Beranda / Romansa / Wanita Sang Presdir / Memberi Pelajaran

Share

Memberi Pelajaran

Penulis: Giovanna Bee
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-25 15:00:59

"Selesai urusan aku akan kemari. Tunggu aku, oke?" ucap Nathan pada Angeline yang sudah meluncur turun dari boncengan motor.

"Kamu sendirian saja?" tanya Angeline dengan sedikit kekhawatiran.

"Aku sendiri cukup untuk menghadapi orang seperti itu."

"Oke. Hati-hati. Ingat, aku menunggumu."

Nathan tersenyum, "Tentu saja."

Lama Angeline memandangi perginya laju motor Nathan sampai menghilang di tengah arus lalu lintas yang sudah mulai lengang. Dia menghela nafas dan masuk ke gedung apartemennya.

Tidak ada satu pun kendaraan yang dapat membuat Nathan mengurangi kecepatan motor. Dia terus melaju dengan kecepatan tinggi di antara mobil-mobil besar maupun kecil. Tatapannya fokus ke depan, tekadnya membara untuk menyelesaikan satu masalah. Rico.

Setelah menempuh perjalanan cukup singkat, Nathan menghentikan motor. Kakinya turun menjejak tanah, pandangannya terarah pada neon sign sebuah club malam besar yang biasa dikunjungi lelaki-lelaki yang hendak bersenang-se
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
zurainimusa3496
okey... terbaik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Wanita Sang Presdir   Jeremy Wayne

    Pagi ini lagi-lagi Angeline berjalan cepat untuk menghindari orang-orang yang mendadak menyapanya penuh sopan santun serta senyum ramah. Dia tidak terbiasa menjadi obyek sapaan orang-orang. Hati-hati agar tidak menjatuhkah cangkir berisi teh Inggris, Angeline sedikit menekuk lutut untuk menempelkan kartu akses di plat lift eksklusif. Setelah pintu lift menutup dengan dirinya berada di dalam barulah terasa aman. "Hei." Cindy berhenti sesaat melihat wajah Angeline yang ditekuk, "Ada apa? Kok pagi-pagi sudah murung? Belum bertemu pacar sih ya?" "Ih, apaan sih?" Angeline mengangsurkan sebuah kantong kertas pada Cindy dan berucap, "Titipanmu. Dijamin nggak menyesal." "Thank you! Mmmh ... Wanginya. Aku membayangkan baker-nya lelaki gagah tampan seperti tokoh novel. Benar nggak?" Cindy tersenyum lebar. Angeline mengernyit membayangkan wajah Anton si pemilik kopitiam, "Hmm ... Nggak jelek sih, tapi juga nggak bisa dibilang tampan. Masih lebih tampan suami sendiri dong?"

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-26
  • Wanita Sang Presdir   Tidak Ingin Kehilangan

    "Di mana dia?" Nathan yang segera menyusul keluar tidak melihat Angeline di mana pun. "Emm ... ke tangga darurat, Pak," jawab Cindy sesegera mungkin. "Nathaniel! Mau ke mana kau?? Kita belum selesai bicara!" Jeremy menampakkan diri. "Berhenti! Selagi aku masih ingat kalau kau ayahku!" Tampak jelas sekali Nathan menahan kegeramannya. Jeremy terhenyak, "Apa?? Anak brengsek! Kau lebih memilih wanita itu daripada ayahmu? Dengan apa kamu dibesarkan, hah?" "Aku dibesarkan oleh ibuku! Sampai kau membunuhnya!" desis Nathan. Sosok tingginya menjulang melampaui sang ayah. Dua pengawal pribadi segera bergerak melindungi Jeremy, tapi salah satu dari mereka segera menjadi sasaran kemarahan Nathan. Semua orang menatap ngeri melihat pengawal pribadi bertubuh besar itu terhuyung oleh pukulan lelaki yang sedang emosi tersebut. "Kau ... Anak tak tahu diri! Setelah semua yang kuberikan untukmu, begini cara membalasnya?" Jeremy tidak mundur. "Yang kau berikan?" ejek Na

