Share

Bab 22. Katanya aku pelit.

Penulis: Kencana Ungu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-20 22:17:14

Kebaikan sikap menentukan kebaikan hidup. Itulah mengapa kita harus dituntut untuk selalu berbuat baik. Jika perbuatan baik kita tidak dibalas oleh orang-orang yang telah kita baikin sekarang percayalah ada Tuhan yang membalasnya. Kita tidak tahu kebaikan yang mana yang akan membawa kita ke syurga, jadi teruslah berbuat baik meski sebesar biji sawi.

🌸🌸🌸

[Ita, kamu itu ya, jadi orang kok, pelit banget. Adik sendiri pinjam duit untuk usaha enggak kamu kasih! Aku do’akan miskin lagi kamu!]

Baru saja mata ini mau terpejam sudah ada WA dari Mbak Ning. Ah, Mbak Ning selalu saja begitu. Memanjakan Wira. Aku tidak tahu apa reaksinya andai Mbak Ning tahu bahwa Wira berhutang bukan untuk buka usaha melainkan untuk bayar hutan judinya.

[Ingat ya, Ta! Harta itu tidak dibawa mati kecuali kamu sedekahkan dan kamu kasih untuk bantu orang lain!]

[Besok kamu kasih uang ke Wira kasihan dia mau buka usaha biar hidupnya sedikit enaklah. Kamu itu takut sekali kalah saing dengan adik sendiri!]

[Uang 10
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 23. Mengantar Maya.

    “Semoga beneran diganti. Ya sudah nanti aku belikan. Aku berangkat dulu ya, Dik, Mbak,”“Ta, kamu nanti tolong WA Danu ya, biar tidak lupa pesananku.”“Iya, Mbak nanti aku bilang ke Mas Danu.”“Ta, rasanya orang hamil itu menyenangkan, ya?”“Tentu saja, apalagi kalau ada suami kita.” Duh, aku keceplosan ngomong semoga saja Mbak Asih tidak tersinggung.“I—ya, sih, tapi gimana ya? Mas Roni tidak bisa ke sini dan menemaniku 24 jam penuh. Istrinya bisa marah,” jawab Mbak Asih.“Mbak ... maaf aku mau tanya, apa itu beneran anak Mas Roni?”“Lah, ya, iya! Memang anak siapa! Orang aku melakukannya hanya dengan dia. Memang sih, ada beberapa lelaki yang merayuku untuk tidur di hotel dengan imbalan uang banyak apa lagi kan, aku cantik gini, Ta. Tapi, ya, itu tadi aku tidak mau. Aku bukan perempuan gampangan. Lebih baik aku dengan Mas Roni saja,” jelas Mbak Asih.“Kalau Ibu tahu beliau bisa marah, Mbak?”“Ibu Sudah tahu karena aku sudah jujur padanya, tapi dari aku memberi tahunya, Ibu malah jadi

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-20
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 24. Tak tahu terima kasih.

    Lembutkan ucapanmu pada istrimu karena sebaik-baik seorang hamba adalah laki-laki- yang berbuat baik pada istrinya.“Sebenarnya aku sudah tahu Berita itu, Mak, tapi aku tidak tahu kalau inisial M adalah Maya,” ucap tetangga Maya, saat ini kami sedang dalam perjalanan ke rumah sakit.“Owalah, Nduk, nasibmu susah sekali. Maafkan Ibu ya, Nduk,” gumam Bu Surtiah, ibunya Maya.“Sabar, Mak. Nanti kita minta ganti rugi pada tersangkanya kalau sudah ditemukan,” sahut tetangganya lagi.“Orang-orang kampung pasti sudah tahu keadaan Maya. Karena mereka rata-rata sudah melihat berita itu. Aku pun tadi lihatnya dapat dari grup kelurahan, tapi kami tidak ngerti kalau itu ternyata Maya anak Bu Surtiah,” ucap tetangga Bu Surtiah lagi.“Ya Allah, Maya ....” Ibu Maya terus saja menangis.Andai Maya tetap di rumah suaminya karena masih dalam masa Iddah pasti dia tidak akan mengalami nasib seperti ini. Memang semua ini sudah takdir, tapi tetap saja Maya menyalahi aturan agamanya sendiri. Sampai rumah sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-20
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 25. Main judi.

