Home / Romansa / Wanita Yang Kau Pilih / 148. Tunggu Sebentar Lagi

Share

148. Tunggu Sebentar Lagi

Author: Ajeng padmi
last update Last Updated: 2025-04-01 13:01:32

Luna menarik-narik ujung blousenya dengan tidak nyaman, bukan karena pakaiannya yang kekecilan tapi perutnya terasa sedikit mulas, entah kenapa setiap kali ke tempat ini selalu perdebatan yang menyambut mereka, apa setiap hari di sini selalu saja ada pedebatan seperti ini, padahal pintu apartemen saja belum diketuk tapi suaranya sudah terdengar dai luar, apa tidak ada peredam suara yang dipasang di apartemen mewah ini.

Setelah makan siang mereka, Laksa memang mengajak Luna untuk mengunjungi ibunya dan mengantarkannya ke ruamh wanita itu yang baru, Luna tahu meski sikap suaminya sangat dingin dan kaku pada sang ibu tapi tetap saja, Laksa tidak akan tega membiarkannya pergi sendiri.

Kalau begini caranya sangat kasihan tetangga dia kanan kirinya, yang ikut tidak bisa tidur dengan tenang.

“Kak,” panggil Luna pada suaminya yang hanya diam saja.

Baru saja Laksa menguatkan tekadnya untuk memperlakukan ibunya lebih baik, meski mereka tak akan tingg
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Wanita Yang Kau Pilih   149. Rumah Baru

    Jalanan beraspal bahkan telah habis mereka lalui, sekarang mereka mulai memasuki jalanan berbatu. Jalanan berkelok-kelok juga sudah mereka lewati tapi belum terlihat juga tempat yang mereka tuju, tempat apa sebenarnya yang akan mereka tuju? Luna jadi makin penasaran di buatnya. Luna kembali menengok ke belakang, mobil itu masih mengikuti mobil mereka dengan tenang, bisa Luna bayangkan ibu kandung Laksa yang dari tadi sok itu mengomel di sana, dia hanya berharap sang sopir punya telinga yang cukup tebal, agar tidak melempar penumpangnya ke luar jendela. Jahat memang, tapi Luna bahkan tak bisa menahan cengirannya saat membayangkan itu semua. “Kamu baik-baik saja, Luna? Apa kita perlu berhenti?” Luna mengerutkan kening mendengar pertanyaan Laksa. “Memangnya kita sudah sampai, Kak?” “Bukan maksudku kita bisa berhenti dulu, jika kamu capek atau butuh waktu untuk beristirahat.” “Tidak perlu apa masih jauh rumahnya?”

    Last Updated : 2025-04-02
  • Wanita Yang Kau Pilih   150. Dari Hati ke hati

    Mereka memasuki sebuah hotel yang tidak bisa dikatakan mewah tapi juga bukan kelas melati, yang mereka temui di dalam perjalanan pulang. Laksa memutuskan membelokkan mobilnya kemari, mereka berdua butuh istirahat setelah perjalanan panjang yang mereka lalui, mobil ini memang didesain sangat nyaman tapi bagaimanapun akan lebih enak tidur di dalam sebuah kamar supaya bisa meregangkan seluruh otot-otot tubuh, lagi pula hari sudah malam, dan mereka butuh makan. “Kita akan menginap di sini malam ini?” tanya Luna. “Iya, besok pagi kita lanjutkan perjalanan, ini bukan hotel mewah memang semoga fasilitasnya cukup bagus.” Luna mengamati sejenak hotel yang akan menjadi tempat mereka menginap, terlihat bersih dan rapi, para pegawai hotel yang berlalu lalang juga ramah dan berpakaian rapi. Sejujurnya dia tidak masalah di mana dia harus tidur, bahkan meski Laksa memutuskan membangun tenda saja, Luna bisa menerima, dulu juga dia sering mengik

