"Bunda!"
Cantika tersentak. Ada kelebatan bayangan mengerikan yang akan menimpa ibundanya. Seorang wanita berparas seram, dengan rambut awut-awutan dan bermata bolong hendak mencekik leher Bunda Nisa, Ibu sambung yang Cantika cintai.
Cantika kaget, kemampuan istimewanya kembali hadir, padahal sudah lama gurunya melatihnya supaya menghilangkan kemampuan supranaturalnya. Namun, setelah sekian lama dia terbebas dari kemampuan aneh itu, mengapa ketika kembali ke rumah, dia bisa melihat sesuatu kejadian yang akan terjadi di masa depan?
***
“Ayah..!”
Wahyu yang sedang berdiri di depan rumah, menoleh mendengar panggilan dibelakangnya.
Terlihat seorang gadis cantik, bergaun panjang, tersenyum sambil melambaikan tangan.
Mata Wahyu membulat tidak percaya.
“Cantika..?” tanyanya kaget.
“Iya ayah, aku pulang. Pendidikanku di asrama sudah selesai. Sekarang bisa pulang ke rumah lagi,” katanya dengan ceria.
“Kenapa tidak bilang ayah, Nak? Ayah bisa jemput kamu.”
“Kejutan, Yah! Ayah senang, kan?”
Tawa Cantika berderai.
Tentu saja Wahyu senang sekali bisa melihat putri semata wayangnya sudah kembali dari asrama. Sekolah khusus untuk anak yang punya kemampuan istimewa.
Ditatapnya dalam-dalam wajah putrinya. Dia sekarang semakin dewasa, usianya sudah 18 tahun. Cantik dengan wajah mirip ibunya, Minarni. Berkulit putih seperti kulit Wahyu. Senyumnya juga mirip dirinya.
Wahyu merasakan hatinya terharu. Teringat mendiang istrinya. Seandainya masih ada. Mungkin Minarni akan bahagia melihat putrinya beranjak dewasa.
“Ayah, kok bengong?” tanya Cantika
“Ayah bahagia, Sayang. Putri ayah sudah kembali.” Wahyu tersenyum lebar dengan mata berkaca. Direngkuhnya putrinya dalam pelukan. “Ayah kangen, Cantika.”
“Ayah, Cantika udah gede. Bukan anak lima tahun lagi," protes Cantika.
“Oh iya, ayah lupa!”
Mereka tertawa berderai dalam kebahagiaan. Bahagia bisa bertemu dan berkumpul lagi setelah sebelas tahun Cantika tinggal di asrama.
Cantika tinggal dan belajar di asrama Selain belajar ilmu pengetahua. Cantika juga diajari mengendalikan kekuatan supernya. Kekuatan yang dibawanya dari lahir.
“Cantika...Kamu sudah pulang, Nak,” Seorang wanita keluar dari rumah. Dia adalah ibu sambung Cantika yang sangat baik. Bernama Nisa.
“Iya, Bunda. Cantika sudah pulang,” sahut Cantika riang. “Cantika kangen masakan Bunda.”
“Bunda juga kangen Cantika. Sini Bunda peluk, ya.”
Mereka berdua berpelukan. Wahyu tersenyum melihat keakraban ibu dan anak. Meskipun tidak ada hubungan darah di antara mereka.
Seorang pemuda keluar dari dalam rumah. Wajahnya masih dingin seperti dulu. Meskpun ada pendar bahagia dibola matanya melihat Cantika, dia pura-pura tak acuh. Tetap dingin.
“Kakak Bayu, apa kabar?” sapa Cantika ramah.
“Baik,” jawabnya singkat tanpa senyum.
Cantika mengangkat bahunya. Bayu dari dulu tidak berubah. Tak pernah ramah padanya. Tapi Cantika tak peduli. Biarlah, yang penting dia tidak nyusahin dirinya.
“Masuk, sayang. Kita makan siang. Bunda udah siapin” ajak Nisa.
Mereka berempat masuk ke dalam rumah sambil membawa barang- barang Cantika yang tadi diturunkan dari taksi online.
