Home / Romansa / Wanita Pilihan Sang Pewaris / Chapter 3 | Tidak Dapat Menahan Diri

Share

Chapter 3 | Tidak Dapat Menahan Diri

Author: MAMAZAN
last update Last Updated: 2023-08-23 21:06:07

Di rumah sakit…

"Tidak ada luka serius, mungkin nanti akan sedikit terasa nyeri di bagian tubuh yang terkena benturan," dokter memberikan penjelasan kepada Vanya yang sedang memeriksakan kondisinya.

Vanya mengangguk pelan,"Terima kasih Dokter, kalau begitu aku izin pamit," ucapnya dengan nada sopan, setelah itu dia keluar dari ruangan dokter yang sudah memeriksanya.

Di luar ruangan, Utari menunggu putrinya dengan cemas. Namun enggan untuk bertanya lebih jauh. Wanita paruh baya itu segera menghampiri Vanya begitu melihat sang putri keluar dari ruangan.

"Bagaimana hasilnya, Nak? Apa kata dokter? Apa kamu baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja Ibu," balas Vanya disertai senyuman lembut kepada sang ibu.

Utari menghela napas lega, "Syukurlah kalau begitu."

"Ayo Ibu, aku akan memperkenalkan Ibu kepada Vicky." Ajak Vanya seraya menarik tangan sang ibu dengan semangat.

“Iya… iya…” sahut Utari dan mengikuti langkah Vanya.

Setibanya di lobi rumah sakit, Vanya melihat ke sekeliling lobi. Namun, dia tidak mendapai Vicky dan Barry. Wajahnya mulai terlihat panik, wanita cantik itu lalu melepaskan tangan Ibunya.

"Tunggu sebentar, Bu."

Vanya mengambil langkah cepat menuju parkiran, dan wajahnya berubah sedih saat tidak mendapati mobil yang tadi dia naiki bersama Vicky.

Dari belakang, Utari sudah menyusul putrinya yang terlihat menunduk. Dia bisa melihat ekspresi kekecewaan dalam raut wajah putrinya, “Vanya,” panggilnya seraya memegang pundak Vanya.

"Mungkin dia ada keperluan mendesak, Nak," sambung Utari berusaha menghibur Vanya.

Vanya menoleh dan mengangguk, “Iya bu.”

Ketika mereka hendak kembali ke tempat ayahnya dirawat, seorang perawat wanita menghampiri mereka.

"Apakah anda Nona Vanya?" Tanya perawat tersebut.

"Iya benar, aku Vanya," jawab Vanya.

"Bapak yang bersama pemuda tampan tadi menitipkan pesan untuk disampaikan kepada anda," ujar perawat muda tersebut.

Vanya mengerutkan keningnya, "Pemuda tampan? Oh... maksudnya Vicky?"

"Oh... nama pemuda tampan itu Vicky," gumam perawat itu, pelan.

"Ah maaf... bukan itu maksud saya." Perawat itu terlihat salah tingkah karena sadar bukan itu tujuannya menemui Vanya.

"Bapak yang tadi bersama pemuda itu mengatakan jika besok malam mereka akan kembali menemui anda," sambungperawat itu menyampaikan pesan yang ditinggalkan Barry.

Vanya tidak dapat menutupi wajah bahagianya, “Terima kasih.” Ucapnya kepada sang perawat. Seandainya tidak ada orang di sekitarnya, sudah dipastikan Vanya akan melompat kegirangan.

Perawat itu pun izin pamit setelah menyampaikan pesan dari barry kepada Vanya. Sedangkan Vanya dan sang Ibu kembali ke ruang rawat Ayahnya.

"Ibu jadi penasaran, setampan apa pria bernama Vicky itu sampai membuat perawat tadi salah tingkah,dan membuat putri Ibu tersenyum tiada hentinya." gumam Utari kembali menggoda Vanya.

"Vicky sangat tampan Ibu, matanya sangat indah, dia juga sangat baik, dia pasti menjadi menantu yang baik untuk Ibu," celutuk Vanya menjawab pertanyaan Ibunya.

"Menantu?!"

Utari terkejut mendengar jawaban dari anaknya, ini benar-benar pertama kali bagi dirinya mendengar Vanya memuji dan menyukai seorang pria di depannya.

Refleks Vanya langsung menoleh ke ibunya serayamenutup mulut dengan kedua tangannya.

"Ibu!" rengeknya manja kepada sang ibu, Vanya mempercepat langkah dan meninggalkan ibunya.

Sikap polos Vanya membuat Utari kembali tertawa dia pun terus menggoda putrinya dalam perjalanan menuju tempat suaminya dirawat.

"Selamat datang Tuan Vicky."

Beberapa pelayan wanita menyambut Vicky yang baru saja tiba di depan rumah mewah yang terletak di salah satu komplek elit di Kota Bogor. Dia lalu diantar masuk ke dalam rumah mewah itu, untuk menemui pria yang telah membuat janji dengannya.

Pria tua yang menunggu di ruang tamu hendak berdiri untuk menyambut Vicky, namun Vicky mempercepat langkahnya dan langsung memegang kedua bahu pria tua itu dengan lembut.

