"HUEK!! HUEK!!" Sambil menutupi mulutnya dengan santu tangan, Iris melompat turun dari ranjang lalu berlari masuk ke dalam kamar mandi.Iris membuka tutup kloset lalu ia memuntahkan semua isi perutnya di sana, entah kenapa ia bisa merasa mual setelah mendapatkan titah yang menurutnya sangatlah menjijikkan dari Evan. Jangankan junior, bahkan makanan yang tidak higienis saja tidak akan pernah mau dicicipi oleh gadis yang memiliki body bak gitar Spayol tersebut ya terang saja kalaui reaksi yang ditunjukkan oleh Iris juga di luar prediksi."Kau baik-baik saja? Apa kau mau aku panggilkan dokter?" Tanya Evan sambil berjalan masuk ke dalam kamar mandi menyusul Iris."Jangan mendekat ... hueek!!" Iris mengibaskan tangannya untuk mengusir Evan keluar dari kamar mandi akan tetapi pria bertubuh kekar itu tidak memperdulikan kode tangannya."Kau bukan wanita pertama yang muntah di depanku, jadi ... kau tidak perlu khawatir," ucap Evan yang sedang berjongkok tepat di belakang Iris sambil mengusap
"WHAT THE FUCK!! AKAN KUBUNUH GADIS KERAS KEPALA ITU KARENA BERANI MELARIKAN DIRI," ujar Evan dengan nada suara menggelegar bagai petir. "Simon!! Ikuti aku," titahnya kepada sang anak buah.Evan berlalu pergi begitu saja setelah mengajak beberapa anak buahnya untuk pergi mengikutinya. Jika Evan memilih untuk mencari Iris keluar rumah lain halnya dengan Peter yang memilih pergi ke ruang pemantauan CCTV untuk mencari keberadaan Iris, di sana ia memeriksa satu per satu layar dengan sangat teliti hingga ia mendapatkan apa yang ia cari."Itu dia, Iris!! Layar nomor satu, ada dimana itu?" Pekik Peter seraya menunjuk layar yang berada di sudut teratas."Taman bunga mawar, tempat dimana nyonya Freya dimakamkan," jawab sang pria penjaga ruang kendali CCTV.Peter menepuk pundak anak buahnya kemudian berlari menuju ke taman bunga akan tetapi ia tidak melihat sosok wanita yang ia sedang ia cari sehingga ia berjalan mendekati makam Freya. Sambil berkacak pinggang ia menolehkan kepalanya ke kanan l
"Tolong ... tolong ... sakiit," lirih Iris sembari terbaring lemah di lantai sambil memegangi perutnya.Darah segar terus meleleh dari inti tubuh Iris yang bercampur dengan cairan putih pekat, Iris menangis dan terus mencoba meminta pertolongan akan tetapi Evan yang sedang berada dalam pengaruh alkohol dan mengantuk setelah bercinta malah tertidur pulas tidak bisa dibangunkan.Iris yang terus merintih kesakitan terus berjuang untuk mencari bantuan, ia merayap perlahan menyeret tubuhnya mendekati pintu dengan menggunakan sisa-sisa kekuatan yang dimilikinya. Tangannya mengetuk pintu dengan ketukan sangat lemah untuk menarik perhatian orang yang mungkin saja sedang melintas di depan kamar."To ... long," lirih Iris sambil mengetuk pintu dari dalam.Tubuh Iris semakin melemah dan darah yang meleleh keluar dari tubuhnya kini membentuk genangan kecil yang artinya sekarang ini nyawanya sedang berada di ujung tanduk.Sementara itu ...Peter tampak gelisah dan terus berjalan mondar-mandir sepe