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-26
  • Wanita Sang Presdir   Pergerakan Rico

    Aroma kopi begitu semerbak tercium dari dalam kopitiam. Etalase berisi bernampan-nampan roti manis bulat tampak menggiurkan dengan pencahayaan yang sesuai. Poster-poster dan benda pajangan vintage memperkuat suasana klasik rumahan jaman dulu. Pagi-pagi seperti ini beberapa pelanggan—termasuk Angeline—sudah duduk atau berdiri menunggu pesanan mereka. Anton dan seorang karyawan terlihat sibuk mempersiapkan pesanan offline maupun online. "Angel, pesananmu." Anton membawakan sendiri pesanan ke meja tempat wanita itu duduk menunggu. "Thanks." Angeline memeriksa apakah pesanannya sesuai, secangkir teh Inggris, secangkir teh susu, dan dua buah roti manis. "Ada lagi yang kamu butuhkan?" tanya Anton yang tampaknya tidak terburu-buru kembali ke belakang etalase. "Tidak. Ini saja seperti biasa. Aku harus segera ke kantor. See you." Angeline berdiri. "Okay. See you." Menenteng bawaan yang telah dimasukkan ke dalam kantong karton besar anti tumpah, Angeline berjala

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-27
  • Wanita Sang Presdir   Merencanakan Hal Buruk

    Keesokan pagi Nathan menepati perkataan dengan menjemput Angeline di apartemen. Dia berdiri sabar di sebelah pacarnya seperti seorang pengawal pribadi, turut menunggu Anton menyiapkan pesanan. Aura menyeramkan dari Nathan membuat semua orang tanpa sadar menjaga jarak terhadap Angeline. "Angel, pesananmu." Anton melirik ke arah Nathan penuh rasa ingin tahu. "Thanks. Oh ya, ini pacarku," ujar Angeline. Anton tersenyum dan menyapa ramah, "Hai." Kemudian kembali memperhatikan wanita di hadapannya, "Untuk mencegah kejadian kemarin pagi?" Nathan mengernyit. Lelaki berkacamata ini tampak memberi perhatian sedikit lebih banyak terhadap wanitanya. "Kamu lihat yang kemarin? Betul, jangan sampai terulang lagi deh. Jaman sekarang banyak kejadian berbahaya, memang lebih aman kalau wanita memiliki pengawal pribadi." Angeline tersenyum dan memeluk lengan Nathan untuk memperkuat kata-katanya. "Aku setuju. Baiklah. Have a great day." Anton pun kembali ke belakang etalase un

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-27
  • Wanita Sang Presdir   Sentuhan Pertama

    "Angel! Buka pintu, ini aku!" seru Nathan dari luar unit apartemen Angeline. "Yaaa, tunggu!" Wanita itu berlari keluar dari kamar dan membukakan pintu. Nathan menatap penuh dendam pada gerendel pintu. Kalau tidak ada benda itu dia dapat masuk dengan mudah kapan saja. Terlintas dalam pikirannya untuk membongkar diam-diam. "Baru selesai mandi?" Nathan memperhatikan wanitanya. "Emm ... Ya." Angeline berjalan kembali ke kamar, menoleh sengit saat Nathan membuntuti. "Pacarku masih saja galak. Kamu tidak tahu aku merindukanmu sejak semalam?" Lelaki itu meraih Angeline. "Padahal baru semalam bertemu!" cetusnya tanpa daya. "Memangnya kamu tidak merindukanku?" Nathan menunduk hingga wajah mereka begitu dekat. Jarak sedemikian dekat membuat Angeline sulit menjawab. Pandangannya fokus pada bibir si lelaki. Mengetahui gestur itu Nathan memangkas jarak. Dia adalah lelaki yang membutuhkan kedekatan fisik untuk bertahan hidup. Untuk saat ini, selagi Angeline belum