"Kakek Efendi tidak perlu berdiri," ucap Vicky cepat seraya membantu Kakek Efendi untuk kembali duduk di kursi.

"Ah... usia tua menjadikanku kakek-kakek yang tidak berguna, bahkan hanya untuk berdiri menyapamu sangat sulit aku lakukan sekarang," keluh Efendi kepada Vicky.

Vicky tertawa kecil begitu dia mendengar keluhan Effendi.

"Kakek Efendi jangan terlalu merendah, malah jika aku membiarkan Kakek Efendi berdiri menyapaku, aku yang akan menjadi anak muda tidak berguna," balas Vicky menghibur Efendi, dia lalu duduk tepat di samping Efendi.

"Haha...Vicky kamu memang anak yang baik dan juga sopan, sama seperti informasi yang diberikan kakekmu." Tawa lepas Efendi terdengar menggema di ruang tamu.

"Kakek mau minta maaf sebelumnya karena kemarin tidak dapat menghadiri acara pertunanganmu dengan cucuku, kondisiku sekarang tidak memungkinkan untuk melakukan perjalanan jauh," keluh Efendi sambil memegang pundak Vicky.

"Tidak apa-apa Kakek, doa dan restu darimu sudah cukup mewakili kehadiranmu," balas Vicky dengan sopan.

Kakek Efendi kembali tersenyum mendengar jawaban dari tunangan cucunya itu.

"Jadi bagaimana tanggapanmu terhadap cucuku?" Kakek Efendi bertanya dengan nada yang cukup serius kali ini.

"Manda gadis yang cantik dan ramah, ayah dan ibunya juga orang yang sangat baik," balas Vicky.

"Baguslah kalau kamu menyukainya," ucap Efendi yang terlihat puas dengan jawaban yang diberikan Vicky.

Usai bercengkerama dengan Efendi. Vicky masuk ke kamar yang sudah di siapkan untuknya beristirahat malam ini. Didalamkamar, pelayan sudah meletakkan baju ganti untuk Vicky. Pria itu bergegas untuk mandi dan menghilangkan rasa letihnya dengan air hangat.

Setelha berpakaian, Vicky berbaring di kasurnya sambil menatap langit-langit, pemuda tampan itu kembali mengingat kejadian sebelumbertemu Vanya.

Dua hari lalu, dia baru saja bertunangan dengan cucu Kakek Efendi yang bernama Manda Mahardika, ini merupakan hal yang disepakati kedua keluarga mereka, jadi acara itu merupakan kali pertama dia bertemu dengan tunangannya.

Manda memiliki paras yang cantik, gadis yang berumur satu tahun lebih muda darinya itu memiliki sikap yang ramah, seperti yang tadi Vicky sampaikan kepada Kakek Efendi, jadi dia benar-benar jujur ketika menyampaikan hal tersebut.

Pada acara itu juga disepakati, jika Vicky akan menduduki posisi CEO dari salah satu perusahaan yang berada di bawah naungan Dharma Prakarsa Group, saat itu terjadi mungkin Vicky akan menjadi salah satu CEO termuda di Indonesia yang memimpin perusahaan ternama.

Keluarga Mahardika milik Efendi sendiri merupakan pemilik saham kedua terbesar di Dharma Prakarsa Group, setelah mengajukan permohonan kepada para pemegang saham, Mereka menyepakati usulan jika calon menantu keluarga Mahardika diberikan Posisi CEO di salah satu perusahaan di bawah naungan grup itu.

Sedangkan untuk masalahpernikahannya belum diputuskan, mengingat Vicky yang baru berumur 20 tahun dan Manda yang baru berumur 19 tahun.

***

Keesokan harinya…

"Vanya... kenapa kamu terus memandangi jam tanganmu, Nak?" Tanya Bima yang mendapati Vanya sudah beberapa kali melirik jam tangannya.

Vanya menoleh dan menjadi bingung menjawab sang Ayah, "Itu ayah... Hmm... Itu yah.”

Melihat sikap Vanya yang seperti itu membuat Utari ingin kembali menggoda putrinya.

"Vanya lagi menunggu Vick...."

"Ibuu!" Teriak Vanya manja yang tidak membiarkan Ibunya menyelesaikan kalimatnya.

Lagi-lagi Utari tertawa, sejak kemarin Utari terus-terusan menggoda anak gadisnya.

Melihat tingkah istri dan putrinya, Bima terlihat kebingungan. Dia yang baru saja dipindahkan dari ruang ICU ke ruang rawat inap, jadi tidak mengetahui kisah asmara putrinya ini.

"Nanti aku ceritakan ketika kamu sudah baikan," ucap Utari seraya membelai rambut suaminya.

Tak berselang lama seorang perawat masuk ke dalam kamar mereka. Vanya mengenali perawat wanita itu, perawat yang kemarin menyampaikan pesan kepada dirinya.

"Nona Vanya, seseorang sedang menunggu anda di lobi Rumah Sakit," ucap perawat itu kepada Vanya.

Vanya tidak dapat menutupi senyuman yang terlukis di wajahnya, dia sangat senang saat mendengarnya. Namun kali ini dia menahan diri, dia tidak mau lagi terlihat memalukan seperti kemarin, apalagi saat ini ayahnya juga berada disini.

