Beranda / Romansa / Wanita Yang Melamar Suamiku / Bab 82. POV Ambar (Mas Wisnu Mencurigakan)

Share

Bab 82. POV Ambar (Mas Wisnu Mencurigakan)

last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-16 21:58:02

Bab 82. POV Ambar (Mas Wisnu Mencurigakan)

“Kenapa belum ada beritanya kalau si Yosa dan si Sigit akan dikeluarkan dari penjara, ya?” tanya ibu saat kami sedang makan malam bersama hari ini.

“Iya, kata pengacara Yosa, tidak ada kemajuan apa-apa. Bening tak juga mencabut gugatannya. Dia sudah nipu kita,” jawab Sekar. Aku memilih diam. Begitupun Mas Wisnu dan Bayu suami Sekar.

“Kurang aj*r si Bening! Bisa-bisanya dia menipu kita! Apa maksudnya! Padahal dokumen penting yang diminta itu sudah Ibu berikan, dasar pengkhianat! Kalau begini si Yosa sama Sigit harus menjalani hukuman yang lima tahun itu. Nunggu dia keluar, ibu keburu mati! Kapan bisa senangnya? Sia-sia perjuangan kita menikahkan mereka!” sungut Ibu meletakkan sendok makannya. Kini dia bersandar di sandaran kursi yang didudukinya seraya menghela nafas berat.

Aku masih saja diam. Kukunyah nasi di mulutku pelan-pelan. Aku tak selera makan. Semua terasa hambar. Tenggorokan terasa sakit saat dipaksa menelan. Kulirik Mas
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 83. Mas Wisnu Memberiku Nafkah Batin

    Bab 83. Mas Wisnu Memberiku Nafkah Batin Aku melangkah ke ruang tv. Kulihat dari kejauhan Mas Wisnu sedang memainkan ponselnya. Wajahnya terlihat sangat senang. Dia juga senyum-senyum sendiri. Ngapain dia? Padahal telivisi menyala di depannya. Tetapi tatapannya tetap fukus ke layar ponselnya. Jemarinya juga sibuk mengetik, lalu senyum-senyum lagi. Dia sedang chatingan dengan siapa? Mungkin teman kantornya. Begitu pikirku, sedikitpun tak curiga. Ok, aku akan kagetin dia. Mengendap aku berjalan menghampiri. Aku akan tutup matanya dari belakang. Asik berbalas chat membuat dia tak juga sadar kalau aku sudah berdiri di belakang kursi yang dia duduki. Tanganku sudah siap untuk menutup matanya dari belakang, namun segera urung saat melihat layar ponsel di tangannya. Astaga, jadi dari tadi Mas Wisnu chat-an mesum …. dia begitu menikmati foto bugil seorang perempuan di layar ponselnya. Foto yang dikirim oleh teman chatnya melalui aplikasi hijau. [Kangen enggak, nih, mau lagi enggak?] Itu

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-16
  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 84.  Menggerebek Suamiku Di Kamar Hotel

    Bab 84. Menggerebek Suamiku Di Kamar Hotel “Mbak Ambar?” Bening menyapaku meski jarak kami masih beberapa meter. Beraninya dia menyapaku? Bukannya malu karena aku pergokin dia sedang sama pelanggannya. Astaga, dasar perempuan udik enggak pernah makan bangku sekolahan! Urat malunya sudah dia kubur sepertinya. Dia enggak malu menyapaku, tapi aku yang malu disapa olehnya. Siapa yang enggak malu coba disapa oleh seorang perempuan bookingan, coba? Ih, amit-amit! Tetapi, kok, dia terlihat berubah banget, ya? Wajahnya terlihat begitu manis dengan senyum merekah di bibirnya yang makin ranum dan segar itu. Aneh, makin hari dia terlihat makin cantik saja. Saat dia datang ke rumah ibu untuk mengambil dokumen waktu itu saja aku sudah terheran-heran melihat perubahannya. Dan hari aku makin pangling lagi dibuatnya. Ada apa dengan dia. Kenapa dia bisa berubah makin cantik, ya? Wajah yang dulu kusam, kumal, berdaki, bersisik karena kering dan kurang gizi, kini terlihat makin bersih, mak

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-17
  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 85. Pasangan Mas Wisnu Ternyata ….

