Sekte Ye Hua terletak di kaki Gunung Baiyun, sekitar seratus lie dari Kota Jiangzhou. Meskipun statusnya adalah sekte Bintang Empat, Sekte Ye Hua sebenarnya berada di bawah supervisi Sekte Khong Tong – sekte Bintang Lima, salah satu sekte aliran Putih yang ternama di Kekaisaran Yue Chuan.Mengapa Sekte Ye Hua masih berada di bawah perlindungan Sekte Khong Tong? Jawabannya adalah karena di Sekte Ye Hua tidak terdapat satupun kultivator yang memiliki kesaktian di ranah Pendekar Lotus Emas. Sementara syarat untuk disebut sekte Bintang Lima adalah memiliki sekurang-kurangnya seorang kultivator di tingkat Pendekar Lotus Emas, untuk mendapat pengakuan dunia bahwa sekte itu termasuk dalam jajaran sekte Bintang Lima.Xu Jian, Pemimpin Sekte Ye Hua, adalah kultivator dengan tingkat kepandaian di ranah Menengah Kura-kura Zircon – membuat Sekte Ye Hua belum memenuhi kualifikasi untuk disebut Sekte Bintang Lima.Baru-baru ini, tidak lebih dari dua tahun yang lalu, terjadi kehebohan besar di Sekte
Lu Qiang dan Liang Fen, dua murid kunci Sekte Ye Hua, seketika melancarkan Jurus Tarian Dewa Perang. Pedang di tangan dua pemuda jenius ini lenyap dalam gulungan sinar pedang berwarna putih, memancarkan desingan nyaring yang menggetarkan telinga.“Bagus! Serangan pedang yang mematikan! Ternyata kabar beredar bahwa Jurus Pedang sekte Ye Hua yang berbehaya, itu bukan isapan jempol nelaka!” Song Xuefeng dari Ekspedisi Kuda Perak memuji.Gulungan sinar pedang putih itu berlomba mendekati Imam Tao yang khusyuk dalam doa, seakan-akan tak terganggu oleh ancaman energi pedang yang mengancam nyawanya."Tuk-tuk-tuk!""Orang yang berintegritas lebih dihormati daripada mereka yang bermain curang. Kehidupan yang jujur membawa ketenangan batin, sementara tipu daya membawa kehancuran." Suara Imam Tao itu bergaung, seolah suaranya memenuhi seisi Hutan Qingsong.Dilain pihak, suara muyu semakin keras diketuk, dan iramanya tetap teratur. Suara sang imam membaca doa dan ujar-ujaran kebajikan terasa meny
Menjelang pagi, suara ayam hutan jantan terdengar berkokok. Bunyinya nyaring terdengar memenuhi Hutan Pinus Qingsong. Sementara daun-daun pohon pinus yang tajam dan panjang seperti jarum terdengar bergemerisik ditiup angin pagi dari utara. Suasana di jalan sepi itu tampak menyeramkan, terutama ketika halimun berarak turun dari Gunung Baiyu, menambah kesan misterius dan mencekam.Saat itu, seorang Imam Tao tampak berdiri tegap dengan punggung yang lurus seperti batang jarum. Jubahnya yang kebesaran, terbuat dari linen kasar yang hampir lapuk, bergelombang tertiup angin pagi. Di kakinya, tergeletak sekumpulan mayat – jasad para kultivator dari Ekspedisi Kuda Perak dan dua murid penting Sekte Ye Hua.Imam itu faktanya Rong Guo. Ia masih diam dan memandang sosok-sosok yang membeku, dengan mata yang tak berkedip.Sejak kecil, hingga usianya menginjak lima belas tahun seperti sekarang, Rong Guo sudah sangat terbiasa melihat kematian dan pembantaian. Jadi, jangan harap ia memiliki rasa bersa