"Terima kasih suster," jawab Vanya sambil tersenyum. Perawat tersebut pun keluar setelah menyampaikan pesan.

Vanya menoleh kepadakedua orang tuanya, dengan wajahmenggemaskan dia berkata. "Ayah, Ibu, aku..."

Utari tersenyum, "Pergilah, Nak, biar Ibu yang menjaga ayahmu." Ucapnya memberikan izin kepada putrinya yang sudah terlihat gelisah.

"Terima kasih Ibu," sahut Vanya yang lalu bergegas mengecup kening ayah dan ibunya, setelah itu dia meninggalkan ruangan tempat ayah dan Ibunya berada.

"Istriku, ada apa dengan anak kita?" Bima semakin heran dengan sikap anaknya, bagi Bima Purnomo ini juga permata kali dia melihat Vanya bertingkah menggemaskan seperti itu.

Karena Vanya sudah meninggalkan ruangan, Utari akhirnya bercerita mengenai pemuda yang bernama Vicky kepada suaminya dan kejadian lucu lainnya ketika suaminya itu tidak sadarkan diri. Bima terlihat beberapa kali tertawa lepas mendengar cerita dari istrinya.

*****

Vanya sudah sampai di lobi rumah sakit, dia melihat orang-orang yang berada di lobi itu, namun dia tidak menemukan sosok pemuda yang telah membuatnya gelisah sepanjang hari.

"Nona Vanya, Tuan Muda menunggu anda di mobil," sapa seorang pria dari arah belakang Vanya.

Vanya menoleh ke belakang dan tersenyum, “Terima kasih Pak Barry,” ucapnya lalu mohon pamit kepada Barry. Vanya kemudian melangkah menuju pelataran parkir Rumah Sakit Cipta. Dan menghampiri mobil yang kemarin mengantarnya ke Rumah Sakit Cipta.

Sedangkan Vicky yang sudah melihat Vanya berjalan mendekatinya, segera membuka pintu mobil dan turun untuk bertemu Vanya yang kini sudah berada di depannya.

"Bagaimana kabar ayahmu?" tanya Vicky memulai pembicaraan seraya menutup pintu mobil.

"Dia sudah siuman, kondisinya pun sudah semakin membaik, saat ini ayahku sudah dipindahkan ke ruang rawat inap," jawabVanya dengan menatap wajah Vicky.

Vicky mengangguk dan tersenyum, "Hmm, syukurlah kalau begitu."

Pria itu lalu mulai berjalan yang diikuti Vanya di sampingnya, tidak jauh dari parkiran mobil terdapat sebuah taman kecil yang biasa digunakan keluarga pasien untuk beristirahat. Mereka berdua lalu melangkah menuju bangku taman.

"Maaf Vanya, aku mungkin tidak akan sempat untuk bertemu kedua orang tuamu," ucap Vicky begitu mereka berdua duduk.

"Tidak apa-apa," balas Vanya sambil tersenyum.

"Bagaimana dengan urusanmu, apa sudah selesai?" sambung Vanya.

Vicky menoleh ke arah Vanya dan berkata, "Iya, setelah ini kami berencana kembali ke Jakarta," jawabnya.

Mendengar hal itu membuat Vanya tidak dapat menutupi kesedihannya. Rasanya dia belum siap untuk berpisah secepat ini dengan Vicky.

Wajah Vanya yang seperti ini membuatnya benar-benar terpesona, "Hmm, mempesona..." batinnya.

"Vanya...," panggilVicky lalu meraih tangan Vanya, memegangnya dengan lembut.

Vanya yang sedang melamun, cukup terkejut dan menoleh ke arah Vicky, “Ya? Ada apa – Euhm…” wanita cantik itu tidak lagi melanjutkan pertanyaan. Dia terkejut saat bibir Vicky sudah menyentuh bibirnya.

Vanya terdiam dan membelalak, jantung berdegup begitu cepat. Tetapi sesaat Vicky membuka mulutnya dan memperdalam ciumannya. Vanya menutup mata, menikmati setiap lumatan lembut yang di berikan Vicky. Tangannya naik menggenggam lengan Vicky. Sedangkan tangan Vicky sudah memegang lembut pipi Vanya.

“Euhm…” suara ciuman dan decapan terdengar begitu memabukkan. Vanya yang tidak pernah berciuman sama sekali hanya diam dan mengikuti apa yang di lakukan Vicky.

Vanya dapat merasakan bibir Vicky yang begitu lembut terus menyesap bibirnya, kepala mereka bergantian kiri dan kanan, Vicky benar-benar begitu mendominasi. Sekitar dua menit mereka berciuman tiada henti, hingga Vicky melepaskan ciuman itu dengan begitu perlahan, dan suara desahan kecil dari Vanya terdengar, “Ah…”

Vanya yang tersadar akan hal itu menjadi malu, wajahnya benar-benar merona merah. Kenapa sampai ada suara memalukan seperti itu keluar darinya. Wanita cantik itu menoleh, tidak ingin melihat wajah Vicky.

