Beranda / Romansa / Wanita Sang Presdir / Wanita Memang Memusingkan

Share

Wanita Memang Memusingkan

Penulis: Giovanna Bee
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-22 14:40:02

Semalaman Nathan memutar otak berusaha mencari petunjuk mengenai hal yang membuat Angeline resah. Sebagai akibatnya dia kurang tidur dan malas turun ke kantor. Sehabis mandi dengan hanya berbalut handuk di pinggang, berlama-lama Nathan menatap bayangan dirinya di cermin tinggi. Berkali-kali dia menghela nafas.

"Apakah aku harus sedikit memaksa?" tanyanya pada diri sendiri.

Lagi-lagi dia menghela nafas, "Wanita memang memusingkan. Kenapa tidak bisa terus terang saja apa yang sedang dipikirkan? Bukankah aku bisa membantunya menemukan solusi?"

Tenggelam dalam monolog tidak membuat Nathan serta-merta tidak menyadari keadaan sekitar. Dia mendengar suara langkah kaki terburu-buru menuju kamarnya. Sebentar saja pintu terbuka.

"Kamu sudah lihat?" Angeline menghambur masuk.

Nathan berbalik perlahan. Sempat terlihat olehnya wanita itu menatap ke bawah kemudian kabur keluar.

"Jangan tanya aku harus bagaimana, Sobat." Nathan berbicara pada dirinya sendiri, tepatnya pad
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wanita Sang Presdir   Gegabah

    "Bagaimana? Apa pendapat Pak Nathan?" tanya Cindy begitu Angeline keluar dari ruangan Presiden Direktur. "Dia akan mengurusnya. Tapi kan ada banyak foto yang masih tersebar? Kurasa kita belum mengumpulkan semuanya." Angeline bertopang dagu di meja Cindy. "Kalau ada senggang kita kumpulkan saja. Tadi pagi kita sudah menyisir sampai lantai berapa? Tiga puluh?" Cindy mengetuk-ngetukkan jari ke meja. "Aku sempat turun sampai lantai dua tujuh sih." Angeline mengingat-ingat. Kedua wanita itu terdiam membayangkan dua puluh lebih lantai lagi yang harus mereka jelajahi. Dalam hati Angeline memaki-maki pelaku penyebar foto karena membuat jobdesc mereka bertambah. "Oke, kalau nggak dimulai nggak akan selesai. Kita bagi dua? Sepuluh-sepuluh?" usul Cindy. "Ya, kamu benar. Ayo, semangat!" Angeline mengacungkan kepalan tangan seperti pejuang kemerdekaan. Berbekal handphone masing-masing agar dapat berkoordinasi dengan baik, Angeline dan Cindy mulai bergerak. Mereka tu

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-22
  • Wanita Sang Presdir   Masalah Berdua

    Setelah mendebat dengan sengit, Angeline memperoleh kemerdekaannya dari hukuman Nathan. Dia bebas bergerak di dalam ruangan Presiden Direktur dan boleh pergi dengan ijin ketat. Maksudnya pergi dengan waktu terbatas agar tidak melibatkan diri dalam perkara yang bukan urusannya. "Sial ... Aku seperti tahanan rumah," gerutu Angeline yang berhasil mendapatkan ijin ke toilet. Sengaja dia berlama-lama di dalam karena sudah sumpek melihat wajah Nathan. Untuk melenyapkan kegelisahan Angeline bermain game di handphone. Kenapa gelisah? Karena dia merasa seperti anak sekolah yang melanggar peraturan. Lama-lama Angeline berpikir, apakah Nathan mulai mengendalikan kebebasannya? Apakah itu wajar dalam hubungan sebagai pacar? Yah, tapi setidaknya lelaki itu bisa menjadi bodyguard yang baik. Angeline mengingat beberapa jam yang lalu ketika dia terpojok di depan lift. Nathan muncul seperti pahlawan dan menyelamatkannya. Sudut-sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman. "Agh, t

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-23
  • Wanita Sang Presdir   Mengenal Angeline

    Angeline mencelupkan rotinya di teh sebelum dimakan. Matanya memperhatikan Nathan melakukan hal yang sama. Perdebatan singkat yang baru saja terjadi membuatnya lebih banyak merenung. "Setelah rotiku habis aku pulang saja ya?" cetus Angeline. "Tidak." Angeline mengernyit, "Apa maksudnya 'tidak'? Kita sudah duduk diam hampir setengah jam. Aku capek." "Kalau capek tidurlah di dalam," kata Nathan kalem. "Tidak usah. Belum malam kok." Angeline membayangkan betapa sulitnya memejamkan mata di tempat tidur lelaki itu. Nathan memikirkan sesuatu, tapi dia memilih untuk tidak membicarakannya daripada membuat Angeline meradang lagi. Dia hanya mengamati perubahan ekspresi wanita itu saat membicarakan kamarnya. "By the way, ada petunjuk mengenai foto-foto itu?" Angeline mengalihkan pembicaraan ke topik yang lebih aman. "Aku sudah menemukan pelakunya," jawab Nathan tanpa bermaksud menjelaskan lebih banyak. "Oh ya? Siapa?" "Sedang diinterogasi." Angelin