    "Kurasa kamu pun sudah mengerti, Wir. Aku dan Mas Danu tidak akan bantu kamu.”“Tu, kan, Pak, lihat dan dengar sendiri. Mantu dan anak kesayangan Bapak itu benar-benar pelit dan tidak bisa diandalkan!” teriak Wira. Persis anak kecil yang tidak kebagian mainan.“Bapak, tidak bisa bilang apa pun, Wira. Itu hak mutlak Mbak dan Masmu,” jawab bapak cuek.“Duh, benar ya, kata pepatah makin kaya itu orang makin pelit,” sahut Mbak Ning. Entah Mbak Ning mengutip pepatah dari siapa.“Istighfar, Ta. Hartamu sebanyak ini kok, enggak mau bantu adik sendiri! Tega kamu!” Mbak Ning memukul bahuku. Sakit sekali.“Mbak, aku punya alasan kenapa tidak mau meminjamkan uangku pada Wira.”“Alasan apa Mbak? Sungguh aku telah salah menilai Mbak Ita dan Mas Danu selama ini. Kukira kalian orang baik, lurus, dan juga dermawan, tapi nyatanya justru kalian membuatku kecewa,” ucap Wira dia berkali-kali mengacak rambutnya. Dasar tukang mendramatisir keadaan.“Lihat Mbak, istriku sebentar lagi mau lahiran, kalau aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-20
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 26. Ribut dengan Wira.

    Aku yakin dalam setiap keyakinan yang dianut manusia di muka bumi ini tidak ada yang pernah mengajarkan keburukan dan hal-hal lainnya yang merugikan sesama.Rosulullah SAW pernah berkata: Siapa pun umatku yang melakukan TAKHBIB maka dia bukanlah umatku.*TAKHBIB: Merebut suami/merusak rumah tangga orang sehingga menyebabkan mereka berpisah/bercerai.🌸🌸🌸Wira makin kalap dia menarik jilbabku dan hendak menamparku. Mas Danu refleks melempar Wira dengan vas bunga yang ada di atas meja.Bunyi pecahan keramik vas bunga membuat kaget anak-anak yang sedang bermain. Kia pun menangis. Tangan Wira terluka. Lemparan Mas Danu tepat mengenai lengannya.Aku lari mengambil Kia, dan menenangkannya.Anak-anak Mbak Ning sudah lebih besar dari Kia, jadi mereka langsung menghampiri Mbak Ning tanpa dipanggil.“Berani kamu sentuh istriku. Tangan itu bukan hanya terluka kena pecahan vas bunga, tapi kupastikan lepas dari tempatnya!” hardik Mas Danu.“Keterlaluan kamu Wira. Malu aku belain kamu mati-matian

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-21
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 27. Kedatangan Mas Roni dan istrinya.

    Astaghfirullah ... Mbak Ning harusnya enggak boleh begitu, walau bagaimana pun Wira kan, adiknya dan tadi juga dia mati-matian membelanya.“Jadi, habis perang, ya? Pada diem-dieman gitu?” celetuk Mbak Asih.“Ssstt ... kita ke dapur aja yuk, ambil buah,” ajakku, Mbak Asih melenggang duluan ke dapur.Syukurlah. Bukannya apa, Mbak Asih ini kan, masih setengah waras dan setengah tidak waras jadi aku takut nanti dia cerita ke mana-mana kasihan Mas Danu harus menanggung malu karena ulah keluargaku.Dari dapur aku bisa lihat Wira. Dia menyandarkan tubuhnya ke tembok. Sebenarnya aku tak tega dan juga kasihan. Adik kecilku yang dulu selalu kugendong ke mana-mana kini sedang salah jalan.Kali ini aku harus tega, kalau tidak nanti Wira tidak akan pernah berubah. Biar dia bersikap dewasa dan mampu memecahkan masalahnya sendiri tanpa mengandalkan bantuan orang lain. Maafkan aku Wira semoga setelah ini kamu bisa berubah.“Ta, ini bagi dua ya, kebanyakan kalau kubawa pulang semua,” tawaran Mbak Asi

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-21
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 28. Pelakor teriak pelakor.