Vicky tersenyum melihatVanya dengan wajah tersipu. Vicky sendiri sebenarnya sudah siap jika Vanya akan menamparnya seperti Eddy. Beruntungnya Vanya tidak menampar wajahnya saat ini. Entah kenapa dia tidak bisa menahan diri saat melihat Vanya. Bibirnya yang ranum terlihat begitu cantik dan sangat menggoda. Sehingga dirinya sendiri ikut kehilangan akal berani menciumi wanita yang baru bertemu dua kali ini.

"Kamu sangat cantik, Vanya" ucap Vicky pelan.

Ucapan Vicky berhasil membuat Vanya kembali merona.

"Terima kasih," balas Vanya yang masih enggan melihat ke arah Vicky.

"Ahh... sangat menggemaskan..." gumam Vicky dalam hati memuji wanita cantik di depannya ini.

Vicky menarik napas dalam dan tersenyum, pria itu meraih tangan Vanya. “Ayo, kita berdua sudah cukup lama kita berada di sini. Aku tidak ingin membuat Ayah dan Ibumu khawatir.” Ucap Vicky dan berdiri.

Vanya mengangguk dan ikut berdiri, mengikuti langkah kaki Vicky. Mereka berjalan beriringan dengan tangan saling berpegangan.

"Vanya?" Vicky memanggil nama wanita cantik yang ada di sisinya saat mereka sudah berada di depan pintu rumah sakit.

"Iya?" jawab Vanya dengan singkat.

“Kita sudah tiba,” ucap Vicky lembut sambil meunjuk ke arah pintu rumah sakit.

“Ah iya,”

Mereka berdua pun saling berhadapan, Vicky lalu mengusap lembut puncak kepala Vanya dan berkata. "Vanya... Happy Birthday."

Deg!!

"Te... terima kasih Vicky," jawabnya dengan rasa campur aduk. Malam ini, dirinya merasa benar-benar bahagia.

Dari arah parkiran, terlihat Barry berjalan menghampiri Vanya dan Vicky. "Nona Vanya, ini jaket anda," ucap Barry seraya menyerahkan jaket yang berada di tangannya kepada Vanya.

"Terima kasih Pak Barry," balas Vanya, lembut.

Setelah menyerahkan jaket tersebut, Barry langsung kembali menuju parkiran mobil.

Sedangkan Vanya sendiri masih belum berani menatap wajah Vicky. Dia masih merasa gugup dan malu karena kejadian di taman tadi. Kepalanya terus melihat ke arah bawah atau ke arah lain selain wajah Vicky.

"Vanya, apa kamu marah padaku?"

Vanya seketika mendongak melihat Vicky, "Tidak Vicky! Aku...." Vanya bingung harus berkata apa.

"Jadi, apa kamu tidak suka dengan ciuman yang aku berikan padamu?" Vicky kembali bertanya kepada Vanya dengan rasa penasaran, dia tidak ingin meninggalkan kesan yang tidak baik kepada wanita cantik ini.

"Tentu saja aku menyukainya," sahut Vanya cepat.

"Ahh...." Seketika Vanya langsung membekap mulutnya, "Dasar... mulut bodoh!" batin Vanya mengumpat kecerobohannya.

Vicky tersenyum mendengar jawaban spontan dari Vanya dan kembali mengusap lembut puncak kepala Vanya. Dia merasa lega dan bahagia. Kemudian dia menunduk, mendekatkan wajahnya lalu berbisik, “Aku juga sangat menyukainya.”

Blush!

Wajah Vanya terasa memanas dan menjadi salah tingkah.

"Kalau begitu aku mohon pamit, sampaikan salamku kepada kedua orang tuamu," ucap Vicky lalu berbalik menuju pelataran parkir.

"Vicky, tunggu!" Vanya menarik lengan jas yang dikenakan Vicky membuat langkah pria itu terhenti dan kembali melihat ke arah Vanya, “Ya?” sahutnya.

"Terima kasih untuk semuanya," sambung Vanya dengan senyuman manisnya.

"Sama-sama Cantik," balas Vicky sambil mengelus pipi Vanya lembut. Kemudian pria itu benar-benar melangkah pergi meninggalkan Vanya yang masih menatap punggungnya.

Related chapters

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 4 | Hadiah Untuk Vanya

    Hati Vanya berbunga-bunga saat adegan di taman terus berputar di kepalanya. Adegan tersebut adalah momen ketika Vicky menciumnya. Bagi Vanya, ini adalah kali pertama ia menyukai seorang pria. Sejak ayahnya jatuh sakit dan bisnis keluarga mereka mengalami kemunduran, Vanya bertekad untuk fokus pada pendidikan dan karirnya untuk membantu keuangan keluarganya. Vanya tiba di depan ruangan tempat ayahnya dirawat. Ketika hendak membuka pintu, seorang dokter keluar dari ruangan tersebut. Vanya mengira mungkin itu hanya pemeriksaan rutin. Namun, begitu masuk, Vanya melihat kedua orang tuanya terlihat terkejut. "Ibu... Ayah... ada apa?" tanya Vanya kepada orang tuanya sambil menutup pintu. "Anakku," gumam Utari dengan suara yang bergetar. Ia terlihat kesulitan untuk melanjutkan kata-katanya. "Ibu, ada apa?" Vanya yang baru saja tiba menjadi panik saat melihat sikap ibunya. "Duduklah dulu, Vanya. Biar ayah yang memberitahumu," ucap Bima kepada putrinya sambil menunjuk kursi di sampin

