlarang sangat kuat. Tidak ada yang bisa menembusnya jika kita berlindung di sana!” jelas Zhang Long Yin lebih lanjut, seperti mengingatkan dirinya sendiri bahwa satu-satunya harapan adalah puncak terlarang itu.Para pemimpin sekte, bersama datuk-datuk dunia persilatan, bahkan telah melakukan simulasi tentang cara evakuasi ke Puncak Terlarang jika keadaan semakin genting.Namun, mereka tidak menyangka bahwa hari itu akan datang dengan begitu cepat.“Tapi semoga ini tak terjadi. Kita akan berperang mati-matia
Di belakang Sekte Wudang, terdapat satu puncak yang belum pernah tersentuh oleh siapapun. Puncak itu dikenal sebagai "Puncak Terlarang", dan hanya pemimpin sekte yang diperbolehkan menginjakkan kaki di sana.Desas-desus beredar bahwa di puncak daerah terlarang tersebut terdapat sebuah jurang yang sangat dalam, yang disebut-sebut sebagai neraka dunia.Jurang itu mendapat juluka "Neraka Dunia" karena di sanalah para praktisi Sekte Wudang yang sesat dan melanggar aturan golongan putih dibuang.Tempat itu menyimpan penderitaan yang tak terbayangkan, dan tak seorang pun yang pernah kembali untuk menceritakan kisahnya.Pagi mulai menjelang, cahaya matahari menyemburat lembut di ufuk timur, namun pertempuran yang berkecamuk tak juga mereda.Di atas Puncak Sekte Wudang, bukanlah pemandangan yang biasanya terlihat—sekarang lebih tepat disebut puncak pemakaman daripada puncak sekte dari dunia persilatan aliran putih. Lantaran darah yang berceceran, dan tubuh yang berserakan, udara terasa begit