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-23
  • Wanita Sang Presdir   Hasil Penyelidikan

    Suara hak sepatu beradu dengan lantai marmer menyertai langkah Angeline. Penampilannya selalu rapi dan menarik meskipun hanya mengenakan kemeja dan celana panjang. Tidak ada yang tahu pakaian yang dipakai ini dibelikan Nathan saat di Bandung. Rambut panjangnya—seperti biasa—diikat ekor kuda dan melambai ke kanan kiri seiring langkah kaki. Tangan kirinya memegang sebuah cangkir berisi teh Inggris dan tangan kanan memegang kantong kertas berisi roti manis. "Selamat pagi, Bu!" seru dua resepsionis begitu Angeline melewati meja mereka. Angeline menoleh dan tersenyum miring, "Selamat pagi." Belum lagi mencapai lift eksklusif dua orang karyawan kembali menyapanya penuh sopan santun. "Selamat pagi, Bu Angeline." "Selamat pagi, Bu." Angeline lagi-lagi menyahut setengah hati, "Selamat pagi." Cepat-cepat dia menempelkan kartu akses di plat dan masuk ke lift sebelum ada yang menyapa lagi. Aneh sekali, biasanya dia melalui perjalanan di lobby dalam keheningan. Kena

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-24
  • Wanita Sang Presdir   Memberi Pelajaran

    "Selesai urusan aku akan kemari. Tunggu aku, oke?" ucap Nathan pada Angeline yang sudah meluncur turun dari boncengan motor. "Kamu sendirian saja?" tanya Angeline dengan sedikit kekhawatiran. "Aku sendiri cukup untuk menghadapi orang seperti itu." "Oke. Hati-hati. Ingat, aku menunggumu." Nathan tersenyum, "Tentu saja." Lama Angeline memandangi perginya laju motor Nathan sampai menghilang di tengah arus lalu lintas yang sudah mulai lengang. Dia menghela nafas dan masuk ke gedung apartemennya. Tidak ada satu pun kendaraan yang dapat membuat Nathan mengurangi kecepatan motor. Dia terus melaju dengan kecepatan tinggi di antara mobil-mobil besar maupun kecil. Tatapannya fokus ke depan, tekadnya membara untuk menyelesaikan satu masalah. Rico. Setelah menempuh perjalanan cukup singkat, Nathan menghentikan motor. Kakinya turun menjejak tanah, pandangannya terarah pada neon sign sebuah club malam besar yang biasa dikunjungi lelaki-lelaki yang hendak bersenang-se

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-25
  • Wanita Sang Presdir   Jeremy Wayne

    Pagi ini lagi-lagi Angeline berjalan cepat untuk menghindari orang-orang yang mendadak menyapanya penuh sopan santun serta senyum ramah. Dia tidak terbiasa menjadi obyek sapaan orang-orang. Hati-hati agar tidak menjatuhkah cangkir berisi teh Inggris, Angeline sedikit menekuk lutut untuk menempelkan kartu akses di plat lift eksklusif. Setelah pintu lift menutup dengan dirinya berada di dalam barulah terasa aman. "Hei." Cindy berhenti sesaat melihat wajah Angeline yang ditekuk, "Ada apa? Kok pagi-pagi sudah murung? Belum bertemu pacar sih ya?" "Ih, apaan sih?" Angeline mengangsurkan sebuah kantong kertas pada Cindy dan berucap, "Titipanmu. Dijamin nggak menyesal." "Thank you! Mmmh ... Wanginya. Aku membayangkan baker-nya lelaki gagah tampan seperti tokoh novel. Benar nggak?" Cindy tersenyum lebar. Angeline mengernyit membayangkan wajah Anton si pemilik kopitiam, "Hmm ... Nggak jelek sih, tapi juga nggak bisa dibilang tampan. Masih lebih tampan suami sendiri dong?"