Minarni memandangi mereka dari kejauhan. Hatinya bahagia Cantika tumbuh besar dan sehat, juga menemukan kasih sayang seorang ibu meski bukan dirinya.
“Kita pulang sekarang. Hatiku sudah tenang. Cantika sudah bahagia. Biarlah, kita sudah beda alam. Kita sekarang bisa tenang. Ayo, kita pulang, Aina. Apa kau tidak mau tenang bersama ayah dan ibumu ?” tanya Minarni pada Aina, hantu kecil yang selalu setia mendampingi.
Aina mengangguk. Mereka berpegangan tangan meniti cahaya terang untuk pulang. Hati mereka sudah tenang. Meninggalkan sejuta kenangan yang tak pernah hilang, di hati Wahyu juga Cantika.
******
“Bunda!”
Cantika tersentak. Ada sekelebat bayangan tentang bundanya yang terancam. Ada makhluk wanita dengan paras aneh dan rambut awut- awutan mengancam jiwa bundanya. Entah makhluk itu siapa. Cantika melihat aura negatif di sosok misteriusnya.
Kemampuan Cantika untuk melihat bayangan masa depan kadang muncul. Meski berusaha dihilangkan oleh gurunya. Cantika harus bisa mengenyahkan sendiri kilatan bayangan yang akan terjadi.
Meskipun sudah mulai berkurang dan jarang muncul bayangan masa depan. Tapi kenapa menyangkut ancaman bunda tercintanya kini malah muncul?
Rasa sayang pada bundanya walaupun bukan ibu kandung, membuat jiwanya sensitif. Dia bisa merasakan apa yang akan terjadi.
“Ada apa, Cantika? Kenapa wajahmu pucat?” tanya Nisa kaget setelah mendengar seruan Cantika dan mendadak wajahnya pucat.
“Gak apa-apa, Bun. Cantika lagi ngelamun aja,” elak Cantika berusaha supaya bundanya tidak panik.
“Masih kecil punya pacar!” dengkus Bayu sebal mendengar jawaban Cantika.
“Bukan pacar, Kak. Cantika masih merasa tak percaya sudah pulang ke rumah,” Cantika berusaha berkilah.
“Sudah ah, kalian suka banget berantem!” seru Nisa menengahi.
Cantika dan Bayu terdiam. Wahyu tersenyum melihat kedua anak itu yang dari kecil sering berantem. Akan tetapi, dia tahu Bayu menyayangi Cantika. Meskipun sikap Bayu dingin, tetapi di matanya selalu ada pijar bahagia ketika melihat Cantika.
“Cantika, katanya mau nerusin kuliah ya?” tanya Wahyu.
“Iya, ayah. Cantika pengen lanjutin kuliah.”
Wahyu terdiam. Bukannya dia tidak ingin Cantika melanjutkan pendidikannya hingga ke jenjang kuliah, tapi dia risau dengan kemampuan istimewa Cantika. Kekuatan supernya yang membuat dia tidak bisa leluasa bergaul dengan orang lain. Wahyu takut kekuatan itu bisa melukai orang lain.
“Ayah jangan kuatir, Cantika sudah diajari mengendalikan kekuatan," ujar Cantika seperti mengerti apa yang ada di pikiran ayahnya. “Guru selalu mengajari banyak hal supaya Cantika bisa normal seperti yang lain.”
“Ya sudah, baiklah!A akan daftarin kuliah ke kampus yang sama dengan Bayu. Biar Bayu bisa ikut mengawasi Cantika, ya," ucap Wahyu yang akhirnya menyerah dan menyetujui keinginan Cantika.
“Apa? Ikut mengawasi Cantika?” Bayu mendengkus dengan bibir mencebik. “Kayak bayi diawasi!”
“Bayu!” seru Nisa tajam melihat tingkah Bayu yang kekanakan. “Bunda tidak pernah ajari kamu tidakk sopan!”
Bayu terdiam. Dia sangat menyayangi ibunya, sehingga selalu menurut.