Memasuki musim gugur di Kekaisaran Yue Chuan, meskipun negeri ini berada di bagian Selatan Benua Longhai, keseluruhan iklim adalah empat musim sehingga udara terasa dingin.Tatkala angin berhembus dari kawasan Utara, dinginnya terasamenusuk tulang, menyelinap melalui setiap lapisan jubah yang terlihat bergelombang tertiup angin. Saat itu, puluhan kultivator senior dari Delapan Sekte Aliran Putih Bintang Lima berjalan menaiki anak tangga menuju aula utama di puncak Gunung Yin Lianhua.Pohon maple yang tumbuh di sisi kiri dan kanan undak-undakan tampak berwarna merah dengan sentuhan oranye.Ketika angin dingin musim gugur berdesau, banyak daun yang warnanya merah kekuningan jatuh sepanjang anak tangga. Pemandangan ini membuat semua kultivator dari delapan sekte Bintang Lima berhenti sejenak, menikmati keindahan daun maple yang berjatuhan pada hari pertama musim gugur. Mereka merasakan keindahan alam yang seolah-olah berbisik, mengiringi langkah mereka menuju aula utama."Menurut Anda, a
Tiba-tiba, ketegangan yang memenuhi atmosfer di Aula Biara Teratai Perak pecah dengan perkataan seseorang yang terdengar penuh semangat dan keyakinan.“Sebenarnya, apa sih keunggulan Imam Sesat Kecil itu? Mengapa dia seolah-olah menjadi bintang utama dari Aliran Hitam, sehingga kami dibuat seperti ketakutan? Aku yakin... kami, para jenius muda dari Aliran Putih pun, tidak kalah memiliki kemampuan tempur yang setara dengannya. Bahkan, aku yakin jika kami bertemu langsung dan bertukar pedang, kupastikan Imam Sesat Kecil itu akan bertekuk lutut di kakiku!”Sejenak suasana menjadi hening, sebelum suara pemuda itu terdengar lagi, kali ini dengan nada yang lebih tegas.Seorang pemuda berusia delapan belas tahun berdiri di antara jajaran Sekte Wudang. Jubahnya berwarna putih bersih, lengkap dengan logo Sekte Wudang dan simbol Baigua yang tampak menonjol. Wajahnya bersih, dengan rambut diikat ke atas kepala membentuk gulungan kecil. Sebagai pelengkap hiasan rambut, sebuah pita kain satin berw
Udara musim gugur tahun ini membawa angin dari Utara yang membuat cuaca terlihat tidak menentu. Sebentar terang, namun tiba-tiba langit mendung, seolah-olah ada tangan tak terlihat yang menarik tirai abu-abu di atas langit biru.Udara di Benua Longhai sendiri menjadi lebih dingin, memaksa orang-orang untuk lebih sering mengurung diri di dalam rumah, menikmati kehangatan api unggun yang gemeretak. Bau kayu terbakar menyebar, menciptakan suasana nyaman dan mengundang nostalgia akan musim-musim semi yang hangat, yang sudah berlalu.Di Biara Teratai Perak, tepatnya di aula biara, udara terasa memanas dan sesak. Bau dupa di udara, mengisi aula kuil dengan aroma yang khas - cendana, bercampur dengan sedikit aroma musk yang menyegarkan. Cahaya remang-remang dari lilin-lilin kecil dan lampu minyak menyoroti asap yang bergelombang ke udara, menciptakan bayangan menari di sekitar patung Buddha yang duduk dalam ketenangan abadi.Seorang pemuda tampak berlutut dipersidangan. Sementara di hadapann
Hawa panas didalam Aula Biara Kuil Teratai Perak sungguh Kontras, dengan hawa musim gugur di luar.Biarawati Zengxhin dari Sekte Gurun Gobi berdiri. Sambil mengayun-ayunkan Fuchen, ia berkata dengan nada suara tegas yang bergema di seluruh aula, menambah suasana tegang yang sudah ada.“Biarawati tua ini merasa, sudah selayaknya kaum muda para jenius dari delapan sekte aliansi menunjukkan gigi di kancah dunia persilatan. Namun, jika hanya satu atau dua sekte saja yang turun gunung, takutnya Aliran Hitam justru akan menertawakan kami dari Aliran Putih. Seolah-olah sentralisasi kekuatan hanya berada di Sekte Wudang saja!”“Padahal... sesungguhnya ada banyak jenius-jenius lain dari tujuh anggota aliansi yang memiliki kemampuan yang tidak kalah dibanding jenius-jenius dari Wudang,” lanjutnya dengan suara yang berirama, membakar semangat para pemimpin sekte di luar Sekte Wudang.Keheningan seketika melanda aula. Semua orang merasa ada aura permusuhan yang sengaja dilontarkan oleh Biarawati
