Pagi ini merupakan pagi yang baru bagi diri Anya, melihat mamanya yang sudah tidak lagi merasa gengsi untuk berbelanja di pasar biasa. Bahkan mamanya sendiri yang mengajaknya untuk berbelanja dan akan memasak makanan kesukaan Anya. Hati Anya sedikit terobati, melihat mamanya yang kini sudah mulai menyayanginya dengan perhatian. Dalam keramaian di pasar itu, mamanya selalu menggandeng tangan Anya, seakan tidak ingin melepaskan putrinya pergi menjauh darinya.“Sayang, kamu mau beli hati ayam atau hati sapi?” tanya Puji.“Apapun saja aku suka Ma” ujar Anya.“Kalau begitu Mama beli dua-duanya ya” ujar Puji.Puji pun membayar sebanyak dua ratus ribu rupiah pada si penjual daging tersebut. Anya sampai geleng-geleng kepala melihat mamanya terlalu berlebihan membeli daging padahal di rumah hanya ada tiga orang termasuk dirinya sendiri. Sesudah membeli daging, Puji mengajak Anya ke pedagang sayuran. Terlihat ada banyak sayur yang masih segar yang ada diatas meja panjang, Puji melihat-lihat sam
“Apa yang harus aku lakukan? Fer, hanya kamu yang bisa ngebantu aku” ujar Dirga. Terlihat dua laki-laki sedang membahas hal yang serius di salah satu cafe yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah Dirga. Sebelum mereka memutuskan untuk ketemuan, Dirga telah menurunkan egonya dan mau memaafkan kesalahan Anya. Seharian penuh ia memikirkan cara untuk bisa kembali dekat dengan Anya seperti dulu. Hingga salah satu kerabatnya menginformasikan bahwa Fernando ada di rumah Anya. Dengan cepat Dirga mencari kontak telepon yang sempat ia simpan dan akhirnya hari ini mereka bisa bertatap muka.“Sebenarnya aku tidak mau ikut campur kedalam urusan rumah tangga orang lain, namun karena ini berhubungan dengan Anya, aku akan usahakan membantu. Tapi jangan senang dulu, ini belum tentu akan berhasil seratus persen” ujar Fernando.Raut wajah Dirga sedikit senang, seakan ada harapan untuk kembali rujuk dengan istri tercintanya. Merasa penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh Fernando, Yuda pun lang
Pagi hari mulai menyapa yang mendadakan aktivitas yang mulai berjalan dari kalangan manapun. Sama hal nya dengan Ayubi yang akan berangkat ke kampus. Namun sebelum itu ia selalu berpamitan kepada orang tua kepada kakak nya. Tepat saat ini Ayubi akan bergegas menuju ke kamar tidur mama sambung nya sambil membawa bubur ayam yang telah dia buat barusan, karena Ayubi tahu mama sambung nya yang bernama Kejora sedari tadi belum sempat kelihatan. Tanpa menaruh mencuriga apapun Ayubi mulai mengetuk pintu yang sudah berada di hadapan nya. Tok Tok Tok Setelah berulang kali mengetuk pintu namun tidak ada jawaban, Ayubi berinisiatif untuk membuka pintu kamar tidur tersebut saat membuka......... ''Mamaaaaaa!!!" teriak Ayubi dengan keras yang membuat seluruh orang yang ada di rumah juga turut mendengar teriakan tersebut. "Ada apa ini!!" seru Myline. "Aaaaa anu Mah!!!" Ayubi tidak dapat menjelaskan kata-kata namun sorotan mata nya menghadap kearah lantai di bawah tempat tidur. Orang-ora
Ayubi membawa mamanya ke salah satu teman di kampusnya yang cukup dekat dengan Ayubi. Hal ini adalah pilihan yang berat bagi keduanya, apalagi Ayubi harus membagi cerita tentang keluarganya dengan orang lain. Sebut saja nama temannya adalah Mica, orangnya manis dan memiliki gigi gingsul. Tidak banyak respon yang diperlihatkan oleh Mica, namun ada satu tawaran yang membuat Ayubi terperangah kaget.“Kamu seriuskah Ca?” tanya Ayubi memastikan.Raut wajah temannya seakan serius sambil menganggukkan kepalanya ia pun berkata, “Lagian rumah itu dalam keadaan kosong dan kalau tidak keberatan, kamu bisa kok tinggal sementara di rumahku yang itu” ujar Mica.“Tapi, bagaimana dengan kedua orang tua kamu? Aku jadi tidak enak sama mereka Ca” ujar Ayubi.“Kedua orang tua aku malah gak mau ngurusin rumah itu... Bagi mereka, punya banyak rumah itu sangatlah melelahkan. Lagian, kami sudah ada empat rumah kok” ujar Mica.Ayubi tidak dapat berkata banyak, hanya rasa syukur yang saat ini ia rasakan jauh d
