Beranda / Romansa / Wanita Yang Kau Pilih / 141. Uang adalah Segalanya

Share

141. Uang adalah Segalanya

Penulis: Ajeng padmi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-29 10:38:34

“Baiklah aku setuju mengambil uang itu.”

Laksa menunjukkan pada Luna pesan yang dikirimkan ibu kandungnya. Tak ada basa-basi atau kalimat penuh kerinduan seperti biasanya, bahkan panggilan ibu yang biasanya wanita itu ucapkan untuk dirinya sendiri tidak ada juga.

Luna memandang suaminya dengan iba, meski suaminya itu terlihat baik-baik saja, pasti dia sangat kesakitan. Dikhianati orang yang seharusnya mencintai kita dengan tulus memang sangat menyakitkan, apalagi Laksa berhati lembut pasti sangat tak tega untuk melakukan sesuatu yang buruk pada ibu kandungnya.

Tuhan...

Doa Luna terputus dia tak tahu harus minta apa pada Tuhan untuk hubungan suaminya dan ibunya, Luna terlalu asing dengan keadaan ini, kasih sayang ibu sepanjang hayat yang selalu dia yakini nyatanya tak berlaku untuk hubungan Laksa dan ibunya.

“Apa kakak melakukan sesuatu sampai ibu menyetujuinya?”

Laksa berjalan mengambil bajunya dan mengenakannya di dep
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Wanita Yang Kau Pilih   142. Kenangan Mantan

    Laksa sama sekali tak fokus menyetir kali ini, pikirannya tertuju pada sang ibu, sebagai anak dia telah sangat layak disebut anak durhaka. Sejujurnya akan lebih mudah kalau ibu kandungnya sudah meninggal saja dari pada harus seperti ini, Laksa sungguh tak tahu apa yang akan dia lakukan nanti dengan sang ibu. Baru saja dia dihubungi pengacara keluarganya dan memberitahukan kalau sedang ada masalah dengan sang ibu dan dia diminta cepat untuk datang ke mari. Saat dia bertanya masalah apa yang membelit sang ibu, pengacara itu mengatakan dengan singkat, rentenir. Laksa memang dibesarkan dalam istana emas tapi dia bukan orang bego yang tidak tahu apa artinya itu. Laksa juga sudah mencari tahu tentang gaya hidupnya yang mewah dan sangat bebas itu, dia bahkan pernah jadi simpanan seorang pejabat tinggi dan harus rela dimaki-maki saat istri sah sang pejabat mengetahui semuanya, bukan hanya itu, sang istri juga memastikan kalau ibunya tak

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-29
  • Wanita Yang Kau Pilih   143. Sayap Bidadari

    “Ibu tahu kamu tidak akan diam saja saat orang lain kesusahan mirip sekali dengan ibu,” kata sang ibu bangga. Ketiga orang di sana hanya memandang jengah pada wanita paruh baya yang sedang bergembira itu, wajah yang berseri itu sangat kontras dengan tiga orang lain yang berwajah serius dan tegang. Sang pengacara berdehem dua kali untuk meminta perhatian wanita itu. “Saya akan mewakili Pak Laksa untuk mengurus semua perjanjian dengan ibu.” “Perjanjian apa?” wanita ini tak berpikir pengacara Laksa datang hanya sebagai pajangan saja bukan. “Kesepakatan yang akan terjadi antara anda dan juga seluruh Keluarga Sanjaya, Pak Laksa terutama.” “Eh, Pak anda pasti suruhan wanita perebut itu, Laksa ini anak kandung saya, seharusnya dia berterima kasih pada saya yang mau meminjamkan anak saya untuk dia asuh, dia hanya wanita mandul yang tak bisa memberi keluarga itu keturunan.” Laksa langsung menggebrak meja di depannya, Luna yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-30
  • Wanita Yang Kau Pilih   144. Gadis Dalam Foto

