âEh, ada tamu. Siapa, Mak?â tanya seseorang dari dalam.âEnggak tahu Emak, juga!ââYa, suruh masuk dong, Mak. Mari Kak, Bang, Masuk,â ujarnya ramah. Kutaksir wanita ini adik atau kakaknya suami Maya.âSilakan duduk, maaf ya, seadanya. Namanya di kampung begini,â ujarnya lagi. Kami pun mengangguk ramah. Mamah Atik keluar dan kembali lagi membawa beberapa kantong sembako dan jajanan untuk mereka.âYa Allah, Bu, kok repot-repot segala. Saya tinggal ke belakang dulu, ya?âIbu mertua Maya diam saja, tapi terus saja mengawasi kami.âMas Iwansyahnya ada, Bu?â tanya Mas Danu.âEnggak ada!â jawabnya ketus. Astaghfirullah ... sabar-sabar. Apa karena ini Maya pisahan. Mertuanya galak.âKenapa lihat-lihat gitu!â tegurnya padaku. Aku langsung buang muka. Kaget dan takut. Kuremas tangan suamiku kuat-kuat hingga dia meringis menahan sakit.âKalau boleh tahu, Mas Iwansyah ke mana dan pulang kapan ya, Bu?â tanya Mas Danu lagi.âTidak tahu!â jawabnya lagi. Kali ini tangannya sibuk meracik kinangan. Kal
Pantas saja Maya diceraikan suaminya ternyata kelakuan dia begitu. Aku bisa menyimpulkan bahwa di sini Mayalah yang bersalah.Waktu itu Maya curhat pada Mas Danu, katanya suaminya temperamen dan juga pelit.Kalau punya istri model seperti Maya kurasa semua suami di dunia ini yang tadinya kalem bisa mendadak menjadi jahat dan semena-mena. Bagaimana tidak, Maya tidak pernah bersyukur dengan apa yang dimiliki dan diberi oleh suaminya.âAnak-anak Maya, ke mana?â tanyaku penasaran. Rumah ini begitu sepi katanya Maya punya dua anak yang masih kecil-kecil.âAda, lagi sama Udonya di rumah belakang. Tadi kami sedang nyeruit begitu lihat mobil terparkir di halaman rumah, langsung pulang,â jelas Septi.âOh, begitu. Apa Maya tidak diperbolehkan untuk membawa ke dua anaknya?â tanya Mas Danu.âBoleh, kami mempersilakan Kak Maya bawa anak-anaknya asal diurus yang benar. Di sini saja yang dikelilingi saudara dan neneknya Kak Maya tak segan memukul apa lagi kalau mereka tinggal hanya berdua dengan Kak
"Lihat saja sendiri,â jawab mamah.âApa yang terjadi dengan Maya? Apa ini Maya menantuku?ââIya, Bu. Itulah sebabnya mengapa kami ke sini?â jawabku.âYa Allah, Maya!â Mertua Maya menangis histeris sampai menjatuhkan dirinya ke lantai saat membaca berita yang sedang trending dua hari ini. Beliau memukul-mukul dadanya sendiri.Septi pun ikut menangis sampai sesunggukan, tangannya sibuk mengutak-atik HP.Aku bisa menilai bahwa mereka memang benar-benar sayang pada Maya, tapi kenapa Maya begitu tega.âSabar, Bu. Mari duduk sini saya jelaskan.â Mamah Atik memapah mertua Maya untuk duduk di sebelahnya.âMbak, aku tidak punya aplikasi Tik-Tok dan memang sudah seminggu ini saya tidak punya data internet jadi tidak bisa akses internet. Ini saya lagi minta isiin pulsa sama tetanggaku untuk telepon Abangku,â jelas Septi seraya berkali-kali mengelap air matanya.âApa ibu siap mendengarkan apa yang akan saya ceritakan?â tanya Mamah Atik. Ibu mertua Maya mengangguk.âJadi, berdasarkan yang ditulis