“Ya sudah, jangan berantem lagi. Hari ini Cantika ayah daftarin ke kampus swasta yang ada di kota ini.” Akhirnya Wahyu mengambil keputusan.
“Asyik. Terima kasih, Ayah!” seru Cantika senang.
***"***"
Hari pertama masuk kampus, Cantika bersemangat sekali. Bayu mengantarnya meskipun dengan wajah dingin seperti biasanya. Dia menuruti perintah Bunda Nisa yang menyuruhnya mengantar Cantika.
Bayu sudah kuliah tingkat tiga, dan Cantika baru masuk ke tingkat 1. Kampusnya memang sama dengan Bayu, perguruan tinggi Swasta yang lumayan banyak peminat di kota kecil ini, tapi mereka beda jurusan dan beda tingkat. Bayu ambil Tehnik Informatika. Cantika ambil Ekonomi Manajemen.
Tiba di kampus, Cantika mengedarkan pandang ingin menikmati suasana kampus barunya yang luas. Ada taman dan pepohonan berjajar di sepanjang jalan aspal menuju bangunan fakultas ekonomi. Sementara itu Bayu sedang memarkirkan dulu motornya.
Cantika dikejutkan dengan desiran angin yang lewat di sampingnya. Terlihat seorang wanita sangat cantik berjalan melewatinya, dibelakangnya diikuti makhluk mengerikan berwujud wanita juga dengan juntaian rambut panjang menyentuh tanah. Jalannya melayang.
Cantika yakin itu bukan manusia.
Cantika pura-pura tidak melihat makhluk mengerikan itu. Dia buang muka. Teringat nasihat gurunya jika melihat hal ganjil pura-puralah tidak tahu. Bersikap senormal mungkin. Karena makhluk dari dunia lain akan tahu jika diperhatikan.
Wanita cantik itu terus berjalan masuk ke fakultas yang sama dengan dirinya. Fakultas Ekonomi. Cantika menelan ludah. Ada firasat buruk yang mengatakan akan ada hal mengerikan terjadi di kampusnya.
Ada banyak darah dan tubuh tidak berdaya dalam penglihatannya. Apakah itu? Cantika belum mengetahui hal yang sebenarnya karena itu bayangan tentang kejadian yang belum terjadi.
Penglihatan istimewanya kembali keluar jika keadaan dalam bahaya. Gurunya selalu menyuruhnya untuk pasrah dan tidak selalu berusaha mencari tahu.
“Ada hal yang disebutkan takdir yang tidak bisa dirubah manusia. Itu sudah ketetapan Tuhan. Jadi biarkan kalau memang sudah takdir, jangan kau berusaha menghalangi," nasihat Cantikagurunya ketika masih di asrama.
Seperti sekarang, Cantika berusaha tidak mencari tahu apa yang akan terjadi dengan melihat wanita cantik itu. Makhluk yang mengiringi dibelakangnya yang akan terus membantu wanita itu.
Cantika kaget ketika makhluk itu tiba- tiba menoleh ke arahnya, sebelum masuk ke gedung fakultas. Menyeringai memperlihatkan taring runcing , ada darah menetes dari taring itu. Cantika tercekat, makhluk itu mengendus kekuatan istimewanya.
Secepat kilat makhluk itu berbalik dan menghampirinya. Cantika bersiap jika makhluk itu menyerangnya. Akan tetapi ternyata tidak, makhluk itu hanya berdesis pelan.
“Kita ketemu di sini gadis cantik. Auramu istimewa!” katanya diiringi ringkikan tawa nyaring. “Kita akan ketemu lagi nanti.”
Makhluk itu tiba- tiba menghilang bersamaan dengan datangnya Bayu yang menarik tangan Cantika.
“Ayo, masuk ke fakultasmu!” serunya sambil menuntun Cantika.
Cantika heran, setiap ada Bayu makhluk halus manapun pasti menyingkir hilang. Sebenarnya apa yang dimiliki Bayu? Makhluk mengerikan itu pun tiba-tiba hilang entah kemana.