    “Ada apa ini!?” teriak Mas Danu. Rahangnya mengeras giginya bergemeletuk. Dia pasti sangat marah.Rumahnya dilempar pakai batu besar. Untung saja bukan kaca jendela yang dilempar.“Dan, ini perempuan tiba-tiba datang ke rumah bawa parang mau nyabet Ibu. Dia nyariin Asih,” jelas ibu mertuaku beliau menghampiriku. Badannya gemetaran, ketakutan.“Mana Asih! Perempuan gatal tidak punya malu!” Istri Mas Roni pun tidak kalah kuat berteriak. Matanya sembab seperti habis menangis. Dadanya naik turun benar-benar dalam keadaan sangat marah.“Aku di sini, mau apa?” jawab Mbak Asih santai.Tanpa aba-aba istri Mas Roni menyerang Mbak Asih.“Ini mukamu boleh cantik, tapi otak dipakai!” pekik istri Mas Roni. Diolesinya wajah Mbak Asih menggunakan lumpur. Tadi memang habis turun hujan jadi tanah becek dan air menggenang.Tak terima Mbak Asih pun membalas, tapi dia kalah . Badannya Mbak Asih terlalu ramping hingga memudahkan lawannya untuk membanting Mbak Asih.Teriakan dan umpatan saling bersahutan.

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-22
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 30. Mbak Asih bersedih.

    “Makan dulu ya, Sih. Kalau kamu enggak makan kasihan anak yang di perutmu.”“Makan? Anakku apa harus makan? Kalau enggak makan apa akan mati?” tanyanya. Mamah Atik mengangguk.Suap demi suap berhasil masuk ke perut Mbak Asih dengan telaten Mamah Atik menyuapinya.“Assalamualaikum, Dik, gimana Mbak Asih?” tanya Mas Danu rupanya dia sudah kembali dari Masjid.“Lagi makan disuapi Mamah.”“Dan, tolong Ibu. Bilangin itu Mbak kamu. Ibu capek Dan, Ibu malu.”Mas Danu berkali-kali membuang nafas. Kasihan suamiku. Pasti dia pusing dan bingung. Masalah demi masalah terus saja ada.“Asih, dengar ya, Nak. Kasihan ibumu. Sudahi berhubungan dengan Roni.” Mbak Asih menatap kami bergantian lalu terkekeh.“Tidak bisa Bulek. Aku sangat mencintai Mas Roni. Lihat aku pun sekarang sedang hamil anaknya bagaimana nanti kalau anakku lahir tidak ada ayahnya pasti dia sangat sedih,” jawab Mbak Asih seraya mengelus perutnya yang masih datar.“Kamu lebih sayang Roni dari pada ibumu ini, hah?!” sahut ibu.“Bu—kan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-22
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 31. Hargai orang yang bersama kita.

    Hargailah orang yang setia membersamaimu. Yang mencintaimu tanpa kata tapi. Dia bertahan bukan karena tidak ada godaan di luar sana, tapi karena kamu begitu berharga baginya. 🌸🌸🌸Perjalanan ke rumah mantan suami Maya memakan waktu cukup lama. Sebenarnya rumahnya tidak terlalu jauh, 2 jam dari desaku.Tadi pagi di rumah pun terjadi drama yang menguras emosi. Bagaimana tidak, Wira yang membuat kesalahan sendiri malah menyalahkan kami dan mengancam mau bunuh diri dengan cara masuk ke sumur ibu mertuaku. Itu terjadi setelah salat subuh.Bapak bilang terserah dia saja, kalau mau mati dan bunuh diri silakan. Meski sebenarnya aku tahu bapak pun was-was terlihat sekali dari sorot matanya.Lucunya Wira tak jadi menyeburkan diri ke sumur. Dia malah menangis meraung-raung. Pasti tetanggaku heran dua hari ini terjadi peristiwa yang sangat tidak lazim di rumahku. Grup RT juga sudah numpuk ribuan chat dan kebanyakan mengetag nomorku, tapi masih aku abaikan.Aku harus menyelesaikan masalah ini

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-23

Bab terbaru

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 160. Minta kerjaan.