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-28
  • Wanita Sang Presdir   Melepas Ketegangan

    Dalam keadaan setengah tidur Angeline merasakan kenyamanan yang membuatnya ingin kembali ke alam mimpi. Rasa hangat dan aroma yang akrab membuainya, membuat Angeline memeluk semakin erat. Degup jantung yang terasa di dalam lapisan pakaian ini membuatnya tenang. Mendadak Angeline membuka mata. Perasaan ini seperti dejavu! Dia mendongak dan melihat wajah Nathan begitu dekat. Wanita itu baru menyadari kalau kepalanya berbantalkan lengan Nathan. Pergerakan mendadak itu membuat si lelaki membuka mata. Mereka bertatapan sesaat. "Masih marah?" tanya Nathan lembut. "Aku tidak marah." Angeline kembali menunduk. "Lalu kenapa mengunci diri?" Pertanyaan itu membuat Angeline sadar, "Pintuku!" Nathan nyaris terdorong jatuh dari tempat tidur. Untung pengalaman membuatnya lebih sigap. Dia mendarat dengan dua kaki di lantai seperti seekor kucing. "Nathan, kamu ya! Betulkan kunci pintuku!" Angeline berkacak pinggang di depan pintu kamarnya yang malang. Sebelum pacarn

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-28
  • Wanita Sang Presdir   Baby Girl

    Rambut Angeline melambai karena angin semilir. Sinar matahari senja membuatnya terlihat cantik melebihi biasanya. Nathan nyaris tidak dapat mengalihkan pandangan dari wanita itu. Dia bersyukur karena tidak menyerah dalam usahanya mendapatkan hati Angeline. Tidak terbayang bagaimana rasanya jika mengetahui wanita yang disukainya menjadi pacar orang lain. "Boleh request satu hal?" tanya Nathan. "Apa?" Angeline melirik. "Biarkan rambutmu tergerai saat di kantor." Angeline menoleh, "Tidak mau. Kamu tidak tahu rasanya kepanasan karena rambut panjang. Belum lagi menghalangi gerakanku. Paling parah kamu akan menemukan sehelai rambut dalam minumanmu." "What?" Nathan tercengang. Angeline tersenyum geli. "Tapi kamu cantik seperti ini," ucap Nathan seperti remaja yang jatuh cinta. "Aku potong pendek saja deh." "Jangan!" Angeline tersenyum geli, "Habisnya kamu sih." "Kenapa jadi salahku?" Nathan mengangkat alis. "Sudahlah. Lupakan saja." Angelin

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-29
  • Wanita Sang Presdir   Membuka Hati

    Nathan menatap wajah Angeline yang merona sehabis berciuman.Tangannya menahan kedua tangan wanita itu di sisi kepala. Godaan untuk menyentuh lebih dari sekedar ciuman teramat besar. Namun, Nathan masih bisa memikirkan akibat yang akan terjadi jika dia memaksa. Bisa jadi dia akan kehilangan Angeline selamanya. "Kamu benar-benar menyiksaku," bisik Nathan. "Salahku?" Angeline mengulum bibir. Lelaki itu tersenyum, "Salahmu karena sudah merebut hatiku." Angeline tersenyum geli, "Mau kukembalikan?" "Jangan." "Makanya, jangan bilang itu salahku dong." Nathan mengagumi bibir merah muda yang tersenyum lebar itu. Mengikuti dorongan hati dia menunduk dan mencium Angeline, lagi. Wanita itu membalas dengan intensitas serupa. Pergulatan kecil itu berlangsung selama beberapa waktu. Ketika Nathan memisahkan diri Angeline merasa kehilangan. Namun, tidak untuk waktu lama. Lelaki itu menciumi wajah dan lehernya. Sentuhan itu membuat Angeline terkesiap. "Nathan," l