*****
Malam mulai larut. Cantika sudah bersiap untuk tidur. Jam dinding menunjukkan pukul 24.00. Rumah juga mulai sepi. Penghuni rumah sudah masuk ke kamar masing-masing dari tadi.
Namun telinga Cantika mendengar bunyi desiran angin meski tidak keras. Suasana begitu mencekam. Entah kenapa perasaan Cantika tidak tenang.
Teringat bayangan makhluk yang mengancam keselamatan bundanya. Makhluk misterius seorang wanita Dengan wajah aneh dan rambut awut-awutan.
Perlahan Cantika keluar kamar. Ada bisikan di hatinya untuk masuk kamar ayah bundanya.
Pelan dibukanya pintu kamar orang tuanya. Dan mata Cantika terbelalak, makhluk misterius itu sedang siap untuk mencekik bundanya!
**"***
Cantika sangat kaget melihat makhluk seram itu akan mencekik Bunda Nisa. Nyawa bundanya terancam. Cantika segera berkonsentrasi dan mengumpulkan kekuatan istimewanya.Akhirnya kekuatannya keluar, selarik sinar kuning keluar dari mata Cantika.Makhluk aneh itu terpental ketika Cantika tiba-tiba mengeluarkan kekuatan super dari matanya. Amarahnya timbul melihat Bunda Nisanya dalam bahaya.“Kau siapa? Kenapa ikut campur urusanku?” tanya makhluk aneh dengan suaranya yang serak. Matanya menatap tajam Cantika.“Kau mau bunuh ibuku, makhluk jelek!” jawab Cantika dengan geram. Matanya masih memancarkan sinar kuning yang panas.Makhluk itu mundur dan berusaha menghindari bertatapan dengan mata Cantika“Oramg itu merebut suamiku, aku tak rela,” desis makhluk itu. “Aku akan terus memperjuangkan suamiku.”“Suami? suami yang mana? Siapa kamu sebenarnya?” tany
Waktu istirahat akhirnya tiba. Para mahasiswa baru membubarkan diri dari barisan di lapangan. Masing-masing mencari tempat untuk beristirahat dari Banyakdpanasnya terik matahari, sekalian makan siang.Banyak yang sengaja membawa bekal makanan dari rumah, mereka beramai- ramai makan bersama. Saling menawarkan dan mencicipi makanan teman lainnyaCantika juga beristirahat di bawah pohon yang rindang. Udara yang panas membuatnya gerah dan haus. Diambilnya botol berisi minuman beserta cemilan yang tadi pagi masih sempat dia masukkan dalam tas.Seorang gadis cantik duduk tak jauh darinya. Cantika berusaha bersikap wajar melihat ada makhluk lain juga yang menunggui gadis itu. Makhluk berbentuk wanita cantik, aneh dan mengerikan. Cantika pura-pura tidak melihatnya, saat makhluk itu menoleh ke arahnya.Sesuai pesan guru di sekolah asramanya dulu, jangan memperlihatkan hal ganjil, meski di sekelilingmu ada hal yang aneh. Bersikap
Cantika akhirnya tiba di rumah. "Assalamualaikum," Cantika berucap salam ketika masuk ke dalam rumah. "Waalaikumsalam." Cantika tertegun pada orang yang menjawab salamnya Dilihatnya Mak Murni yang menjawab salam dan sedang duduk di ruang tamu. Senyum bahagia langsung tersungging di bibir Cantika, ternyata telepatinya langsung kontak batin dengan Mak Murni. Tak disangka Mak Murni ada di rumahnya. Mak Murni tersenyum melihat Cantika sudah pulang dan ada di ambang pintu. Dia berdiri menyongsong Cantika. “Nenek..!” seru Cantika sambil menghambur ke arah Mak Murni. Dipeluknya Mak Murni dengan erat. Mak Murni tertawa. Dia bahagia sekali bisa melihat Cantika kembali. Dia membalas pelukan Cantika dengan erat. Sebelas tahun bukan waktu yang sebentar. Selama itu tidak pernah bertemu Cantika. Mak Murni melihatnya terakhir kali ketika usia Cantika hampir tujuh tahun, sebelum dia masuk asrama 
