Share

41 | Ijin Pergi ke Luar

Penulis: Rish Alra
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-23 19:54:21

"Revan, tunggu!"

Savira sudah bergegas. Tapi tetap saja Revan bergerak lebih cepat darinya. Pria itu terlihat tidak peduli walau berapa kali pun Savira memintanya untuk menunggu.

"Revan!" teriak Savira memanggil. Dia menghentakkan kakinya dan menarik Revan dengan kasar.

"Ada apa?" tanya Revan jengah. Dia tidak bisa mengendalikan emosinya sejak masalahnya dengan Jovanka dimulai. Dan Savira bukannya menenangkannya, malah membuat rumit keadaan. "Aku sudah bilang, jika aku tidak bisa berangkat bersama denganmu."

"Kenapa tidak bisa? Bukankah tuan Danial saja sudah mengetahui jika kita telah menikah? Lalu kenapa kamu masih berusaha menutupinya?" cecar Savira. Dia merasa tidak suka dengan sikap Revan. Meski sudah menikah, dia masih saja enggan menunjukkan hubungan mereka secara terang-terangan. Padahal ia menanti reaksi orang-orang saat mengetahui ia berhasil menggaet Revan.

"Kita baru saja membuat masalah. Apa kamu tidak bisa berpikir?" tanya Revan geram. Dia tidak mengerti bagaimana isi pi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wanita yang Kembali ke Masa Lalu   42 | Bertemu Revan

    Revan tidak bisa berhenti gelisah. Bayangan Jovanka terus berputar di kepalanya. Selama ia belum berhasil membawa istrinya kembali, rasanya Revan akan terus seperti ini.Saat ini, dia sedang bekerja. Tapi dia tidak bisa bekerja dengan tenang. Revan tidak bisa berkonsentrasi. Seluruh pekerjaannya pun terasa kacau.Revan menyandarkan punggungnya di kursi dan menghela napas. “Aku bisa gila jika terus seperti ini,” gumamnya.Dia harus segera memikirkan cara untuk kembali mengambil istrinya. Sebelum Danial merencanakan sesuatu untuk membuat Revan dan Jovanka bercerai. Revan tidak mungkin membiarkan hal itu terjadi.“Revan, bekerjalah! Jangan terus melamun!” Atasan Revan datang dan menegur.Revan tersentak mendengar suaranya.Atasannya itu tampak menatap Revan dengan tatapan tak suka. Walau tahu Revan merupakan menantu tuan Danial, kebanyakan orang di kantor memang tidak menyukai pria itu.“Maafkan aku, Pak,” ucap Revan sesal.“Jangan ulangi lagi! Sikapmu ini sangat tidak pantas. Jika bukan

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-23
  • Wanita yang Kembali ke Masa Lalu   43 | Bukan Seorang Gadis

    Revan mengacak rambutnya dengan kasar. Dia kesal karena tidak berhasil membujuk Jovanka supaya pergi bersamanya. Lebih dari itu, Revan pun merasa direndahkan oleh teman-teman Jovanka. Kini, rasanya sangat sulit bagi Revan untuk mendekati perempuan yang masih menjadi istrinya itu. Jovanka dikelilingi orang-orang yang kebanyakan menaruh benci pada Revan. Mereka pasti berbahagia melihat hubungan retak antara Revan dengan Jovanka. Sekarang, harus dengan cara apa Revan membawa Jovanka kembali? Jika tanpa pengawasan orang tuanya saja, Jovanka masih dalam perlindungan orang-orang yang peduli padanya, lantas, kapan waktu yang tepat bagi Revan untuk mengajak Jovanka bicara? Revan sudah meninggalkan kantor hanya untuk mencari keberadaan istrinya. Dia bahkan sudah siap menerima cacian setelah keluar dari kantor tanpa ijin. Karena seseorang yang mengabarkan padanya tentang keberadaan Jovanka, Revan tidak banyak bepikir, dia bergegas pergi ke tempat yang dibicarakan orang itu. "Bagaimana?" Tio m

