Home / Romansa / Wanita Yang Melamar Suamiku / Bab 86. POV Wisnu (Obsesiku Pada Bening)  

Share

Bab 86. POV Wisnu (Obsesiku Pada Bening)  

last update Last Updated: 2022-08-18 18:14:38

Bab 86. POV Wisnu (Obsesiku Pada Bening)

Sudah beberapa minggu ini aku uring-uringan. Entahlah, ke kantor pun rasanya tak bersemangat. Semua serba salah. Hidup terasa hambar, monoton, tak ada tantangan sama sekali. Semua membosankan. Semua ini pasti karena Bening.

Kenapalah dia pergi dari rumah ini. Semua jadi kacau setelah keperginnya. Aku terutama. Tak bisa lagi mengkhayal tentang dia, tak ada lagi yang menjadi sumber imajinasiku. Kalau dulu, bila aku merasa jenuh, aku bisa ke belakang malam-malam. Mengintip dari sela sela dinding kamarnya yang berlubang.

Sumpah dia sangat seksi saat menyusui anaknya, gairahku meronta-ronta. Dia ibarat alat penambah daya, bila baterai ku habis, aku harus isi lagi. Dia adalah carger. Dayaku kembali penuh bila sudah melihat bagian tertentu dari tubuhnya.

Yang paling menguntungkanku adalah, dia selalu mendapat giliran mandi di malam hari. Setelah semua pekerjaan rumah ini tuntas dia kerjakan. Ini sungguh suatu mukjizat bagiku. Karena aku sudah pulan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 87. Talakku Untuk Ambar

    Bab 87. Talakku Untuk Ambar Betapa aku merasa enggan. Nafsuku seketika hilang. Meski sudah kucoba untuk menyentuhnya. Namun, aku tetap gagal. Andai Bening masih ada di sini, mungkin Ambar bisa terbantu. Aku akan pura-pura ke kamar mandi dulu, meningkatkan libidoku setelah mengintip Bening melalui dinding kamarnya. Lalu kembali masuk kamar, menuntaskannya dengan Ambar. Sekarang itu tak bisa lagi. Aku sama sekali tak berselera. Semoga Ambar tidak kecewa. Tapi, aku sendiri merasa menderita. Hasrat yang sempat memuncak tak bisa kutuntaskan. Semoga besok Nuri benar benar bisa datang. Ahk, aku bawa tidur saja, menanti esok tiba. * "Sayang, kamu di mana?" sapa Nuri begitu aku tiba di kamar hotel yang telah kami pesan. "Aku sudah di kamar, Sayang. Baru saja keluar kantor. Kukira aku telat, tadi. Nyatanya kamu belum tiba. Kamu sudah otewe kan, Sayang. Cepat, ya, aku kangen banget, nih. Udah enggak sabar," sahutku sembari melemparkan tubuh di atas ranjang besar kamar h

    Last Updated : 2022-08-18
  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 88.  Ipar-iparku Menjadi Janda

    Bab 88. Ipar-iparku Menjadi Janda “Tidak, Mas! Aku tidak mau! Aku tidak mau kamu talak! Aku tidak mau kita berpisah! Harusnya aku yang marah! Harusnya aku yang minta talak. Kenapa malah kamu yang nalak aku, Mas!?” Mbak Ambar sontak memeluk kaki Mas Wisnu. “Ya, aku yang salah. Aku akui aku yang salah. Tapi, aku tidak akan minta maaf padamu. Karena aku memang sudah tak niat melanjutkan pernikahan ini. Sudah sangat lama aku memendam ini. Aku bosan padamu, Ambar. Aku jenuh di pernikahan kita! Sedikitpun aku tak nafsu lagi. Tolong lepaskan kakiku!” sergah Mas Wisnu melepaskan pegangan Mbak Ambar dengan kasar. “Aku akan maafin kamu, Mas! Aku enggak akan marah meskipun kamu sudah selingkuh dengan adikku! Aku yakin Sekarlah yang menggodamu! Kamu tidak bersalah, Mas! Asal kita tidak berpisah!” Mbak Ambar menghiba. Aku tersentak kaget. Segila itukah mantan kakak iparku ini? Sudah jelas-jelas melihat suaminya tidur dengan perempuan lain, adik kandungnya sendiri, tapi dia malah bilang mau