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-26
  • Wanita Sang Presdir   Tidak Ingin Kehilangan

    "Di mana dia?" Nathan yang segera menyusul keluar tidak melihat Angeline di mana pun. "Emm ... ke tangga darurat, Pak," jawab Cindy sesegera mungkin. "Nathaniel! Mau ke mana kau?? Kita belum selesai bicara!" Jeremy menampakkan diri. "Berhenti! Selagi aku masih ingat kalau kau ayahku!" Tampak jelas sekali Nathan menahan kegeramannya. Jeremy terhenyak, "Apa?? Anak brengsek! Kau lebih memilih wanita itu daripada ayahmu? Dengan apa kamu dibesarkan, hah?" "Aku dibesarkan oleh ibuku! Sampai kau membunuhnya!" desis Nathan. Sosok tingginya menjulang melampaui sang ayah. Dua pengawal pribadi segera bergerak melindungi Jeremy, tapi salah satu dari mereka segera menjadi sasaran kemarahan Nathan. Semua orang menatap ngeri melihat pengawal pribadi bertubuh besar itu terhuyung oleh pukulan lelaki yang sedang emosi tersebut. "Kau ... Anak tak tahu diri! Setelah semua yang kuberikan untukmu, begini cara membalasnya?" Jeremy tidak mundur. "Yang kau berikan?" ejek Na

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-26
  • Wanita Sang Presdir   Pergerakan Rico

    Aroma kopi begitu semerbak tercium dari dalam kopitiam. Etalase berisi bernampan-nampan roti manis bulat tampak menggiurkan dengan pencahayaan yang sesuai. Poster-poster dan benda pajangan vintage memperkuat suasana klasik rumahan jaman dulu. Pagi-pagi seperti ini beberapa pelanggan—termasuk Angeline—sudah duduk atau berdiri menunggu pesanan mereka. Anton dan seorang karyawan terlihat sibuk mempersiapkan pesanan offline maupun online. "Angel, pesananmu." Anton membawakan sendiri pesanan ke meja tempat wanita itu duduk menunggu. "Thanks." Angeline memeriksa apakah pesanannya sesuai, secangkir teh Inggris, secangkir teh susu, dan dua buah roti manis. "Ada lagi yang kamu butuhkan?" tanya Anton yang tampaknya tidak terburu-buru kembali ke belakang etalase. "Tidak. Ini saja seperti biasa. Aku harus segera ke kantor. See you." Angeline berdiri. "Okay. See you." Menenteng bawaan yang telah dimasukkan ke dalam kantong karton besar anti tumpah, Angeline berjala

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-27

Bab terbaru

  • Wanita Sang Presdir   Sang Pewaris (End)

    "Bagaimana keadaan sekarang? Semuanya beres?" Angeline rebah di tempat tidur sambil bertelepon dengan Nathan. Sekarang waktunya santai karena anak-anak sudah tidur. "Tentu saja beres, Baby Girl. Tidak ada yang bisa lolos dalam pengawasanku. Kamu sedang apa sekarang? Dua hari di sini aku sangat merindukanmu." Ada nada menggoda dalam suara Nathan. Angeline tertawa kecil, "Dasar kamu. Besok 'kan ketemu? Aku baru selesai mandi nih. Siap-siap mau tidur." "Apa yang kamu pakai sekarang?" lirih Nathan. "Kaosmu, Sayang," kata Angeline dengan nada menggoda. Nathan mengerang, "Aku akan terbang pulang sekarang juga." "Serius kamu? Tidak bisa tunggu besok pagi?" "Aku selalu serius kalau menyangkut istriku." "Memang sudah tidak ada urusan yang tertinggal? Bagaimana dengan Mike? Dia yang menemani kamu loh, bukan sebaliknya." "Akan kubawa dia pulang." "Astaga, Nathan. Kamu benaran sudah tidak tahan ya?" "You know me, Baby Girl. See you in two hours."

  • Wanita Sang Presdir   Tatapan Raja Neraka

    Suasana hening nan syahdu menggantung di udara, khususnya di depan sebuah makam batu besar dengan patung malaikat di atasnya. Pada nisan yang terbuat dari marmer hitam terukir nama Cornelia Wayne. Sebuah foto berbentuk oval yang sudah memudar tertempel di bagian atas nama tersebut. Tidak ada seorang pun bersuara. Bahkan Rafael dan Olivia pun sangat tenang seolah memahami kekhidmatan yang sedang terjadi di antara orang dewasa. "Baiklah. Kita kembali." Suara Jeremy memecah keheningan. Ruby menatap heran, "Sudah?" Jeremy membalas tatapan itu, "Iya. Sudah. Aku tidak pernah berlama-lama di sini. Lagipula dia juga tidak menuntutku untuk tetap tinggal." "Heiiiii, apa yang kamu katakan? Memangnya boleh bicara seperti itu? Memangnya kamu bisa dengar bisikan darinya?" Ruby mengibaskan tangan di udara seperti mengusir lalat. Lelaki yang rambutnya telah memutih itu tertawa, "Tentu saja tidak. Maksudku, aku tidak akan menahanmu berlama-lama di sini. Cornelia telah damai

