"Devita kalau begitu kami duluan," ucap Vicky sambil melambaikan tangannya. Di sampingnya terlihat Manda yang merangkul mesra lengannya dan juga mengucap pamit kepada Devita."Kak Devita, kami duluan ya." Ucap Manda yang juga melambaikan tangannya ke Devita."Iya Pak Vicky dan Nona Manda, hati-hati di jalan." Devita terlihat membalas sambil melambaikan tangannya ke arah mereka berdua.Tak lama setelah itu, Vicky dan Manda sudah tidak terlihat lagi. Devita sendiri masih tetap tinggal di kantor, dia ingin menyelesaikan surat perjanjian jual beli untuk transaksi yang baru saja mencapai kesepakatan, ketika sedang memasukkan data produk, Bastian tiba-tiba menghampirinya."Devita, kamu sebentar jangan pulang dulu, aku butuh bantuanmu untuk menyelesaikan beberapa dokumen," ucap Bastian sambil menatap Devita dengan tatapan mesum."I-Iya Pak," balas Devita dengan raut wajah sedih.Dua jam berlalu dengan cepat, satu-persatu karyawan lain sudah meninggalkan kantor. Kini hanya Devita, Lili yang m
Sejak dari kantor Devita terus melamun, bahkan ketika Vicky berbicara dengan Barry melalui telepon, Devita sama sekali tidak menyadarinya. Pikirannya terus mengingat kejadian buruk yang baru saja menimpanya. “Devita....” Suara Vicky menyadarkan Devita dari lamunannya. Devita melihat situasi di sekitarnya dan langsung terkejut saat mengetahui jika dia berada di depan Luxury Diamond Hotel, salah satu hotel mewah bintang 5 di Kota Jakarta. Vicky membuka pintu, dan membantunya keluar dari mobil, dengan lembut Vicky merangkul tubuhnya sambil berjalan menuju pintu masuk Hotel. Ketika masuk, beberapa pria dan wanita asing terlihat menyambut mereka dengan sangat sopan, hal itu tentu saja membuat Devita semakin bingung. Dalam hati dia bertanya, “Apakah pelayanan Hotel mewah memang seperti ini.” Devita sendiri sudah beberapa kali mendatangi Hotel bintang 5 karena urusan pekerjaan. Beberapa customer asing, pemilik atau pejabat di perusahaan yang melakukan transaksi dengan Prakarsa Wira Kani
Vanya melirik jam tangan yang ia kenakan, dia terlihat gugup. Hari ini dirinya kembali menginjakkan kaki ke showroommobil milik Eddy untuk mengambil beberapa barang pribadi miliknya yang masih berada di tempat Eddy. Vanya sendiri sebenarnya sudah malas untuk kembali kesini, walaupun sudah seminggu berlalu, dia masih tetap merasa kesal terhadap atasannya itu.. “Vanya!” Teriak Eddy yang berada di depan pintu masuk showroom dengan wajah yang terlihat sangat marah. Ini adalah hari yang sudah Eddy nantikan, dia akhirnya bisa melampiaskan amarahnya kepada Vanya. Orang yang waktu itu membantu Vanya sudah tidak ada, Eddy bermaksud mempermalukan Vanya di hadapan karyawan lain. Dia ingin Vanya menjadi contoh bagi karyawan yang berani melawannya. Dengan berat Vanya melangkahkan kakinya menghampiri Eddy, dirinya juga sudah siap bahkan jika harus mendapat caci maki dari bosnya itu. Namun, ketika sudah berada tepat di depan Eddy, Vanya sedikit kebingungan melihat ekspresi wajah Eddy yang terlih