Aula Pelatihan Bela Diri – Biara Teratai Perak, Gunung Yin Lianhua.Suasana di dalam sasana pelatihan itu dipenuhi dengan kebahagiaan yang meluap-luap, aura positif menyelimuti setiap sudut ruangan. Wajah-wajah para jenius dari Delapan Sekte Aliran Putih memancarkan kegirangan saat Wulin Mengzhu – Zhang Long Yin berjanji akan mengajarkan sebuah teknik pedang yang bisa digunakan bersama-sama dalam formasi, namun juga sangat mematikan dalam pertempuran solo. Meskipun kekuatan serangan jurus pedang ini akan berkurang jika dieksekusi secara tunggal, potensinya tetap luar biasa.Wulin Mengzhu – Zhang Long Yin berdiri di atas panggung kecil, dikelilingi oleh banyak anak muda dari delapan sekte, semua menatapnya dengan penuh kekaguman. Aura sebagai seorang ahli di ranah Pendekar Lotus Emas membuat Imam Zhang tampak seperti seberkas cahaya di malam yang gelap gulita. Ia berdiri gagah dengan punggung tegak dan lurus seperti sebatang jarum, memancarkan karisma dan kekuatan yang sulit diabaikan.
Tiga bulan telah berlalu sejak peristiwa besar yang mengguncang dunia persilatan. Di Puncak Wudang, keramaian tak biasa memenuhi setiap sudut.“Pemimpin Sekte Wudang akan menikah!” teriak seseorang di kerumunan dengan semangat.“Mari kita saksikan! Ini peristiwa yang jarang terjadi!” sahut yang lain, ikut terbawa antusias.“Pemimpin Rong akan menikahi Penatua Xiao, sahabat semasa kecilnya!”Kabar ini telah menyebar ke seluruh penjuru negeri, membuat semua orang berbondong-bondong datang, meskipun tanpa undangan.Setelah kemenangan besar melawan Kekaisaran Matahari Emas, reputasi Sekte Wudang berada di puncaknya. Dipimpin oleh Rong Guo, seorang Abadi, Sekte ini kini menjadi pusat dunia persilatan.Pagi itu, Puncak Wudang terasa hidup. Murid-murid sibuk mempersiapkan segala sesuatu dengan teliti, sementara tokoh-tokoh dari dunia persilatan turut hadir untuk menyaksikan momen bersejarah ini. Para pemimpin sekte aliran putih, datuk sekte sesat, dan praktisi independen berkumpul, meningga
Peristiwa pertarungan itu menyisakan kepedihan yang mendalam. Bau darah masih memenuhi udara, bercampur dengan aroma tanah basah yang terhantam ledakan energi.Langit di atas Puncak Gunung Wudang kini mulai cerah, namun suasana di bawahnya tetap mencekam.Sosok Khaganate dari Benua Podura terbaring diam di atas tanah yang hancur.Armornya yang hitam pekat kini penuh retakan, memancarkan kilau redup seperti batu obsidian yang kehilangan cahayanya.Tubuhnya yang sebelumnya memancarkan aura menakutkan kini terlihat rapuh, seperti sisa abu dari api besar yang telah padam.Dalam sekejap mata, Rong Guo melesat, gerakannya begitu cepat hingga hanya meninggalkan bayangan samar di udara.Ketika orang-orang mengedipkan mata, ia sudah berdiri di sisi jasad Khagan, seperti bayangan yang muncul dari kehampaan.Semua ahli di puncak Wudang segera berkerumun, namun tidak ada yang berani terlalu dekat.Mereka berhenti beberapa langkah di belakang Rong Guo, mata mereka penuh dengan rasa ingin tahu berc