"Iris keguguran ... God!!" Peter terduduk di kursi setelah mendengar diagnosa dokter, kepalanya berdenyut sakit dan perlahan bergerak menunduk hingga harus ditopang dengan kedua tangannya karena tiba-tiba terasa sangat berat."Bagaimana keadaan nona Iris? Apakah nona Iris seudah mengetahui kabar ini?" Tanya Simon."Pasien masih belum sadarkan diri dan belum tahu tentang keguguran yang dialaminya," jawab sang dokter."Apakah kami bisa melihat nona Iris?" Tanya Simon lagi.Sang dokter mengangguk lalu berkata. "Boleh, tapi anda harus menunggu sebentar karena pasien sedang dipindahkan ke ruang perawatan dan pasien juga harus banyak beristirahat agar keadaannya bisa segera pulih.""Saya mengerti, terima kasih banyak." Ucap Simon.Sang dokter mengangguk pelan lalu pergi meninggalkan Peter dan Simon untuk melanjutkan pekerjaannya. Beberapa menit kemudian, Peter masuk ke dalam kamar perawatan Iris untuk melihat kondisi sang gadis yang sedang terbaring lemah di atas ranjang dengan wajah yang sa
"Iris, maafkan aku." Evan mengusap lembut pipi mulus Iris yang telah basah oleh air mata.Setelah seharian merenung, Evan memutuskan untuk menemui Iris dan hal mengejutkan lainnya adalah sebuah permintaan maaf yang meluncur dari bibirnya kepada tawanan wanitanya."Pergi, pergi dari sini!! Apa kau masih belum puas setelah menghancurkan hidupku dan membuatku keguguran?!" Iris mendorong bahkan memukuli tangan kekar Evan dan tidak sudih untuk disentuh oleh pria kejam yang telah menyiksanya."Aku tahu, aku tahu dan karena itu lah aku datang ke sini untuk meminta maaf kepadamu," ucap Evan sembari memegangi tangan Iris dan mencoba untuk menenangkan kemarahan wanitanya.Tangis Iris yang semula berupa isakan kini malah pecah dan berubah menjadi tangis histeris sehingga Evan reflek memeluk sang gadis meskipun ia terus mendapatkan penolakan."Kau jahat, kau sangat jahat karena sudah membunuh bayiku," ujar Iris."Bayi kita," ralat Evan menimpali."Seharusnya kau juga membunuhku lalu mengirim maya
Kelopak mata Evan bergerak mengerut lalu perlahan terbuka setelah samar-samar mendengar suara isak tangis seorang perempuan, dengan mata yang menyipit ia menatap punggung Iris yang tampak bergerak pelan dan ia semakin yakin kalau suara isakan yang telinganya dengar memang berasal dari tawanan wanitanya.Evan bangkit lalu berjalan mendekati ranjang dan kini berdiri tepat di samping wanitanya, tangan kokohnya mengusap lembut kepala Iris sambil berkata. "Kenapa tidak tidur? Apakah masih sakit?"Iris hanya menangis dan tidak menjawab pertanyaan Evan."Aku akan memanggil dokter untuk memeriksamu," ucap Evan sambil berbalik akan tetapi langkah kakinya terhenti karena Iris memegang tangan kekarnya. "Ada apa?" Tanyanya kemudian."Jangan ... aku ingin menyendiri," lirih Iris."Aku dengar kau sangat menyukai kabut di pagi hari, apa kau ingin melihatnya?" Tanya Evan."Itu dulu, sekarang aku sudah tidak lagi menyukainya setelah kau membunuh kak Richard," jawab Iris.Evan menghela napas panjang sa
"Iris, kau baik-baik saja?" Tanya Evan sembari melindungi wanitanya dari dengan menggunakan tubuh kekarnya."Ya, aku baik-baik saja," jawab Iris dengan tubuh yang gemetaran."SIMON!! Bawa Iris masuk ke dalam dan jaga wanitaku," titah Evan seraya mengambil pistol dari balik bajunya lalu membidik drone musuh yang masih berseliweran di atas langit."Saya mengerti," ucap Simon yang kini sedang memapah Iris masuk ke dalam villa.Evan menembaki drone milik Henry akan tetapi drone itu malah semakin terbang tinggi lalu menjauh karena Henry menggunakan drone tersebut sebagai pengalihan saja, lelaki bertubuh kekar itu berjalan keluar dari villa untuk mencari keberadaan Henry karena ia sudah tidak sabar ingin segera menghabisi nyawa pria tua bangka yang selalu mengusik hidupnya dan bersama Iris."KEMBALIKAN PUTRAKU, EVAN!! MANA ORLANDO," teriak Henry yang bersembunyi di balik pagar tubuh kekar anak buahnya."Akan kukembalikan anak sialanmu itu tapi nanti setelah aku memutuskan siksaan apa yang p