Cantika terus mengikuti David, yang melayang menuju sebuah rumah yang tua, tidak terurus tak jauh dari kampus. Rumah itu bangunan tua yang lumayan besar. Namun, nampak tidak terawat. Temboknya berlumut dan kayu- kayunya mulai terlihat lapuk. Banyak rumput liar tinggi di halamannya. Rumah itu nampak angker dan tidak berpenghuni. Cantika terus mengikuti David yang melayang, memutar ke arah belakang rumah itu. Rupanya ada pintu masuk dari arah belakang rumah. “Kita masuk kesini?” bisik Cantika. David mengangguk. "Iya, ayo masuk!” Cantika pun pelan-pelan masuk. Hawa dingin dari rumah kosong yang lembab, langsung menerpa tubuhnya Rumah itu sangat kotor. Lantainya sudah kasar dan berdebu. “Sttt.. ada orang datang,” bisik David. “Ayo, sembunyi!” Cantika dan David segera mencari tempat bersembunyi. Di sana terlihat ada tembok yang mulai runtuh. Dan dibawahnya ada celah untuk bersembunyi. Cantika bersembunyi
"Ka-Kak Bayu..?" tanya Cantumkan kaget ketika melihat siapa yang menyelamatkannya. "Sst..Diam! Kamu sudah amN sekarang!" bisik Bayu mengingatkan. Dia tak ingin dukun jahat di dalam rumah mendengarnya. Lalu.Bayu berbisik lagi pada Cantika.“Cantika, apa kamu kenal dengan gadis itu?" tanya Bayu sambil menunjuk ke arah gadis cantik yang akan masuk ke dalam rumah tua. Cantika melihat ke arah yang ditunjuk Bayu. Dilihatnya Sonya yang masuk ke rumah tua itu. “Iya, Kak. Namanya Sonya. Teman kuliah Cantika." Mata Bayu serta merta melotot mendengar jawaban Cantika bahwa gadis itu bernama Sonya dan teman kuliahnya. “Dia teman kuliahmu, Cantika? Berarti kamu harus hati-hati." “Iya, Kak,” sahut Cantika. “Kak, kalau kita tidak nolong Aditia, nanti pas tengah malam Aditia akan jadi tumbal." Bayu terdiam lalu ditatapnya Cantika dengan dahi berkerut “Kamu bisa sabar dulu nggak Cantika? Kita harus lihat dulu kead
Kisah Hantu David***Waktu istirahat sudah usai, Cantika bergegas kembali masuk ke gedung fakultasnya. Meninggalkan David yang termangu sendirian.Cantika sudah berjanji akan menolongnya, jadi David akan setia menunggu gadis itu keluar gedung jika nanti pulang.Saat Cantika masuk ke ruangan kelasnya, matanya tak sengaja beradu pandang dengan Sonya. Ternyata dia kembali masuk kelas di masa orientasi ini. Hati Cantika merasa tidak enak. Sonya pasti akan mencari korban baru setelah kemarin Aditia bisa diselamatkan Bayu.Cantika berusaha bersikap normal, dia mengulas senyum tipis ketika tanpa sengaja beradu pandang dengan Sonya, yang sama hendak masuk ruangan kelas. Namun Sonya hanya membalas senyum Cantika dengan anggukan. Ekspresi wajahnya tetap.dingin tanpa senyum.Wajah Sonya memang cantik namun wajahnya penuh misteri. Dingin dan jauh dari senyum. Bahkan kedua matanya terlihat tajam dan kelam. Mengandung kekuatan magic yang dimi