  • Wanita Sang Presdir   Liburan Hampir Usai

    "Hei, hati-hati Rafa. Adikmu masih terlalu kecil." Jeremy mengingatkan karena cemas melihat kedua cucunya berlarian dengan kecepatan tinggi. "Okay, Opa!" Rafael berhenti berlari. "Aaaahhh! Ayo, Kakak, run!" rajuk Olivia. "Oliv, duduk dulu sini. Kamu sudah lari-larian dari tadi!" Angeline buka suara. Sambil merengut anak perempuan kecil itu berjalan ke sofa. Wajah mungilnya terlihat menggemaskan dengan pipi menggembung, membuat Ruby—yang duduk di sebelah Angeline—tidak tahan untuk menariknya duduk di pangkuan. "Gemas sekali sih? Anak siapa sih ini?" Angeline meringis melihat Ruby mencubit gemas pipi putrinya. "Omaaa, tidak mau! Sakit!" protes Olivia. "Oh, sakit ya? Sorry, habisnya kamu lucu sih. Sorry ya anak manis. Oliv mau apa? Oma punya home made ice cream. Coba tanya Mama, Oliv boleh makan ice cream, tidak?" Ruby melirik Angeline. Mendengar itu Olivia langsung menoleh dan memberikan tatapan penuh harap pada sang ibu, "Mama, can I eat ice crea

  • Wanita Sang Presdir   Kejutan

    Tercipta keheningan yang membuat semua orang tidak nyaman, khususnya Cedrick. Kali ini dia terperangkap oleh kata-katanya sendiri. Maksud hati mau menggertak, tapi orang-orang ini ternyata tidak mempan gertakan. Bagaimana mungkin seorang General Manager bisa begitu saja menelepon pemilik hotel secara pribadi? Bertemu saja tidak pernah! "Bagaimana? Tidak bisa? Bukankah hubungan kalian sangat baik?" sinis Angeline. "Ah, Nyonya. Mungkin Anda kurang paham, tapi secara struktur organisasi jalur komunikasi tidak semudah itu. Kami memang dapat berbicara langsung dengan beliau, setelah melalui perjanjian di sela jadwal beliau yang sangat padat." Cedrick tersenyum. Nathan menahan tawa. Seandainya lelaki paruh baya ini tahu siapa yang sedang dia hadapi. "Baiklah. Kalau Anda tidak mau biar saya saja." Angeline menoleh, "Nath, tolong." "My pleasure." Nathan mengambil handphone. Ketegangan menggantung di udara. Cedrick menyembunyikan kegelisahannya dengan sangat baik di

  • Wanita Sang Presdir   General Manager

    Kekhawatiran Nathan tidak beralasan. Ternyata Angeline bisa menerima kenyataan bahwa hotel di bawah naungan Golden Yue Group ini adalah miliknya. Namun, Nathan merasa ada tujuan lain di balik ketenangan sang istri. "Apa sih?" cetus Angeline yang merasa gerah karena selama satu jam terakhir Nathan menempel padanya seperti lintah. "Aku hanya penasaran kenapa kamu tidak bereaksi negatif lagi. Bukankah kamu tidak ingin memiliki bagian apa pun dari Golden Yue?" Nathan mengungkung Angeline yang sedang berdiri di counter. "Cuma satu hotel, 'kan? Lagipula bukan aku yang menanganinya, melainkan kamu." Jemari lentik wanita itu menyusuri garis rahang suaminya. Nathan tersenyum, "Memang benar. Aku telah bekerja di balik layar sejak beberapa bulan terakhir. Kuakui dunia perhotelan ternyata rumit." "Oh ya? Apakah Anda kesulitan menghadapinya, Tuan Wayne?" Jemari Angeline bergerak turun ke dada bidang Nathan. "Tidak sesulit menebak pikiranmu, Baby Girl." Angeline ters