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-24
  • Wanita yang Kembali ke Masa Lalu   44 | Salahmu Karena Menikahinya

    Revan memutuskan untuk duduk di taman kota. Tidak banyak yang berada di sana, karena malam sudah semakin larut. Orang-orang pasti akan lebih memilih untuk pulang dan bergelung dengan selimut.Revan juga sebenarnya menginginkan seperti itu. Sayangnya kini rumahnya bukan lagi menjadi tempat yang nyaman baginya. Setelah dia kehilangan Jovanka, dan membawa Savira, dia tidak lagi menemukan kenyamanan di rumahnya sendiri.Revan sendiri mulai berpikir, apa memang ini yang dia inginkan. Setelah menikah, banyak hal dari Savira yang baru Revan ketahui. Perempuan itu, meski Revan akui dia sangat manis terhadap Revan, berbeda dengan Jovanka yang terlihat acuh, tapi Savira tidak menjalankan tugasnya sebagai istri dengan baik.Dia tidak peduli saat Revan bersiap bekerja, tidak membantu Revan menyiapan pakaian, bahkan untuk menyiapkan makanan saja Savira seperti tidak mau repot-repot memikirkannya. Revan sampai memesan makan dari luar tiap kali waktunya mereka makan. Dan Savira tidak pernah terlihat

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-25
  • Wanita yang Kembali ke Masa Lalu   45 | Rencana Licik Savira

    “Aku ingin ikut bersama kakak.”“Hm?” Razka yang tengah berdiri sambil mengunyah rotinya, seketika menoleh ke arah Jovanka yang baru berbicara. Adiknya itu tampak menuruni tangga, dan berjalan ke arahnya.Razka menelan habis makanan di mulutnya sebelum menjawab Jovanka. “Untuk apa ikut denganku? Di kantor itu membosankan, Jo.”Razka tidak ingin membuat Jovanka bosan jika harus menunggunya bekerja. Ia sendiri sering merasa jenuh dan ingin segera pulang tiap kali berada di kantor. Pekerjaan yang menumpuk itu mengesalkan. Jika tidak ingat jika itu adalah sumber penghasilannya, Razka mungkin sudah membuang dan bakar semua itu hingga habis tak bersisa.“Tapi aku ingin ikut,” rengek Jovanka. “Di rumah juga membosankan. Setidaknya jika aku bersama kakak, aku bisa belajar bagaimana mengurus perusahaan.”Jovanka tidak terpikirkan lagi untuk menjadi seorang istri. Lebih baik dia membantu Ayah dan kakaknya untuk mengembangkan perusahaan. Apapun yang dia lakukan sekarang hanya untuk kebaikan kelu

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-26
  • Wanita yang Kembali ke Masa Lalu   46 | Bersama Razka

    Jovanka pun ikut bersama Razka setelah membujuk Ayahnya. Alasan mengapa Jovanka lebih memilih bersama Razka, adalah karena kakaknya itu lebih pengertian dibanding Ayahnya. Jovanka tidak ingin membuat Ayahnya kecewa dengan kemampuan Jovanka yang tidak sesuai harapannya. Berbeda dengan Razka, kakaknya itu akan selalu mengerti dan menerima Jovanka sekali pun ia gagal.Jovanka tidak pernah terjun ke dunia kerja sebelumnya. Mimpinya dulu adalah menjadi seorang model. Tapi kini ia tidak sedikit pun memiliki ketertarikan dalam bidang itu. Jovanka lebih tertarik untuk mengikuti jejak ayahnya. Karena sepertinya, menjadi wanita kantor cukup keren saat dibayangkan.Jovanka hanya perlu sedikit belajar dari Razka tentang apa saja yang harus ia pelajari.Saat mereka tiba di kantor, Razka benar-benar mengajarinya dengan baik. Dia tidak terburu-buru dan menjelaskan semua yang ia tahu dengan sangat jelas. Jovanka dapat memahami semua yang Razka sampaikan. Dia rasa, sepertinya tidak akan terlalu sulit.