    Last Updated : 2022-08-19
  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 89. Mbak Ambar Menyerang Kaki Mas Elang

    Bab 89. Mbak Ambar Menyerang Kaki Mas Elang “Ning!” Seseorang memanggil dan menghentikan langkahku. Itu suara Mbak Ambar. Terdengar langkahnya mendekat, aku sontak berbalik, khawatir dia menyerangku dari belakang. “Kamu hebat! Kamu sungguh-sungguh hebat!” ucapnya dengan senyum menyeringai. Apa maksudnya? Kenapa dia? “Semua yang menimpaku, menimpak keluargaku, ini adalah hasil dari doamu, kan?” tandasnya menatapku tajam. Kedua matanya merah, nafasnya terengah-engah. Sepertinya dia sedang sangat marah. Emosi tengah membakar, seperti letupan larva di kawah gunung berapi, siap untuk dimuntahkan. “Maksudnya apa, Mbak?” tanyaku bingung. “Kami berjuang menikahkan Sigit dengan Yosa, tapi kenikmatan yang kami dapat tak sampai belasan hari. Selanjutnya penderitaanlah yang kami perolah. Bahkan semua berakhir seperti ini. Aku, Sekar, Ibu, Sigit, Yosa, kami semua hidup menderita! Bahkan semua anak-anak juga akan kena imbasnya. Semua itu karena sumpahmu, iya, kan!” Wanita itu tiba-tiba

    Last Updated : 2022-08-19
  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 90.  Bude Asih  Datang Setelah Lama Menghilang

    Bab 90. Bude Asih Datang Setelah Lama Menghilang “Kowe sopo? Aku mau cari Bening! Mantuku yang wes sugih! Minggir!” ketusnya melepaskan peganganku. Namun, tak mau kulepas. “Lepaskan tanganku! Aku mau keliling lagi! Mau cari Bening! Mau cari cucu-cucuku! Niken wes mati! Sigit wes mati! Ambar wes modar, Sekar wes eddan. Aku mau tinggal karo Bening. Mantu kesayanganku! Mantuku yang paling baik! Ndak pernah ngelawan! Selalu baik karo aku. Awas kowe!” Tiba-tiba dia menghentakkan tanganku dengan kencang. Aku hampir saja terjungkal. Tenaganya berubah menjadi begitu kuat. Kok, bisa? Padahal tubuh kurus tak berdaging itu tampak begitu lemah. Tenaga dari mana tadi itu. “Siapa, dia, Ning? Ibu yang sudah selesai memberi ramuan kepada Mas Elang datang menghampiriku. Bude Asih melangkah pergi. Kaki kurus tak beralas itu terus berjalan. Sementara mulutnya tak henti mengoceh. “Aku nggolek i Bening, neng endi, toh, kowe, nduk? Ning! Aku ra nduwe sopo-sopo meneh, ra nduwe omah, Ning! Mbuh a

    Last Updated : 2022-08-20
  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 91.  Pengakuan Bude Asih

    Bab 91. Pengakuan Bude Asih “Yang kemarin aku ceritakan itu,” sergah Mas Elang semakin serius. “Yang mana?” “Ning?” “Beneran aku lupa, yang mana, Sayang?” “Yang masalah ranj –“ “Ssst! Itu gak penting! Kalau aku sih, enggak gituan juga enggak apa-apa! Tapi dari cara Mas mencuri cium ke aku, aku jadi ragu,” cecarku sengaja menggodanya. “Ragu apa?” Mas Elang mengernyit. “Aku yakin kalau sebenarnya Mas Elang itu baik-baik saja! Apa perlu kita tes dulu?” “Beneran kamu mau si tes dulu, ayo, sini!” Mas Elang tiba-tiba meraih leherku dan langsung menggelitik bagian tertentu tubuhku. “Ennnggak, ampuun, ampun, enggak jadi ….!” teriakku sambil tertawa kegelian. Tapi Mas Elang tak mau melepasku. “Ning! Jadi kowe beneran Bening, toh, Nduk?!” Sontak Mas Elang melepasku. Kami menoleh ke arah pintu yang menghubungkan halaman belakang ini dnegan dapur. Bude Asih sudah berdiri di sana dengan mata basah. “Bude, ini beneran Bude Asih, kan? Aku beneran Bening, Bude!” tukasku lalu berla