Getaran ledakan meruntuhkan tebing-tebing di kejauhan, sementara retakan-retakan dalam menjalar liar di tanah, melahap apa saja yang dilewatinya.“Langit akan runtuh! Kita semua akan mati!” teriak seorang pria tua, tubuhnya gemetar ketakutan.“Lari! Jangan lihat ke atas!” jerit seorang ibu sambil menarik anaknya yang menangis, wajahnya penuh kecemasan.Penduduk berlarian kacau, beberapa terjatuh akibat guncangan, sementara yang lain terus mencari tempat berlindung.Percikan energi dari ledakan di langit jatuh seperti hujan meteor, membakar apa saja yang disentuhnya.Di langit, tubuh kedua Abadi itu terlempar jauh ke belakang akibat dampak besar serangan mereka. Rong Guo tersungkur ke tanah, tubuhnya memar dan dipenuhi luka.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya, tubuhnya bergetar karena energi yang hampir habis.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya. Tubuhnya tampak melemah, tetapi auranya tetap menguasai langit. Ia melayang dengan stabil di u
Langit tampak seperti tercabik-cabik, retakannya menjalar seperti guratan api yang membakar langit malam.Setiap lapisan atmosfer bergetar hebat, seolah tak mampu lagi menahan kekuatan dahsyat dari dua ahli peringkat Abadi yang bertarung di cakrawala.Matahari memerah, cahayanya memudar seperti nyala lilin yang hampir padam.Dunia seolah berubah menjadi tua.Udara dipenuhi energi gelap dan terang yang saling bertabrakan, menciptakan ledakan menggema yang membuat tanah retak dan sungai meluap.Dua sosok raksasa, perwujudan energi mereka, melesat berpindah-pindah. Ke Utara, Selatan, Barat, dan Timur, setiap langkah mereka mengguncang bumi dan menghancurkan gunung.Bayangan mereka memanjang di atas tanah, menebar teror yang membuat semua makhluk di bawah langit merasa kecil dan tak berdaya.Di seluruh penjuru Benua Longhai, penduduk keluar dari rumah mereka.Wajah-wajah pucat pasi mendongak ke langit, menatap pemandangan apokaliptik yang terjadi di atas mereka.Napas mereka tertahan, dad
Secara alami, pertarungan antara dua Abadi di cakrawala adalah sesuatu yang sangat luar biasa.Pertarungan yang terjadi antara Rong Guo dan Khagan dari Benua Podura mengguncang cakrawala. Kedua sosok abadi itu bertarung dengan kekuatan luar biasa, memecah langit dan menggoncangkan bumi di sekitar mereka.Kedatangan Rong Guo yang terlambat membuatnya terkejut, melihat apa yang terjadi di puncak Gunung Wudang.“Terlambat! Kita terlambat,” tangis Biarawati Fear tak tertahankan.Ia merunduk di tanah puncak gunung, sambil menangisi satu demi satu jenazah murid-murid dari Sekte Gurun Gobi yang tergeletak kaku.Sementara Rong Guo hanya diam.Meski emosinya bergejolak, namun dengan tingkat kultivasi yang telah mencapai puncak dunia, yaitu Yongheng—atau abadi—dia tidak mudah hanyut dalam perasaan sedih yang mendalam.Sambil memindai dengan energi spiritualnya yang tajam, Rong Guo menemukan jejak aura ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas yang menyebar di Puncak Terlarang.Sedetik sorot mata
"Apa yang terjadi?" suara seseorang bergetar memecah keheningan."Siapa yang melakukan ini? Siapa yang menghabisi semua tentara Matahari Emas?"Tidak ada yang mampu menjawab. Keheningan kembali menyelimuti, berat dan penuh tanda tanya.Zhang Long Yin memandang pemandangan itu dengan dahi berkerut tajam. Ia mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi, tapi pikirannya dipenuhi kebingungan. Siapa yang memiliki kekuatan sebesar ini, yang mampu menyingkirkan ribuan tentara dalam sekejap?Xiao Ning menggigit bibir, emosinya bercampur aduk.Keajaiban ini mungkin telah menyelamatkan mereka, tetapi muncul pertanyaan besar: keajaiban macam apa yang terjadi di Puncak Terlarang malam tadi?>>> Di langit...Dua sosok bertarung dalam bentuk yang melampaui nalar manusia.Pemuda berbaju putih longgar berdiri di udara dengan ketenangan yang menusuk, seperti puncak gunung es yang tersembunyi.Senjata di tangannya adalah sebuah payung istimewa yang memancarkan aura magis. Angin berputar di sekelilingny