    Last Updated : 2025-04-02
  • Wanita Yang Kau Pilih   151. Cinta Tiada Akhir

    Pagi sekali mereka bersiap untuk kembali melanjutkan perjalanan yang tertunda, sejak semalam sang mama sudah berkali-kali menghubungi mereka, khawatir karena sampai larut malam tak kunjung pulang, juga tidak memberi kabar sedikit pun. Meski Laksa sedikit mengomel karena sang mama masih saja memperlakukannya seperti anak kecil, tapi tak urung juga dia langsung tersenyum cerah saat melakukan panggilan video dengan sang mama. Perhatian yang sungguh membuat Luna iri, dulu dia juga begitu, sebesar apapun dirinya bundanya tetap menganggapnya anak kecil yang harus selalu beliau perhatikan, agak risih sebenarnya, tapi Luna sadar itu adalah cara para ibu untuk mengungkapkan kasih sayangnya pada anak-anaknya.“Kamu tidak ingin mampir ke mana pun?” tanya Laksa yang sudah bersiap di balik kemudi mobilnya. “Ke mana? Bukankah kita sudah makan pagi?” “Bukan makan pagi maksudku, tapi makanan ringan atau mungkin kamu ingin membeli oleh-oleh untuk orang rumah.” Daerah yang mereka lewati memang ban

    Last Updated : 2025-04-04
  • Wanita Yang Kau Pilih   152. Jimat Keberuntungan

    Laksa mengepalkan tangannya dengan geram , dia baru saja mengecek akun media sosial miliknya dan mendapati banyak sekali DM yang masuk ke ponselnya. Dia memang bukan orang yang selalu update di media sosial, dia memiliki media sosial hanya untuk urusan pekerjaan saja, isi media sosialnya pun sangat membosankan, hanya ada nama-nama kolega bisnisnya juga beberapa nama badan amal yang biasa dia kunjungi. Bahkan dia baru berteman dengan akun media sosial Luna sebelum pesta pernikahannya, itu pun karena sang mama yang protes karena akan menimbulkan spekulasi yang lain. Akan tetapi tak pernah sekali pun media sosialnya dibanjiri oleh DM seperti ini, dan itu karena postingan seseorang yang mentag namanya. “Seorang ibu akan selalu merindukan anaknya, meski sang anak tidak menganggapnya.” Dan postingan itu langsung viral, banyak akun yang menanyakan apa hubungan sang ibu dengannya, dan apa maksudnya ini semua. Sungguh sangat licik, ternyata ancaman Laksa yang

    Last Updated : 2025-04-04
  • Wanita Yang Kau Pilih   153. Laki-laki Berbahaya

    Seperti hari-hari sebelumnya saat sarapan pagi bersama, Luna akan mengambilkan nasi dan lauk pauk yang diinginkan suaminya setelah itu dia akan melangkah ke meja paling ujung di mana kepala keluarga ini duduk, lalu mengambilkan makanan untuknya juga, dulu sebelum Luna menjadi bagian dari keluarga ini para asisten rumah tangga atau sang mama mertua yang melakukannya. Waktu itu Luna hanya kasih karena sang kepala keluarga yang lumpuh dan duduk di kursi roda itu harus kesulitan mengambil makanan yang diinginkannya. “Terima kasih, Nak.” “Sama-sama, Opa.”Luna lalu kembali ke tempat duduknya dan mengambil makanan untuk dirinya sendiri, suasana makan yang hening tanpa adanya percakapan menjadi hal yang biasa terjadi di sini, berbeda dengan saat dia di rumah ayahnya saat menggunakan waktu makan untuk bercerita satu sama lain. Yah meski makan sambil bicara bukan hal yang baik, tapi itu tak mengubah rasa hangat yang tercipta. “Aku ingin bicara pada semuanya setalah in

    Last Updated : 2025-04-05
  • Wanita Yang Kau Pilih   154. Kamu Masa Depanku

    Luna bukan anak orang kaya pekerjaan ayahnya yang hanya seorang guru, tidak memungkinkan keluarganya hidup mewah, apalagi saat dia masih kecil dulu, ayahnya yang hanya seorang guru honorer dengan gaji minim, yang hanya cukup untuk makan mereka saja. Saat tanggal gajian tiba, ibunya membeli ayam atau telur sebagai teman makan nasi, tapi saat tanggal gajian telah lama terlewat mereka harus rela makan nasi garam, tapi Luna tak pernah mengeluh, kedua orang tuanya adalah sosok idolanya, yang tidak pernah berputus asa dalam menjalani kehidupan sulit mereka, sampai ayahnya diangkat menjadi pegawai pemerintah dengan gaji yang sangat lumayan, bahkan mereka bisa membeli rumah sendiri dan sebuah mobil tua yang kadang terbatuk di tengah jalan. Tapi kasih sayang yang diberikan kedua orang tuanya tak pernah luntur untuknya, dan mendapati interaksi Laksa dengan kedua orang tuanya yang bahkan lebih kaku dari pada kepala sekolah galak jaman dia masih sekolah membuatnya sedikit heran