âMak, akan pukul muka tersangka itu, Sep. Kurang ajar sekali sudah melecehkan wanita. Memang dia lahir dari mana kalau bukan dari rahim seorang wanita.Berbuat semena-mena. Kejam, dan jahat pada orang,â ucap mertua Maya.âIya, Mak, aku juga. Sembarangan jadi manusia. Hidup hanya sekali kok, jahat!ââAnak menantuku meski salah begitu Mak tetap sayang padanya karena dari rahimnyalah lahir ke dua cucu Mak yang nantinya menjadi penerus keturunan kami.ââHarusnya Maya beruntung sekali punya mertua sebaik dan sesayang ini padanya,â sahutku.âEntahlah, Mbak Ita, mungkin mata hati menantu Mak itu sedang dibutakan oleh indahnya dunia. Menilai orang lain jauh lebih indah hidupnya dari pada dia.ââIstilah kerennya rumput tetangga terlihat lebih hijau, padahal kita belum tahu dalamnya seperti apa. Banyak ularnyakah? Atau bahkan rumput palsu makanya hijau seger tak cacat sama sekali,â imbuh Mamah Atik.âSalah, saya juga, Bu. Jadi mertua tidak pandai menasihati menantu.ââDi mana-mana orang tua itu
âAku kurang paham kalau untuk itu, Sep. Aku jarang ke toko, paling ke sana kalau anter makanan aja,â jawabku jujur.âAku salah enggak sih, buka aib Kak Maya?â gumam Septi lirih.âTadi kamu bilang apa Mbak Ita, Maya zalim bagaimana?â tanya mertua Maya.âEm ... itu zholim pada dirinya sendiri maksudnya ....âAkhirnya kuceritakan malam itu saat kupergoki Maya menggunakan terong untuk berbuat tak senonoh.Mendengar ceritaku baik Septi ataupun ibunya berkali-kali istighfar.âMasa Kak Maya begitu sih, Mbak?â ujar Septi, pasti dia tak percaya.âAku saja kaget kok, Sep. Kalau aku tidak melihatnya sendiri dan memergokinya mana mungkin aku menceritakan ini padamu dan ibumu,â jawabku.âTernyata selain tidak puas dengan nafkah lahir dia pun tidak puas dengan nafkah batin yang selama ini diberikan anakku. Apa anakku seburuk itu sampai Maya berbuat senonoh tak masuk akal begitu. Ya Allah, Maya ....â rintih ibu mertua Maya. Melihatnya sedari tadi mengelap air mata aku tidak tega. Mertua sebaik ini m
Kata orang jatuh cinta itu biasa yang luar biasa adalah jatuh cinta berkali-kali pada orang yang sama. Yuk, cintai pasangan hidup kita dengan tulus tanpa kata tapi! đđ¸đ¸đ¸âBerdiri, Nak.â Ibu dan anak itu saling berpelukan cukup lama. Banyak kamera mengabadikan momen itu. Para wartawan.âJaga Emak baik-baik ya, Dik, dan ke dua anak Abang. Maafkan abangmu ini yang telah membuat semuanya jadi berantakan. Abang khilaf,â ucap Mas Iwan.âIya, Bang. Aku janji bakal jaga anak-anak Abang dan juga Emak.â Kakak beradik itu pun berpelukan cukup lama.Hatiku kenapa sakit melihat pemandangan ini.Amarah memang bisa mengubah segalanya ibarat api yang bisa membakar hutan rimbun nan hijau.Mas Iwan dikenakan sangsi pasal 360 KUHP di penjara maksimal 9 tahun, tapi katanya nanti akan ada sidang dan Mas Iwan diberi kesempatan untuk membela dirinya sendiri menunggu korban pulih yang tak lain adalah istrinya Mas Iwan sendiri.Kurang lebih itu yang aku dengar dari pihak kepolisian. Kasihan sekali Mas Iw
"Surat cinta siapa kok ada di sini?â tanyaku penasaran karena setelah dibuka tidak ada inisal ataupun namanya.âUntuk yang kucintai, Danu.â Baru baca judulnya saja aku sudah emosi.Hem, sudah kuduga pasti ini dari Maya.âMaya kali ini. Kan, yang lagi bucin sama kamu si Maya, Mas,â kataku kesal.âBukan hanya Maya yang bucin, kamu juga. Buktinya ini cemburu.â Mas Danu terkekeh seraya menjawil hidungku.âSiapa yang cemburu? Ge-er banget, si,â jawabku malu-malu.âNgaku aja dong, eh, tapi kayaknya suratnya seru itu, baca lagi, yuk?â canda Mas Danu lalu disobek-sobeknya kertas itu dan dibuang ke tong sampah. Aku melongo.âKatanya mau dibaca, kok, malah disobek-sobek terus dibuang?â tanyaku heran.âUntuk apa dibaca? Sementara istriku tidak ridho dan cemburu.â Direngkuhnya diriku dalam pelukannya.Sebenarnya hati ini pun gelisah. Siapa yang sudah berani mengirim surat kaleng begini. Bukannya ini zaman modern. Tinggal kirim pesan WA saja langsung dibaca.âSudah jangan gelisah gitu anggap tidak