    Last Updated : 2023-10-03
  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 5 | Manda, Tunangan Vicky

    BAB 5Seminggu berlalu sejak kejadian itu, Vicky juga sudah menempati rumah mewah pemberian Kakek Efendi. Menurut apa yang telah disepakati, besok rencananya Vicky akan diumumkan menjadi CEO di salah satu perusahaan milik Dharma Prakarsa Group.Hari ini Vicky berencana menghabiskan waktu dengan tunangannya, semenjak mereka bertunangan, ini akan menjadi pertemuan kedua mereka dan menjadi kencan pertama resmi mereka.Di halaman depan rumah mewah pemberian Kakek Efendi, terparkir mobil Honda Civic berwarna putih. Hari ini rencananya Vicky akan menggunakan mobil itu yang juga merupakan pemberian dari kakek Efendi.Hari ini Vicky mengenakan kemeja lengan panjang polos berwarna putih, dipadukan dengan celana kain berwarna abu-abu muda disertai sepatu sneakers berwarna putih. Setelah persiapan selesai, Vicky pun segera menuju mobil untuk menjemput Manda yang kini resmi menjadi tunangannya.Beberapa saat kemudian, Vicky sudah tiba disalah satu rumah mewah yang terletak di bagian Jakarta Selat

    Last Updated : 2023-10-03
  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 6 | Pelajaran Untuk Si Gembel

    "Sialan! Sialan! Sialan!" Giyan terlihat sangat marah, dia baru saja dipermalukan oleh Vicky di depan Manda dan teman- temannya."Mengapa tadi kalian hanya diam saja dan tidak membantuku," ketusnya kepada kedua orang yang ikut bersamanya."Dia tadi hanya menggenggam tanganmu, aku kira kamu tidak membutuhkan bantuan kami," ucap Andre salah satu pria yang dibawa oleh Giyan."Apa kalian tidak lihat tadi bagaimana dia meremas tanganku, genggaman bocah itu sangat kuat," keluh Giyan sambil menunjukkan tangannya kepada Andre."Ah sialan! jika nanti aku bertemu Manda, akan kutiduri gadis itu walaupun aku harus menggunakan cara kekerasan, aku akan melihat seperti apa wajah bocah itu setelah dia mengetahui jika kesucian tunangannya sudah aku rebut," geram Giyan sambil menggoyang-goyangkan tangannya yang tadi diremas Vicky.Walaupun Giyan terkenal berengsek dan sudah meniduri banyak wanita, dia masih belum pernah tidur dengan Manda. Itu karena dia berniat memikat gadis itu dengan berpura-pura me

    Last Updated : 2023-10-04
  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 7 | Kamu Bukan Lawanku

    "Vicky, kami pinjam tunanganmu dulu sebentar," ucap Dina sambil memegang lengan Manda, dia meminta izin kepada Vicky yang sedang asik membaca buku novel."Ayo Manda, di butik sebelah ada koleksi tas baru," seru Desi yang juga ikut memegang dan menarik lengan Manda dengan lembut."Iya Manda, sebelum pulang mari kita singgah di butik sebelah, aku yakin tuan pengusaha kuliner Amerika ini akan mengerti, benar ‘kan Vicky?" Tanya Vony dengan sedikit mencibir.Vicky sedikit terkejut melihat perubahan sikap ketiga sahabat Manda kepadanya. Vicky merasa setelah mereka mendapat pesan, ketiga sahabat Manda mulai bersikap aneh kepadanya."Tapi Vicky," ucap Manda sambil menatap Vicky."Tidak apa-apa, kamu pergi saja dengan mereka bertiga, aku juga masih membaca novel ini," balas Vicky sambil menunjukkan novel yang berada di tangannya ke Manda yang terlihat tidak enak meninggalkannya sendirian."Baiklah, aku janji tidak akan lama," ucap Manda sambil tersenyum kepada Vicky.Beberapa saat setelah Man

    Last Updated : 2023-10-04
  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 8 | Hari Pertama Menjadi CEO

    Dharma Prakarsa Grup merupakan grup yang menaungi beberapa perusahaan besar. Jika di gambarkan mungkin akan seperti ini.Keluarga Dharma memiliki saham sebesar 68%, disusul Keluarga Mahardika sebanyak 20%, dan gabungan beberapa keluarga lainnya sebanyak 12%.Prakarsa Wira Kanigara merupakan salah satu Perusahaan besar yang dinaungi Dharma Prakarsa Grup, perusahaan ini yang akan di pimpin oleh Vicky ke depannya.Keluarga Mahardika milik Manda hanya diberikan kewenangan untuk memilih CEO di perusahaan Prakarsa Wira Kanigara. Dan untuk perusahaan lainnya yang berada di bawah naungan grup itu, hak penunjukan CEO berada di tangan keluarga Dharma sebagai pemegang saham mayoritas di Dharma Prakarsa Grup.Hal itu yang membuat Aditya Mahardika sangat bernafsu ingin menguasai Prakarsa Wira Kanigara, karena Aditya sadar jika perusahaan lainnya tidak bisa diganggu.Vicky sendiri adalah cucu laki-laki pertama keluarga Dharma dari jalur Ibunya. Kakeknya bernama Dimas Dharma yang merupakan sahabat