Latar Belakang Hantu David“Ini rumahmu, David?” tanya Cantika tak percaya sambil mengamati rumah mewah berlantai dua itu.“Iya,” jawab David. “Di tembok pinggir gerbang ada bel.”Cantika mencari bel yang dimaksud. Setelah ketemu di pencetnya bel itu.Nampak seorang wanita paruh baya membuka gerbang.“Cari siapa, ya?” tanya wanita paruh baya itu“Ini rumah Bu Merry?” tanya Cantika langsung.“Iya, betul,” jawab Wanita itu. “Mbak siapa, ya?”“Saya Cantika, mau ketemu Bu Merry.”“Oh ya, baiklah. Silakan masuk!”Pintu gerbang dibuka. Lalu Cantika mengikuti wanita itu masuk ke dalam rumah.Wanita paruh baya yang mungkin ART itu mempersilakan Cantika menunggu di ruang tamu.Tak berapa lama seorang Ibu berkulit putih dengan wajah mirip David muncul dan langsung duduk di h
Latar Belakang Hantu David“Ini rumahmu, David?” tanya Cantika tak percaya sambil mengamati rumah mewah berlantai dua itu.“Iya,” jawab David. “Di tembok pinggir gerbang ada bel.”Cantika mencari bel yang dimaksud. Setelah ketemu di pencetnya bel itu.Nampak seorang wanita paruh baya membuka gerbang.“Cari siapa, ya?” tanya wanita paruh baya itu“Ini rumah Bu Merry?” tanya Cantika langsung.“Iya, betul,” jawab Wanita itu. “Mbak siapa, ya?”“Saya Cantika, mau ketemu Bu Merry.”“Oh ya, baiklah. Silakan masuk!”Pintu gerbang dibuka. Lalu Cantika mengikuti wanita itu masuk ke dalam rumah.Wanita paruh baya yang mungkin ART itu mempersilakan Cantika menunggu di ruang tamu.Tak berapa lama seorang Ibu berkulit putih dengan wajah mirip David muncul dan langsung duduk di h
Arman segera meraih tubuh Laila yang terkulail lemas dan pingsan. Terlihat wajah Laila pucat dengan keringat membanjir diwajah dan tubuhnya. “Apa Laila mati, Mbah?” Tanya Arman sedikit takut sambil berusaha menepuk nepuk pipi Laila. “Dia tidak mati cuma pingsan. Kekuatannya sedang mengalir ke janinnya. Dan tubuh Laila bereaksi karena memang tenaga itu ada aliran panasnya!” Ujar Mbah Kunto kemudian dia terkekeh senang. “Semuanya normal dan lancar.” Nyai Onom juga ikut senang. Transfer ilmu yang dipunyainya berjalan lancar. “Ini baru awalnya kekuatan itu masuk. Jika bayi itu lahir, akan lebih banyak lagi tenagaku yang terserap!" Serunya girang diiringi tawa mengikik keras. “Jadi anak ini nanti bakal sakti, Mbah?” Tanya Arman tak percaya. “Iya. Sama halnya nanti seperti bayi si Minarni atau hantu anak kecil itu. Siapa itu namanya?’ “Aina, Mbah.” “Ya nanti bayi Laila bakal sakti kayak bayi itu dan si Aina kelak!”
Tubuh makhluk itu sedikit terhuyung. Doa dari Mak Murni ada pengaruhnya sedikit. Tapi tetap saja makhluk itu bisa kembali berdiri kuat setelah barusan terhuyung dan doa terhenti.“Wanita tua, teruslah berdoa. Aku masih kuat disini!” Ejek Makhluk itu dengan suara serak parau. “Akan kuhabisi kau! Berikan bayi itu, Aku ingin memilikinya!”“Untuk apa kau mau anakku, hei, makhluk jahat?” Kali ini Minarni yang bersuara. Meski dia tak punya kekuatan, tapi keberaniannya muncul melihat bayinya terancam.“Jadi bayi ini anakmu?” Tanya makhluk itu. Diikuti tawa cekikikan lagi. “Bayi ini akan buat wujudku tetap cantik. Aku butuh darah dari kekuatan bayi yang murni.”Ringkikan tertawanya semakin keras.“Aku akan bawa bayi ini bersamaku!”Tangan makhluk itu terulur siap membawa bayi Cantika yang terus meronta ingin lepas dari dekapan Mak Murni.