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-30

Bab terbaru

  • Wanita Sang Presdir   Sang Pewaris (End)

    "Bagaimana keadaan sekarang? Semuanya beres?" Angeline rebah di tempat tidur sambil bertelepon dengan Nathan. Sekarang waktunya santai karena anak-anak sudah tidur. "Tentu saja beres, Baby Girl. Tidak ada yang bisa lolos dalam pengawasanku. Kamu sedang apa sekarang? Dua hari di sini aku sangat merindukanmu." Ada nada menggoda dalam suara Nathan. Angeline tertawa kecil, "Dasar kamu. Besok 'kan ketemu? Aku baru selesai mandi nih. Siap-siap mau tidur." "Apa yang kamu pakai sekarang?" lirih Nathan. "Kaosmu, Sayang," kata Angeline dengan nada menggoda. Nathan mengerang, "Aku akan terbang pulang sekarang juga." "Serius kamu? Tidak bisa tunggu besok pagi?" "Aku selalu serius kalau menyangkut istriku." "Memang sudah tidak ada urusan yang tertinggal? Bagaimana dengan Mike? Dia yang menemani kamu loh, bukan sebaliknya." "Akan kubawa dia pulang." "Astaga, Nathan. Kamu benaran sudah tidak tahan ya?" "You know me, Baby Girl. See you in two hours."

  • Wanita Sang Presdir   Tatapan Raja Neraka

    Suasana hening nan syahdu menggantung di udara, khususnya di depan sebuah makam batu besar dengan patung malaikat di atasnya. Pada nisan yang terbuat dari marmer hitam terukir nama Cornelia Wayne. Sebuah foto berbentuk oval yang sudah memudar tertempel di bagian atas nama tersebut. Tidak ada seorang pun bersuara. Bahkan Rafael dan Olivia pun sangat tenang seolah memahami kekhidmatan yang sedang terjadi di antara orang dewasa. "Baiklah. Kita kembali." Suara Jeremy memecah keheningan. Ruby menatap heran, "Sudah?" Jeremy membalas tatapan itu, "Iya. Sudah. Aku tidak pernah berlama-lama di sini. Lagipula dia juga tidak menuntutku untuk tetap tinggal." "Heiiiii, apa yang kamu katakan? Memangnya boleh bicara seperti itu? Memangnya kamu bisa dengar bisikan darinya?" Ruby mengibaskan tangan di udara seperti mengusir lalat. Lelaki yang rambutnya telah memutih itu tertawa, "Tentu saja tidak. Maksudku, aku tidak akan menahanmu berlama-lama di sini. Cornelia telah damai

  • Wanita Sang Presdir   Liburan Hampir Usai

    "Hei, hati-hati Rafa. Adikmu masih terlalu kecil." Jeremy mengingatkan karena cemas melihat kedua cucunya berlarian dengan kecepatan tinggi. "Okay, Opa!" Rafael berhenti berlari. "Aaaahhh! Ayo, Kakak, run!" rajuk Olivia. "Oliv, duduk dulu sini. Kamu sudah lari-larian dari tadi!" Angeline buka suara. Sambil merengut anak perempuan kecil itu berjalan ke sofa. Wajah mungilnya terlihat menggemaskan dengan pipi menggembung, membuat Ruby—yang duduk di sebelah Angeline—tidak tahan untuk menariknya duduk di pangkuan. "Gemas sekali sih? Anak siapa sih ini?" Angeline meringis melihat Ruby mencubit gemas pipi putrinya. "Omaaa, tidak mau! Sakit!" protes Olivia. "Oh, sakit ya? Sorry, habisnya kamu lucu sih. Sorry ya anak manis. Oliv mau apa? Oma punya home made ice cream. Coba tanya Mama, Oliv boleh makan ice cream, tidak?" Ruby melirik Angeline. Mendengar itu Olivia langsung menoleh dan memberikan tatapan penuh harap pada sang ibu, "Mama, can I eat ice crea