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-27
  • Wanita yang Kembali ke Masa Lalu   47 | Farel Berulah

    Jovanka harus menahan kesal saat Farel yang baru dikenalnya tiba-tiba bersikap sok akrab. Dia terus berusaha mendekati Jovanka dan mengajaknya untuk lebih dekat. Padahal Jovanka tidak ingin berteman lebih dekat dengan pria itu. Terlebih, Jovanka tahu jika Farel memang memiliki perasaan khusus padanya. Jovanka tidak ingin membuat pria itu terlalu berharap.“Bagaimana jika makan siang bersama?” tawar Farel untuk yang kesekian kalinya. Dia sudah memberi banyak penawaran pada Jovanka yang ditolak mentah-mentah oleh perempuan itu. Tapi Farel tidak kehabisan ide, dia terus mencetuskan ajakan lain supaya bisa bergerak lebih dekat dengan Jovanka. “Aku tidak akan keberatan jika kamu mengajak Razka. Meski sebenarnya aku tidak mau.”“Kamu terlalu terus terang,” cibir Razka ketus. Dia ada di sana bersama mereka dan menyaksikan sendiri bagaimana sikap konyol temannya untuk merayu Jovanka. Razka tidak bisa melarang Farel karena melihat pandangan berbinar temannya itu, dia tidak tega untuk menentang

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-28
  • Wanita yang Kembali ke Masa Lalu   48 | Nyaris Celaka

    Jovanka pergi keluar setelah berpamitan pada Razka. Dia berdiri di tepi untuk mencari taksi yang sudah dia pesan. Jovanka berbohong pada Razka dan Farel, taksi yang ia pesan memang belum datang. Jovanka hanya mencari alasan untuk bisa segera pergi dari kantor Razka.“Apakah masih lama?” gumam Jovanka. Dia sesekali melirik handhphone-nya untuk melihat apakah driver taksi itu menghubunginya.Tidak jauh dari tempatnya, seseorang mengawasi gerak gerik Jovanka.Dia Aron, kekasih gelap Savira yang ditugaskan untuk menghabisi Jovanka. Dia berada di sebuah truck yang terpangkir di pinggir jalan. Aron sesekali menyesap gulungan putih di tangannya. Pandangannya tak lepas sedikit pun dari Jovanka. Paras perempuan itu membuatnya terpana. Tubuhnya yang semampai benar-benar menggoda. Seringai muncul di bibir Aron. Ia tidak sabar untuk menikmati tubuh perempuan itu.“Baiklah, kita akan selesaikan ini segera.”Aron menyalakan mesin trucknya, dan melajukannya ke arah Jovanka.Jovanka tidak sadar saat

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-29
  • Wanita yang Kembali ke Masa Lalu   49 | Laporan

    Savira benar-benar marah saat mengetahui jika rencananya untuk membuat Jovanka celaka gagal. Ia melampiaskan amarahnya pada Aron yang memang ia tugaskan untuk melakukan pekerjaan itu.“Kenapa bisa gagal?” tanya Savira geram. Padahal ia sudah memberikan bayaran yang lumayan, tapi hasil yang ia dapatkan justru seperti ini. Savira jadi ragu, apa dia bisa mengandalkan Aron?“Perempuan itu diselamatkan oleh seseorang.” Aron membuang puntung rokoknya di asbak dengan lemparan kasar. Pria itu mendengus, “Jangan hanya bisa menyalahkan ku jika kamu sendiri hanya bisa duduk manis dan menunggu hasil kerjaku.”“Itu karena aku sudah membayarmu,” tukas Savira. “Sudah sewajarnya kamu memberikan ku hasil pekerjaan yang memuaskan. Tapi apa ini? Kamu justru gagal disaat aku hanya memberimu tugas kecil.”“Savira.” Aron berdiri dan mendekati Savira. Dia menatap perempuan yang menjadi kekasihnya itu dengan ekspresi dingin. “Jangan membuat ku kehilangan kesabaran. Jika kamu terus membuat aku marah, mungkin