Air bergolak itu hilang entah ke mana . Mbah Kunto, sang dukun sakti, mengirimkannya untuk menghadapi Aina, hantu cilik berkekuatan super. Mbah Kunto berharap bisa mengalahkan kekuatan super Aina. Dia akan mengerahkan semua kekuatannya. Sementara itu Mak Murni memandangi bayi yang telah terlelap digendongannya. Dihelanya napas. Hatinya begitu terenyuh. Bayi cantik ini sudah berusia 2 bulan. Selama ini Mak Murni merawatnya dengan penuh kasih sayang seperti pada cucunya sendiri. Ya, Usia Mak Murni sudah 56 tahun dan sudah jadi nenek dari 6 cucu. Dan Mak Murni merasa punya cucu lagi dengan kelahiran bayi cantik ini. Cantika Rahayu. Nama yang memang indah diberikan oleh ibu kandungnya yang telah tiada. Tapi meski sudah berbeda alam, cinta ibunya pada bayinya tetap tidak mati dan berusaha melindungi sang bayi dari ancaman yang membahayakan hidupnya. Mak Murni merasa ikut sedih karena 2 bulan ini, bayi Cantika belum pernah disentuh atau mengenal
Aina terdiam. Masih terbayang dirinya naik ke lantai atas ketika mendengar jeritan Laila, Ibu tirinya minta tolong. Setelah ayahnya meninggal Aina tinggal dengan Ibu tirinya. Dan waktu itu Laila menjerit minta tolong, tergesa Aina naik. Mencari asal suara tapi tak menemukan Laila. Aina bermaksud turun. Saat itulah tubuhnya didorong ketika akan menuruni tangga. Dan jatuh terguling membentur lantai. Sebelum meninggal Aina sempat melihat seorang laki laki yang sering mengunjungi kamar Laila. Dan Aina pernah melihatnya berdua di kamar. Laki laki itulah yang mendorongnya. Barusan diketahui namanya Arman. “Aina ?” Minarni menepuk pundak Aina. “Kamu kenapa?” “Laki laki itu mendorong Aina sampai jatuh terguling ditangga, Bi.” Aina akhirnya menjawab dengan kesal. Minarni memandangnya dengan raut kasian. “Sabar Aina. Pantas tadi kamu marah besar melihat lelaki itu,” Kata Minarni lembut. “Kekuatanmu sangat dahsyat ketika kamu marah.”
“Alaah .. gampang! Itu urusan nanti. Suami bodohmu itu kan gampang dikibuli. Nanti kita cari alasan kamu pergi dari rumah ini. Kalau terus disini bahaya. Kita terus diteror musuh.” Arman meyakinkan Laila. “Lagian kasian bayi kita nanti kenapa kenapa.” “Ssst..jangan keras keras nyebut bayi kita. Wahyu taunya ini adalah bayinya, jangan sembarang bilang nanti ada yang dengar !" Laila berbisik sambil melihat sekeliling takut ada yang dengar omongan Arman. “Awas kalau ngomong lagi masalah bayi ini. Aku bakal lakukan sesuatu. Itu rahasia kita saja Arman!" Arman mengangguk. Tingkah bodoh kedua orang jahat ini terus dipantau Minarni dan gadis itu. Minarni kaget mendengar omongan Arman tentang bayi yang dikandung Laila. Laila hamil dan itu bukan anak Wahyu. Tapi anak Arman. beres beres. Takut nanti sinar kuning itu datang lagi!” Arman buru buru menarik tangan Laila supaya bergegas. “Anak sialan itu kenapa datang lagi dengan kekuatannya?” “Iya, pada