    "Ada, Nov. Alhamdulillah ini aku kasih jangka waktu sampai suamimu gajian, ya? Oh, ya suamimu gajiannya tanggal berapa, Nov?” tanyaku seraya memberikan uang yang aku pegang kepada Novi.“Gajiannya akhir bulan, Ita, ini kan masih tanggal 5 masih lama. Ya, makanya aku harus hemat uang satu juta ini sampai tanggal 25 nanti, ya, sudah terima kasih ya, Ta, nanti kalau suamiku sudah gajian pasti akan aku bayar,” ucap Novi senang.“Iya, Nov, santai aja pakai aja dulu pokoknya begitu suamimu gajian, kamu langsung aja datang ke rumah. Aku tidak mau menagih padamu, Nov, selain tidak enak aku juga menjaga privasimu takutnya pas aku lagi nagih, eh, ada tetangga kita atau yang lain atau ada teman kamu, jadi kan, mereka tahu kalau kamu punya utang. Jadi, aku minta tolong kamu cukup tahu diri aja ya, Nov. Kalau sudah gajian langsung ke rumah,” kataku to the point. Orang seperti Novi memang harus ditegasin. Kalau tidak dia akan menganggap remeh.“Oh, jelaslah itu. Kamu enggak usah khawatir. Ya, kalau

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 159. Utang.

    Paginya saat aku baru saja membuka pintu rumah tepatnya setelah salat subuh tiba-tiba Novi datang ke tergopoh-gopoh menghampiriku.Tumben sekali dia datang sepagi ini.“Ita! Boleh aku minta tolong padamu sekali ini saja,” tanya Novi. Aku mengangguk meskipun sedikit ragu.“Ada apa, ya, Nov? Tumben sekali kamu subuh-subuh datang ke sini,” jawabku balik bertanya.“Itu, Suamiku belum ngambil uang di ATM dan kebetulan uangku juga habis. Hari ini susu anakku habis ini dia lagi nangis karena minta susu enggak aku buatin ditambah lagi listriku tokennya sudah bunyi. Kasih aku pinjam uang satu juta saja Ita, nanti kalau suamiku sudah gajian pasti langsung aku ganti,” jawab Novi.“Oh, mau pinjam uang Nov? Pagi-pagi begini memang ada minimarket buka,” tanyaku lagi.“Ya, enggak, ada sih, Ta, tapi kan, setelah ini aku mau langsung ke minimarket mau beli susu sekalian mau beli token listrik. Kamu tahu kan, Ta, rumahku itu besar pemakainya banyak jadi boros sekali listriknya,” jawab Novi.“Kalau gitu

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 158. Siapa Novi sebenarnya?

    “Barusan ada kok. Cepat sekali mereka pergi. Kenapa kalau pulang tidak pamitan? Dasar manusia hutan tidak punya etika!” gerutu Mbak Wulan.“Sebentar, ya, aku lihat ke depan, barangkali dia ngobrol dengan Mas Danu dan yang lainnya," kataku seraya menghampiri suamiku yang sedang duduk di depan.Loh, kok tidak ada juga, ke mana, ya? Di sana hanya ada suaminya yang ikut ngobrol dengan Mas Danu. Apa Novi pulang mengantarkan anak-anak, ya?“Ti—dak kok, Nyah, semuanya aman terkendali, Nyonya di sana baik-baik, ya, pokoknya nanti pas pulang ke sini semuanya sudah beres dan nyonya pasti terkejut sama rumah barunya.” Aku mendengar suara Novi di teras, aku tengok rupanya dia sedang menerima telepon. Pantas saja aku cari ke mana-mana tidak ada. “Oh, yang taman depan rumah tenang saja, Nyah, itu juga sedang dikerjain sama suamiku. Pokoknya beres terkendali. Nyonya di sana jaga kesehatan, baik-baik pokoknya. Aku di sini akan menjaga amanah Nyonya,” ucap Novi lagi.Aku sedikit terkejut dengar ob

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 157. Bikin geregetan.