[Danu, kenapa istrimu jahat sekali? Mempermalukanku di depan semua pasien di sini!][Tidak bisakah kamu mendidik istrimu dengan baik? Aku tahu aku salah, tapi tidak seharusnya istrimu begitu.]Baru saja sampai rumah sudah ada pesan WA dari Maya yang membuat dadaku kembali bergemuruh. Untuk apa dia mengadu pada suamiku? Kurang kerjaan sekali. Untung saja HP Mas Danu ada padaku kalau tidak pasti Mas Danu akan membalasnya dengan kata âYaâ atau âTidakâ.âAda apa, Ta. Kok, berhenti di pintu begitu?â tegur ibu.âOh, tidak ada apa-apa, Bu. Ini ada pesan undian berhadiah nyasar kayaknya penipuan, deh!â jawabku.âSepti, kamu dan Makmu istirahatlah dulu, ini aku pesankan travel maaf ya, tidak bisa mengantar sampai rumah.âSepti dan ibunya hanya mengangguk saja. Aku tahu pasti mereka berdua saat ini sedang dalam keadaan bingung. Sayangnya aku tidak bisa membantu lebih. Hanya ini yang bisa kubantu.âSep, sudah jangan bengong terus nanti kamu malah sakit, kan, kasihan Makmu. Ayo, kita makan dulu,
"Ya, Allah, Asih memang benar-benar, ya, bikin orang tua khawatir! Semoga saja Ibumu baik-baik saja mau menerima maafnya Asih."âAku tidak bisa membayangkan, bagaimana ekspresi ibunya Asih pas tahu Asih sudah bertaubat,â sahut Mbak Wulan. âYang pasti pertama kalinya adalah dia tidak percaya. Terus yang kedua bersyukur banget dan yang ketiga pasti Asih akan dicium-cium," kata Mbak Fitri.âIya, semoga saja begitu. Ibunya nanti pasti akan terkejut sekali apalagi Asih sudah nge-prank sampai malam ini tidak pulang-pulang." âIya, ya, sudah kita tinggalin dulu ya, Mbak, masakannya. Kita salat isya jamaah,â ucapku lagi kepada Mbak Fitri dan Mbak Wulan.Kami bergantian mengambil air wudu lalu melaksanakan salat Isya berjamaah. Ya, Tuhan, nikmat mana lagi yang pantas aku dustakan? Aku dikelilingi orang-orang baik dan juga memiliki tetangga yang baik, ipar yang baik, mertua yang baik, semoga tali persaudaraan kami sampai ke jannah-Mu.Setelah selesai salat Isya, kami menyaksikan Mbak Asih ke
Sebelum wudu aku bergegas menghampiri Mbak Wulan dan juga Mbak Fitri yang ternyata sedang sibuk meracik lalapan untuk diletakkan di dalam nampan panjang.âMbak Fitri, Mbak Wulan, maaf, ya, aku jadi cuekin kalian berdua, loh. Bukan maksud hati mau mencuekin kalian berdua, cuman tadi Mbak Asih banyak curhat enggak enak juga kalau ditinggal. Maaf banget ya, Mbak,â ucapku tulus.âTidak apa-apa, Ta. Kami happy-happy aja kok! Di sini enggak usah merasa dicuekin. Lagi pula kan, tuan rumahnya bukan cuma kamu. Ada ibumu, ada mama mertua kamu. Kami tadi asik ngobrol, tapi karena kamu memang kebetulan lama makanya mereka nyusul ke sana. Semua sudah selesai, kita tinggal bikin sambal terasi aja, bikinnya nanti kalau bapak-bapak sudah pada pulang. Kalau bikin sekarang nanti enggak seger," jawab Mbak Wulan.âIya, betul! Apa yang dibilang Fitri. Kami enjoy aja kok, lagi pula mungkin Mbak Asih memang lagi merasa ingin didengarkan, tapi sepertinya happy ending, ya? Sebab tadi kelihatan dari sini kamu