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-30

Bab terbaru

  • Wanita yang Kembali ke Masa Lalu   100 | Akhir

    Setelah badai, selalu ada pelangi. Jovanka pikir, kata-kata itu hanya omong kosong belaka. Karena sejak dulu kehidupannya selalu menyedihkan, tanpa ada setitik pun cahaya kebahagiaan di dalamnya. Tapi sekarang, setelah melalui semuanya, Jovanka sadar, memang semua ada saatnya. Ia yang telah lama berkubang dalam luka, berteman dengan rasa sakit, kini memiliki banyak kebahagiaan yang patut untuk disyukuri. Kehidupannya menjadi lebih indah. Di cuaca yang gelap sekali pun, ia selalu merasakan suasana hati yang cerah. Perceraian itu tidak pernah terjadi. Akhirnya setelah berhasil membuktikan kesungguhannya, Revan kembali padanya. Pria itu memperlakukan Jovanka dengan sangat baik. Ia memberikan begitu banyak cinta dan perhatian, hingga Jovanka merasa ia diperlakukan seperti perempuan paling istimewa. Pria itu terlalu sering memeluknya, dan kerap kali mencium keningnya. Revan tidak pernah absen melakukan hal kecil itu setiap hari. Tapi hal itu membuat perasaan Jovanka menghangat. Setiap h

  • Wanita yang Kembali ke Masa Lalu   99 | Kembali

    Sudah tiga jam, tapi pembukaannya sama sekali tidak bertambah. Jovanka masih bertahan dengan rasa sakitnya. Sebisa mungkin ia berusaha menahan, tapi rasanya membuat ia semakin ingin melarikan diri dari rasa sakit ini.“Aku tidak tahan,” ucapnya dengan nada tertahan.“Bersabarlah, Nona. Ini sudah biasa dilalui setiap Ibu hamil. Sebentar lagi Anda akan segera menemui bayi kecil anda.” Seorang perawat yang bersamanya berusaha menghibur dan menenangkan.Meski begitu, Jovanka tidak merasa terbantu. Mereka semua yang berada di sana seolah tidak peduli pada rasa sakitnya. Andaikan saja di sini ada suaminya, Jovanka pasti akan sedikit memiliki kekuatan untuk melalui semua ini.“Sakit,” ringisnya.“Jika terlalu lama, kita terpaksa menyuntikkan obat perangsang supaya pembukaan bergerak dengan cepat. Tapi, rasa sakit yang Anda rasakan akan semakin kuat.” Seorang dokter yang menanganinya bertanya dengan keputusannya.Tapi, Jovanka tidak bisa memberikan jawaban. Ia malah ingin menangis. Ia memang

  • Wanita yang Kembali ke Masa Lalu   98 | Melahirkan (2)

    “Tuan Razka.”Razka menyorot tajam seseorang yang menerobos masuk ke ruang kerjanya tanpa permisi. Ia bahkan tidak mendengar suara ketukan pintu sebelumnya.“Kamu pikir ini rumahmu? Bisa seenaknya saja masuk sembarang.”“Maafkan aku, tuan.” Anak buahnya itu menunduk merasa bersalah. Ia juga takut akan menerima murka tuannya itu. Tapi saat ini ia terlalu panik hingga tidak bisa memikirkan apa yang ia lakukan. Ia berharap tuannya tidak mempermasalahkan kesalahan kecil yang ia lakukan ini. “Aku … membawa kebar penting.”“Kabar apa?” Razka bertanya dengan wajahnya yang masih menunjukkan kekesalan. “Jika tidak benar-benar penting menurutku, maka bersiaplah kehilangan pekerjaanmu.”Keringan dingin langsung bercucuran di wajah pria itu. Ekspresi wajahnya bahkan sudah sangat pucat.“Aku-““Bicaralah sebelum kesabaranku habis!” bentak Razka. Ia sudah sangat kesal dengan sikap anak buahnya itu, dan sekarang ia masih harus diuji kesabaran dengan mendengar nada bicaranya yang mendadak gagu.“No-n

  • Wanita yang Kembali ke Masa Lalu   97 | Melahirkan?