“Apa Vicky sudah datang?” tanya seorang pria pada salah satu karyawan di kantor Vicky.“Belum Pak,“ jawab wanita itu.“Bagaimana dengan Devita?” Tanya pria itu kembali.Karyawan wanita tersebut kembali menjawab, “Sama Pak, Ibu Devita juga belum tiba.”“Apa-apaan perusahaan ini, aku sedang membawa dokumen untuk transaksi 314 Milyar dan orang yang bertanggung jawab bahkan belum tiba!” keluh pria itu dengan sikap arogan.Pria itu bernama Anton, dia bekerja sebagai manager pembelian di perusahaan yang kemarin berhasil mencapai kesepakatan transaksi dengan Vicky. Hari ini dia ditugaskan oleh perusahaannya untuk mengurus transaksi itu. Anton juga berteman dengan Bastian dan Aditya, karena merasa berteman dengan dua petinggi di perusahaan yang dipimpin Vicky membuat Anton merasa sombong. Apalagi Anton juga mengetahui jika Vicky berstatus calon menantu dari Aditya yang juga adalah kenalannya.Anton tentu saja juga sudah menghubungi Bastian, namun Bastian beralasan bahwa dia tidak bisa masuk k
5 Bulan Kemudian.“Selamat Pagi Pak Vicky....”Semua karyawan Vicky tampak berbaris rapi menyambut kedatangan Vicky di kantor, itu mereka lakukan setiap pagi dan sudah menjadi rutinitas karyawan, baik pria maupun wanita selama beberapa bulan ini.Tentu saja Vicky tidak meminta karyawannya untuk melakukan itu, itu semua adalah murni inisiatif dari karyawan Vicky sebagai bentuk ucapan terima kasih mereka. kArena Vicky sudah memberikan mereka ilmu yang luar biasa. Membuat mereka semua bisa bekerja dengan professional, dari mereka yang dulunya tidak dapat berbicara dengan customer, kini bahkan transaksi mereka bisa tembus sampai milyaran rupiah.Hubungan Vicky dengan Manda juga semakin dekat, selama 5 bulan terakhir, setelah pulang kuliah, Manda selalu mengunjungi kantor Vicky.Vicky yang tadinya tidak merasakan apa-apa, kini mulai menyukai Manda, seperti batu yang terus-menerus terkena tetesan air, sekeras apa pun batu itu, tetesan air akan menghancurkannya. Mungkin istilah itu bisa meng
Manda mengerutkan keningnya mendapati Giyan ada bersama meraka, “Von, kenapa Giyan ada di sini?!” protesnya kepada sang sahabat.“Manda dengarkan dulu penjelasanku,” Vony yang berusaha menenangkan Manda.Sedangkan Giyan sendiri tidak berkata apa-apa dan terus mengamati pembicaraan antara Manda dan ketiga sahabatnya itu. Tentu saja sesuai rencana mereka.“Manda kami sudah mengetahui latar belakang keluarga tunanganmu,” ucap Vonytiba-tiba.Manda terkejut mendengar ucapan dari kedua sahabatnya, itu karena latar belakang Vicky hanya diketahui oleh keluarganya. “Siapa yang memberitahu kalian?!” Tanya Manda kepada Vony dan kedua sahabatnya.“Iya Manda, kami sudah mengetahui semuanya, kalau untuk itu…” sahut Dina sengaja menggantung kalimatnya.“Aku yang memberitahu mereka,” imbuh Giyan sambil mengangkat satu tangannya ke atas.Manda tersentak dan menatap tajam kepada Giyan, “Giyan! Siapa yang memberimu informasi tentang itu?!”“Ayahmu yang memberiku informasi itu,” jawab Giyan, tertawa keci
Keesokan paginya…Vicky hanya melihat ponselnya dengan sekilas saat mendengar suara pemberitahuan pesan dari Manda, lalu kembali melanjutkan meeting dengan karyawannya.Tidak seperti sebelumnya, ketika pesan dari Manda masuk. Vicky pasti akan menyempatkan waktu untuk langsung membalas pesan Manda. Namun pagi ini, sebelum berangkat ke kantor, Vicky sudah mendengar rekaman suara yang diambil dari Villa tempat Manda dan Giyan menginap.Rekaman itu berisi tentang percakapan Manda, dan bagaimana teman-teman Manda menuduh Vicky berselingkuh. Dan di bagian akhir rekaman, terdengar suara desahan Giyan dan Manda yang bahkan orang bodoh sekalipun akan mengetahui apa yang sedang terjadi ketika mendengar suara itu.Walaupun sudah mengetahui Manda berselingkuh, Vicky terpaksa harus tetap mempertahankan statusnya sebagai calon menantu keluarga Mahardika. Saat ini kondisi kesehatan Kakek Manda sedang kurang baik, Vicky akan menunggu waktu yang tepat untuk menyampaikan jika dia sudah tidak mau melanj