    Last Updated : 2025-04-05
  • Wanita Yang Kau Pilih   155. Nasi Hajatan

    "Kok baju yang itu, Sayang?" Luna menoleh ke arah suaminya yang masih memakai handuk di pinggangnya untuk menutupi area pribadinya, hal yang biasa Luna lihat akhir-akhir ini, tidak ada lagi adegan menjerit seperti saat awal mereka menikah dulu, Luna bahkan sudah hapal semua lekuk tubuh Laksa, begitu juga sebaliknya. Luna melangkah menggampiri kemeja warna salem yang dia siapkan untuk Laksa, mengamati sejenak kemeja itu, lalu melihat Laksa. Tidak ada yang salah dengan kemeja ini? "Memangnya kenapa?" tanya Luna tak mengerti, tumben sekali suaminya ini protes, biasanya apa yang Luna siapkan selalu dipakai sang suami tanpa berprotes lagi, hari ini dia memang sengaja memilihkan baju yang bukan biasa Laksa pakai, baju sebegitu banyak sayang banget kalau yang dipakai itu-itu saja. Laksa menghela napas, dia tak mungkin bukan mengatakan kalau baju ini dibelikan Raya, meski menggunakan uangnya, saat mereka jalan-jalan ke Singapura tahun lalu, Luna pasti ngambek dan Laksa tidak mau itu.

    Last Updated : 2025-04-06
  • Wanita Yang Kau Pilih   156. Sayembara

    Hari ini sepertinya bukan hari terbaik untuk Luna, sejak pagi dia sudah kesal karena hal-hal kecil yang sangat konyol, entah karena dia tidak menemukan kardigan kesayangannya atau karena bajunya banyak yang tidak muat karena perutnya yang sudah mulai membesar. Puncaknya saat sore tadi dia ikut bersama ayahnya dan tidak mendapatkan nasi hajatan seperti yang dia inginkan, padahal tadi dia sengaja tidak makan supaya bisa makan nasi itu banyak-banyak. “Tidak ada pertunjukan, Lun, dan aku juga tidak sedang ada hajatan? Ada apa? Apa kamu mau menari lagi di acara hajatan? Memangnya suamimu bolehin?” Rentetan pertanyaan Vira yang sangat panjang seperti kereta api itu malah membuat Luna makin pusing. Dia lalu terisak kecil, membuat Vira yang ada di seberang sana dilanda kepanikan. “Luna kamu kenapa? Apa ada masalah dengan suamimu? Kamu di mana sekarang? Biar aku ke sana.” Luna bahkan tak sanggup untuk menjawab pertanyaan Vira, Laksa yang duduk di de

    Last Updated : 2025-04-06

Latest chapter

  • Wanita Yang Kau Pilih   183. Cinta?

    Suasana langsung heboh begitu sang mama berteriak panik saat Luna langsung ambruk di pangkuannya. Sang papa yang memang duduk di sebelah sang mama sigap menopang tubuh menantunya itu dan mengangkatnya. Sedangkan sang kakek sigap berteriak memanggil sopir supaya menyiapkan mobil. Sedangkan Laks hanya mampu berdiri di sana, menatap nanar tubuh istrinya dalam gendongan sang papa, dia ingin segeraa menghampiri Luna tapi kakinya seolah tak mampu bergerak, tubuhnya lemas seolah tak bertulang, apalagi saat mendengar teriakan sang mama kalau Luna pendarahan. Tidak... Luna akan baik-baik saja. Ini Hanya kesalapahaman. Demi TUhan dia memang bersalah telah menemui Raya di belakang LUna, tapi sungguh tidak ada niatan Laksa untuk mencurangi Luna sedikit pun. "Apa yang kamu lakukan bantu papamu!" teriak sang kakek sambil melempar Laksa dengan segelas air mineral yang memang ada di dekatnya. Mendapat bentakan itu tulang di tubuh Laksa seolah kembali, dia berlaari lintang pukang mendekati Luna