    “Awalnya memang sangat mengecewakan. Aku bahkan sempat berpikir dia tidak akan berhasil. Tapi sedikit demi sedikit dia mulai berubah. Dia mulai mengerti dan mau berusaha. Pekerjaannya menjadi semakin baik.”Danial mendengarkan laporan dari anak buahnya yang ia kirimkan untuk berada di sisi Revan. Dari orang itulah ia bisa mengetahui tentang perkembangan Revan.Bukan hanya membantu dan mengawasi, pria itu juga bertugas mengajari Revan tentang semua hal yang tidak ia ketahui. Dia dituntut untuk membuat Revan berkembang.“Berapa lama waktu yang ia butuhkan?” tanya Danial memastikan. Meski ia terlihat santai, bukan berarti dia tidak memikirkan putrinya. Danial pun mengawasi secara ketat tentang perkembangan Revan di sana. Ia juga ingin pria itu segera menyelesaikan pekerjaannya dan kembali ke sini untuk menemani putrinya.“Sejauh ini, semua sudah ditangani dengan baik, Tuan. Perusahaan sudah berjalan dengan normal seperti semula.”Senyum di wajah Danial terlukis. Ia benar-benar lega mende

  • Wanita yang Kembali ke Masa Lalu   96 | Kapan Dia Kembali

    Razka membuka pintu ruang kerja Ayahnya dengan kasar. Suara yang ia timbulkan bisa membuat orang yang mendengarnya terkejut. Tapi Danial yang berada di dalam tidak terlihat terusik sedikit pun. Ia masih berkutat dengan pekerjaannya.“Ayah.” Razka memanggil. Dia meletakkan kedua tangannya di meja, tepat di depan pria itu. Pandangannya terlihat menahan marah. Sepertinya Razka datang dalam suasana hati yang tidak begitu baik.“Ada apa?” sahut Danial terdengar dingin.“Kenapa Ayah masih bisa santai seperti ini?” tanya Razka geram. Ia mencoba menahan diri untuk tidak melempar semua benda yang ada di meja kerja Ayahnya itu. Namun, entah sampai kapan ia akan kuat menahan emosinya.“Memang aku harus bagaimana?” Danial menyahut dengan santai. Dia melepas kaca mata di wajahnya, dan mengelapnya sebentar. Dia melirik ke arah Razka yang masih tampak sangat marah.Putra sulungnya itu mendengus kasar.“Ini sudah berbulan-bulan, dan Adikku sebentar lagi akan melahirkan. Apa pria brengsek itu masih be

  • Wanita yang Kembali ke Masa Lalu   95 | Masuk Rumah Sakit Lagi

    Jovanka terjaga. Dia melihat tempat ia berada saat ini. Ia berada di rumah sakit. Rasanya tidak mengherankan, karena sejak ia mengandung, tempat ini menjadi lebih sering ia kunjungi.“Bagaimana keadaanmu, nak?”Suara Ayahnya mengejutkannya. Dia melihat pria itu mendekat.“Aku baik-baik saja, Ayah,” jawab Jovanka seadanya.“Ibumu sudah ku beri peringatan.” Danial sedikit menyesal membiarkan Jovanka pergi bersama Mona. Seharusnya ia saja yang menemani putrinya berbelanja. Meski antusias menyambut cucu pertamanya, Danial tidak mungkin sampai melupakan kondisi putrinya sendiri.“Aku tidak apa-apa, Ayah. Jangan marah pada Ibu,” ucap Jovanka menenangkan. Dia tidak ingin hubungan Ayah dan Ibunya memburuk hanya karena dirinya. Jovanka ingin saat anak pertamanya lahir, semua orang bisa menyambutnya dengan gembira. Dia tidak ingin ada masalah yang terjadi sebelum itu semua.Lagi pula ia mengerti, Ibunya hanya terlalu bersemangat menyambut cucu pertamanya.“Dia sudah keterlaluan, Jovanka. Jangan