    Last Updated : 2022-08-20
  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 92. Nirmala Melabrakku

    Bab 92. Nirmala Melabrakku “Temani Bude, ya, Ning! Sekalian Bude mau bertemu Sigit di penjara, Bude kangen! Opo kowe, enddak kangen, Nduk?” Sontak kulepas sutil di tanganku. Kak Runi mengambil alih, sambil berbisik. “Sebaiknya kau jelaskan saja semuanya, jangan tutupi lagi! Bilang kalau kamu bukan istri Sigit lagi!” usulnya. Tetapi aku ragu. Khawatir kalau penyakit Bude Asih kambuh lagi karena kecewa. “Nopo kowe diem? Kowe enddak mau? Ya sudah, enddak apa-apa. Aku biar pergi sendiri saja!” pungkas Bude langsung berjalan ke arah pintu utama. “Tunggu, Bude!” panggilku mengejarnya. Namun dia tak menghiraukan. Langkahnya semakin panjang-panjang. “Baik, kita akan jenguk Mas Sigit ke penjara! Kita juga akan ke rumah Bude. Tapi nanti, ya?” “Kenapa nanti? Sekarang saja, Ning! Bude mau mengusir Niken sama anak-anaknya! Mereka harus kembalikan rumah itu! Kowe karo anak-anakmu harus pindah ke sana! Itu rumah Sigit!” “Iya, Bude, nanti, ya!” “Enddak! Kowe selalu jani nanti – nanti! Bude e

    Last Updated : 2022-08-21
  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 93. Permintaan Aneh Bude Asih

    Bab 93. Permintaan Aneh Bude Asih “Ya, kau tidak pernah mengeluh, Nirmala! Hakim akan memujimu sebagai istri yang baik, istri yang sholeha, mereka akan sangat percaya. Hakim tidak akan percaya dengan semua bukti-bukti yang sudah berhasil dikumpulkan oleh Pengacara baru yang ditunjuk oleh Nek Ayang. Bukti bukti saat kau cek-in di hotel dengan para pria itu.” “Apa? Kamu bilang apa, Mas?” “Oh, iya, apa perlu aku kirim foto-foto itu ke hapemu? Boleh, sebentar!” Mas Elang merogoh saku celananya, mengutak-atik ponselnya. “Buka hapemu, lihat sendiri, lalu pergi dari sini! Jangan pernah ganggu Bening lagi!” Mbak Nirmala mengaktifkan ponselnya, detik berikutnya dia terbelalak kaget. “Dari mana kamu dapat semua foto-foto ini? Kamu ngikutin aku ke hotel? Kamu mata-matain aku, Mas!” teriaknya masih tak percaya. “Tidak penting! Satu kata untukmu, Nirmala! Kau menjijikkan! Kau lebih rendah dari pelac*ur!” “Mas!” “Ning, ayo siap- siap, Sayang! Nek Ayang sudah menunggu, lho!” Mas Elang menol

    Last Updated : 2022-08-21
  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 94. Mas Sigit Bebas dari Penjara?

    Bab 94. Mas Sigit Bebas dari Penjara? “Bude, kalau boleh tau, Mas Agung itu siapanya Bude?” tanya Mas Elang menoleh ke belakang. “Ya, suami Budelah. Bapake si Sigit,” jawab Bude terlihat semringah. Sepertinya dia sangat senang mengenang nama itu. “Oh, Papanya si Sigit. Jadi Sigit itu anaknya Bude, bukannya anak Bu Niken?” lanjut Mas Elang. “Niken itu cuma minjem. Sigit itu anakku karo Mas Agung. Niken enddak punya anak lanang. Anak lanange meninggal saat umur setahun, ketabrak mobil di depan rumah iku, lho. Niken gak iso nerimo kenyataan. De e stress, gilo, eh, malah ngaku-ngaku cah lanangku sebagai anaknya. Sigit iku anakku, Ning! Kowe percaya karo aku, kan, Ning?” Bude menoleh ke arahku, menatap tepat di manik mataku. Tatapan yang begitu memohon. Entah kenapa, semakian dia memohon, semakin aku tak percaya. “Oh, begitu ceritanya.” Mas Elang bergumam. Sepertinya dia mulai percaya dengan uaraian tak masuk akal Bude Asih. “Iyo, Nak Elang. Nak Elang percaya karo Bude?” ta