  • Wanita Yang Kau Pilih   182. Akhirnya Menyerah 2

    Laksa membalikkan sendok makannya tanda kalau dia sudah selesai makan. “Kakak masih marah tentang aku yang ngobrol dengan kak Vano? Kami hanya-“ “Aku mengerti. Maaf aku hanya takut kamu lebih nyaman ngobrol dengannya daripada denganku.” “Kenapa kakak mikir begitu?” Laksa menggelengkan kepalanya itu tidak penting lagi untuk sekarang. “Kamu percayakan kalau aku sayang kamu dan tidak akan menyakitimu secara sengaja?” Luna mengangguk. “Setelah hubungan kita membaik dan aku putus dengan Raya lima bulan yang lalu aku tidak pernah bertemu dengannya sampai minggu lalu.”“Aku tahu, dia ada di luar negeri dan kakak selalu pulang tepat waktu jadi tidak mungkin menemuinya.” “Benar.” “Lalu?” “Dia tadi mengajakku bertemu di restoran, maaf aku tidak mengatakannya padamu tadi,” kata Laksa pelan dengan kepala masih menunduk dalam, dia tidak ingin terjadi kesalahpahaman. Raya dan keluarganya pasti akan

  • Wanita Yang Kau Pilih   181. Akhirnya Menyerah

    “Maaf, sayang aku terlambat pulang,” kata Laksa pada Luna yang menyambutnya di teras depan. Luna tersenyum mencoba memahami kalau suaminya memang punya banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, bukan untuk yang lain. Meski tak bisa dipungkiri ada resah yang dia rasakan hari ini. “Kakak sudah makan malam?” Ya Tuhan bagaimana dia bisa makan malam dalam keadaan seperti ini, pikirannya penuh dengan rasa bersalah dan khawatir pada Luna. “Kamu sendiri sudah makan?” Luna menggeleng yang membuatnya menghela napas panjang. Dia menatap arloji di tangannya. Jam setengah sembilan malam, belum terlalu malam memang meski tetap saja terlambat. “Kalau begitu kita makan sekarang.” “Tapi kalau kakak sudah makan, jangan dipaksakan nanti perutnya sakit.” Laska tersenyum dan membelai lembut kepala sang istri. “Aku juga belum makan, tadi ada masalah sedikit dan langsung pulang.” “Baiklah, aku siapkan makan malam dul

  • Wanita Yang Kau Pilih   180. Fitnah Raya 2

    Laksa kembali melanjutkan pekerjaannya, hari dia memang sengaja pulang lebih lambat karena banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan. Keberhasilannya tadi menggaet investor membuat semangat kerjanya melambung tinggi, lagi pula dia juga sudah mengirim pesan pada Luna kalau akan pulang terlambat. Ketukan pintu membuatnya mendongak sebentar sebelum berteriak. “Masuk.”Dan sang asisten masuk dengan terburu-buru. “Maaf, Pak. Apa bisa saya pulang lebih dulu. Ibu saya masuk rumah sakit,” katanya dengan wajah khawatir. Laksa mengangkat wajahnya dan tersenyum. “Tentu saja, kamu bisa pulang lebih dulu aku hanya akan menyelesaikan laporan ini.” “Terima kasih, Pak.” “Semoga ibumu baik-baik saja.” Sang asisten menggangguk dan mengaminkan sebelum pamit pergi. Laksa sedikit meregangkan tangannya mengusir rasa kaku karena terlalu lama duduk. Pekerjaannya hampir selesai lagi pula dia sudah berjanji pada Luna ak

  • Wanita Yang Kau Pilih   179. Fitnah Raya

    Laksa duduk dengan punggung tegak. Di depannya seorang laki-laki paruh baya yang rencananya akan melakukan investasi pada salah satu program yang akan diadakan hotelnya. Setelah hampir dibuat gila karena kelakukan mantan pacarnya, Laksa harus memacu mobilnya gila-gilaan untuk mengejar waktu yang sudah sangat mepet, dia bahkan tak peduli dengan umpatan yang dia terima dari pengguna jalan lainnya. Untungnya sang investor juga datang sedikit terlambat, jadi dia masih punya waktu untuk sekedar membaca ulang apa yang akan dia presentasikan nanti, meski dia yakin sudah hapal betul dengan apa yang akan dia katakan nanti tapi dalam keadaan setengah gila karena mantan pacarnya yang lagi-lagi berulah, otaknya bisa melenceng kemana-mana dan Laksa tak mau investor yang telah lama dia incar akan lepas begitu saja karena ketidakprofesionalannya. “Terima kasih bapak sudah bersedia datang,” kata Laksa membuka percakapan dengan basa-basi. “Sama-sama, pak. Saya sangat tertarik dengan beberapa progr