    Sepertinya kesiangan adalah agenda yang selalu ada di setiap pagi pasangan baru kita ini, menikah tanpa pacaran dan hubungan mereka yang kian dekat membuat mereka tak malu-malu lagi untuk saling berbagi kehangatan di setiap malamnya. Dan semua orang ... yang sudah menikah tentunya, akan tahu kalau berduaan dengan pasangan halal yang sedang hangat-hangatnya seperti mereka, waktu akan berjalan sangat cepat bahkan bisa mengalahkan kecepatan cahaya, bahkan kalau bisa mereka pasti ingin membekukan waktu, agar saat mereka bersama lebih panjang. Akan tetapi tentu saja itu hal yang sangat mustahil dilakukan, mengingat Tuhan sudah membagi waktu dengan sangat adil untuk semua orang. Dua hari setelah kejadian di apartemen sang ibu waktu itu, Laksa mengatakankalau dengan sang ibu akhirnya pindah ke sebuah rumah yang telah disiapkan oleh laksa, di sebuah perkampungan kecil yang masih sangat kental agama dan adat budayanya, sejujurnya Laksa memang sengaja melakukan itu semua, supay

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-30
  • Wanita Yang Kau Pilih   145. Salahkan Paham

    Luna merasa perutnya sangat sakit, dan gerakan menendang dari dalam perutnya membuatnya meringis dan terduduk di kursi kerja Laksa, sejenak dia melupakan foto yang baru saja dia temukan itu, lalu diambilnya napas dalam-dalam, diusapnya lembut perutnya yang membesar itu. “Semua baik-baik saja, sayang, apapun yang terjadi mama akan selalu sayang padamu,” gumam Luna diantara ringisannya. Sepertinya sang jabang bayi di dalam sana mengerti apa yang dikatakan ibunya, perlahan tendangan itu berkurang, ini kali pertama Luna merasakan secara langsung tendangan bayi dalam perutnya, meski sebelumnya dokter sempat mengatakan juga, tapi mengalaminya langsung membuatnya takjub sekaligus terharu. Tapi saat melihat foto itu di atas meja, dengan pandangan mata suaminya yang jelas sangat memuja wanita itu membuat Luna merasakan kembali rasa sakit itu. Kenapa Laksa tidak jujur kepadanya selama ini kalau belum bisa melupakan Raya, Luna memang berjanji akan berjuang untuk hubungan mereka, tapi mem

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-31
  • Wanita Yang Kau Pilih   146. Saat Istri Ngambek

    Luna duduk meringkuk di atas kursi, di balkon kamarnya, pandangannya lurus ke atas, ka arah bulan dan bintang yang bersinar dengan sangat cerah. Andai saja mereka bisa membagi sedikit saja kecerahan sinarnya untuk Luna tentu dia akan bahagia. Dia tak perlu dicekam kegelapan lagi akan nasib dirinya di masa depan. Permintaan yang konyol memang, Tuhan tentu saja sangat enggan mengabulkan permintaan itu, Luna tahu. Luna kembali menatap keindahan malam ini, malam yang semakin merambat ternyata membuat sang bulan makin semangat untuk bersinar terbukti sinarnya yang makin terang, begitu juga dengan banyaknya bintang yang menemani rembulan malam ini. Luna iri pada mereka yang bisa bersama-sama dengan banyak teman, sedangkan di sini dirinya hanya sendirian, sejak menikah dengan Laksa dan juga berhenti dari pekerjaannya, dunia Luna hanya berpusat pada Laksa dan Laksa. Bukan berarti Luna terpenjara di dalam rumah mewah ini, tidak juga, Lun

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-31
  • Wanita Yang Kau Pilih   147. Recovery Hati

    Setelah kemarahannya dia habiskan semalam, dan menghabiskan sekotak tisu, pagi ini Lun abangun dengan suasana hati yang lebih baik, bukan karena sudah bisa menerima kalau Laks masih sering teringat mantan pacarnya, tapi penjelasan suaminya itu membuat hatinya sedikit lega. ingat hanya sedikit. Laksa memang tidak mengatakan sudah melupakan Raya sepenuhnya, bagaimanapun hubungan mereka yang berlasung bertahun-tahun tak bisa hilang tanpa bekas begitu saja, akan tetapi Laksa bersumpah kalau dia tidak akan kembali lagi pada Raya, dan bagi Laksa, Luna adalah masa sekarang dan masa depannya. Cukup realistis memang, meski tidak melegakan, apalagi membahagiakan. Luna bersiap membersihkan dirinya dan menyiapkan pakaian untuk suaminya, lalu dia akan membangunkan laki-laki itu. nasehat dari mama mertuanya membuat Luna berusaha lebih baik lagi menjadi istri yang baik. Sekarang dia bukan hany putri kesayangan ayahnya yang bisa selalu bermanja-manja, tap

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-01
  • Wanita Yang Kau Pilih   148. Tunggu Sebentar Lagi