"Alhamdulillah, terima kasih banyak ya, Ta. Kamu sungguh berhati mulia. Aku menyesal sudah menyia-nyiakanmu selama ini."âSama-sama, Mbak."âOh, ya, Ita, nanti juga aku mau belajar ngaji Tahsin ikut kamu pengajian di rumah Ustazah, boleh?"âBoleh, pokoknya boleh semua kalau itu untuk kebaikan, Mbak Asih," jawabku semangat.âSekali lagi, terima kasih atas kesabaranmu, aku jadi bisa begini. Karena kesabaran ibu dan doa ibu, aku jadi bisa memperbaiki diri seperti ini. Aku akan buktikan ke kamu dan orang-orang yang sudah menghinaku bahwa aku bisa jadi lebih baik lagi dari sebelumnya."âNah, gitu dong, Mbak, semangat pokoknya! Mbak Asih harus tetap semangat dan istiqomah, bagaimana pun nanti rintangan dan ujiannya. Aku yakin, Mbak Asih, bisa karena aku tahu Mbak Asih ini Wonder Woman."âWonder Woman sudah kayak lagunya Mulan Jameela aja. Makasih banyak, ya, adikku yang cantik. Alhamdulillah aku malam ini bahagia sekali, Ita."âSama-sama, Mbakku yang cantik. Aku pun bahagia," jawabku.Kami
Sejatinya manusia itu memang berproses, dari yang tidak tahu apa-apa hingga tahu segalanya.Itulah sebabnya pendidikan sangat penting untuk kehidupan kita baik itu pendidikan agama, pendidikan di bangku sekolahan, ataupun pendidikan dari lingkungan sekitar. Itu semua yang akan menyebabkan kita jadi lebih baik, dewasa, dan bisa menyikapi segala sesuatu dengan adil sesuai porsinya.Aku percaya memang semuanya butuh proses, begitupun dengan Mbak Asih. Siapa yang akan menyangka dengan tiba-tiba di senja ini penuh dengan kejutan. Dia menyadari semua kesalahannya, dia menyadari semua kekhilafannya.Senja bahagia bagiku dan keluargaku, meskipun masih banyak kerikil yang menghalangi jalan hidup kami di depan. Salah satunya adalah teror yang ditujukan untuk keluarga kecilku. Tapi, itu semua tidak berarti apa-apa karena aku malam ini sungguh bahagia dengan perubahan Mbak Asih.Terima kasih ya, Allah ... Engkau telah kabulkan doa kami. Terima kasih ya, Allah, satu demi satu kehidupan yang aku j
Aku tersenyum menanggapi curhatan Mbak Asih. Dia memang benar-benar luar biasa bisa mengendalikan emosinya saat bertemu dengan orang yang dicintainya sekaligus orang yang membuat hidupnya berantakan dan hancur.âAlhamdulillah ... semoga Mbak Asih tetap istiqomah pada keputusan, Mbak Asih. Mbak Asih tidak goyah lagi. Aku doakan semoga suatu hari nanti akan dapat jodoh yang jauh lebih baik dari Mas Roni. Kalau Ibu tahu ini pasti Ibu senang banget, Mbak, nanti aku kasih tahu Ibu, ya?â ucapku.âJangan, Ta, jangan dikasih tahu ibu, biar aku saja yang bilang sekaligus aku meminta maaf pada ibu,â jawab Mbak Asih.âOh, gitu, Mbak. Ya, sudah baiklah ... semangat ya, Mbak, untuk hidup yang lebih baik lagi. Intinya aku hari ini senang sekali bisa melihat Mbak Asih begini. Oh, ya, lusa kita ada ruqyah lagi, Mbak Asih, mau kan, di ruqyah lagi?â tanyaku.âMau, dong, Ta! Setelah ruqyah dua kali kemarin aku memang merasa lebih nyaman dan tenang gitu. Jadi, kalau besok aku di ruqyah lagi aku senang. T
âMbak Asih, mau ikut masak-masak atau tetap di sini?â tanyaku padannya.âAku, mau di sini saja, Ta, sambil menunggu waktu Isya Aku ingin ngaji,â jawab Mbak Asih.âAlhamdulillah ... aku senang sekali. Mbak Asih bisa begini. Akhirnya doa-doa tulus kami untuk Mbak Asih dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Kalau boleh tahu memang tadi Mbak Asih ketemu dengan Mas Roni, apa yang dibicarakan, kok sampai Mbak Asih bisa berubah sedrastis ini?â tanyaku padanya.Aku penasaran sekali karena setelah pertemuan tadi dengan Mas Roni Mbak Asih tiba-tiba saja langsung berubah. Aku percaya tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah dan Allah itu maha membolak-balikkan hati hambanya itu sebabnya Mbak Asih bisa berubah seperti ini.Aku hanya penasaran saja apa yang katakan dengan Mas Roni sampai membuatnya tersadar bahwa yang dilakukannya selama ini adalah salah.âTadi itu, Ta, aku dan Mas Roni berantem hebat,â jawab Mbak Asih.âBerantem gimana maksudnya? Mas Roni tidak main fisik, kan, Mbak? Dia tidak
