Udara musim gugur tahun ini membawa angin dari Utara yang membuat cuaca terlihat tidak menentu. Sebentar terang, namun tiba-tiba langit mendung, seolah-olah ada tangan tak terlihat yang menarik tirai abu-abu di atas langit biru.Udara di Benua Longhai sendiri menjadi lebih dingin, memaksa orang-orang untuk lebih sering mengurung diri di dalam rumah, menikmati kehangatan api unggun yang gemeretak. Bau kayu terbakar menyebar, menciptakan suasana nyaman dan mengundang nostalgia akan musim-musim semi yang hangat, yang sudah berlalu.Di Biara Teratai Perak, tepatnya di aula biara, udara terasa memanas dan sesak. Bau dupa di udara, mengisi aula kuil dengan aroma yang khas - cendana, bercampur dengan sedikit aroma musk yang menyegarkan. Cahaya remang-remang dari lilin-lilin kecil dan lampu minyak menyoroti asap yang bergelombang ke udara, menciptakan bayangan menari di sekitar patung Buddha yang duduk dalam ketenangan abadi.Seorang pemuda tampak berlutut dipersidangan. Sementara di hadapann
Hawa panas didalam Aula Biara Kuil Teratai Perak sungguh Kontras, dengan hawa musim gugur di luar.Biarawati Zengxhin dari Sekte Gurun Gobi berdiri. Sambil mengayun-ayunkan Fuchen, ia berkata dengan nada suara tegas yang bergema di seluruh aula, menambah suasana tegang yang sudah ada.“Biarawati tua ini merasa, sudah selayaknya kaum muda para jenius dari delapan sekte aliansi menunjukkan gigi di kancah dunia persilatan. Namun, jika hanya satu atau dua sekte saja yang turun gunung, takutnya Aliran Hitam justru akan menertawakan kami dari Aliran Putih. Seolah-olah sentralisasi kekuatan hanya berada di Sekte Wudang saja!”“Padahal... sesungguhnya ada banyak jenius-jenius lain dari tujuh anggota aliansi yang memiliki kemampuan yang tidak kalah dibanding jenius-jenius dari Wudang,” lanjutnya dengan suara yang berirama, membakar semangat para pemimpin sekte di luar Sekte Wudang.Keheningan seketika melanda aula. Semua orang merasa ada aura permusuhan yang sengaja dilontarkan oleh Biarawati
Aula Pelatihan Bela Diri – Biara Teratai Perak, Gunung Yin Lianhua.Suasana di dalam sasana pelatihan itu dipenuhi dengan kebahagiaan yang meluap-luap, aura positif menyelimuti setiap sudut ruangan. Wajah-wajah para jenius dari Delapan Sekte Aliran Putih memancarkan kegirangan saat Wulin Mengzhu – Zhang Long Yin berjanji akan mengajarkan sebuah teknik pedang yang bisa digunakan bersama-sama dalam formasi, namun juga sangat mematikan dalam pertempuran solo. Meskipun kekuatan serangan jurus pedang ini akan berkurang jika dieksekusi secara tunggal, potensinya tetap luar biasa.Wulin Mengzhu – Zhang Long Yin berdiri di atas panggung kecil, dikelilingi oleh banyak anak muda dari delapan sekte, semua menatapnya dengan penuh kekaguman. Aura sebagai seorang ahli di ranah Pendekar Lotus Emas membuat Imam Zhang tampak seperti seberkas cahaya di malam yang gelap gulita. Ia berdiri gagah dengan punggung tegak dan lurus seperti sebatang jarum, memancarkan karisma dan kekuatan yang sulit diabaikan.