    Luna menarik-narik ujung blousenya dengan tidak nyaman, bukan karena pakaiannya yang kekecilan tapi perutnya terasa sedikit mulas, entah kenapa setiap kali ke tempat ini selalu perdebatan yang menyambut mereka, apa setiap hari di sini selalu saja ada pedebatan seperti ini, padahal pintu apartemen saja belum diketuk tapi suaranya sudah terdengar dai luar, apa tidak ada peredam suara yang dipasang di apartemen mewah ini. Setelah makan siang mereka, Laksa memang mengajak Luna untuk mengunjungi ibunya dan mengantarkannya ke ruamh wanita itu yang baru, Luna tahu meski sikap suaminya sangat dingin dan kaku pada sang ibu tapi tetap saja, Laksa tidak akan tega membiarkannya pergi sendiri. Kalau begini caranya sangat kasihan tetangga dia kanan kirinya, yang ikut tidak bisa tidur dengan tenang. “Kak,” panggil Luna pada suaminya yang hanya diam saja. Baru saja Laksa menguatkan tekadnya untuk memperlakukan ibunya lebih baik, meski mereka tak akan tingg

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-01
  • Wanita Yang Kau Pilih   149. Rumah Baru

    Jalanan beraspal bahkan telah habis mereka lalui, sekarang mereka mulai memasuki jalanan berbatu. Jalanan berkelok-kelok juga sudah mereka lewati tapi belum terlihat juga tempat yang mereka tuju, tempat apa sebenarnya yang akan mereka tuju? Luna jadi makin penasaran di buatnya. Luna kembali menengok ke belakang, mobil itu masih mengikuti mobil mereka dengan tenang, bisa Luna bayangkan ibu kandung Laksa yang dari tadi sok itu mengomel di sana, dia hanya berharap sang sopir punya telinga yang cukup tebal, agar tidak melempar penumpangnya ke luar jendela. Jahat memang, tapi Luna bahkan tak bisa menahan cengirannya saat membayangkan itu semua. “Kamu baik-baik saja, Luna? Apa kita perlu berhenti?” Luna mengerutkan kening mendengar pertanyaan Laksa. “Memangnya kita sudah sampai, Kak?” “Bukan maksudku kita bisa berhenti dulu, jika kamu capek atau butuh waktu untuk beristirahat.” “Tidak perlu apa masih jauh rumahnya?”

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-02

Bab terbaru

  • Wanita Yang Kau Pilih   179. Fitnah Raya

    Laksa duduk dengan punggung tegak. Di depannya seorang laki-laki paruh baya yang rencananya akan melakukan investasi pada salah satu program yang akan diadakan hotelnya. Setelah hampir dibuat gila karena kelakukan mantan pacarnya, Laksa harus memacu mobilnya gila-gilaan untuk mengejar waktu yang sudah sangat mepet, dia bahkan tak peduli dengan umpatan yang dia terima dari pengguna jalan lainnya. Untungnya sang investor juga datang sedikit terlambat, jadi dia masih punya waktu untuk sekedar membaca ulang apa yang akan dia presentasikan nanti, meski dia yakin sudah hapal betul dengan apa yang akan dia katakan nanti tapi dalam keadaan setengah gila karena mantan pacarnya yang lagi-lagi berulah, otaknya bisa melenceng kemana-mana dan Laksa tak mau investor yang telah lama dia incar akan lepas begitu saja karena ketidakprofesionalannya. “Terima kasih bapak sudah bersedia datang,” kata Laksa membuka percakapan dengan basa-basi. “Sama-sama, pak. Saya sangat tertarik dengan beberapa progr

  • Wanita Yang Kau Pilih   178. Yang Kedua 2

    Akhirnya Laksa hanya bisa menanyakan kegiatan sang istri hari ini, tanpa menyatakan dimana dirinya sekarang berada, tapi dia berjanji akan mengatakan semuanya setelah sampai di rumah, banyak hal yang harus mereka bicarakan tapi Laksa butuh suasana yang tenang. Saat seorang perawat memangil keluarga Raya serempak dia dan sang manager restoran berdiri, mereka lalu diarahkan untuk menemui dokter paruh baya yang sangat dikenal Laksa. “Apa anda berdua keluarganya?” “Saya manager restoran tempat ibu Raya pingsan, saya hanya ingin memastikan kalau pingsannya ibu Raya ada sangkut pautnya dengan restoran kami atau tidak.” Sang dokter mengangguk mengerti meski begitu dia melirik pada Laksa yang hanya berdiri diam di depannya. “Saya bisa memastikan  kalau ibu Raya pingsan bukan karena makanan dan minuman yang dia makan tapi karena stress dan tertekan, syukurlah untuk janin yang dia kandung baik-baik saja.” “Jadi dia benar hamil, Dok?”