"Iya. Saranku berhenti berbuat jahat terus Ano. Jangan terus bunuh orang dengan ilmu kabisamu. Suatu hari korban kejahatanmu akan datang menuntut balas.” Bro Jack memberi nasihat karena merasa kasian Abah Ano terlihat kebingungan karena kejahatannya. Abah Ano terdiam mendengar nasihat Bro Jack. Bagaimana dia bisa berhenti kalau Laila terus saja memaksa melakukannya. Abah Ano tidak berdaya menolaknya. Utang budi dan butuh biaya besar membuatnya menuruti kemauan Laila. Abah Ano pun akhirnya pulang dan berusaha untuk mencari petunjuk dengan semedi. ** Sementara itu di suatu rumah mewah, Laila terlihat uring uringan. Dia kesal sekali setelah mendengar kabar melalui telfon, temannya Abah Ano yang senior juga tidak bisa menghadapi musuhnya sekarang. Dan lebih kesal lagi selama 2 Minggu ini katanya Abah Ano tidak bisa diganggu karena akan bersemedi dan berguru dulu ke gurunya Bro Jack supaya lebih sakti hingga bisa mengh
Malam itu Mak Murni di kagetkan oleh suara lengkingan jeritan bayi Minarni. Baru saja hendak masuk ke kamar tidur untuk istirahat, bayi itu menjerit semakin keras. Tergopoh Mak Murni masuk kamar dan terlihat bayinya gelisah menangis keras. Ada angin dingin melingkupi kamarnya. Berdesir dan kemudian bergemuruh seperti pusaran. Hampir saja menggulung bayi itu. Untung Mak Murni meloncat dan segera menggendong bayi itu keluar kamar. Mak Murni segera beristigfar dan menyadari ada bahaya mengancam bayi itu. Dengan sebisa mungkin merapalkan doa penolak bala. Sambil berusaha mundur melindungi bayi yang menangis keras. Pusaran angin itu tak bisa menjangkau bayi ketika doa dirapalkan. Hanya berputar di tempat. Mak Murni berusaha konsentrasi sambil berdoa. Dan tiba tiba matanya menangkap ada makhluk tinggi besar mengerikan. Pusaran angin itu ternyata wujudnya makhluk mengerikan, dan sepertinya hendak mencelakakan bayi itu. T
** Bayangan sosok Minarni sedang mengamati rumahnya dengan sedih. Dia tidak bisa masuk rumah itu, karena sudah diisi dengan kekuatan yang tak bisa Minarni tembus. Ya, ada upaya jahat supaya Minarni tak bisa masuk rumahnya. Hawa panas dan hembusan angin yang sangat kuat membuat Minarni terpental keluar jika memaksa masuk. Ditatapnya rumah penuh kenangan itu. Hadiah pernikahan dari ayahnya dulu. Dan sekarang rumah itu diisi juga oleh istri suaminya yang baru. Minarni merasa tidak terima karena dirinya yang malah terusir dari rumahnya sendiri. Kini raganya sudah tiada. Tapi rohnya masih mengembara kemana mana karena masih diliputi ketidakrelaan kematiannya yang misterius. Bahkan bayinya pun hampir ikut mati. Tapi keajaibanlah yang membuat bayinya lahir selamat beberapa detik sebelum hidupnya berakhir selamanya. Tiba tiba mata Minarni menangkap pemandangan yang menyesakkan dada. Dilihatnya keluar suaminya, Wahyu beserta Laila, istri sirinya
“Nek, kok ada anak kecil ya? Tuh dia lagi usap usap dede bayi. Dan Makhluk menakutkan itu juga gak berani dekat anak kecil itu !" Seru Ainun tiba tiba ketika Minarni sudah tidak ada lagi di ruangan kamar. Mak Murni mengernyit bingung. Anak kecil? Siapa lagi itu? Ah, Mak Murni benar benar dibuat bingung terus. Banyak hal yang tidak masuk diakal dan membuat bingung. “Coba tanya siapa dia, Ainun?” Pinta Mak Murni. “Tapi Nek Ainun takut Anak kecil itu tampak aneh dan bikin takut. Rambutnya nutupin wajahnya. Jadi gak keliatan wajahnya!” kata Ainun. “Makhluk yang dari tadi merhatiin bayi juga kelihatan sama takut pada anak kecil itu !” Mak Murni menghela napas panjang. “Ya sudah biarin aja atuh, kalau anak kecil itu gak jahat sama bayi.” “Kayaknya enggak Nek. Tuh malah kayak sayang ke dede bayi. Diusap usap dan dede bayinya juga malah tidur nyenyak.” “Awasi aja Ainun, takut kenapa kenapa.” “Iya Nek.” Aga