Saat musim gugur tiba, jalanan di kota Daqi dipenuhi dengan romantisme. Daun-daun pohon maple yang menghiasi halaman rumah-rumah orang kaya telah berubah warna menjadi keemasan. Ketika angin sepoi-sepoi membawa daun maple yang menguning, bercampur dengan bunga persik yang lembut berguguran, terciptalah pemandangan yang memukau. Suara gemerisik dedaunan yang menumpuk di jalanan saat kaki melangkah dan menginjaknya seperti melodi latar yang menenangkan.Malam Bulan Purnama masih dua hari lagi dari sekarang.Meski udara mulai dingin dan angin dari Utara terasa seperti pisau yang mengiris kulit, kota Daqi tetap ramai dengan kedatangan banyak pelancong. Mereka berhamburan di jalan, membuat Pasar Timur yang biasanya sepi, pada senja ini, berubah menjadi ramai menyambut keramaian malam hari.Lampion berwarna-warni telah diletakkan di depan rumah-rumah hiburan malam. Restoran dan penginapan di wilayah itu pun tak kalah menarik dengan lampu-lampu yang menerangi papan nama mereka, menawarkan ke
Di dalam Gedung Bayangan Malam – sebuah bangunan yang terpisah dari Aula Koi Keberuntungan, Rong Guo duduk di hadapan Tuan Ma Hu dan Du Shui.Cahaya buram dari lentera di sudut ruangan yang bergoyang, serta minimnya cahaya matahari yang minim - berusaha menerobos lewat jendela berkisi-kisi, memberikan nuansa misteri dalam ruangan. Aroma dupa berbau kayu cendana yang terbakar menguar di udara, menambah suasana yang menegangkan.Wajah Rong Guo tampak serius, di tangannya ada selembar kertas berisi informasi dunia persilatan yang sangat mengejutkan.“Mengapa aku bisa lupa, pertemuan Aliran Sesat yang kujanjikan pada Yan Huansheng – Pemimpin Organisasi Lima Warna itu? Bukankah jadwal pertemuan itu adalah malam saat Purnama pertama di awal musim gugur? Itu berarti dua hari dari sekarang?”Rong Guo menepuk jidatnya, menyadari kekhilafannya. Wajahnya sedikit berkerut saat pencerahan muncul di benaknya. Pertanyaan yang menggelayut di hatinya terjawab sudah dengan sendirinya.“Jadi... sosok-so
Hujan baru saja berhenti di Kota Daqi.Genangan air tampak di mana-mana, memantulkan cahaya lampu jalan yang redup. Udara lembap bercampur dengan hembusan angin musim gugur, membuat suhu udara terasa lebih dingin dari biasanya.Daun-daun maple yang sudah berguguran menutupi jalanan di sepanjang Kota Daqi, terlihat seolah-olah berlapiskan permadani kemerahan. Meskipun begitu, suasana romantis tidak terasa pada pagi itu; hanya ada kesunyian yang menyelimuti.Ada sekelompok tentara tampak berlari dengan langkah berirama, suara langkah mereka terdengar mantap di tengah kesunyian pagi. Mereka mengejar pemimpin mereka yang duduk di atas seekor kuda perang yang terlihat gagah perkasa, bulu kudanya yang basah berkilauan diterpa cahaya redup.Bunyi derap kaki kuda dan dua lusin sepatu tentara yang menghantam tanah terdengar seperti gelombang di pagi gelap saat matahari belum nampak di ufuk timur. Setiap langkah mereka menggema, menciptakan irama yang mengiringi perjalanan mereka menuju gerbang
Malam saat bulan purnama di awal musim gugur.Sekte Makam Keramat terletak di sudut tersembunyi dalam sebuah hutan misterius, di Kekaisaran Yue Chuan, tidak terlalu jauh dari ibu kota. Tempat ini memiliki aura misterius yang jarang ditemui, membuatnya seakan-akan tersembunyi dari pandangan dunia luar.Di Hutan Xiang yang angker, pemandangan dipenuhi pohon ek raksasa berusia ratusan tahun. Batang-batangnya yang besar dan kokoh menjulang tinggi ke langit, daunnya lebat menciptakan kanopi hijau yang hampir tidak pernah ditembus oleh sinar matahari. Ketika angin malam berhembus, suara dedaunan yang berderak dan ranting-ranting yang bergesekan terasa menambah suasana misterius dan menyeramkan.Ada sebuah pemakaman keramat yang juga berusia ratusan tahun di Hutan Xiang ini.Saking tua dan kuno, banyak orang enggan melewati Hutan Xiang jika ingin pergi ke kota lain di sekitar ibu kota. Pemakaman ini dikelilingi oleh cerita-cerita horor dan legenda, menambah kehati-hatian para pelintas jalan.