    Bab 85. Pasangan Mas Wisnu Ternyata …. Kenapa Mbaknya Mas Elang bilang dia ada di kantor suaminya? kalau iya, lalu siapa yang bersama Mas Wisnu di dalam sana? Ini sungguh tak masuk akal. Jelas-jelas aku membaca chat mereka tadi malam. Alamat yang tertulis di situ juga jelas. Kenapa, sih, ini? Kepalaku jadi sakit tiba-tiba. Memikirkan Bening yang tiba tiba berubah makin cantik saja aku sudah mumet, tambah lagi dengan kebingungan ini. “Mbak dengar sendiri, kan, kalau Mbak saya sedang ada di kantor Mas saya, suaminya. Sudah saya bilang, tadi, Mbak salah orang. Mbak Nuri itu memang orangnya ketus, bahasanya kasar, mulutnya juga enggak ada sopan-sopannya. Tapi saya yakin, untuk selingkuh dengan suami orang, itu tak mungkin! Lagi pula dari mana jalannya dia kenal dengan suami Mbak? Kakak saya itu tinggal di Tawang Sari, jauh dari sini,” kata Elang terlihat sangat tersinggung. Aku terdiam. “Untung Bening mengingatkanku untuk nelpon Mbak Nuri dulu, kalau tidak, bisa berabe semuanya. M

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-17
  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 86. POV Wisnu (Obsesiku Pada Bening)  

    Bab 86. POV Wisnu (Obsesiku Pada Bening)Sudah beberapa minggu ini aku uring-uringan. Entahlah, ke kantor pun rasanya tak bersemangat. Semua serba salah. Hidup terasa hambar, monoton, tak ada tantangan sama sekali. Semua membosankan. Semua ini pasti karena Bening.Kenapalah dia pergi dari rumah ini. Semua jadi kacau setelah keperginnya. Aku terutama. Tak bisa lagi mengkhayal tentang dia, tak ada lagi yang menjadi sumber imajinasiku. Kalau dulu, bila aku merasa jenuh, aku bisa ke belakang malam-malam. Mengintip dari sela sela dinding kamarnya yang berlubang.Sumpah dia sangat seksi saat menyusui anaknya, gairahku meronta-ronta. Dia ibarat alat penambah daya, bila baterai ku habis, aku harus isi lagi. Dia adalah carger. Dayaku kembali penuh bila sudah melihat bagian tertentu dari tubuhnya.Yang paling menguntungkanku adalah, dia selalu mendapat giliran mandi di malam hari. Setelah semua pekerjaan rumah ini tuntas dia kerjakan. Ini sungguh suatu mukjizat bagiku. Karena aku sudah pulan

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-18
  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 87. Talakku Untuk Ambar

    Bab 87. Talakku Untuk Ambar Betapa aku merasa enggan. Nafsuku seketika hilang. Meski sudah kucoba untuk menyentuhnya. Namun, aku tetap gagal. Andai Bening masih ada di sini, mungkin Ambar bisa terbantu. Aku akan pura-pura ke kamar mandi dulu, meningkatkan libidoku setelah mengintip Bening melalui dinding kamarnya. Lalu kembali masuk kamar, menuntaskannya dengan Ambar. Sekarang itu tak bisa lagi. Aku sama sekali tak berselera. Semoga Ambar tidak kecewa. Tapi, aku sendiri merasa menderita. Hasrat yang sempat memuncak tak bisa kutuntaskan. Semoga besok Nuri benar benar bisa datang. Ahk, aku bawa tidur saja, menanti esok tiba. * "Sayang, kamu di mana?" sapa Nuri begitu aku tiba di kamar hotel yang telah kami pesan. "Aku sudah di kamar, Sayang. Baru saja keluar kantor. Kukira aku telat, tadi. Nyatanya kamu belum tiba. Kamu sudah otewe kan, Sayang. Cepat, ya, aku kangen banget, nih. Udah enggak sabar," sahutku sembari melemparkan tubuh di atas ranjang besar kamar h

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-18
  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 88.  Ipar-iparku Menjadi Janda