  • Wanita yang Kembali ke Masa Lalu   94 | Kelalaian Mona

    Saat ini Jovanka sedang berada di Mall. Ia bersama Ibunya tengah berbelanja kebutuhan bayi. Dimulai dari pakaian juga perlengkapan lainnya. Banyak barang yang dibeli olehnya. Tentu bukan Jovanka yang meminta, tapi Ibunya yang membeli semua itu, semua barang yang sebenarnya hanya bisa dipakai selama beberapa bulan. Apakah dia lupa jika seorang bayi akan mudah tumbuh besar? Jovanka sampai sakit kepala melihat Ibunya yang begitu antusias membeli semuanya.“Ibu, sudah cukup. Ini saja sudah banyak.” Jovanka mencoba menghentikan Ibunya. Saat ini barang di tangan pengawal yang ikut bersama mereka sudah terlihat begitu menumpuk. Padahal mereka hanya membeli kebutuhan untuk seorang makhluk kecil, kenapa belanjaan mereka bisa sebanyak ini? Jovanka sendiri tidak habis pikir.“Tapi kita masih belum membeli semuanya. Lihat! Kita bahkan belum membeli ranjang untuk cucuku,” seru Mona. Dengan semangat ia pergi ke bagian furniture dan mencari ranjang bayi di sana.Jovanka menghela napas. Ibunya bahkan

  • Wanita yang Kembali ke Masa Lalu   93 | Ngidam

    Jovanka sudah melalui beberapa bulan kehamilannnya. Awalnya memang terasa merepotkan. Terlebih, ia mengalami morning sickness di bulan kedua kehamilannya. Dia tidak bisa mencium bau yang menyengat. Bahkan tidak banyak makanan yang bisa ia konsumsi. Rasanya segala macam makanan yang biasa ia makan sebelum hamil tidak bisa lagi diterima perutnya. Jovanka paling-paling hanya mengkonsumsi buah dan biskuit. Untuk memastikan ia tidak kekurangan nutrisi, Jovanka juga rutin mengkonsumsi vitamin yang diresepkan dokter, juga tidak lupa meminum susu ibu hamil.Setiap bulan ia akan melakukan pemeriksaan kandungan, di mana saat itu keluarganya selalu berebut untuk mengantarnya ke rumah sakit. Alhasil, Jovanka berangkat bersama mereka semua.Saat ini usia kandungannya sudah menginjak trimester kedua. Banyak makanan yang ia inginkan, dan kakaknya selalu berjuang untuk mendapatkannya, sekali pun itu sulit. Hingga ia harus mengerahkan banyak anak buahnya untuk berpencar.Baru kali ini fenomena ibu ham

  • Wanita yang Kembali ke Masa Lalu   92 | Teman-teman yang peduli

    Saat ini Jovanka mendapat kunjungan dari teman-temannya. Dia merasa sedikit terhibur dengan adanya mereka. Terkadang, jika hanya bersama keluarganya, tidak banyak topik yang bisa ia bicarakan. Keluarganya hanya memberi terlalu banyak perhatian. Tapi tidak begitu bisa diajak melakukan obrolan yang menyenangkan.“Aku tidak percaya kamu benar-benar hamil.” Gilda sangat terkejut mendengar kabar ini pertama kali. Ia bahkan sempat mengira Jovanka berbohong padanya. Tapi saat ia melihat sendiri bagaimana kondisi temannya itu, ia mulai percaya dengan apa yang ia katakan. “Kapan kalian melakukannya?”“Itu juga yang ingin aku tanyakan,” timpal Kate.Hal yang paling mengherankan dari semua itu memang alasan mengapa Jovanka bisa sampai mengandung anak Revan, sedangkan Jovanka sendiri sebelumnya sangat enggan berhubungan dengan pria itu.Mereka jadi curiga, apa Revan memperkosa Jovanka?“Jangan berpikir yang tidak-tidak.” Jovanka sepertinya bisa menebak apa yang teman-temannya pikirkan, karena ia

DMCA.com Protection Status