    Kata Rasulullah saudara yang terdekat dengan kita adalah tetangga kita. Itu artinya kita harus bersikap baik kepada tetangga kita agar berikatan simbiosis mutualisme, saling membutuhkan satu sama lain, saling tolong menolong satu sama lain, tidak mungkin kan kita mati dikubur sendiri? Tidak mungkin juga kita dalam keadaan sakit pergi ke rumah sakit sendiri itu sebabnya kita diwajibkan selalu berbuat baik kepada orang lain terutama tetangga kita.Kalau kasusnya seperti Novi ini aku bisa apa? Dibaikin seenaknya sendiri, tidak dibaikin juga seenaknya sendiri, jadi serba salah.Jadi satu-satunya jalan yang bisa aku lakukan adalah jika dia tanya aku jawab, jika tidak, ya, sudah diam saja yang penting jika, Novi memiliki kesusahan aku harus pasang badan untuk menolong walaupun dia sangat menyebalkan, tapi Novi tetangga dekatku dan juga temanku dari kecil.Aku mengamati Novi sejak tadi terus saja berbicara mengeluarkan unek-uneknya sendiri tanpa memikirkan perasaan orang lain.Salahku

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 156. Lidah tak bertulang.

    “Nov, langit itu tidak perlu memberitahukan bahwa dirinya tinggi karena tanpa diberitahu semua orang pun sudah tahu. Begitu juga dengan kehidupan kita, tak perlu lagi kita memberitahu kebahagiaan kita, harta-harta kita, kalau memang itu ada pasti nampak, kalau memang itu benar semua orang akan tahu dengan sendirinya, Nov.” Nasihatku kepadanya.“Alah kamu itu, Ta, sok, bijak! Padahal aslinya kamu juga kepo kan, sama kehidupanku? Kamu, kan, dari kecil dulu memang sudah terbiasa di bawahku, jadi ketika kamu hidup kaya, kamu terus mengepoin aku karena merasa tersaingi, ya, kan? Jujur aja, Ta. Enggak apa-apa kok, kita kan memang sudah teman sejak kecil jadi aku tahu betul loh, gimana sifat kamu," jawab Novi lagi.“Ita, ngepoin hidup kamu? Noh, kalau menurutku sih, kebalikannya. Kamu yang selalu mengepoin hidupnya Ita, kalau Ita mah udah mode kalem, mode tidak pernah memamerkan hartanya, dan juga mode dermawan sedangkan kamu kebalikannya," sahut Wulan kesal.“Iya, deh iya, Nov, memang aku

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 155. Mulut jahat Novi

    “Sebenarnya ada acara apa sih, kalian makan-makan begini? Soalnya Mbak Fitri sama Mbak Wulan update status enggak ada captionnya, jadi, aku bingung acara apa. Lagi pula aku belum makan malam, nih jadi kami ke sini. Ita ada acara apa sih?" tanya Novi.“Acara makan-makan biasa aja, Nov, kumpul-kumpul biasa. Karena kan, sudah lama juga kita enggak kumpul-kumpul,” jawabku.“Kok, kamu kumpul-kumpul enggak ngajakin aku sih, Ta, pelit banget!" jawab Novi kesal.“Bukan pelit, Nov, tadi kita itu mau ngajakin kamu, tapi kamu kan, jalannya duluan sudah gitu kamu jatuh ke comberan masa kita mau teriak-teriak ngajakin kamu," jawabku beralasan.Sebenarnya memang tadi mau ngajakin Novi, tapi karena dia sudah kesal duluan pada kami dan acara kami juga dadakan, jadi ya, terpaksa dia terlewatkan walaupun rumahnya persis di samping rumahku.“Halah, alasan saja kamu itu, Ita, kan, ada HP. Kamu bisa loh telpon aku. Novi ke sini, ya, sebentar kita makan-makan gitu, ah dasar aja, kamu, Ta, pelit," ucap

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 154. Tak beretika.