Di bawah tanah, di kedalaman perut bumi tempat Sekte Makam Neraka berkediaman, suasana terasa begitu mencekam.Cahaya lampu minyak, dan obor yang redup memantulkan bayangan-bayangan para kultivator ke dinding-dinding batu, menciptakan gerakan seolah mengikuti ketegangan yang menyelimuti para kultivator aliran hitam yang berkumpul di bawah Pohon Ek gersang itu."Bing Xin Mo!" suara-suara kultivator aliran hitam terdengar mendesis, menggema hingga kei lorong-lorong bawah tanah yang sempit.Kebanyakan kultivator yang hadir pada malam purnama itu mengenal dengan baik siapa Bing Xin Mo ini.Bing Xin Mo tidak hanya memiliki kepandaian yang tinggi, tetapi juga Kultivasi di ranah Pendekar Lotus Emas. Sejak lama, dia selalu ingin bersaing melawan Raja Kelelawar Hitam. Dengan kesaktian yang setara di ranah Pendekar Lotus Emas, Bing Xin Mo sangat berambisi untuk memimpin seluruh Aliran Hitam di Kekaisaran Yue Chuan, dan mengalahkan Raja Kelelawar Hitam.Sayangnya, dalam suatu duel yang berlangsu
Sima Cheng, pemimpin Organisasi Tangan Besi, duduk dengan wibawa di atas tandu mewah yang dipikul oleh empat anak buahnya. Setiap langkah mereka terdengar ringan namun kokoh, menggema di jalanan sempit dan berliku dalam hutan yang remang-remang.Tandu tersebut, dilukis dengan warna emas dan merah, dihiasi ukiran naga dan phoenix yang melambangkan kekuasaan dan keabadian. Cahaya rembulan yang menembus celah-celah dedaunan menerangi ukiran tersebut sehingga tampak hidup.Di sebelah tandu, Zhang Fen, anggota elit organisasi, menunggang seekor harimau iblis.Hewan besar itu melangkah dengan anggun, membuat Zhang Fen tidak perlu repot mengeluarkan tenaga untuk berjalan atau berlari. Bulu harimau yang berkilauan di bawah sinar rembulan memberikan kesan yang sangat intimidatif dan megah."Saudara Zhang," suara Sima Cheng terdengar, memecah keheningan hutan yang hanya sesekali diisi oleh suara serangga dan hembusan angin malam. Meski terdengar tenang, ada nada khawatir yang tersirat di dalamn
Mao Shen adalah pemimpin Organisasi Rajawali Iblis. Nama Rong Guo telah ia dengar sejak dari lantai pertama, namun tak sekalipun ia menyangka akan bertemu langsung dengan pria itu."Bagaimana Anda bisa tahu aku? Kita baru pertama bertemu, bukan?" Mao Shen akhirnya bertanya, suaranya masih terdengar serak setelah batuk-batuknya mereda. Dalam hati, ia menyesal telah meremehkan seni Tapak Angin Puyuh yang nyaris membuatnya muntah darah tadi.Meskipun merasa malu, Mao Shen mencoba menyembunyikan perasaan itu di balik tatapan datar. "Kamu memiliki kemampuan yang cukup hebat," katanya perlahan. "Bisa mengeksekusi Tapak Angin Puyuh—seni bela diri peringkat rendah—menjadi sesuatu yang luar biasa seperti tadi. Itu jelas bukan hal yang mudah."Rong Guo hanya tertawa. Suaranya menggema di antara desiran angin malam dan gemerisik dedaunan, menciptakan suasana penuh tekanan."Dari mana aku tahu Anda?" Rong Guo membalas dengan nada santai, namun sorot matanya tajam menusuk. "Mengapa tidak bertanya