    Last Updated : 2023-10-04
  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 9 | Bukan CEO Mesum

    Tentu saja ini semua adalah akting yang dipersiapkan oleh Vicky untuk menguji Devita.Mendengar ucapan Vicky, Devita langsung berdiri dari duduknya."Pak Vicky! Apa kamu pikir aku ini wanita murahan! Pak Vicky memang kaya dan juga adalah atasanku, tapi apa yang baru saja pak Vicky katakan sudah keterlaluan," seru Devita dengan mata berkaca-kaca.Setelah melihat respon dari Devita, Vicky lalu menghubungi salah satu karyawan menggunakan pesawat telepon yang berada di mejanya, dia mengatakan untuk tidak diganggu oleh siapa pun karena sedang meeting dengan Devita.Setelah itu Vicky menuju ke pintu ruang kerjanya lalu menguncinya dari dalam.Devita masih berdiri sambil menahan air matanya, saat ini dia sudah pasrah. Setelah Vicky mengunci pintu dan meminta untuk tidak diganggu, Devita sudah dapat menduga apa yang akan dilakukan oleh Vicky.Vicky kembali ke tempat duduknya, dia lalu bertanya kepada Devita."Menurutmu apa alasanku memanggilmu kesini?" tanya Vicky."Tentu saja untuk-"Belum s

    Last Updated : 2023-10-04
  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 10 | Transaksi 314 Milyar

    Devita melirik jam tangan yang berada di tangan kirinya, waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore, sudah 5 jam mereka terus bekerja. Ini adalah pertama kali bagi dia sesibuk itu di kantor, Devita merenggangkan badannya sambil memijat sendiri lehernya yang terasa sedikit tegang.Vicky yang baru saja meletakkan tumpukan dokumen yang telah Devita sortir terlihat berjalan menghampiri Devita, dengan lembut dia menawarkan diri untuk memberi pijatan kecil ke leher Devita."Sini kubantu," ucap Vicky sambil menyentuh leher bagian belakang Devita. Dia sadar jika hari ini Devita sudah bekerja keras dengan menyortir tumpukan dokumen penting seorang diri, sedangkan dia yang masih belum terbiasa dengan berbagai jenis dokumen, hanya membantu Devita memindahkan tumpukan dokumen itu."Tidak usah Pak Vicky," balas Devita menolak halus tawaran dari Vicky."Sudah, tidak apa-apa, kamu memang membutuhkan ini, sejak tadi kamulah yang paling bekerja keras, anggap saja ini sebagai ucapan terima kasihku," ucap

    Last Updated : 2023-10-04
  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 11 | Pelecehan di Kantor (21+)

    "Devita kalau begitu kami duluan," ucap Vicky sambil melambaikan tangannya. Di sampingnya terlihat Manda yang merangkul mesra lengannya dan juga mengucap pamit kepada Devita."Kak Devita, kami duluan ya." Ucap Manda yang juga melambaikan tangannya ke Devita."Iya Pak Vicky dan Nona Manda, hati-hati di jalan." Devita terlihat membalas sambil melambaikan tangannya ke arah mereka berdua.Tak lama setelah itu, Vicky dan Manda sudah tidak terlihat lagi. Devita sendiri masih tetap tinggal di kantor, dia ingin menyelesaikan surat perjanjian jual beli untuk transaksi yang baru saja mencapai kesepakatan, ketika sedang memasukkan data produk, Bastian tiba-tiba menghampirinya."Devita, kamu sebentar jangan pulang dulu, aku butuh bantuanmu untuk menyelesaikan beberapa dokumen," ucap Bastian sambil menatap Devita dengan tatapan mesum."I-Iya Pak," balas Devita dengan raut wajah sedih.Dua jam berlalu dengan cepat, satu-persatu karyawan lain sudah meninggalkan kantor. Kini hanya Devita, Lili yang m

    Last Updated : 2023-10-05

Latest chapter

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 122 | Bersama Untuk Selamanya [TAMAT]

    8 bulan kemudian... Karena permintaan Vladimir, Vicky dan Vanya akhirnya menetap di Rusia sampai tiba waktunya Vanya melahirkan nanti. Bima dan Utari juga tidak mempermasalahkan hal itu, rencananya Vicky dan Vanya baru ke Indonesia begitu usia kandungan Vanya memasuki bulan ke sembilan. Vicky memang sudah berniat agar saat Vanya melahirkan nanti bisa di dampingi oleh kedua orang tuanya. Selama Vicky dan Vanya berada di Rusia, Vincent di kirim ke Indonesia untuk menggantikan Vicky mengurus Dharma Prakarsa Grup. Alyona yang memiliki beberapa perusahaan di Singapura juga turut mengurus Grup perusahaan itu. Berkat kemampuan Kakak beradik ini, hanya dalam waktu enam bulan, Dharma Prakarsa Grup terbang tinggi dan menjadi salah satu Grup perusahaan terbesar di Indonesia. Setara dengan Grup Barata milik Gunnadi, dan juga Grup Adhitama milik Ezra sahabat Arthur dan Laras. Posisi Bimo dan Hendro di Dharma Prakarsa Grup di pulihkan oleh Dimas, ini juga atas permintaan langsung Arthur dan Lar