    Last Updated : 2022-08-22

Latest chapter

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 117. Tamat (Malam Pertama Elang Dan bening)

    Bab 117. Tamat (Malam Pertama Elang Dan bening)“Kamu terima aku, kan, Ning? Tapi, maaf, mungkin aku tak bisa memuaskanmu di ranjang. Kamu bisa terima aku apa adanya, kan?” Mas Elang menggenggam tanganku, tatapannya tepat di bola mataku, begitu sayu dan menghiba. “Aku sangat mencintai kamu, Ning. Maya bukan siapa siapa bagiku. Tolong terima lamaranku, aku mohon!” lirihnya lagi.“Mas Elang …?” gumamku tercekat.“Aku janji akan berusaha menjadi ayah yang baik buat anak-anak kamu. Aku juga sudah baca-baca tutorial memuaskan istri bila senjata suami gak mampu bertahan lama. Aku akan praktekkan cara itu. Aku akan buat kamu sampai benar-benar puas, baru aku tuntaskan diriku sendiri. Asal kamu sudah puas, meski aku hanya bisa tahan sebentar, gak masalah, kan?”“Mas?”“Mau praktekin sekarang?”“Tidak.”“Ya, kita halalin dulu, ya!”Mas Elang memelukku, kembali melumat bibirku. Kali ini aku membalasnya. Kurasakan ada yang menegang di areal sensitifnya. Hatiku membuncah, aku bersumpah, ta

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 116. Lamaran Mengejutkan Mas Elang

    Bab 116. Lamaran Mengejutkan Mas Elang“Mbak Nuri di sini? Kenapa? Kapan Mbak datang dari Tawang Sari? Kenapa enggak langsung ke rumah Ibu, kok, malah ke sini?” cecar Mas Elang begitu turun dari mobilnya dan menghampiri kami. Pria itu hanya menatap Mbak Nuri, sedikitpun tak melihat ke arahku. Padahal posisiku tepat di samping kakaknya itu.“I-ya, aku sengaja langsung ke warung Bening. Bening nelpon kakak. Dia ngadu tentang hubungan kalian.” Mbak Nuri mulai bersandiwara.Kulihat wajah Mas Elang memerah. Dia sempat melirikku sekilas, tatapan kami beradu, pria itu lalu berpaling.“Kita pulang sekarang, aku tunggu di mobil!” titahnya langsung meninggalkan kami.Kuhela nafas panjang, mengembuskannya dengan sangat berat. Mbak Nuri menepuk bahuku dengan halus, seperti hendak mentransfer kekuatan agar stok sabarku tak habis. Buru-buru kami mengunci pintu warung, lalu menyusul ke mobil Mas Elang. Mbak Nuri membukakan pintu untuk kami. Memintaku masuk duluan di jok tengah.“Kenapa dia ikut?”

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 115. Hampir Diperkos* Mas Wisnu

    Bab 115. Hampir Diperkos* Mas Wisnu“Menikah? Kalian mau menikah?” seruku masih saja kaget. Padahal aku tahu hubungan Kak Runi dengan Mas Dayat akhir-akhir ini makin dekat saja. Kukira mereka masih dalm tahap saling menjajaki, ternyata sudah sampai pada tahap yang paling tinggi. Menikah.“Iya, Ning, kami minta ijin cuti, ya. Buat Persiapan lamaran.” Kak Runi menunduk. Sepertinya, dia masih saja malu-malu. Mungkin karena Mas Dayat pernah menyukaiku dulu. Dia bahkan sempat ikut berjuang untuk menyatukan antara aku dan Mas Dayat dulu.“Ya, sudah. Selamat, ya! Semoga acaranya berjalan lancar. Kapan rencana kalian pulang kampung?” tanyaku menatap mereka bergantian.“Sore ini, kalau kamu ijinin.” Kak Runi mendongak.“Tentu aku ijinin. Tapi, maaf, acara lamarannya aku enggak bisa hadir, nanti di acara pernikahannya saja, ya, aku datang?”“Ya, datang bareng Mas Elang, ya, Ning!” Mas Dayat langsung nyeletuk. Aku hanya tersenyum tipis. Kualihkan suasana dengan bergerak ke laci kasir. Meraih p

