Dirga datang menjenguk Anya ke rumah sakit setelah Eleanor memberikan kabar kepadanya tengah Anya. Dengan perasaan bercampur aduk, Dirga pun mengendarai mobil dengan ngebut. Saat sudah sampai, ia memakirkan mobilnya di parkiran khusus untuk mobil. Didepan ruangan, sudah ada Eleanor yang menanti kedatangannya.“Kemana si Dirga? Lama sekali” gumam Eleanor.Samar-samar seseorang melihat seseorang yang ia nanti. Dengan cepat, Eleanor pun melambaikan tangannya untuk memberi isyarat pada Dirga. Benar saja, Dirga melihatnya lalu berlari menghampiri Eleanor. Saat sudah dekat, Dirga langsung menanyakan ruangan mana Anya dirawat? “Sini ikut aku!” seru Eleanor.Dirga mengikutinya hingga tepat pada salah satu ruang. Eleanor menolehkan kepalanya ke arah Dirga sembari memberikan kode pada Dirga untuk ikut masuk ke dalam ruangan. Dirga masuk setelah Eleanor masuk. Lalu Dirga melihat Anya yang terbaring dengan lemah. Terlihat, Anya masih tertidur pulas dan Dirga tidak tega membangunkan istrinya ters
Dirga memandangi foto pengantin yang disimpan di atas meja. Melihat foto itu, membuat Dirga mengingatnya kembali. Mulai menyalahkan diri sendiri karena telah membuat kehancuran bagi dirinya dan orang lain. Dirga meraih foto tersebut lalu memeluknya sambil menangis sesenggukan.“Anya, aku sangat merindukan kamu. Tapi, aku tidak tahu apakah kita bisa bersatu dengan hal yang sudah terlalu jauh, kesalahanku begitu fatal tapi aku tidak siap bila melihat kamu meninggalkan aku” gumamnya.Keheningan malam itu menemaninya dengan rasa sesal yang sudah tidak ada gunanya. Tidak akan bisa membuka semuanya akan seperti semula, perlahan... Dirinya harus siap menghadapi kenyataan. Dalam kesendirian itu, Dirga mengingat masa kecilnya yang terlahir sudah tidak melihat orang tua. Hal yang menyakitkan, telah ia rasakan sejak lahir dan merasa tuhan begitu tidak adil kepadanya.“Aku adalah orang yang paling malang sedunia” gumamnya dalam hati.Dilain sisi, Anya pun merasakan rasa pilu dari hatinya. Menatap
Dari luar rumah istana sudah banyak orang-orang yang berdatangan. Rata-rata dari mereka datang dengan mengendarai mobil mewah yang harganya tidak kaleng-kaleng. Mereka turun dari mobil lalu istri-istri Taher menyambut mereka dengan baik. Yang paling terlihat ramah adalah istri ketiga, yang bernama kejora. Dia begitu terlihat bahagia seakan tidak memendam rasa sedih karena suaminya menikah kembali.“Jeng Kejora, jangan sedih ya! Ikhlaskan semuanya, yang penting suami kamu tetap menafkahi kamu dan anak-anak kamu” ujar tamu undangan yang memang lumayan dekat dengan kejora.“Aku sudah ikhlas jauh-jauh hari, sekarang aku malah senang karena akan ada anggota baru di rumah ini” ujar kejora.“Kamu memang aneh jeng, kalau aku jadi kamu jangan pastinya aku akan minta cerai” ujar tamu undangan yang lain.Kejora hanya membalasnya dengan senyuman tulus dan tidak ingin menanggapi perkataan orang-orang terhadap persoalan di rumah tangganya. Selain itu, istri kedua dan keempat juga sibuk menyambut pa
Pagi ini merupakan pagi yang baru bagi diri Anya, melihat mamanya yang sudah tidak lagi merasa gengsi untuk berbelanja di pasar biasa. Bahkan mamanya sendiri yang mengajaknya untuk berbelanja dan akan memasak makanan kesukaan Anya. Hati Anya sedikit terobati, melihat mamanya yang kini sudah mulai menyayanginya dengan perhatian. Dalam keramaian di pasar itu, mamanya selalu menggandeng tangan Anya, seakan tidak ingin melepaskan putrinya pergi menjauh darinya.“Sayang, kamu mau beli hati ayam atau hati sapi?” tanya Puji.“Apapun saja aku suka Ma” ujar Anya.“Kalau begitu Mama beli dua-duanya ya” ujar Puji.Puji pun membayar sebanyak dua ratus ribu rupiah pada si penjual daging tersebut. Anya sampai geleng-geleng kepala melihat mamanya terlalu berlebihan membeli daging padahal di rumah hanya ada tiga orang termasuk dirinya sendiri. Sesudah membeli daging, Puji mengajak Anya ke pedagang sayuran. Terlihat ada banyak sayur yang masih segar yang ada diatas meja panjang, Puji melihat-lihat sam