BUUGH!! BRAAAK!!Evan melompat lalu terjun bebas dari menara pengawas saat rudal menghantam dinding beton kokoh yang kini telah hancur berkeping-keping, tubuh Evan terjatuh di atas atap mobil kemudian berguling hingga akhirnya terjatuh di tanah dan ujung kaca yang lancip tertancap di telapak tangannya."Akkhh, DAMNED!!" Erang Evan, ia langsung mencabut kaca dari telapak tangannya dan duduk di tanah sambil menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya yang terasa remuk setelah menghantam atap mobil.Anak buah Evan menghambur mendekati mobil untuk melihat kondisi pimpinannya yang baru saja lepas dari intaian malaikat maut, pria-pria bertubuh kekar yang selalu menunjukkan wajah dingin nan garang seketika berubah menjadi ekspresi wajah penuh kekhawatiran setelah melihat kondisi pimpinan mereka yang sedang terluka."Anda baik-baik saja, Tuan?" Tanya salah satu pengawal."Ya, aku masih hidup," jawab Evan sambil meraih botol alkohol lalu membukanya dan menuangkannya ke telapak tangannya. "Akkhh, shi
"Aku sudah melamar Zoe, aku ingin hidup tenang dan menghabiskan sisa waktuku bersama dengannya karena itulah aku ingin mengundurkan diri dari dunia mafia," ucap Peter.Evan terkejut dan ia tidak bisa berkata-kata, tidak pernah terpikirkan olehnya kalau Peter akan mengacapkan hal ini kepadanya. Meskipun ia tidak rela kehilangan Peter yang sudah dianggapnya sebagai saudara namun ia juga tidak memiliki hak untuk melarang Peter mencari kebahagiaan sendiri."Baik, aku hormati keputusanmu dan jika kau ingin kembali maka pintu rumahku selalu terbuka untukmu. Jaga Zoe baik-baik dan kau harus sering-sering datang mengunjungiku," ucap Evan."Terima kasih dan maafkan aku," ucap Peter yang kembali memeluk erat Evan.Klan Marchetti kini telah runtuh dan wilayah kekuasaan Evan semakin luas dan kuat setelah merampas semua harta kekayaan Julian. Dan sebagai tanda terima kasih karena sudah membantunya untuk mengalahkan Julian dan Kiyoka, Evan memberikan wilayah kekuasaan Kiyoka kepada Ruben sehingga m
Melihat Evan sudah tidak lagi bergerak Julian berpikir kalau dirinya sudah benar-benar menang dan bisa merebut semua yang menjadi milik Evan baik itu harta, kekuasaan, wilayah dan lain sebagainya. Julian bermimpi kalau dirinya bisa menguasai dunia setelah kematian musuh bebuyutannya hari dan tanpa mau membuang waktu untuk mengecxek kondisi lawannya, ia memutuskan untuk menghentikan peperangan dengan melakukan ikrar."EVAN TELAH MATI!! MULAI DETIK INI JUGA KLAN LUCIANO SUDAH TIDAK ADA LAGI, SEMUA YANG MASIH TERSISA ADALAH MILIKKU, MILIK KLAN MARCHETTI!!" Teriak Julian yang membuat semua orang terhenti.Simon yang tadinya sedang terpojok dan masih semangat untuk melakukan perlawanan sengit tiba-tiba terdiam mematung saat mendengarkan teriakan Julian yang menggema sampai ke seluruh penjuru arah. Simon masih tidak percaya dengan pengumuman yang disampaikan oleh Julian barusan kalau pemimpinnya yang kuat nan perkasa kini telah gugur dan nasibnya sebagai pengawal sang pimpinan Cosa Nostra