"Ayo masuk, sama-sama kita mencari makhluk kontrak!""Hei! Biarkan aku masuk dulu!""Apa-apaan ini? Mengapa menyerobot?"Suara-suara protes dari para hunter menggema di depan pintu portal. Kerumunan mereka penuh sesak, dengan masing-masing orang berusaha mendahului yang lain. Riuh rendah suara itu memekakkan telinga, menciptakan suasana penuh ambisi dan ketegangan.Namun, ketika Rong Guo melangkah melewati portal itu, semua kegaduhan seketika lenyap. Dunia yang baru saja ia masuki begitu sunyi, seolah waktu di dalamnya berjalan dengan cara yang berbeda.Di kiri dan kanan, pohon-pohon ek yang besar dan menjulang tinggi menyambut pandangannya. Cabang-cabangnya membentang lebar, menciptakan bayangan gelap yang hampir menutupi langit. Di bawahnya, akar-akar besar mencengkeram tanah dengan kokoh, membentuk lanskap yang terasa kuno dan penuh misteri.Suara gemerisik lembut terdengar saat angin bertiup di antara dedaunan, menciptakan harmoni alami yang menenangkan.Rong Guo memperhatikan sek
Sementara itu, Ayong dan Yizhan masih sibuk menyelesaikan duyung-duyung terakhir yang tersisa. Mereka bekerja sama dengan baik hingga tak satu pun musuh berhasil melarikan diri. Ketika suasana kembali tenang dan bayangan dungeon mulai memudar, Rong Guo mendekati kedua kawannya.“Kita langsung pulang saja,” katanya tegas, suaranya terdengar serius. “Kalau kalian ingin merayakan kemenangan dengan minum arak, silakan. Tapi aku punya urusan penting yang harus kuselesaikan.”Ayong dan Yizhan saling melirik dengan raut wajah penuh tanda tanya. Meski penasaran, mereka memilih untuk tidak bertanya lebih jauh. Mereka tahu Rong Guo jarang menjelaskan rencananya, dan mendesaknya hanya akan membuang waktu.Ketiganya berpisah di pintu keluar dungeon. Rong Guo melangkah cepat menuju tempat peristirahatan di perkampungan hunter. Tangannya menggenggam erat Kalung Bintang Abadi, satu-satunya benda yang telah lama ia cari. Benda itu terasa hangat, seolah memancarkan energi misterius.Apakah dalam semal
Setelah beberapa waktu berlalu... setelah Rong Guo melewati dungeon ganda yang menimbulkan rasa cemburu bagi setiap hunter, akhirnya Festival Perburuan Malam dimulai.Namun, ada suatu kejadian yang mengejutkan terjadi, membuat Rong Guo sangat bahagia.Hari ini, tepat sehari sebelum festival dimulai, Rong Guo bersama dua kawannya – Ayong dan Yizhan – masuk ke dalam dungeon.Dungeon yang mereka masuki kali ini berwujud lautan yang maha luas.Lawan mereka adalah kaum duyung yang sangat merepotkan. Selain sakti dengan rata-rata keahlian setara Pendekar Naga Giok, kemampuan sihir para duyung benar-benar luar biasa.“Jangan tergoda dengan nyanyian mereka!” kata Rong Guo tegas. Tangan kanannya melambaikan Pedang Phoenix dan Naga, sementara tangan kirinya merapalkan Teknik Cakra Tengkorak Putih.“Nyanyian duyung mengandung magis, dan bisa membuat jiwa kalian terikat!” tambahnya. “Jika tak kuat, pakailah penutup telinga!”Rong Guo berkelebat cepat, pedangnya meliuk-liuk seperti naga yang menga
Setelah pertemuan panjang dengan para petinggi istana berakhir, Khagan Aruqai melangkah memasuki kamarnya yang megah di dalam istana Kaisar Kota Kaejin.Ruangan itu luas dan penuh kemewahan, dihiasi dengan ukiran-ukiran rumit yang bernilai seni tinggi. Dindingnya dicat dengan lapisan warna emas dan perak yang berkilauan, seakan memantulkan sinar setiap kali cahaya menerpa.Beberapa tembikar berkualitas tinggi terletak di sudut ruangan, semakin menegaskan kesan agung dan megah yang menyelimuti tempat itu.Dalam diam, Khagan berjalan menuju meja tulis yang terbuat dari kayu ebony, tampak eksotis seolah dibawa langsung dari negeri tropis yang jauh. Dengan gerakan tenang, ia duduk dan mengeluarkan selembar kertas khusus yang hanya diperuntukkan bagi para pejabat istana. Ia menulis beberapa kata dengan tangan yang halus dan terlatih.“Tuan, semua sudah siap. Mesin Penghimpun Qi akan segera dieksekusi. Kami juga akan mulai mengumpulkan energi darah yang diperlukan untuk mencapai kesempurnaa