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 121 | Kartu Mati Vladimir

    “Baiklah, kalian tunggu disini saja, biar aku dan Vanya yang menemui Kakek Vladimir,” ucap Bella. “Ayo Vanya,” sambungnya sambil menarik pelan lengan Vanya. Vanya tersenyum dan beranjak dari duduknya, nasib Ivan, Jafin dan Billy sekarang berada di tangan dua wanita cantik itu. Sambil berjalan menuju meja Vladimir dan para orang tua berada, Bella dan Vanya mulai mendiskusikan strategi mereka sambil berbisik, wajah Vanya berubah terkejut dia tampak menutup mulutnya menahan tawa mendengar rencana Bella. “Sekarang kamu paham kan?” Tanya Bella ke Vanya. Vanya menganggukkan kepalanya mereka berdua tampak beradu telapak tangan pelan sebelum menjalankan aksi mereka. Nabila, Olma dan Alexa kompak tertawa kecil melihat tingkah mereka yang menggemaskan, mereka pun menebak-nebak akan seperti apa cara Bella dan Vanya membujuk Vladimir. “Bella yang mengambil kendali, sepertinya kali ini mereka akan berhasil,” ucap Nabila. “Tentu saja, siapa dulu suaminya,” ujar Austin berbangga diri. “Maaf

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 120 | Pelatihan

    Arthur, Laras, Vicky dan Vanya akhirnya tiba di Rusia, karangan bunga ucapan selamat untuk kehamilan Vanya berjajar rapi di sepanjang kediaman keluarga Vladislav. Di halaman depan, terilihat Vladimir dan ke empat senior Vicky bersama para istri mereka sudah menunggu kedatangan Vicky dan Vanya. Begitu turun dari mobil, Vicky dan Vanya langsung menghampiri Vladimir yang terus tersenyum bahagia, dengan sopan mereka berdua menyapa Vladimir, lalu menyapa para seniornya. Para bawahan keluarga Vladislav yang mengetahui kabar kehamilan Vanya sebenarnya berniat datang dan ikut merayakan kabar bahagia ini. Namun dengan berbagai pertimbangan, Vladimir akhirnya membatalkan hal itu, salah satu pertimbangan Vladimir karena sadar jika cucu mantunya itu butuh istirahat, jika sampai acara penyambutan besar-besaran di lakukan, bisa di pastikan Vanya akan sibuk menyapa para tamu yang jumlahnya tidak sedikit, dan tentu itu akan berbahaya untuk kandungannya. Nabila, Bella, Olma dan Alexa langsung memi

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 119 | Sad Boy

    Karena Vincent sudah setuju dengan permintaannya, Alyona langsung membuka ponselnya hendak menghubungi temannya yang bernama Ghiska Natasha. Setelah kembali ke Rusia besok, Alyona dan Vincent rencananya akan terbang ke Indonesia untuk menggantikan Vicky mengurus Dharma Prakarsa Grup milik Kakek mereka selama Vicky dan Vanya berada di Rusia. Alyona dengan bersemangat mencari nama Ghiska di kontak ponselnya, dia pun langsung menghubungi nomor Ghiska untuk mengatur jadwal bertemu di Indonesia nanti. Tut... Tut.... “Halo....” “Halo Ghiska, ini aku Alyona,” ucap Alyona. “Hmm... Alyona?” Tanya Ghiska. “Astaga kamu jahat sekali karena tidak mengingatku, Alyona di Singapura, kita bertemu setahun yang lalu.” “Ohh.. Iya! Aku ingat si cantik bermata biru! Apa kabar?!” Tanya Ghiska yang akhirnya bisa mengingat Alyona. “Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?” “Sama... aku juga baik-baik saja, hah... aku sudah beberapa kali mencoba menghubungi nomormu yang dulu, tapi tidak pernah tersambu

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 118 | Kecebong Yang Gesit

    Vicky, Vanya bersama Arthur dan Laras baru saja tiba di bandara, pagi ini mereka akan kembali ke Rusia menggunakan pesawat pribadi keluarga Vladislav. Empat orang dokter terlihat ikut bersama mereka, para dokter ini adalah dokter yang di rekomendasikan Luke untuk mengawal Vanya kembali ke Rusia. Semalam Arthur yang sangat mencemaskan keadaan menantunya langsung meminta Luke memilih empat Dokter terbaik untuk terbang bersama mereka ke Rusia. “Hahaha! Aku akan jadi Kakek, kamu tidak bisa meledekku lagi seperti kemarin berengsek!” Terdengar suara Arthur yang sedang berbicara melalui telepon dengan sahabatnya, sejak mengetahui kabar menantunya hamil, dia terus-menerus mendapat panggilan telepon dari berbagai negara untuk memberi dia ucapan selamat. Saking senangnya, Arthur bahkan sampai lupa memberitahu Vladimir tentang kabar bahagia ini. Vicky, Vanya dan Laras terus tertawa melihat Arthur yang layaknya anak kecil sedang memamerkan mainan barunya. Sambil menunggu pesawat selesai peng