    Bab 88. Ipar-iparku Menjadi Janda “Tidak, Mas! Aku tidak mau! Aku tidak mau kamu talak! Aku tidak mau kita berpisah! Harusnya aku yang marah! Harusnya aku yang minta talak. Kenapa malah kamu yang nalak aku, Mas!?” Mbak Ambar sontak memeluk kaki Mas Wisnu. “Ya, aku yang salah. Aku akui aku yang salah. Tapi, aku tidak akan minta maaf padamu. Karena aku memang sudah tak niat melanjutkan pernikahan ini. Sudah sangat lama aku memendam ini. Aku bosan padamu, Ambar. Aku jenuh di pernikahan kita! Sedikitpun aku tak nafsu lagi. Tolong lepaskan kakiku!” sergah Mas Wisnu melepaskan pegangan Mbak Ambar dengan kasar. “Aku akan maafin kamu, Mas! Aku enggak akan marah meskipun kamu sudah selingkuh dengan adikku! Aku yakin Sekarlah yang menggodamu! Kamu tidak bersalah, Mas! Asal kita tidak berpisah!” Mbak Ambar menghiba. Aku tersentak kaget. Segila itukah mantan kakak iparku ini? Sudah jelas-jelas melihat suaminya tidur dengan perempuan lain, adik kandungnya sendiri, tapi dia malah bilang mau

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-19
  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 89. Mbak Ambar Menyerang Kaki Mas Elang

    Bab 89. Mbak Ambar Menyerang Kaki Mas Elang “Ning!” Seseorang memanggil dan menghentikan langkahku. Itu suara Mbak Ambar. Terdengar langkahnya mendekat, aku sontak berbalik, khawatir dia menyerangku dari belakang. “Kamu hebat! Kamu sungguh-sungguh hebat!” ucapnya dengan senyum menyeringai. Apa maksudnya? Kenapa dia? “Semua yang menimpaku, menimpak keluargaku, ini adalah hasil dari doamu, kan?” tandasnya menatapku tajam. Kedua matanya merah, nafasnya terengah-engah. Sepertinya dia sedang sangat marah. Emosi tengah membakar, seperti letupan larva di kawah gunung berapi, siap untuk dimuntahkan. “Maksudnya apa, Mbak?” tanyaku bingung. “Kami berjuang menikahkan Sigit dengan Yosa, tapi kenikmatan yang kami dapat tak sampai belasan hari. Selanjutnya penderitaanlah yang kami perolah. Bahkan semua berakhir seperti ini. Aku, Sekar, Ibu, Sigit, Yosa, kami semua hidup menderita! Bahkan semua anak-anak juga akan kena imbasnya. Semua itu karena sumpahmu, iya, kan!” Wanita itu tiba-tiba

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-19
  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 90.  Bude Asih  Datang Setelah Lama Menghilang

    Bab 90. Bude Asih Datang Setelah Lama Menghilang “Kowe sopo? Aku mau cari Bening! Mantuku yang wes sugih! Minggir!” ketusnya melepaskan peganganku. Namun, tak mau kulepas. “Lepaskan tanganku! Aku mau keliling lagi! Mau cari Bening! Mau cari cucu-cucuku! Niken wes mati! Sigit wes mati! Ambar wes modar, Sekar wes eddan. Aku mau tinggal karo Bening. Mantu kesayanganku! Mantuku yang paling baik! Ndak pernah ngelawan! Selalu baik karo aku. Awas kowe!” Tiba-tiba dia menghentakkan tanganku dengan kencang. Aku hampir saja terjungkal. Tenaganya berubah menjadi begitu kuat. Kok, bisa? Padahal tubuh kurus tak berdaging itu tampak begitu lemah. Tenaga dari mana tadi itu. “Siapa, dia, Ning? Ibu yang sudah selesai memberi ramuan kepada Mas Elang datang menghampiriku. Bude Asih melangkah pergi. Kaki kurus tak beralas itu terus berjalan. Sementara mulutnya tak henti mengoceh. “Aku nggolek i Bening, neng endi, toh, kowe, nduk? Ning! Aku ra nduwe sopo-sopo meneh, ra nduwe omah, Ning! Mbuh a