Matahari mulai terpendam menandakan hari telah menuju malam.Namun sampai detik ini Ayubi belum juga datang. Padahal Mica sudah sedari tadi mengirimkan pesan kepada Ayubi. Hal ini pula tak surut menggangu pikiran mamanya yang merasa ada hal yang tidak beres pada putrinya tersebut. Sekali lagi Intan meminta Mica untuk menghubungi Ayubi. "Bagaimana? Apa Ayubi mengangkat telepone kamu?" Tanya Intan dengan gelisah. "Anuuu Tante, Ayubi tidak mengangkat telepone aku!" Seru Ayubi tidak kalah panik. Dengan pikiran yang sudah mulai tak tenang, tiba-tiba saja Mica teringat dengan aplikasi yang bisa melacak keberadaan orang lain. Dengan cepat, Mica mulai mendowload aplikasi tersebut. Ketika sudah berhasil mendowload, Mica pun langsung mengetes. "Aku sudah melacak keberadaanya!" seru Mica. "Bagaimana kamu tahu?" tanya Intan. Mica tersenyum sambil menujukkan ponselnya pada wanita yang sudah paruh baya tersebut. Meskipun umurnya tidak lagi muda, namun Intan juga tidak buta-buta amat tentang ya
“Sayang, bagaimana keadaan kamu? Apakah merasa sudah membaik?” tanya Puji.“Iya, Ma. Aku merasa sudah tidak sakit lagi” ujar Anya. “Syukurlah sayang! Untuk merayakan hari kesembuhan kamu, Mama akan kasih apapun yang kamu mau. Katakan saja sama Mama, kamu ingin apa? Rumah mewah? Mobil mewah? Liburan ke Paris?” tanya Puji.Anya tersenyum mendengar tawaran itu. Hanya saja, baginya percuma mendapatkan kemewahan jika hatinya merasa kosong. Anya belum ikhlas merelakan Dirga yang telah membuatnya menjadi sakit.“Aku ingin berlibur ke air terjun saja Ma–”Puji melorot ke arah Anya, sesekali menggeleng-gelengkan kepalanya. Anya tidak heran karena sudah pasti mamanya akan melarangnya....“Baiklah Sayang, akan Mama turuti. Kapan rencananya kamu ingin ke air terjun?” tanya Puji.Reina sedikit terkejut melihat reaksi mamanya yang sudah mulai sabar dan pengertian. Anya sebenarnya bingung? Dengan asal ia mengatakan bahwa detik ini juga bisa ke air terjun. “Baiklah Sayang, apa hanya kita berdua ke a
Eleanor keluar dari mobil, berlari dan bergegas menuju ke sumber air terjun. Matanya berbinar dengan sempurna. Anya dan Puji hanya mengikutinya dari arah belakang. “Wah, ini benar-benar pemandangan yang indah!” seru Eleanor.“Eleanor, tolong bantu Tante dong!” Puji berniat membangun tenda di area yang datar, dengan cepat Eleanor membantunya. Anya pun turut membantunya juga. Saat sedang sibuk-sibuknya, tiba-tiba Anya kebelet ingin buang air kecil. “Ma, aku cari tempat buat buang air kecil dulu” ujar Anya.“Sayang, kamu berani? Atau sama Eleanor saya!” seru Puji.Eleanor mengangguk sebagai jawaban setuju. Anya menghela nafasnya, “Memangnya Mama berani sendirian disini? Apalagi masih sangat sepi belum terlihat ada pengunjung lain” ujar Anya dengan santai.Seketika bulu kuduk Puji langsung berdiri. Dengan penuh kebimbangan, Puji mempersilahkan putrinya pergi sendirian. Eleanor terlihat biasa saja karena memang ia sudah terbiasa berpetualang. Anya tidak tahan lagi, ia pun segera berlari
“Anya!!!””Eleanor!"Terlihat, Eleanor dan Puji menghampiri Anya. Mereka terlihat begitu senang terlebih pada Puji. Anya pun menjelaskan mengapa ia sampai di tepi jurang. “Kita harus membawanya ke rumah sakit!” seru Puji sembari bergidik ngeri melihat luka-luka di sekujur tubuh Youbi.“Apa kamu mampu berjalan? Karena mobil kami terletak tak begitu jauh dari sini” ujar Anya pada Youbi.“Aku masih kuat kok kak” jawab Youbi.“Tidak... Tidak! Saya tak berani melihatnya” ujar Puji.“Tapi Tante, bagaimana bisa kita pulang kalau hanya berdiam diri disini? Tujuan kita juga awalnya ingin melihat air terjun” ujar Eleanor.Semua terdiam tak ada yang mengerti. Puji tertawa sekilas lalu mengutarakan unek-uneknya, saya akan meminta bantuan! Urusan uang, biar saya yang bayar” Mereka duduk karena tak mungkin terus-menerus berdiri. Sebenarnya Puji tak rela bila harus duduk di tempat yang kotor karena ia tidak ingin pakainya yang mahal itu kotor dengan sia-sia. Eleanor merasa bosan jika harus menungg