Jika saja waktu bisa diputar kembali, mungkin Bella akan mengubah semua yang membuatnya menjadi seperti ini.Ia akan menolak lamaran Mas Anggra, orang yang telah menjerumuskannya ke dalam lembah kegelapan ini. Suami yang sampai hati menjual tubuh istrinya demi 3 juta dollar.Bella akan memilih untuk mengejar passion-nya di bidang desain perhiasan, dan menerima tawaran pekerjaan dari beberapa butik jewelry yang telah meminangnya untuk bekerja di sana.Mungkin ia akan hidup bahagia saat ini, memiliki karir yang cemerlang dan bersenang-senang menikmati masa muda yang takkan pernah kembali lagi.Tapi itu semua hanya akan menjadi angan-angan semata, karena kenyataan yang ia hadapi saat ini begitu pahit dan menyakitkan.Dirinya tak lebih dari wanita pemuas nafsu seorang milyarder yang keji."Apa kau mendengarku, Arabella? Buka lingerie-mu sekarang!"Suara berat itu membuyarkan lamunan Bella yang sejenak terbang mengembara. Wajah cantiknya yang sendu semakin luruh tenggelam dalam kesedihan,
Bella menguap lebar. Tubuhnya lelah dan sangat mengantuk akibat setengah harian kemarin terus ditunggangi Regan nyaris tanpa jeda. Ditambah lagi saat ini ia hanya duduk di sofa di dalam ruang kerja hanya membaca-baca majalah sambil menunggui Regan yang sedang meeting. Membosankan sekali. Jika saja Regan menyerahkan ponsel Bella yang ia simpan, mungkin wanita itu tidak akan sebosan ini. Atau juga... seandainya ia boleh ke cafe untuk mengobrol bersama Renata. Bella mengira saudara kembar Regan itu akan membencinya karena telah merasa ia telah merebut Regan dari istri sahnya. Namun siapa yang menyangka jika Renata justru terlihat menyukai Bella dan bersikap manis padanya. Yah, semoga saja itu bukan pura-pura. Hembusan pendingin ruangan dan empuknya material sofa yang ia duduki membuat Bella semakin merasa tak kuat menahan kantuk. Hanya dalam hitungan beberapa menit, akhirnya wanita itu pun tertidur sambil duduk di sofa. Tak berapa lama, pintu ruang kerja CEO itu pun terbuka. Dua sos
"Pulanglah, Patrice. Aku masih banyak pekerjaan." Regan membuang wajahnya ke arah berkas-berkas di depannya, mengabaikan Patricia yang terdiam di tempatnya."Baik, aku akan pergi," sahutnya setelah hening beberapa saat. "Tapi aku masih dan akan selalu menjadi istrimu, Regan! Tidak akan pernah kubiarkan jalangmu itu merebut posisiku!" Ucapnya emosi.Namun tiba-tiba saja Patricia menjerit kencang ketika Regan berdiri dan mencengkram dagunya dengan keras. Jepitan jemari Regan yang kuat serasa mampu mematahkan tulang dagunya.Regan menyeringai miring. "Jangan takut, Sayang. Kau akan selalu menjadi istriku," cetusnya dalam tawa pelan yang sinis. "Kau kan tahu betapa sayangnya Chelsea kepadamu." Lelaki itu melepaskan cengkeramannya di dagu Patricia. Kedua tangannya kini bersidekap dengan netra biru safirnya yang menusuk.Jantung Patricia serasa mencelos mendengarnya. Ia tahu kalau alasan Regan masih menjadikannya istri dan tidak menceraikannya salah satunya adalah karena Chelsea, ibu kandun
"Selamat pagi, Nyonya Arabella."Bella membuka matanya perlahan yang terasa masih berat, dan melihat seorang perempuan muda berseragam maid yang berdiri tak jauh dari ranjang serta melayangkan senyum sopan kepadanya."Nama saya Sita. Hari ini saya yang akan membantu Nyonya beraktifitas."Bella mengerjap bingung. "Te-terima kasih, Sita. Tapi rasanya aku tidak perlu dibantu..."Sita semakin melebarkan senyumnya melihat wajah bangun tidur Bella yang masih terlihat cantik dan sangat menggemaskan. Pantas saja Tuannya begitu terpesona dengan wanita ini!"Tuan Regan yang memerintahkan saya untuk membantu Anda, Nyonya. Tolong jangan ditolak jika tidak ingin Beliau memarahi saya."Bella menghela napas pelan. Ketika ia menyibak selimut, tiba-tiba saja terdengar seruan tertahan yang membuatnya menatap heran kepada Sita yang sudah memalingkan wajahnya."Maaf, Nyonya... saya tidak sengaja melihat... uhm, itu..."Bella yang semula tak mengerti maksud Sita, menunduk untuk melihat diri sendiri. Sont