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-20

Bab terbaru

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 117. Tamat (Malam Pertama Elang Dan bening)

    Bab 117. Tamat (Malam Pertama Elang Dan bening)“Kamu terima aku, kan, Ning? Tapi, maaf, mungkin aku tak bisa memuaskanmu di ranjang. Kamu bisa terima aku apa adanya, kan?” Mas Elang menggenggam tanganku, tatapannya tepat di bola mataku, begitu sayu dan menghiba. “Aku sangat mencintai kamu, Ning. Maya bukan siapa siapa bagiku. Tolong terima lamaranku, aku mohon!” lirihnya lagi.“Mas Elang …?” gumamku tercekat.“Aku janji akan berusaha menjadi ayah yang baik buat anak-anak kamu. Aku juga sudah baca-baca tutorial memuaskan istri bila senjata suami gak mampu bertahan lama. Aku akan praktekkan cara itu. Aku akan buat kamu sampai benar-benar puas, baru aku tuntaskan diriku sendiri. Asal kamu sudah puas, meski aku hanya bisa tahan sebentar, gak masalah, kan?”“Mas?”“Mau praktekin sekarang?”“Tidak.”“Ya, kita halalin dulu, ya!”Mas Elang memelukku, kembali melumat bibirku. Kali ini aku membalasnya. Kurasakan ada yang menegang di areal sensitifnya. Hatiku membuncah, aku bersumpah, ta

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 116. Lamaran Mengejutkan Mas Elang

    Bab 116. Lamaran Mengejutkan Mas Elang“Mbak Nuri di sini? Kenapa? Kapan Mbak datang dari Tawang Sari? Kenapa enggak langsung ke rumah Ibu, kok, malah ke sini?” cecar Mas Elang begitu turun dari mobilnya dan menghampiri kami. Pria itu hanya menatap Mbak Nuri, sedikitpun tak melihat ke arahku. Padahal posisiku tepat di samping kakaknya itu.“I-ya, aku sengaja langsung ke warung Bening. Bening nelpon kakak. Dia ngadu tentang hubungan kalian.” Mbak Nuri mulai bersandiwara.Kulihat wajah Mas Elang memerah. Dia sempat melirikku sekilas, tatapan kami beradu, pria itu lalu berpaling.“Kita pulang sekarang, aku tunggu di mobil!” titahnya langsung meninggalkan kami.Kuhela nafas panjang, mengembuskannya dengan sangat berat. Mbak Nuri menepuk bahuku dengan halus, seperti hendak mentransfer kekuatan agar stok sabarku tak habis. Buru-buru kami mengunci pintu warung, lalu menyusul ke mobil Mas Elang. Mbak Nuri membukakan pintu untuk kami. Memintaku masuk duluan di jok tengah.“Kenapa dia ikut?”

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 115. Hampir Diperkos* Mas Wisnu

    Bab 115. Hampir Diperkos* Mas Wisnu“Menikah? Kalian mau menikah?” seruku masih saja kaget. Padahal aku tahu hubungan Kak Runi dengan Mas Dayat akhir-akhir ini makin dekat saja. Kukira mereka masih dalm tahap saling menjajaki, ternyata sudah sampai pada tahap yang paling tinggi. Menikah.“Iya, Ning, kami minta ijin cuti, ya. Buat Persiapan lamaran.” Kak Runi menunduk. Sepertinya, dia masih saja malu-malu. Mungkin karena Mas Dayat pernah menyukaiku dulu. Dia bahkan sempat ikut berjuang untuk menyatukan antara aku dan Mas Dayat dulu.“Ya, sudah. Selamat, ya! Semoga acaranya berjalan lancar. Kapan rencana kalian pulang kampung?” tanyaku menatap mereka bergantian.“Sore ini, kalau kamu ijinin.” Kak Runi mendongak.“Tentu aku ijinin. Tapi, maaf, acara lamarannya aku enggak bisa hadir, nanti di acara pernikahannya saja, ya, aku datang?”“Ya, datang bareng Mas Elang, ya, Ning!” Mas Dayat langsung nyeletuk. Aku hanya tersenyum tipis. Kualihkan suasana dengan bergerak ke laci kasir. Meraih p