Seorang pria tewas dan susul oleh beberapa pria lainnya yang kini mati tertembus peluru, samar-samar suara gelak tawa ditengah deru kebisingan deru suara baling-baling helikopter yang memekakkan telinga."Hey, whatssap, dok!!" Seru Kade sambil memakan wortel dan meniru tokoh kartun Bugs bunny yang membuat Peter dan Iris tercengang."Shit!! Dasar bodoh, kau membuatku kaget saja," gumam Peter yang terkejut sekaligus lega dengan kedatangan Kade yang tepat waktu.Bantuan memang telah datang akan tetapi masalah lain juga ikut datang karena anak buah Kiyoka dan Julian mulai menembaki helikopter dan menyulut emosi Kade yang tanpa pikir panjang langsung menyambar granat lalu melepaskan pin kemudian melemparkannya ke sebuah bangunan kecil yang biasa digunakan untuk gudang penyimpanan senjata.DHUUAAAR!! Bangunan kecil meledak dan helikopter yang ditumpangi Kade terbang meninggi agar tidak terkena dampak ledakan yang bisa menyebabkan masalah pada baling-baling saat serpihan-serpihan bangunan be
Malam tiba, Peter dan beberapa anak buahnya bersembunyi di balik semak-semak yang berada di seberang mansion Marchetti untuk mengintai musuh serta mencari waktu yang tepat untuk menyerang akan tetapi hal aneh terjadi saat mobil-mobil hitam keluar dari gerbang mansion Marchetti termasuk mobil milik Julian."Apa-apaan ini? Mau kemana mereka semua?" Gumam Peter dengan ekspresi wajah yang tampak bingung.Drrtt drrt!! Ponsel salah satu anak buah Peter bergetar menerima sebuah pesan singkat dari mata-mata mereka di dalam mansion."Julian dan Kiyoka pergi menuju ke kediaman Luciano untuk melakukan penyerangan besar-besaran, mansion kosong hanya ada nona Iris yang dijaga 60 bodyguard." Ucap anak buah Peter yang membacakan pesan singkat dari mata-mata mereka."FUCK!! Jadi ... Julian dan Kiyoka bergerak menyerang Evan makanya mereka mengosongkan mansion?! Ini ... kenapa mereka bisa tiba-tiba merubah rencana seperti ini?!" Ujar Peter gusar. "Apakah Evan mengetahui rencana serangan ini?" Ucapnya
"Kata perawat, besok siang aku akan menjalani tes pertamaku dan aku ingin kau berada di sampingku. Aku ingin kau yang menemaniku," ucap Zoe sembari memeluk erat pinggang Peter dari belakang.Tangan Peter yang sedang memegang ponsel merosot dan dengan gerakan jempol yang meraba-raba ia memutuskan sambungan teleponnya dengan Jeremy, mulutnya terkatup rapat tak mampu mengiyakan permintaan Zoe meskipun ia telah berjanji untuk selalu berada di sisi sang model cantik saat sedang menjalani pengobatan."Zoe, ada yang ingin aku katakan kepadamu." Ucap Peter seraya melepaskan tautan tangan Zoe yang melingkar di pinggangnya lalu berbalik ke belakang hingga ia dan Zoe saling berhadapan agar ia bisa berbicara dengan nyaman."Tentang apa?" Tanya Zoe sambil mendongakkan kepalanya agar ia bisa menatap wajah Peter dengan sangat jelas.Ya, meskipun Zoe bertubuh tinggi akan tetapi masih kalah tinggi dengan tubuh Peter makanya setiap kali ia ingin menatap wajah lelaki pujaan hatinya maka ia harus mendong
"Jangan tendang!! Aku sedang hamil, tolong kasihani aku dan janin di dalam perutku, Kak. Aku mohon," pinta Iris sambil menahan kaki kakaknyta dengan menggunakan satu tangan sedangkan tangannya yang lain ia gunakan untuk melindungi perutnya agar tidak terkena tendangan kakaknya.Iris reflek mengaku bahwa ia sedang mengandung agar ia bisa melindungi janin yang sedang dikandungnya dari kemarahan sang kakak, mungkin ini terdengar sangat konyol mengingat kakaknya sangatlah membenci pria yang menanamkan benih di rahimnya akan tetapi sekarang ini keadaan sedang mendesak dan ia akan segera mencari cara untuk bisa meloloskan diri dari cengekeraman kakaknya setelah lolos dari siksaan yang ini tentunya."Apa? Hamil ...?!! Apa kau sudah gila, huh?!" Teriak Julian hingga urat-urat di lehernya mencuat ke permukaan kulitnya. "Aku tidak akan membiarkan hal ini!! Janin kotor itu harus mati sebelum hari pernikahanmu dengan Kiyoka," imbuhnya.Mata Julian melotot, wajahnya menjadi merah padam dengan bib