Malam yang panjang berlalu dengan cepat.Di dalam array Puncak Terlarang, semua orang terdiam, menutup mata, berusaha mengabaikan hiruk pikuk di luar. Ada yang tenggelam dalam meditasi, ada pula yang sibuk mencoba menyembuhkan luka dengan sisa obat seadanya.Kesibukan itu membuat tak seorang pun memperhatikan keanehan yang muncul di luar.Di langit yang kelam, sebuah kilat tiba-tiba menyala, hanya sekejap. Namun, efeknya sungguh menggetarkan.Saat kilat itu lenyap, ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas tergeletak, saling bertumpuk di atas tanah Puncak Terlarang.Tubuh-tubuh mereka tidak bergerak tak bernyawa, nyaris menyatu dengan ribuan jasad yang sudah lebih dulu menjadi korban perang.Tak lama kemudian, matahari mulai bersinar lembut.Cahayanya menyelinap melalui celah array, menyentuh permukaan tanah yang dingin dengan kehangatan samar.Zhang Long Yin, pemimpin Sekte Wudang, membuka mata perlahan setelah semalaman bermeditasi untuk memulihkan energi Qi-nya.Di dekatnya, Xiao Nin
Jauh sebelum perang ini pecah, dalam sebuah diskusi, Zhang Long Yin pernah mengungkapkan bahwa mereka masih memiliki tempat persembunyian, jika keadaan mendesak.“Aku akan bersiul sebagai kode, dan semua orang harus segera bergegas menuju Puncak Terlarang Sekte Wudang. Di sana, kita akan aman!” ujarnya dengan tegas, suaranya penuh keyakinan.Namun, siapa yang bisa membayangkan bahwa saat ini, kata-katanya akan menjadi kenyataan yang mengerikan?“Array dan formasi sihir di Puncak Terlarang sangat kuat. Tidak ada yang bisa menembusnya jika kita berlindung di sana!” jelas Zhang Long Yin lebih lanjut, seperti mengingatkan dirinya sendiri bahwa satu-satunya harapan adalah puncak terlarang itu.Para pemimpin sekte, bersama datuk-datuk dunia persilatan, bahkan telah melakukan simulasi tentang cara evakuasi ke Puncak Terlarang jika keadaan semakin genting.Namun, mereka tidak menyangka bahwa hari itu akan datang dengan begitu cepat.“Tapi semoga ini tak terjadi. Kita akan berperang mati-matia
Di belakang Sekte Wudang, terdapat satu puncak yang belum pernah tersentuh oleh siapapun. Puncak itu dikenal sebagai "Puncak Terlarang", dan hanya pemimpin sekte yang diperbolehkan menginjakkan kaki di sana.Desas-desus beredar bahwa di puncak daerah terlarang tersebut terdapat sebuah jurang yang sangat dalam, yang disebut-sebut sebagai neraka dunia.Jurang itu mendapat juluka "Neraka Dunia" karena di sanalah para praktisi Sekte Wudang yang sesat dan melanggar aturan golongan putih dibuang.Tempat itu menyimpan penderitaan yang tak terbayangkan, dan tak seorang pun yang pernah kembali untuk menceritakan kisahnya.Pagi mulai menjelang, cahaya matahari menyemburat lembut di ufuk timur, namun pertempuran yang berkecamuk tak juga mereda.Di atas Puncak Sekte Wudang, bukanlah pemandangan yang biasanya terlihat—sekarang lebih tepat disebut puncak pemakaman daripada puncak sekte dari dunia persilatan aliran putih. Lantaran darah yang berceceran, dan tubuh yang berserakan, udara terasa begit