  • Wanita Sang Presdir   Kejutan

    Tercipta keheningan yang membuat semua orang tidak nyaman, khususnya Cedrick. Kali ini dia terperangkap oleh kata-katanya sendiri. Maksud hati mau menggertak, tapi orang-orang ini ternyata tidak mempan gertakan. Bagaimana mungkin seorang General Manager bisa begitu saja menelepon pemilik hotel secara pribadi? Bertemu saja tidak pernah! "Bagaimana? Tidak bisa? Bukankah hubungan kalian sangat baik?" sinis Angeline. "Ah, Nyonya. Mungkin Anda kurang paham, tapi secara struktur organisasi jalur komunikasi tidak semudah itu. Kami memang dapat berbicara langsung dengan beliau, setelah melalui perjanjian di sela jadwal beliau yang sangat padat." Cedrick tersenyum. Nathan menahan tawa. Seandainya lelaki paruh baya ini tahu siapa yang sedang dia hadapi. "Baiklah. Kalau Anda tidak mau biar saya saja." Angeline menoleh, "Nath, tolong." "My pleasure." Nathan mengambil handphone. Ketegangan menggantung di udara. Cedrick menyembunyikan kegelisahannya dengan sangat baik di

  • Wanita Sang Presdir   General Manager

    Kekhawatiran Nathan tidak beralasan. Ternyata Angeline bisa menerima kenyataan bahwa hotel di bawah naungan Golden Yue Group ini adalah miliknya. Namun, Nathan merasa ada tujuan lain di balik ketenangan sang istri. "Apa sih?" cetus Angeline yang merasa gerah karena selama satu jam terakhir Nathan menempel padanya seperti lintah. "Aku hanya penasaran kenapa kamu tidak bereaksi negatif lagi. Bukankah kamu tidak ingin memiliki bagian apa pun dari Golden Yue?" Nathan mengungkung Angeline yang sedang berdiri di counter. "Cuma satu hotel, 'kan? Lagipula bukan aku yang menanganinya, melainkan kamu." Jemari lentik wanita itu menyusuri garis rahang suaminya. Nathan tersenyum, "Memang benar. Aku telah bekerja di balik layar sejak beberapa bulan terakhir. Kuakui dunia perhotelan ternyata rumit." "Oh ya? Apakah Anda kesulitan menghadapinya, Tuan Wayne?" Jemari Angeline bergerak turun ke dada bidang Nathan. "Tidak sesulit menebak pikiranmu, Baby Girl." Angeline ters

  • Wanita Sang Presdir   Pemilik Hotel

    Aroma percintaan yang masih tersisa di ruang tamu suite tersingkir oleh aroma penyegar ruangan yang disemprotkan Angeline. Dia menatap puas ke sekeliling ruangan. Jangan sampai Rafael atau Olivia curiga ada sesuatu yang terjadi di sini. "Hei, Baby Girl," sapa Nathan yang baru selesai mandi dan berpakaian santai. Rambut berpotongan rapi itu masih terlihat basah dan seksi. "Hei juga." Angeline bergidik saat sepasang lengan lelaki itu memeluknya dari belakang. "Kamu tidak lelah? Tidurlah sebentar." Nathan menciumi leher sang istri. "Iya, mau tidur. Ini tanganmu ya, tolong dikendalikan. Tidak cukup semalam suntuk bercinta?" Angeline pura-pura mengomel. Nathan terkekeh tanpa terburu-buru memindahkan tangan yang sedang menikmati kelembutan tubuh wanitanya, "Ini namanya gerak refleks, Baby Girl. Lagipula sesuatu yang indah tidak boleh disia-siakan." "Ya sudah, tidur deh sebelum kamu terinspirasi untuk berbuat lagi. Semalam habis berapa bungkus pengaman tuh? Dasar