  • Wanita Sang Presdir   Pemilik Hotel

    Aroma percintaan yang masih tersisa di ruang tamu suite tersingkir oleh aroma penyegar ruangan yang disemprotkan Angeline. Dia menatap puas ke sekeliling ruangan. Jangan sampai Rafael atau Olivia curiga ada sesuatu yang terjadi di sini. "Hei, Baby Girl," sapa Nathan yang baru selesai mandi dan berpakaian santai. Rambut berpotongan rapi itu masih terlihat basah dan seksi. "Hei juga." Angeline bergidik saat sepasang lengan lelaki itu memeluknya dari belakang. "Kamu tidak lelah? Tidurlah sebentar." Nathan menciumi leher sang istri. "Iya, mau tidur. Ini tanganmu ya, tolong dikendalikan. Tidak cukup semalam suntuk bercinta?" Angeline pura-pura mengomel. Nathan terkekeh tanpa terburu-buru memindahkan tangan yang sedang menikmati kelembutan tubuh wanitanya, "Ini namanya gerak refleks, Baby Girl. Lagipula sesuatu yang indah tidak boleh disia-siakan." "Ya sudah, tidur deh sebelum kamu terinspirasi untuk berbuat lagi. Semalam habis berapa bungkus pengaman tuh? Dasar

  • Wanita Sang Presdir   Memperoleh Informasi

    "Serius? Satu minggu? Dua minggu?" Angeline melongo. "Tidak masalah, 'kan? Selama ada bos yang menanggung biaya menginap?" Nathan tersenyum miring. "Iya sih, tapi memangnya kita mau menyelidiki sedalam apa? Oke lah, mungkin ada masalah sedikit dengan stok bahan makanan di restoran dan sumber daya manusia. Tapi kurasa ...." Angeline terlihat ragu. "Baby Girl, kamu meragukan argumenmu sendiri." "Iya yah? Kamu sih." "Hmm? Sampai sekarang tetap salahku?" Nathan menahan senyum. "Iya dong. Masa aku mau menyalahkan waitress tadi?" Wanita itu mengerucutkan bibir. Nathan tertawa, "Masih keki? Sudah kubilang, mereka akan terkena serangan jantung kalau tahu siapa kamu sebenarnya." "Aku tidak mau, Nath. Hidupku cukup damai sebagai istrimu. Jangan ditambah lagi." "Baiklah. Lupakan dulu hal itu. Bagaimana kalau sekarang kita makan siang di luar sebelum anak-anak unjuk rasa? Rafa sudah diam tanda kelaparan," ujar Nathan. "Oke. Setuju." Maka sepanjan

  • Wanita Sang Presdir   Investigator

    Malam berlalu menuju subuh. Langit menjadi saksi akan sebuah pergumulan panas yang baru saja berakhir di kamar lantai dua. Sepasang pelaku pergumulan rebah tumpang tindih dengan nafas terengah. "Sial ... itu terakhir kalinya aku membiarkanmu berbuat sesuka hati," desis Angeline yang kehabisan tenaga. Nathan terkekeh, "You're welcome, Baby Girl." "Sana sedikit, aku tidak bisa bernafas." "Ya, sebentar." "Nathan ...." "What? Aku sedang menikmati kehangatan istriku tersayang." Detik berikutnya Nathan mengaduh kesakitan karena Angeline mencubitnya keras-keras. Mau tidak mau dia berguling ke samping. "Rasain." Angeline tertawa kecil. "Why? Kamu seperti ada dendam denganku." Nathan menggosok-gosok pinggangnya yang memerah. "Oh, sakit ya? Poor Nathan." Terdorong oleh sedikit rasa bersalah Angeline melihat keadaan suaminya. "Iya, sakit. Cubitanmu keras sekali," rajuk Nathan. "Sorry." "Aku butuh ciuman." Cubitan berikutnya membuat Nath

  • Wanita Sang Presdir   Permintaan Mike

    Makan siang tersaji di meja makan. Nathan sekeluarga duduk manis menyantap hasil masakan Johan yang sudah tidak diragukan rasanya. Rafael bahkan sampai menambah dua kali! Sementara Olivia yang sudah kenyang masih asyik menyeruput kaki kepiting. "By the way, Jonathan menghubungimu tidak? Aku penasaran bagaimana perkembangan mereka setelah enam bulan tidak bertemu," ujar Angeline. Sambil mengobrol tangannya sibuk membersihkan ceceran kulit kepiting di meja. "Baby Girl, kenapa kamu harus membicarakan orang itu sekarang? Dia hanya melenyapkan nafsu makanku." "Oh, sorry ... lupakan saja kalau begitu." Angeline meringis. Nathan tersenyum simpul, "Kudengar mereka berdua nyaman tinggal di Labuan Bajo." "Jadi dia menghubungimu?" "Kamu lupa aku punya mata dimana-mana?" Angeline menepuk jidat, "Astaga. Benar juga. Terlalu lama hidup berdua membuatmu terlihat normal." Nathan tertegun, "Apa? Selama ini aku tidak normal?" "Uhm ... Rafa, tolong sendoknya satu

DMCA.com Protection Status