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 117 | Berkali-kali dalam Sehari

    Arthur dan Laras langsung bergegas menuju hotel tempat Vicky dan Vanya berada setelah mendengar kabar dari Vicky jika Vanya tiba-tiba sakit. Sesampainya di hotel, mereka langsung menuju kamar Vicky, raut wajah mereka terlihat begitu cemas, khawatir jika keputusan mereka mempertemukan Vicky dan Kirana malah berakhir buruk untuk Vanya. Ceklek! Arthur dan Laras langsung membuka pintu kamar Vicky, mereka berdua sontak terkejut begitu melihat Vanya yang baik-baik saja sedang tertawa bersama Kirana di dalam kamar. “Vanya? Bukannya kamu sedang sakit?” Tanya Laras. Vanya dan Kirana kompak menoleh, mereka berdua beranjak dari duduknya dan segera menghampiri Laras. “Aku tadi hanya kelelahan ibu,” jawab Vanya mempersilakan Laras dan Arthur masuk ke dalam kamar. “Jadi kamu baik-baik saja?” Tanya Laras lagi memastikan. “Iya Ibu, aku baik-baik saja,” jawab Vanya sambil tersenyum. “Lalu mengapa tadi Vicky mengatakan....” Arthur terdiam tidak menyelesaikan ucapannya, dia lalu menghela nafasn

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 116 | Rahasiaku

    Tidak ingin merahasiakan apapun lagi dari Vanya, Vicky akhirnya memutuskan untuk menceritakan semuanya kepada Vanya. Mulai dari momen ketika mendapat kabar Kirana meninggal, kabar kematian kedua orang tuanya, dan juga pertunangannya dengan Manda. Setelah itu, Vicky lalu menceritakan momen dimana terjadi kesalahpahaman antara dirinya dan Vanya karena perbuatan Manda. Wajah Vanya berubah sedih ketika mengingat momen menyakitkan itu, momen dimana dia akhirnya harus menunggu kepulangan Vicky yang tidak jelas kapan waktunya. “Waktu itu aku menjalani misi pelatihan militer keluargaku, aku tidak tahu apakah aku masih bisa pulang dengan selamat, karena itulah aku memilih tidak memberitahu kamu,” ucap Vicky, wajahnya juga terlihat sedih sewaktu menjelaskan tentang hal itu ke Vanya. Vanya tentu sedikit terkejut mendengar ada pelatihan seperti itu di keluarga suaminya, dalam hati dia merasa bersyukur karena Vicky kembali dengan selamat. Vicky kembali melanjutkan ceritanya, Vanya benar-benar

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 115 | Aku Sangat Mencintaimu

    “Vicky... aku masih mencintaimu, bagaimana denganmu? Apakah kamu juga masih mencintaiku?” Tanya Kirana berterus terang dengan perasaannya.Pertanyaan Kirana sontak mengejutkan Vicky, dia tidak menyangka jika mantan tunangannya akan bertanya tentang hal itu.Vicky meraih kedua tangan Kirana, sambil tersenyum dia menatap wajah cantik mantan tunangannya itu.“Kirana... awalnya aku juga sempat bingung dengan perasaanku sendiri ketika pertama kali melihat dirimu, dan aku yakin kamu sedang merasakan hal yang sama saat ini.”“Tapi berkat kamu yang bertanya apa saja yang telah aku alami beberapa tahun terakhir ini membuatku kembali mengingat bagaimana perjuangan Vanya yang tetap setia menungguku kembali dari misi pelatihan keluargaku, begitu banyak airmata yang telah dia tumpahkan untukku, dan begitu banyak pengorbanan yang telah dia lakukan selama menungguku.”“Vanya menghiburku di kala ku sedih, dia merawat hatiku yang terluka dengan cinta yang tulus, kehadirannya membuatku merasa bahagia d

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 114 | Hati Yang Terbelah

    Vanya tersenyum, dengan suara lembut dia berkata, “Kamu sudah menolongku berulang kali, sebagai istrimu, biarkan aku yang menolongmu kali ini, aku tahu hatimu sakit, aku tahu hatimu terluka, Sayang... apa kamu kira aku tahan melihatmu seperti ini.”Vicky terdiam, dia menunduk sambil menghela nafasnya.“Sayang... bukankah aku selalu bilang jika aku percaya kepadamu, dan untuk kali ini aku akan kembali mengatakannya, aku akan selalu percaya kepadamu, dan tak akan pernah meragukanmu sedikit pun, selesaikan urusan kalian secara baik-baik, itu akan menjadi obat terbaik untuk kalian berdua,” sambung Vanya.Vicky mengangkat wajahnya menatap Vanya, dia tersenyum lalu mengusap pucuk kepala vanya, merasa sangat bersyukur karena ditakdirkan menjadi pendamping Vanya.“Terima kasih sayang....” ucap Vicky yang langsung di balas senyuman hangat oleh Vanya.Vanya berjalan menuju tempat Kirana, Luke dan putra mereka berada, Vanya tersenyum lembut menyapa Kirana yang terus meneteskan air mata.Kirana

DMCA.com Protection Status