  • Wanita Yang Kau Pilih   177. Yang Kedua

    Laksa langsung mendekati Raya, dia memang tidak tahu apapun tentang pertolongan pertama pada orang sakit , jadi yang bisa dia lakukan adalah memastikan Raya masih bernapas dengan tangannya yang gemetar. Bagaimanapun Raya pernah menjadi bagian penting dalam hidupnya dan juga sebagai sesama manusia tentu saja Laksa tak bisa meninggalkannya begitu saja. “Tolong segera kirim ambulance, seorang wanita tiba-tiba pingsan.” Laksa lalu menyebutkan alamat restoran ini. Tak lama kemudian manager restoran tiba-tiba muncul entah siapa yang memberitahunya, tapi kemunculan sang menager berhasil meredam kehebohan yang ada. “Apa yang terjadi, pak?” tanya sang manager ramah dan berusaha tenang meski Laksa tahu ada getar dalam suara laki-laki itu. “Saya juga tidak tahu kami baru saja selesai bicara dan saya sudah akan pergi tapi tiba-tiba saja dia terjatuh,” kata Laksa menjelaskan sesingkat mungkin. Seorang pelayan wanita masuk dan meletakkan

  • Wanita Yang Kau Pilih   176. Ancaman 2

    “Sudahlah yang penting aku menemuinya hanya untuk menyelesaikan masalah saja.” Laksa tak menyadari kalau keputusan yang dia ambil kini akan berdampak besar pada kehidupan pernikahannya kelak. “Aku akan keluar sebentar,” kata Laksa pada asistennya. “Tapi pak jam tiga kita ada pertemuan dengan seorang investor.” “Aku akan  kembali sebelum itu.” Asisten itu terlihat bimbang, tapi tak mungkin dia melarang bosnya apalagi Laksa sudah masuk ke dalam lift. “Semoga bapak bisa kembali tepat waktu dan tidak ada masalah lagi kedepannya,” gumam sang asisten entah mengapa dia memiliki firasat buruk. Laksa memasuki restoran jepan yang dulu menjadi favorit Raya setiap kali mereka bertemu. Seorang pelayan memakai pakaian tradisional jepang  menyambut Laksa di depan pintu setelah Laksa mengatakan akan bertemu dengan Raya. “Akhirnya kamu datang juga.” Laksa melirik jam tangannya mengisyaratkan kalau dia

  • Wanita Yang Kau Pilih   175. Ancaman

    Tidak banyak waktu yang tersisa untuk Laksa dalam meyiapkan event besar yang akan diadakan di hotelnya. Tanda tangan kontrak memang sudah dilakukan dan pihak penyelenggara memberikan beberapa syarat yang harus manageman hotel penuhi terkait dengan sarana dan prasarana yang akan digunakan. Tumpukan dokumen laporan berserakan di meja kerjanya menunggu untuk dikerjakan. Bukan tanpa aasan dia bekerja sekeras ini, dia hanya ingin membuktikan pada semua orang dia bukan hanya beruntung mewarisi semua kekayaan ini, tapi dia juga punya kemampuan untuk membawa kemajuan usaha yang telah dirintis kakeknya dan juga Laksa ingin membuktikan meski dia lahir dari rahim wanita yang gila harta, tapi dia berbeda dengan ibunya. Itu juga salah satu alasan dia akan tetap setia pada istrinyaa, di samping rasa yang mulai tumbuh subur di hatinya. "Maaf, pak. Ada telepon untuk bapak," suara asistennya terdengar dari interkom yang terhubung antar ruangan. "Dari siapa?" Sang asisten terdengar menghela napas