âIya, ayo kita salat dulu, Ta! Nanti keburu waktu maghribnya habis!â ajak Mbak Asih.Aku, Mbak Wulan, Mbak Fitri, saling berpandangan heran melihat tingkah Mbak Asih yang tiba-tiba bisa senormal ini. Ya, Allah, semoga saja Mbak Asih tidak akan kumat lagi dan benar-benar menjadi orang normal seperti sebelumnya.âIni coklat dari mana, Ta?" tanya Mama Atik.âMbak Asih yang bawa. Itu katanya dikasih Mas Roni. Tadi mereka habis ketemuan di ujung gang sana.ââYa, Allah, ketemuan sama istri cuma dikasih coklat!?â Mamah Atik pun heran dengan tingkah Mas Roni.âIya, gitulah, Mah, namanya juga Mas Roni. Ya, sudah, aku salat dulu minta tolong itu kue cubitnya, ya, Mah? bentar lagi mateng.ââIya, ya, sudah sana kalian salat dulu.âselesai salat aku bermunajat pada Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas segala nikmat yang telah diberikan padaku dan keluargaku hari ini. Semoga apa yang kami lakukan hari ini jika terdapat banyak kekhilafan Allah yang mengampuni dosa-dosa kami dan apabila terdapat banyak ke
"Ada apa, ya, Guccinya bisa jatuh sendiri, Ta?â tanya Mbak Wulan..âSetahu, aku, Mbak, biasanya sih, kesenggol kucing. Dia itu kan, punya kucing kecil. Dia tuh suka lari sana, lari sini dan suka merobohkan benda-benda gitu, tidak sengaja sih,â jawabku beralasan.âYa, sudah enggak usah di perhatikan lebih baik kita sekarang masak sebentar lagi Magrib dan suami-suami kita pasti akan pulang," imbuhku.Kami menyiapkan bahan-bahan yang akan kami masak setelah Maghrib, meski sebenarnya hatiku gelisah karena memikirkan Gucci yang jatuh tadi, tapi aku berusaha bersikap biasa saja agar tetanggaku tidak mengetahui masalah yang kami hadapi saat ini.âIta ... assalamualaikum lihat nih aku dapat coklat,â sapa Mbak Asih, dia masuk dari pintu samping.ââCoklat dari mana, Mbak, banyak sekali?â jawabku. Mbak Asih masih menenteng plastik berlogo minimarket terkenal seantero negeri ini.âDapat, dari Mas Roni. Tadi aku ketemuan sama dia di ujung gang sana,â jawab Mbak Asih. Berarti benar apa yang diceri
âWah, boleh itu nanti habis Maghrib. Kalu kita masak-masaknya sekarang kan, ini sudah mau Maghrib lebih baik kita persiapan untuk salat dulu.âTak lama berselang Mbak Wulan dan Mbak Fitri datang.âWaalaikumsalam ... alhamdulillah ada tamu jauh silakan Mbak Fitri, Mbak Wulan, masuk. Ayo, kita langsung ke ruang tengah saja!â ajakku pada kedua temanku. Aku bahagia sekali kalau ada tamu yang datang ke rumah.âMasya Allah ... Ita, Mbak benar-benar baru kali ini masuk rumah kamu. Waktu pengajian itu kan, tidak sempat datang yang datang suami. Masya Allah rumahmu bagus sekali, ya. Doakan Mbak Fitri biar bisa punya juga rumah begini, ya, walaupun tidak sebagus punya kamu setidaknya mirip-mirip sedikit lah, Mbak seneng loh kalau main di rumah orang kaya, tapi orang kayanya baik hati,â ucap Mbak Fitri.âAlhamdulillah Mbak ... ini semua berkat doa orang tua dan kegigihan kerja keras suamiku. Mari silakan, aku ambilin minum dulu ya, Mbak Wulan sama Mbak Fitri mau minum apa, nih?ââYa, Allah, sera