  • Wanita Yang Kau Pilih   178. Yang Kedua 2

    Akhirnya Laksa hanya bisa menanyakan kegiatan sang istri hari ini, tanpa menyatakan dimana dirinya sekarang berada, tapi dia berjanji akan mengatakan semuanya setelah sampai di rumah, banyak hal yang harus mereka bicarakan tapi Laksa butuh suasana yang tenang. Saat seorang perawat memangil keluarga Raya serempak dia dan sang manager restoran berdiri, mereka lalu diarahkan untuk menemui dokter paruh baya yang sangat dikenal Laksa. “Apa anda berdua keluarganya?” “Saya manager restoran tempat ibu Raya pingsan, saya hanya ingin memastikan kalau pingsannya ibu Raya ada sangkut pautnya dengan restoran kami atau tidak.” Sang dokter mengangguk mengerti meski begitu dia melirik pada Laksa yang hanya berdiri diam di depannya. “Saya bisa memastikan  kalau ibu Raya pingsan bukan karena makanan dan minuman yang dia makan tapi karena stress dan tertekan, syukurlah untuk janin yang dia kandung baik-baik saja.” “Jadi dia benar hamil, Dok?”

  • Wanita Yang Kau Pilih   177. Yang Kedua

    Laksa langsung mendekati Raya, dia memang tidak tahu apapun tentang pertolongan pertama pada orang sakit , jadi yang bisa dia lakukan adalah memastikan Raya masih bernapas dengan tangannya yang gemetar. Bagaimanapun Raya pernah menjadi bagian penting dalam hidupnya dan juga sebagai sesama manusia tentu saja Laksa tak bisa meninggalkannya begitu saja. “Tolong segera kirim ambulance, seorang wanita tiba-tiba pingsan.” Laksa lalu menyebutkan alamat restoran ini. Tak lama kemudian manager restoran tiba-tiba muncul entah siapa yang memberitahunya, tapi kemunculan sang menager berhasil meredam kehebohan yang ada. “Apa yang terjadi, pak?” tanya sang manager ramah dan berusaha tenang meski Laksa tahu ada getar dalam suara laki-laki itu. “Saya juga tidak tahu kami baru saja selesai bicara dan saya sudah akan pergi tapi tiba-tiba saja dia terjatuh,” kata Laksa menjelaskan sesingkat mungkin. Seorang pelayan wanita masuk dan meletakkan

  • Wanita Yang Kau Pilih   176. Ancaman 2

    “Sudahlah yang penting aku menemuinya hanya untuk menyelesaikan masalah saja.” Laksa tak menyadari kalau keputusan yang dia ambil kini akan berdampak besar pada kehidupan pernikahannya kelak. “Aku akan keluar sebentar,” kata Laksa pada asistennya. “Tapi pak jam tiga kita ada pertemuan dengan seorang investor.” “Aku akan  kembali sebelum itu.” Asisten itu terlihat bimbang, tapi tak mungkin dia melarang bosnya apalagi Laksa sudah masuk ke dalam lift. “Semoga bapak bisa kembali tepat waktu dan tidak ada masalah lagi kedepannya,” gumam sang asisten entah mengapa dia memiliki firasat buruk. Laksa memasuki restoran jepan yang dulu menjadi favorit Raya setiap kali mereka bertemu. Seorang pelayan memakai pakaian tradisional jepang  menyambut Laksa di depan pintu setelah Laksa mengatakan akan bertemu dengan Raya. “Akhirnya kamu datang juga.” Laksa melirik jam tangannya mengisyaratkan kalau dia

  • Wanita Yang Kau Pilih   175. Ancaman

    Tidak banyak waktu yang tersisa untuk Laksa dalam meyiapkan event besar yang akan diadakan di hotelnya. Tanda tangan kontrak memang sudah dilakukan dan pihak penyelenggara memberikan beberapa syarat yang harus manageman hotel penuhi terkait dengan sarana dan prasarana yang akan digunakan. Tumpukan dokumen laporan berserakan di meja kerjanya menunggu untuk dikerjakan. Bukan tanpa aasan dia bekerja sekeras ini, dia hanya ingin membuktikan pada semua orang dia bukan hanya beruntung mewarisi semua kekayaan ini, tapi dia juga punya kemampuan untuk membawa kemajuan usaha yang telah dirintis kakeknya dan juga Laksa ingin membuktikan meski dia lahir dari rahim wanita yang gila harta, tapi dia berbeda dengan ibunya. Itu juga salah satu alasan dia akan tetap setia pada istrinyaa, di samping rasa yang mulai tumbuh subur di hatinya. "Maaf, pak. Ada telepon untuk bapak," suara asistennya terdengar dari interkom yang terhubung antar ruangan. "Dari siapa?" Sang asisten terdengar menghela napas

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status