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 114. Janji Nek Ayang

    Bab 114. Janji Nek AyangAku menoleh ke belakang, Nek Ayang berdiri kaku di sana. Tatapannya lekat kepadaku. Tatapan dengan sorot mata sayu.“Nenek?” gumamku terkejut. “Sejak kapan Nenek di sini?” tanyaku gelisah.“Sejak tadi,” sahutnya pelan.“Nenek tidak mendengar apa apa, bukan?” tanyaku mendekatinya, kuraih lengannya, lalu kubimbing berjalan menuju bangku panjang yang tersedia di halaman belakang warung itu. Tetapi dia bertahan tak bergerak. Tetap kokoh di posisi berdirinya.“Nenek sudah mendengar semuanya. Sekarang nenek paham apa yang membuat Elang berubah.”“Nek, tolong jangan salah paham! Apa yang Nenek dengar tadi tak seperti yang sebenarnya.”“Mungkin Elang memang benar, Ning! Cucuku itu …, wess lah, Ning! Kowe ora usah ikut stress, Nduk! Keputusan Elang, pasti sudah dia pikirkan baik baik.”“Nenek! Kenapa sekarang Nenek malah ikut-ikutan seperti ini? Bening mau, Nenek itu membantu Bening meyakinkan Mas Elang. Bantu Bening, Nek!”“Elang sudah dewasa, Nduk! Dia tau apa ya

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 113. Rahasia Terbongkar

    Bab 113. Rahasia TerbongkarWajah Nek Ayang tampak sangat semringah sekarang. Setelah dia mendengar penuturanku barusan. Sepertinya dia begitu lega, dan mengira cucunya hanya cemburu buta. Dia pasti berfikir hubunganku dengan cucunya baik-baik saja.“Elang enggak tahu hati perempuan, apa dikiranya kita mau saja diajak ehem ehem padahal hati kita sudah sangat benci? Hehehe … biarkan dia dibakar cemburu, kowe tenang saja! Itu artinya Elang cinta banget karo kowe, iyo, toh, Ning?” ungkapnya seraya mengusap punggung tanganku.Aku mengangguk saja. Biarlah Nek Ayang berfikir seperti itu. Padahal masalahnya tak sesederhana itu. Ada masalah yang begitu pelik tengah melanda antara aku dan cucunya. Bukan sekedar cemburu buta, tetapi lebih kepada rasa minder Mas Elang akan kelemahannya.Mas Elang merasa dia kalah jauh dibandingkan dengan Mas Sigit dalam urusan ranjang. Perasaan minder itu semakin membakar hatinya saat tahu kalau Mas Sigit memaksaku melakukan hubungan badan kemarin. Mas Elang

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 112. Perintah Nek Ayang

    Bab 112. Perintah Nek AyangMereka semua terperangh kaget. Pernyataanku barusan jelas tak bisa mereka percaya. Tapi aku tak peduli. Sudah terlanjur. Aku tak peduli entah apa tanggapan Mas Sigit juga keluarganya. Yang aku pikirkan justru perasaan Mas Elang. Aku begitu mengkhawatirkan dia sekarang.Entah bagaimana tanggapannya terhadapku. Setelah jelas-jelas dia mulai menghindariku, aku justru ungkapkan perasaan cintaku. Padahal dia mulai mencipta jarak denganku. Tak pernah lagi menelpon, apa lagi mendatangi aku. Biasanya dia menjemputku ke warung di malam hari, mengantarku pulang ke rumah karena dia mengkhawtirkn aku pulang sendiri di tengah malam. Lalu, dia akan menjemputku lagi di pagi hari.Sekarang itu tak lagi dia lakukan. Bukankah itu artinya dia sudah mundur. Dan saat itu pula aku menyatakan perasaanku. Ah, betapa rendah aku di matanya sekarang. Mungkin dia menganggap aku wanita murahan. Tapi, sudahlah. Aku pasrah saja. Yang penting aku lolos dulu dari Mas Sigit.“Apa? Kau bil

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 111. Pengakuan Cinta Kepada Mas Elang