Di saat yang bersamaan, Vicky yang sedang beristirahat di kamarnya terlihat meraih ponselnya, nama Barry muncul sebagai pemanggil, tanpa menunggu lama Vicky langsung menjawab panggilan dari Barry.“Halo,” ucap Vicky sedikit penasaran karena Barry menghubungi ponselnya di jam seperti ini.“Tuan Muda, ini tentang Nona Vanya,” balas Barry dengan suara yang terdengar sangat serius.Tiba-tiba wajah wanita cantik yang seakan menghilang dari ingatan Vicky kembali muncul setelah mendengar nama Vanya disebut.“Aku baru mendapat laporan dari Eddy jika Nona Vanya sedang berada dalam bahaya,” ujar Barry.“Ada apa dengan Vanya?!” tanya Vicky yang mulai terlihat panik.“Menurut laporan dari Eddy, Bastian dan Giyan sekarang sedang bersama Nona Vanya, mereka berencana untuk menjebak Nona Vanya menggunakan obat tidur," Terang Barry.Emosi Vicky seketika meledak mendengar hal itu.“Barry! di mana kamu sekarang?!!” tanya Vicky.Sambil tetap memegang ponselnya Vicky langsung berlari menuju parkiran mobil
8 bulan kemudian... Karena permintaan Vladimir, Vicky dan Vanya akhirnya menetap di Rusia sampai tiba waktunya Vanya melahirkan nanti. Bima dan Utari juga tidak mempermasalahkan hal itu, rencananya Vicky dan Vanya baru ke Indonesia begitu usia kandungan Vanya memasuki bulan ke sembilan. Vicky memang sudah berniat agar saat Vanya melahirkan nanti bisa di dampingi oleh kedua orang tuanya. Selama Vicky dan Vanya berada di Rusia, Vincent di kirim ke Indonesia untuk menggantikan Vicky mengurus Dharma Prakarsa Grup. Alyona yang memiliki beberapa perusahaan di Singapura juga turut mengurus Grup perusahaan itu. Berkat kemampuan Kakak beradik ini, hanya dalam waktu enam bulan, Dharma Prakarsa Grup terbang tinggi dan menjadi salah satu Grup perusahaan terbesar di Indonesia. Setara dengan Grup Barata milik Gunnadi, dan juga Grup Adhitama milik Ezra sahabat Arthur dan Laras. Posisi Bimo dan Hendro di Dharma Prakarsa Grup di pulihkan oleh Dimas, ini juga atas permintaan langsung Arthur dan Lar
“Baiklah, kalian tunggu disini saja, biar aku dan Vanya yang menemui Kakek Vladimir,” ucap Bella. “Ayo Vanya,” sambungnya sambil menarik pelan lengan Vanya. Vanya tersenyum dan beranjak dari duduknya, nasib Ivan, Jafin dan Billy sekarang berada di tangan dua wanita cantik itu. Sambil berjalan menuju meja Vladimir dan para orang tua berada, Bella dan Vanya mulai mendiskusikan strategi mereka sambil berbisik, wajah Vanya berubah terkejut dia tampak menutup mulutnya menahan tawa mendengar rencana Bella. “Sekarang kamu paham kan?” Tanya Bella ke Vanya. Vanya menganggukkan kepalanya mereka berdua tampak beradu telapak tangan pelan sebelum menjalankan aksi mereka. Nabila, Olma dan Alexa kompak tertawa kecil melihat tingkah mereka yang menggemaskan, mereka pun menebak-nebak akan seperti apa cara Bella dan Vanya membujuk Vladimir. “Bella yang mengambil kendali, sepertinya kali ini mereka akan berhasil,” ucap Nabila. “Tentu saja, siapa dulu suaminya,” ujar Austin berbangga diri. “Maaf