"Haahhh..."Regan turun dari belakang tubuh Bella yang tengkurap di atas ranjang, setelah melepaskan benihnya untuk yang ke-lima kali, dari sejak pukul sebelas malam hingga tiga dini hari.Ia berusaha meredakan napasnya yang memburu karena nafsu, seraya menoleh kepada Bella yang sepertinya telah tertidur karena kelelahan melayani birahinya.Kedua sudut bibir lelaki itu melekuk naik melihat wajah cantik Bella yang telah terlelap. Satu tangannya pun terulur untuk mengusap puncak kepala wanita itu dengan lembut."Uumnh..."Regan menyukai bagaimana Bella selalu bereaksi pada sentuhannya di ubun-ubun wanita itu, bagaimana Bella masih mengguman dan tersenyum walaupun matanya tetap terpejam dan terbuai mimpi."Seperti kucing..." guman Regan seraya mendengus geli. Setiap kali kepalanya dielus, refleks bergelung manja. Meskipun mengolok Bella dan sikapnya, namun Regan tak menghentikan usapannya di kepala wanita itu.Beginikah rasanya?Regan memang suka bercinta. Sangat suka. Namun beginikah r
"Aku bersama seorang teman, namanya Anggra. Ayo, biar kuperkenalkan kalian padanya." Patricia bermaksud mengajak Renata dan Bella agar mengikutinya, namun Renata terlihat tak bergeming."Tunggu, Patricia."Renata menahan lengan Patricia. "Apa maksudnya kau sedang bersama Anggra, suami Arabella?"Bella yang mendengar nama suaminya disebut pun seketika merasa campur aduk. Apa sekarang dia akan bertemu dengan Mas Anggra?? Lalu apa yang dia lakukan di sini bersama Nyonya Patricia??Patricia menatap Renata dengan senyum sinis. "Wah, tak kusangka kalau kau ternyata sudah mengenal Anggra juga."Renata melepaskan tangannya dari Patricia. "Regan telah mewanti-wanti diriku agar Arabella tidak boleh bertemu dengan Anggra," pungkas Renata tenang."Lagipula, Anggra juga sudah menyerahkan Arabella kepada Regan, bukan?" Sambung wanita itu lagi.Bella merasa napasnya berubah sesak. Kenyataan yang diucapkan Renata tentang suaminya yang menyerahkan dirinya bak sebuah barang membuat sekujur tubuhnya me
"Aaaghh!!"Anggra meludahkan darah dari mulutnya seraya menatap nyalang pada tiga orang lelaki yang sedang mengeroyoknya. Sekujur tubuhnya nyeri dan penuh luka akibat pukulan mereka yang tak pernah jeda sejak setengah jam yang lalu.Ia mengira mereka bertiga ini adalah orang suruhan Regan Bradwell yang menjaga Bella dari kejauhan. Pasti Regan telah menugaskan mereka untuk menghajar dirinya jika berani menyentuh Bella, seperti ancaman yang pernah dilontarkan Regan kepadanya sebelumnya."Hentikan."Suara tenang seorang wanita membuat pukulan yang hendak melayang ke rahang Anggra pun sontak terhenti di udara. Ketiga orang algojo itu pun menoleh ke arah sumber suara, dan melihat sosok istri dari bos mereka sedang berdiri sambil tersenyum."Sudah cukup. Biarkan dia.""Tapi Nyonya Patricia, Tuan Regan berpesan--""Aku yang akan bertanggung jawab kepada Regan. Kalian semua pergilah!" Usirnya dengan dagu yang terangkat tinggi, menunjukkan statusnya yang merupakan seorang Nyonya Muda Bradwe
Bella berusaha membuka kedua bola matanya meskipun terasa sangat berat. Kesadarannya yang perlahan-lahan hadir memaksanya untuk segera mawas diri. Terutama saat ia merasakan seseorang menyentuh serta membelai kakinya."Uh? Siapa yang..." Bella mengerjap-kerjapkan mata untuk menyingkirkan kabut putih yang mengaburkan pandangannya. Ia melihat sosok gelap yang berdiri di dekat kakinya, yang sontak membuatnya terkejut dan menjerit ketakutan."Jangan takut, Bella. Ini aku."Napas Bella masih memburu setelah tadi menjerit-jerit histeris dan berusaha menendang orang yang mengelus kakinya. Namun ia pun baru sadar jika dirinya sedang dalam kondisi terikat di atas tempat tidur."Kamu sekarang sudah aman, Sayang. Aku sudah mengeluarkanmu dari penjara Regan Bradwell. Akhirnya kita bersatu lagi.""Mas... Anggra???" Bella meringis ketika melihat sosok gelap itu kini mulai terlihat jelas karena bergerak mendekatinya dan berdiri tepat di bawah sinar lampu remang-remang. Wanita itu mengernyit bing