"Jangan sentuh aku, dasar berengsek!!" Seru Iris memaki Kiyoka."Ayolah, Iris. Aku adalah calon suamimu dan aku memiliki hak untuk menikmati tubuhmu sebelum hari pernikahan kita," ucap Kiyoka dengan entengnya.Dengan ekspresi wajah tidak bersalah, Kiyoka kembali melecehkan Iris untuk memuaskan hasratnya saat melihat kemolekan tubuh serta kecantikan paras sang calon istri. Lelaki bertubuh tinggi nan kekar itu melumat bibir lalu kembali melumat kasar puting payudara sintal yang sangat menggugah hasratnya tanpa mau mengindahkan rintihan atau jeritan kesakitan Iris."TOLONG, KAK JULIAN!! KAK JULIAAAN!! TOLONG," teriak Iris sejadi-jadinya.Tak ada pilihan lain bagi Iris selain selain berteriak dan meminta pertolongan kepada sang kakak yang pastinya tidak akan mau membelanya akan tetapi ia tidak mau begitu saja menyerah dan membiarkan tubuhnya dinikmati oleh pria berengsek macam Kiyoka.Terlebih sekarang ini Iris sedang berbadan dua dan ia tidak ingin terjadi hal buruk menimpa janin yang s
"Kiyoka Kudou? Jadi sekarang ini Julian ingin memperkuat dan memperluas kekuasannya dengan cara menikahkan Iris dengan Kiyoka," gumam Peter dengan tangan mengepal kuat."Lalu apa yang akan anda lakukan untuk menebus kesalahan anda kepada tuan Evan?! Anda tidak akan pernah bisa merebut kembali nona Iris sekalipun anda harus mengorbankan nyawa," ketus Simon."TUTUP MULUTMU, SIMON!! Apa kau pikir tuan Peter tidak menderita dengan kejadian ini?!" Hardik Jeremy."Lalu bagaimana dengan tuan Evan?! Apa kau pikir tuan Evan tidak menderita, huh?! Setelah kehilangan nyonya Freya akhirnya tuan Evan bisa sedikit melupakan kesedihannya tapi dia malah menghancurkan kebahagiaan tuan Evan dengan pengkhianatan yang dia lakukan," sengit Simon sambil menunjuk Peter."Dasar kau berengsek!!" Jeremy mendorong dada Simon dengan sangat kasar hingga tubuh rekannya terdorong ke belakang beberapa langkah, ia benar-benar tidak terima dengan penghinaan Simon kepada orang yang sangat ia hormati makanya ia tidak ra
"Jangan lakukan ini lagi, Zoe. Tubuhmu terlalu berharga untuk sia-siakan hanya untuk memuaskan hasrat pria-pria berengsek sepertiku," ucap Peter.Peter menarik tangannya dari payudara Zoe kemudian berjalan mendekati ranjang lalu menarik selimut yang ia gunakan untuk menutupi tubuh seksi yang model cantik yang telanjang bulat. Ia mengangkat tubuh Zoe lalu membawanya ke ranjang dan dengan sangat hati-hati ia merebahkan tubuh Zoe yang masih terbungkus selimut ke ranjang."Kau bukan lagi kupu-kupu malam yang harus menjual tubuhmu untuk membiayai pengobatanmu, Zoe. Kau adalah seorang wanita terhormat dan kau harus berjanji kepadaku untuk tidak lagi menggunakan tubuhmu hanya untuk membayar kebaikanku," ucap Peter seraya mengusap lembut pipi Zoe."Aku tidak sedang membayar kebaikanmu dengan menggunakan tubuhku, aku hanya ingin memberikan tubuhku untuk pria yang aku cintai," ungkap Zoe dengan sorot mata penuh cinta."Zoe ... ada yang harus aku sampaikan kepadamu tentang perasaanku terhadap se