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 114. Janji Nek Ayang

    Bab 114. Janji Nek AyangAku menoleh ke belakang, Nek Ayang berdiri kaku di sana. Tatapannya lekat kepadaku. Tatapan dengan sorot mata sayu.“Nenek?” gumamku terkejut. “Sejak kapan Nenek di sini?” tanyaku gelisah.“Sejak tadi,” sahutnya pelan.“Nenek tidak mendengar apa apa, bukan?” tanyaku mendekatinya, kuraih lengannya, lalu kubimbing berjalan menuju bangku panjang yang tersedia di halaman belakang warung itu. Tetapi dia bertahan tak bergerak. Tetap kokoh di posisi berdirinya.“Nenek sudah mendengar semuanya. Sekarang nenek paham apa yang membuat Elang berubah.”“Nek, tolong jangan salah paham! Apa yang Nenek dengar tadi tak seperti yang sebenarnya.”“Mungkin Elang memang benar, Ning! Cucuku itu …, wess lah, Ning! Kowe ora usah ikut stress, Nduk! Keputusan Elang, pasti sudah dia pikirkan baik baik.”“Nenek! Kenapa sekarang Nenek malah ikut-ikutan seperti ini? Bening mau, Nenek itu membantu Bening meyakinkan Mas Elang. Bantu Bening, Nek!”“Elang sudah dewasa, Nduk! Dia tau apa ya

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 113. Rahasia Terbongkar

    Bab 113. Rahasia TerbongkarWajah Nek Ayang tampak sangat semringah sekarang. Setelah dia mendengar penuturanku barusan. Sepertinya dia begitu lega, dan mengira cucunya hanya cemburu buta. Dia pasti berfikir hubunganku dengan cucunya baik-baik saja.“Elang enggak tahu hati perempuan, apa dikiranya kita mau saja diajak ehem ehem padahal hati kita sudah sangat benci? Hehehe … biarkan dia dibakar cemburu, kowe tenang saja! Itu artinya Elang cinta banget karo kowe, iyo, toh, Ning?” ungkapnya seraya mengusap punggung tanganku.Aku mengangguk saja. Biarlah Nek Ayang berfikir seperti itu. Padahal masalahnya tak sesederhana itu. Ada masalah yang begitu pelik tengah melanda antara aku dan cucunya. Bukan sekedar cemburu buta, tetapi lebih kepada rasa minder Mas Elang akan kelemahannya.Mas Elang merasa dia kalah jauh dibandingkan dengan Mas Sigit dalam urusan ranjang. Perasaan minder itu semakin membakar hatinya saat tahu kalau Mas Sigit memaksaku melakukan hubungan badan kemarin. Mas Elang

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 112. Perintah Nek Ayang

    Bab 112. Perintah Nek AyangMereka semua terperangh kaget. Pernyataanku barusan jelas tak bisa mereka percaya. Tapi aku tak peduli. Sudah terlanjur. Aku tak peduli entah apa tanggapan Mas Sigit juga keluarganya. Yang aku pikirkan justru perasaan Mas Elang. Aku begitu mengkhawatirkan dia sekarang.Entah bagaimana tanggapannya terhadapku. Setelah jelas-jelas dia mulai menghindariku, aku justru ungkapkan perasaan cintaku. Padahal dia mulai mencipta jarak denganku. Tak pernah lagi menelpon, apa lagi mendatangi aku. Biasanya dia menjemputku ke warung di malam hari, mengantarku pulang ke rumah karena dia mengkhawtirkn aku pulang sendiri di tengah malam. Lalu, dia akan menjemputku lagi di pagi hari.Sekarang itu tak lagi dia lakukan. Bukankah itu artinya dia sudah mundur. Dan saat itu pula aku menyatakan perasaanku. Ah, betapa rendah aku di matanya sekarang. Mungkin dia menganggap aku wanita murahan. Tapi, sudahlah. Aku pasrah saja. Yang penting aku lolos dulu dari Mas Sigit.“Apa? Kau bil

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 111. Pengakuan Cinta Kepada Mas Elang