Arthur, Laras, Vicky dan Vanya akhirnya tiba di Rusia, karangan bunga ucapan selamat untuk kehamilan Vanya berjajar rapi di sepanjang kediaman keluarga Vladislav. Di halaman depan, terilihat Vladimir dan ke empat senior Vicky bersama para istri mereka sudah menunggu kedatangan Vicky dan Vanya. Begitu turun dari mobil, Vicky dan Vanya langsung menghampiri Vladimir yang terus tersenyum bahagia, dengan sopan mereka berdua menyapa Vladimir, lalu menyapa para seniornya. Para bawahan keluarga Vladislav yang mengetahui kabar kehamilan Vanya sebenarnya berniat datang dan ikut merayakan kabar bahagia ini. Namun dengan berbagai pertimbangan, Vladimir akhirnya membatalkan hal itu, salah satu pertimbangan Vladimir karena sadar jika cucu mantunya itu butuh istirahat, jika sampai acara penyambutan besar-besaran di lakukan, bisa di pastikan Vanya akan sibuk menyapa para tamu yang jumlahnya tidak sedikit, dan tentu itu akan berbahaya untuk kandungannya. Nabila, Bella, Olma dan Alexa langsung memi
Karena Vincent sudah setuju dengan permintaannya, Alyona langsung membuka ponselnya hendak menghubungi temannya yang bernama Ghiska Natasha. Setelah kembali ke Rusia besok, Alyona dan Vincent rencananya akan terbang ke Indonesia untuk menggantikan Vicky mengurus Dharma Prakarsa Grup milik Kakek mereka selama Vicky dan Vanya berada di Rusia. Alyona dengan bersemangat mencari nama Ghiska di kontak ponselnya, dia pun langsung menghubungi nomor Ghiska untuk mengatur jadwal bertemu di Indonesia nanti. Tut... Tut.... “Halo....” “Halo Ghiska, ini aku Alyona,” ucap Alyona. “Hmm... Alyona?” Tanya Ghiska. “Astaga kamu jahat sekali karena tidak mengingatku, Alyona di Singapura, kita bertemu setahun yang lalu.” “Ohh.. Iya! Aku ingat si cantik bermata biru! Apa kabar?!” Tanya Ghiska yang akhirnya bisa mengingat Alyona. “Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?” “Sama... aku juga baik-baik saja, hah... aku sudah beberapa kali mencoba menghubungi nomormu yang dulu, tapi tidak pernah tersambu
Vicky, Vanya bersama Arthur dan Laras baru saja tiba di bandara, pagi ini mereka akan kembali ke Rusia menggunakan pesawat pribadi keluarga Vladislav. Empat orang dokter terlihat ikut bersama mereka, para dokter ini adalah dokter yang di rekomendasikan Luke untuk mengawal Vanya kembali ke Rusia. Semalam Arthur yang sangat mencemaskan keadaan menantunya langsung meminta Luke memilih empat Dokter terbaik untuk terbang bersama mereka ke Rusia. “Hahaha! Aku akan jadi Kakek, kamu tidak bisa meledekku lagi seperti kemarin berengsek!” Terdengar suara Arthur yang sedang berbicara melalui telepon dengan sahabatnya, sejak mengetahui kabar menantunya hamil, dia terus-menerus mendapat panggilan telepon dari berbagai negara untuk memberi dia ucapan selamat. Saking senangnya, Arthur bahkan sampai lupa memberitahu Vladimir tentang kabar bahagia ini. Vicky, Vanya dan Laras terus tertawa melihat Arthur yang layaknya anak kecil sedang memamerkan mainan barunya. Sambil menunggu pesawat selesai peng