Setelah titah terakhirnya selesai, suasana di balairung menjadi mencekam. Hawa dingin yang tidak nyata menyelimuti ruangan.Tak seorang pun berani menatap langsung ke arah Kaisar. Mereka tahu betul bahwa perintah ini tidak hanya mengancam mereka, tetapi juga melibatkan darah rakyat yang tak bersalah.Mesin itu bukan sekadar alat, melainkan mesin pembantaian yang haus akan darah. Harus dihasilkan energi Qi yang maksimal, dan darah manusia menjadi syarat utamanya. Ini menjadi kendala besar bagi ketiga ahli spiritual, yang berusaha menciptakan mesin tanpa menggunakan pengorbanan manusia.Namun, dengan titah baru Kaisar, dilema itu lenyap. Darah akan ditumpahkan, apa pun akibatnya.Mereka semua meninggalkan balairung dengan tubuh menggigil. Tak ada yang berani berbicara, meski nurani mereka bergejolak dalam jiwanya.Keesokan harinya, keanehan mulai terjadi. Laporan tentang hilangnya orang-orang meruak, jadi bahan gunjingan dimana-mana.Di satu desa kecil, seluruh penghuninya menghilang ta
Di istana Hei Tian, Kaisar Jue Tian Yu duduk di singgasana megahnya. Kursi besar itu dihiasi ukiran kepala Phoenix yang tampak anggun, seolah mengawasi seluruh ruangan.Di bawah singgasana, tiga ahli ternama berlutut dengan tubuh gemetar, menghadapi amarah Kaisar Jue Tian Yu.“Bagaimana mungkin kalian begitu lama menyelesaikan Mesin Penghimpun Energi Qi? Bukankah sudah ada tiga blueprint, dan tinggal membuat sesuai contoh?” hardiknya dengan suara menggelegar, membuat udara balairung terasa berat.Ketiga pria paruh baya—Guo Yong, sang Alkemis, Li Hua, ahli array, dan Hui Jian, penyuling senjata spiritual—semakin menundukkan kepala mereka, wajah dipenuhi rasa takut. Akhirnya, Guo Yong memberanikan diri untuk bicara, meski suaranya parau dan penuh permohonan.“Ampun, Yang Mulia. Meski ketiga blueprint sudah ada, terlalu banyak penyimpangan dan jebakan di dalamnya. Kami sudah berusaha merakit mesin itu sesuai petunjuk, tetapi bahkan pada percobaan kesepuluh, kami tetap gagal...” ujarnya m
Di dalam dungeon, lantai tiga Hundun Yaosai,Monster kalajengking merah raksasa, sebesar kerbau, berdiri dengan penuh ancaman. Makhluk Dark Beast peringkat Naga Iblis ini mengurung tiga hunter yang berdiri di mulut dungeon berbentuk belantara. Mata mereka bersinar tajam, siap menghabisi.Pemimpin kalajengking merah itu, dengan suara serak yang dalam, mengancam. “Kalian akan mati di sini. Tiga orang, berani-beraninya masuk ke dungeon kami!”Tawa mengerikan mengiringi perkataan itu, suara kekehan dari lebih dari lima ratus kalajengking merah yang mengelilingi mereka.“Ayo kita santap mereka! Mereka masih muda, pasti dagingnya lembut dan manis!” kata salah satu kalajengking dengan suara garau.Suara gaduh seperti babi yang disembelih mengisi udara. Namun, yang mengejutkan, ketiga hunter itu tak tampak gentar. Bahkan, pemimpin mereka yang terlihat muda itu hanya tersenyum mengejek.“Ingin menyantap kami? Apa kamu yakin bisa?” tanyanya, suaranya dingin dan penuh tantangan.“Beraninya kamu!