    Bab 111. Pengakuan Cinta Kepada Mas Elang Kulepaskan rangkulan tangan Mas Sigit di bahuku, kukibaskan dengan kasar. Itu tak luput dari perhatian Mas Elang dan juga Nek Ayang. Mereka hanya melongo. Sementara tiga perempuan yang sejak tadi menonton dari jarak yang agak jauh, kini datang mendekat. Mbak Ambar, Mbak Sekar dan ibunya. “Ning, kamu?” sergah Mas Sigit menatapku tak percaya. “Kenapa kamu ikut bar-bar seperti ini, Ning?” tanyanya dengan nada lirih. “Kamu sepertinya lupa kalau kemarin aku bahkan bersikap lebih bar-bar. Luka di kening kamu saja belum kering, Mas! Kau mau mendapt luka baru lagi, hem? Kuingatkan padamu, antara aku dan kau tidak ada ikatan apa-apa lagi, jadi jangan pernh berani menyentuhku, paham!” tegasku diiringi hujaman tatapan tajam. “Aku belum talak kamu, Ning! Pengadilan juga belum mengeluarkan surat cerai. Jadi, kau masih istriku. Aku berhak atas dirimu, kau masih istriku, Ning!” “Jangan mimpi! Meski kau tak talak aku, bagiku kau bukan siapa-siapaku lagi

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 110. Mantan Suami dan Calon Suami

    Bab 110. Mantan Suami dan Calon Suami Mantan ibu mertua berhasil menjambak rambutku. Kutahan sakit itu demi melindugi Nek Ayang.“lepaskan nenek, Ning! Biar nenek lawan perempuan itu!” perintah Nek Ayang mencoba melepaskan diri dari pelukanku.“Tidak, Nek! Nenek enggak akan tahan. Tulang Nenek bisa remuk dihantamnya, Bening enggak mau Nenek kenapa napa,” tolakku mengeratkan pelukan.“Tapi de e jambakin rambut kowe, Ning!”“Biar, Nek, Bening tahan, kok. Asal jangan Nenek yang disakiti.”“Ya, Allah, Ning, kowe iku, Nduk!” ucap Nek Ayang terharu.“Lepaskan rambut Bening!” Sebuah suara yang sudah sangat kukenal tiba-tiba terdengar. Sontak jambakan di kepalaku lepas. “Sini, lepaskan, Nenek, biar aku yang melindungi,” ucapnya padaku seraya merengkuh tubuh renta Nek Ayang dari pelukanku.“Kowe, datang, Lang!” lirih Nek Ayang dengan mata berkaca-kaca. Aku merasa sangat lega sekarang. Nek Ayang sudah berada di tangan yang aman. Entah bagaimana dan kapan datangnya, Mas Elang tiba-tiba s

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 109. Perkelahian Nek Ayang Dengan Mantan Ibu Mertuaku

    Bab 109. Perkelahian Nek Ayang Dengan Mantan Ibu Mertuaku“Ini barang-barang kalian, jangan pernah injak rumahku lagi!” tegas Yosa seraya melemparkan tiga koper ke hadapan para benalu itu.“Yosa, maksudnya apa ini, Nak?” Sang mertua menatap nanar menantu kesayangan. Mbak Ambar dan Mbak Sekar pun terlihat kebingungan.“Saya sudah menjatuhkan talak kepada Mas Sigit, putra Tante! Meskipun saya tahu itu terbalik, tapi mau gimana lagi. Habisnya, saya minta talak, Mas Sigit enggak mau nalak saya. Ya, udah, saya aja yang talak dia, hehehehe ….” Yosa terkekeh.“Yosa,” gumam mereka bersamaan.“Jadi, antara saya dan putra Anda, sudah tak ada ikatan apa-apa. Dan antara saya dengan Anda, juga kedua betina ini, juga sudah tak ada hubungan apapun. Paham, Tante?” sinis Yosa dengan iringan senyum ketus.“Yosa, kamu … kamu maksudnya, maksudnya?” Mbak Ambar dan Mbak Sekar memegangi kedua lengan Yosa. Mengguncang-guncangnya dengan kalimat terbata-bata.“Iya, maksud saya, kalian harus keluar dari rumah s

DMCA.com Protection Status