  • Wanita Sang Presdir   Memperoleh Informasi

    "Serius? Satu minggu? Dua minggu?" Angeline melongo. "Tidak masalah, 'kan? Selama ada bos yang menanggung biaya menginap?" Nathan tersenyum miring. "Iya sih, tapi memangnya kita mau menyelidiki sedalam apa? Oke lah, mungkin ada masalah sedikit dengan stok bahan makanan di restoran dan sumber daya manusia. Tapi kurasa ...." Angeline terlihat ragu. "Baby Girl, kamu meragukan argumenmu sendiri." "Iya yah? Kamu sih." "Hmm? Sampai sekarang tetap salahku?" Nathan menahan senyum. "Iya dong. Masa aku mau menyalahkan waitress tadi?" Wanita itu mengerucutkan bibir. Nathan tertawa, "Masih keki? Sudah kubilang, mereka akan terkena serangan jantung kalau tahu siapa kamu sebenarnya." "Aku tidak mau, Nath. Hidupku cukup damai sebagai istrimu. Jangan ditambah lagi." "Baiklah. Lupakan dulu hal itu. Bagaimana kalau sekarang kita makan siang di luar sebelum anak-anak unjuk rasa? Rafa sudah diam tanda kelaparan," ujar Nathan. "Oke. Setuju." Maka sepanjan

  • Wanita Sang Presdir   Investigator

    Malam berlalu menuju subuh. Langit menjadi saksi akan sebuah pergumulan panas yang baru saja berakhir di kamar lantai dua. Sepasang pelaku pergumulan rebah tumpang tindih dengan nafas terengah. "Sial ... itu terakhir kalinya aku membiarkanmu berbuat sesuka hati," desis Angeline yang kehabisan tenaga. Nathan terkekeh, "You're welcome, Baby Girl." "Sana sedikit, aku tidak bisa bernafas." "Ya, sebentar." "Nathan ...." "What? Aku sedang menikmati kehangatan istriku tersayang." Detik berikutnya Nathan mengaduh kesakitan karena Angeline mencubitnya keras-keras. Mau tidak mau dia berguling ke samping. "Rasain." Angeline tertawa kecil. "Why? Kamu seperti ada dendam denganku." Nathan menggosok-gosok pinggangnya yang memerah. "Oh, sakit ya? Poor Nathan." Terdorong oleh sedikit rasa bersalah Angeline melihat keadaan suaminya. "Iya, sakit. Cubitanmu keras sekali," rajuk Nathan. "Sorry." "Aku butuh ciuman." Cubitan berikutnya membuat Nath

  • Wanita Sang Presdir   Permintaan Mike

    Makan siang tersaji di meja makan. Nathan sekeluarga duduk manis menyantap hasil masakan Johan yang sudah tidak diragukan rasanya. Rafael bahkan sampai menambah dua kali! Sementara Olivia yang sudah kenyang masih asyik menyeruput kaki kepiting. "By the way, Jonathan menghubungimu tidak? Aku penasaran bagaimana perkembangan mereka setelah enam bulan tidak bertemu," ujar Angeline. Sambil mengobrol tangannya sibuk membersihkan ceceran kulit kepiting di meja. "Baby Girl, kenapa kamu harus membicarakan orang itu sekarang? Dia hanya melenyapkan nafsu makanku." "Oh, sorry ... lupakan saja kalau begitu." Angeline meringis. Nathan tersenyum simpul, "Kudengar mereka berdua nyaman tinggal di Labuan Bajo." "Jadi dia menghubungimu?" "Kamu lupa aku punya mata dimana-mana?" Angeline menepuk jidat, "Astaga. Benar juga. Terlalu lama hidup berdua membuatmu terlihat normal." Nathan tertegun, "Apa? Selama ini aku tidak normal?" "Uhm ... Rafa, tolong sendoknya satu

DMCA.com Protection Status