  • Wanita Yang Kau Pilih   174. Tak ada Gading tak Retak

    "Tentu saja , Ma. Aku akan bertajan selama kak Laksa masih menginginkanku dan juga tidak menduakanku," jawab Luna yakin. Sang mama menganggukkan kepala. "Bagus, jawaban itu yang ingin mama dengar, jika kamu masih ingin mempertahankan semuanya kamu harus lawan wanita itu." Sang mama menghela napas sebentar dan meminum air putih di depannya. "Dengar, Nak. Mama memang bukan mama kandung Laksa, tapi mamalah yang merawatnya sejak kecil dan dia bukan orang yang tidak bertanggung jawab. Dia pernah bilang pada mama akan mempertahankanmu di sisinya jadi jangan pernah menyerah." Luna menangguk, suaminya juga pernah mengatakan hal yang sama. "Kak Laksa juga pernah mengatakannya pada Luna." "Jadi kamu harus percaya Laksa kalau dia tidak aka kembali pada wanita itu, tapi mungkin dia akan membantunya. Sifatnyaa, tapi hanya sebatas itu yang perlu kamu lakukan adalah mencegah mereka untuk taak sering bertemu. " Lun

  • Wanita Yang Kau Pilih   173. Keputusan

    Luna menyadarkan tubuhnya yang terasa lelah luar biasa di kursi penumpang, di sampingnya Laksa menyetir mobil dengan wajah keruh, membuat Luna enggan untuk memulai pembicaraan dengannya. Beberapa saat yang lalu memang Laksa menjemputnya di sanggar saat dia sedang ngobrol dengan Vano di halaman belakang dan tentu saja hanya berdua karena Vira benar-benar tak muncul sampai akhir. "Hhh." Helaan napas panjang dan lelah Luna bahkan tak membuat Laksa menoleh laki-laki itu masih fokus dengan kemudinya. Luna tak tahu apa sebenarnya kesalahannya sehingga Laksa berubah dingin seperti ini. Apa karena Luna menemui mantan kekasih suaminya itu? Atau karena di pergi ke sanggar? Tapi Luna sudah minta Izin dan kalau ternyata Laksa terlambat membukanya itu bukan salahnya kan. Kenapa Laksa marah? "Kakak sudaah makan siang?" tanya Luna mencoba untuk membuka pembicaraan dengan suaminya meski dia sedikit ngeri sendiri dengan sikap Laks

  • Wanita Yang Kau Pilih   172. Pengalihan 2

    "Maaf, kak. Aku kira tidak ada orang," kata Luna tak enak hati. "Masuklah, sudah lama kamu tidak kemari." Luna bimbang di dalam sana hanya ada Vano yang sedang melakukan entah apa, tapi kalau dia langsung pergi rasanya juga tidak sopan bagaimanapun Vano juga orang yang sangat berjasa untuknya. "Apa kabar kak?" sapa Luna sedikit sungkan. Vano mengangkat alisnya dengan senyum mengejek. "Baik. Setidaknya aku tidak menangis hari ini," kata Vano menyebalkan. Luna mengerucutkan bibirnya, Vano masih tetap sama menyebalkanya seperti dulu."Aku tidak menangis." "Percaya." Jawaban yang makin mempertegas kalau laki-laki itu hanya sedang ingin mengejek Luna. "Kakak ngapain di ruangan Vira?" tanya Luna sebal sendiri. "Bumil habis nangis otaknya ikut eror juga. Kamu tidak lupa kan kalau aku pemilik tempat ini dna bisa bebas berada di mana saja yang aku suka." Ish sebel banget Luna dikatain seperti itu, dia yang sudah duduk di sofa langsung bangkit dan melangkah pergi. Lebih baik dia jalan

  • Wanita Yang Kau Pilih   171. Pengalihan

    Luna keluar dari cafe dengan kaki yang bergetar hebat, dia tak pernah suka bertengkar dengan orang lain. Saat akan berkonfrontasi dengan orang lain Luna lebih memilih mengatakan apa yang memang perlu dikatakan lalu pergi begitu saja, tanpa mau menoleh lagi. Terkesan pengecut memang tapi seperti itulah Luna. JIka hari ini dia mampu berkonfrontasi dengan Raya, itu semata-mata karena rasa cemburu yang mendominasi pikirannya. Dia mencintai Laksa dengan tulus dan laki-laki itu juga mengatakan kalau hanya Luna yang akan menjadi masa depannya, meski tanpa ada kata cinta, tapi bagi Luna itu sudah cukup. Dia jadi punya keberanian untuk melawan. "Mbak Luna baik-baik saja?" tanya sopir yang mengantarkan Luna. Dia menatap khawatir menantu majikannya ini. Luna terlihat pucat dan lemas. "Saya baik-baik saja, Pak." Luna memberi senyum sebahai ucapan terima kasih, si bapak membukakan pintu mobil untuknya. "Kita langsung pulang, mbak?" tanya sang sopir. Luna menimbang sejenak, dia tak

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status