    “Iya, Mbak, aku juga sudah memaafkan. Alhamdulillah kalian mau memaafkanku," ucap Mbak Asih, dia beranjak dari duduknya, menyalami dan memeluk Mbak Fitri dan Mbak Wulan secara bergantian. Mereka pun menangis sesenggukan, ya, Tuhan, ini benar-benar melebihi hari raya Idul Fitri. Kami sungguh-sungguh dalam bermaaf-maafan.“Alhamdulillah kalau kita sudah saling memaafkan semuanya. Berarti malam ini lebih baik makan seruitnya ini kita khususkan untuk menyambut kebahagiaan kita atas hijrahnya Mbak Asih. Kita pimpin doa. Siapa ini yang memimpin doa, Mas Taufik, Mas Dayat atau Mas Danu?” sahut Mamah Atik.“Monggo, silakan Mas Danu atau Mas Dayat, kalau saya enggak bisa baca doa apalagi mendoakan bersama-sama begini, bisanya makan," canda Mas Taufik.“Saya juga jadi jamaah saja, silakan Mas Danu untuk memimpin doa," jawab Mas Danu.“Lah, gimana ini orang-orang di suruh mengimami doa makan tuh paling gampang tinggal baca doa mau makan allahumma bariklana sampai selesai. Ya, sudah baiklah ak

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 153. Haru.

    Tiba-tiba Mbak Asih beranjak dari duduknya dan bersujud di kaki ibu, dia menangis sejadi-jadinya sampai tidak terdengar suaranya lagi. Kami semua yang ada di sini menyaksikan adegan ini pun ikut terharu dalam suasana yang begitu menyentuh hati. Ibu mertuaku pun ikut menangis. Beliau tidak mengucapkan satu kata pun kepada Mbak Asih. Beliau hanya mengusap kepala dan bahu Mbak Asih, sesekali tangan kirinya mengusap air matanya. Mas Danu pun terlihat berkali-kali mengusap ke dua matanya. Aku yakin dia pun menahan tangis. Ini baru terjadi sepanjang aku menjadi menantu Ibu. Ini adalah kali pertamanya Mbak Asih sujud di kaki Ibu.Dulu, waktu masih sama Mas Roni, sama sekali tidak pernah sungkem. Lebaran saja hanya salaman biasa lalu pergi dengan Mas Roni ke rumah mertuanya yang lebih menyedihkan lagi adalah sebelum pergi ke rumah mertuanya dia akan membawa berbagai makanan dan meminta uang saku untuk pergi ke sana.Duhai Allah sungguh indah semua rencanaMu pada kami. Ternyata di balik ujia

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 152. Ibu mertua tak percaya.

    "Oh, iya, Mas, baik nanti akan aku terapkan itu baca ayat kursi kemarin juga aku sudah di ruqyah kata ustaznya juga gitu hanya saja kemarin aku masih bolong-bolong tidak menerapkan itu, makanya tadi sempat kerasukan walaupun hanya sebentar," jawab Mbak Asih."Syukurlah Asih, aku tuh sebenarnya sebagai tetangga prihatin sekali dengan kamu dan juga ibumu, tapi sekali lagi aku pribadi tidak berani ikut campur masalah keluarga orang lain,” ucap Mas topik lagi.“Assalamualaikum ...." Akhirnya Mama Atik dan ibu mertuaku datang. Wajah ibu mertuaku sudah masam. Aku yakin sekali dia marah dengan Mbak Asih karena tadi sudah menge-prank lagi pergi dari rumah tanpa pamit.“Asih, ih, kamu ke rumah Ita enggak bilng-bilang sama Ibu. Kamu tahu ibu, capek nyariin kamu keliling kampung karena tadi ibu dapat laporan dari Wak Jum, bahwa kamu sedang bertemu dengan Roni di ujung gang sana benar atau tidak?” omel ibu memarahi Mbak Asih.“Iya Bu, betul tadi sore aku ketemu dengan Mas Roni tuh dikasih coklat

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status