“Apa yang harus aku lakukan? Fer, hanya kamu yang bisa ngebantu aku” ujar Dirga. Terlihat dua laki-laki sedang membahas hal yang serius di salah satu cafe yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah Dirga. Sebelum mereka memutuskan untuk ketemuan, Dirga telah menurunkan egonya dan mau memaafkan kesalahan Anya. Seharian penuh ia memikirkan cara untuk bisa kembali dekat dengan Anya seperti dulu. Hingga salah satu kerabatnya menginformasikan bahwa Fernando ada di rumah Anya. Dengan cepat Dirga mencari kontak telepon yang sempat ia simpan dan akhirnya hari ini mereka bisa bertatap muka.“Sebenarnya aku tidak mau ikut campur kedalam urusan rumah tangga orang lain, namun karena ini berhubungan dengan Anya, aku akan usahakan membantu. Tapi jangan senang dulu, ini belum tentu akan berhasil seratus persen” ujar Fernando.Raut wajah Dirga sedikit senang, seakan ada harapan untuk kembali rujuk dengan istri tercintanya. Merasa penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh Fernando, Yuda pun lang
Pagi hari mulai menyapa yang mendadakan aktivitas yang mulai berjalan dari kalangan manapun. Sama hal nya dengan Ayubi yang akan berangkat ke kampus. Namun sebelum itu ia selalu berpamitan kepada orang tua kepada kakak nya. Tepat saat ini Ayubi akan bergegas menuju ke kamar tidur mama sambung nya sambil membawa bubur ayam yang telah dia buat barusan, karena Ayubi tahu mama sambung nya yang bernama Kejora sedari tadi belum sempat kelihatan. Tanpa menaruh mencuriga apapun Ayubi mulai mengetuk pintu yang sudah berada di hadapan nya. Tok Tok Tok Setelah berulang kali mengetuk pintu namun tidak ada jawaban, Ayubi berinisiatif untuk membuka pintu kamar tidur tersebut saat membuka......... ''Mamaaaaaa!!!" teriak Ayubi dengan keras yang membuat seluruh orang yang ada di rumah juga turut mendengar teriakan tersebut. "Ada apa ini!!" seru Myline. "Aaaaa anu Mah!!!" Ayubi tidak dapat menjelaskan kata-kata namun sorotan mata nya menghadap kearah lantai di bawah tempat tidur. Orang-ora
Ayubi membawa mamanya ke salah satu teman di kampusnya yang cukup dekat dengan Ayubi. Hal ini adalah pilihan yang berat bagi keduanya, apalagi Ayubi harus membagi cerita tentang keluarganya dengan orang lain. Sebut saja nama temannya adalah Mica, orangnya manis dan memiliki gigi gingsul. Tidak banyak respon yang diperlihatkan oleh Mica, namun ada satu tawaran yang membuat Ayubi terperangah kaget.“Kamu seriuskah Ca?” tanya Ayubi memastikan.Raut wajah temannya seakan serius sambil menganggukkan kepalanya ia pun berkata, “Lagian rumah itu dalam keadaan kosong dan kalau tidak keberatan, kamu bisa kok tinggal sementara di rumahku yang itu” ujar Mica.“Tapi, bagaimana dengan kedua orang tua kamu? Aku jadi tidak enak sama mereka Ca” ujar Ayubi.“Kedua orang tua aku malah gak mau ngurusin rumah itu... Bagi mereka, punya banyak rumah itu sangatlah melelahkan. Lagian, kami sudah ada empat rumah kok” ujar Mica.Ayubi tidak dapat berkata banyak, hanya rasa syukur yang saat ini ia rasakan jauh d
Matahari mulai terpendam menandakan hari telah menuju malam.Namun sampai detik ini Ayubi belum juga datang. Padahal Mica sudah sedari tadi mengirimkan pesan kepada Ayubi. Hal ini pula tak surut menggangu pikiran mamanya yang merasa ada hal yang tidak beres pada putrinya tersebut. Sekali lagi Intan meminta Mica untuk menghubungi Ayubi. "Bagaimana? Apa Ayubi mengangkat telepone kamu?" Tanya Intan dengan gelisah. "Anuuu Tante, Ayubi tidak mengangkat telepone aku!" Seru Ayubi tidak kalah panik. Dengan pikiran yang sudah mulai tak tenang, tiba-tiba saja Mica teringat dengan aplikasi yang bisa melacak keberadaan orang lain. Dengan cepat, Mica mulai mendowload aplikasi tersebut. Ketika sudah berhasil mendowload, Mica pun langsung mengetes. "Aku sudah melacak keberadaanya!" seru Mica. "Bagaimana kamu tahu?" tanya Intan. Mica tersenyum sambil menujukkan ponselnya pada wanita yang sudah paruh baya tersebut. Meskipun umurnya tidak lagi muda, namun Intan juga tidak buta-buta amat tentang ya