    Bab 111. Pengakuan Cinta Kepada Mas Elang Kulepaskan rangkulan tangan Mas Sigit di bahuku, kukibaskan dengan kasar. Itu tak luput dari perhatian Mas Elang dan juga Nek Ayang. Mereka hanya melongo. Sementara tiga perempuan yang sejak tadi menonton dari jarak yang agak jauh, kini datang mendekat. Mbak Ambar, Mbak Sekar dan ibunya. “Ning, kamu?” sergah Mas Sigit menatapku tak percaya. “Kenapa kamu ikut bar-bar seperti ini, Ning?” tanyanya dengan nada lirih. “Kamu sepertinya lupa kalau kemarin aku bahkan bersikap lebih bar-bar. Luka di kening kamu saja belum kering, Mas! Kau mau mendapt luka baru lagi, hem? Kuingatkan padamu, antara aku dan kau tidak ada ikatan apa-apa lagi, jadi jangan pernh berani menyentuhku, paham!” tegasku diiringi hujaman tatapan tajam. “Aku belum talak kamu, Ning! Pengadilan juga belum mengeluarkan surat cerai. Jadi, kau masih istriku. Aku berhak atas dirimu, kau masih istriku, Ning!” “Jangan mimpi! Meski kau tak talak aku, bagiku kau bukan siapa-siapaku lagi

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 110. Mantan Suami dan Calon Suami

    Bab 110. Mantan Suami dan Calon Suami Mantan ibu mertua berhasil menjambak rambutku. Kutahan sakit itu demi melindugi Nek Ayang.“lepaskan nenek, Ning! Biar nenek lawan perempuan itu!” perintah Nek Ayang mencoba melepaskan diri dari pelukanku.“Tidak, Nek! Nenek enggak akan tahan. Tulang Nenek bisa remuk dihantamnya, Bening enggak mau Nenek kenapa napa,” tolakku mengeratkan pelukan.“Tapi de e jambakin rambut kowe, Ning!”“Biar, Nek, Bening tahan, kok. Asal jangan Nenek yang disakiti.”“Ya, Allah, Ning, kowe iku, Nduk!” ucap Nek Ayang terharu.“Lepaskan rambut Bening!” Sebuah suara yang sudah sangat kukenal tiba-tiba terdengar. Sontak jambakan di kepalaku lepas. “Sini, lepaskan, Nenek, biar aku yang melindungi,” ucapnya padaku seraya merengkuh tubuh renta Nek Ayang dari pelukanku.“Kowe, datang, Lang!” lirih Nek Ayang dengan mata berkaca-kaca. Aku merasa sangat lega sekarang. Nek Ayang sudah berada di tangan yang aman. Entah bagaimana dan kapan datangnya, Mas Elang tiba-tiba s

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 109. Perkelahian Nek Ayang Dengan Mantan Ibu Mertuaku

    Bab 109. Perkelahian Nek Ayang Dengan Mantan Ibu Mertuaku“Ini barang-barang kalian, jangan pernah injak rumahku lagi!” tegas Yosa seraya melemparkan tiga koper ke hadapan para benalu itu.“Yosa, maksudnya apa ini, Nak?” Sang mertua menatap nanar menantu kesayangan. Mbak Ambar dan Mbak Sekar pun terlihat kebingungan.“Saya sudah menjatuhkan talak kepada Mas Sigit, putra Tante! Meskipun saya tahu itu terbalik, tapi mau gimana lagi. Habisnya, saya minta talak, Mas Sigit enggak mau nalak saya. Ya, udah, saya aja yang talak dia, hehehehe ….” Yosa terkekeh.“Yosa,” gumam mereka bersamaan.“Jadi, antara saya dan putra Anda, sudah tak ada ikatan apa-apa. Dan antara saya dengan Anda, juga kedua betina ini, juga sudah tak ada hubungan apapun. Paham, Tante?” sinis Yosa dengan iringan senyum ketus.“Yosa, kamu … kamu maksudnya, maksudnya?” Mbak Ambar dan Mbak Sekar memegangi kedua lengan Yosa. Mengguncang-guncangnya dengan kalimat terbata-bata.“Iya, maksud saya, kalian harus keluar dari rumah s

DMCA.com Protection Status