Arthur dan Laras langsung bergegas menuju hotel tempat Vicky dan Vanya berada setelah mendengar kabar dari Vicky jika Vanya tiba-tiba sakit. Sesampainya di hotel, mereka langsung menuju kamar Vicky, raut wajah mereka terlihat begitu cemas, khawatir jika keputusan mereka mempertemukan Vicky dan Kirana malah berakhir buruk untuk Vanya. Ceklek! Arthur dan Laras langsung membuka pintu kamar Vicky, mereka berdua sontak terkejut begitu melihat Vanya yang baik-baik saja sedang tertawa bersama Kirana di dalam kamar. “Vanya? Bukannya kamu sedang sakit?” Tanya Laras. Vanya dan Kirana kompak menoleh, mereka berdua beranjak dari duduknya dan segera menghampiri Laras. “Aku tadi hanya kelelahan ibu,” jawab Vanya mempersilakan Laras dan Arthur masuk ke dalam kamar. “Jadi kamu baik-baik saja?” Tanya Laras lagi memastikan. “Iya Ibu, aku baik-baik saja,” jawab Vanya sambil tersenyum. “Lalu mengapa tadi Vicky mengatakan....” Arthur terdiam tidak menyelesaikan ucapannya, dia lalu menghela nafasn
Tidak ingin merahasiakan apapun lagi dari Vanya, Vicky akhirnya memutuskan untuk menceritakan semuanya kepada Vanya. Mulai dari momen ketika mendapat kabar Kirana meninggal, kabar kematian kedua orang tuanya, dan juga pertunangannya dengan Manda. Setelah itu, Vicky lalu menceritakan momen dimana terjadi kesalahpahaman antara dirinya dan Vanya karena perbuatan Manda. Wajah Vanya berubah sedih ketika mengingat momen menyakitkan itu, momen dimana dia akhirnya harus menunggu kepulangan Vicky yang tidak jelas kapan waktunya. “Waktu itu aku menjalani misi pelatihan militer keluargaku, aku tidak tahu apakah aku masih bisa pulang dengan selamat, karena itulah aku memilih tidak memberitahu kamu,” ucap Vicky, wajahnya juga terlihat sedih sewaktu menjelaskan tentang hal itu ke Vanya. Vanya tentu sedikit terkejut mendengar ada pelatihan seperti itu di keluarga suaminya, dalam hati dia merasa bersyukur karena Vicky kembali dengan selamat. Vicky kembali melanjutkan ceritanya, Vanya benar-benar
“Vicky... aku masih mencintaimu, bagaimana denganmu? Apakah kamu juga masih mencintaiku?” Tanya Kirana berterus terang dengan perasaannya.Pertanyaan Kirana sontak mengejutkan Vicky, dia tidak menyangka jika mantan tunangannya akan bertanya tentang hal itu.Vicky meraih kedua tangan Kirana, sambil tersenyum dia menatap wajah cantik mantan tunangannya itu.“Kirana... awalnya aku juga sempat bingung dengan perasaanku sendiri ketika pertama kali melihat dirimu, dan aku yakin kamu sedang merasakan hal yang sama saat ini.”“Tapi berkat kamu yang bertanya apa saja yang telah aku alami beberapa tahun terakhir ini membuatku kembali mengingat bagaimana perjuangan Vanya yang tetap setia menungguku kembali dari misi pelatihan keluargaku, begitu banyak airmata yang telah dia tumpahkan untukku, dan begitu banyak pengorbanan yang telah dia lakukan selama menungguku.”“Vanya menghiburku di kala ku sedih, dia merawat hatiku yang terluka dengan cinta yang tulus, kehadirannya membuatku merasa bahagia d
Vanya tersenyum, dengan suara lembut dia berkata, “Kamu sudah menolongku berulang kali, sebagai istrimu, biarkan aku yang menolongmu kali ini, aku tahu hatimu sakit, aku tahu hatimu terluka, Sayang... apa kamu kira aku tahan melihatmu seperti ini.”Vicky terdiam, dia menunduk sambil menghela nafasnya.“Sayang... bukankah aku selalu bilang jika aku percaya kepadamu, dan untuk kali ini aku akan kembali mengatakannya, aku akan selalu percaya kepadamu, dan tak akan pernah meragukanmu sedikit pun, selesaikan urusan kalian secara baik-baik, itu akan menjadi obat terbaik untuk kalian berdua,” sambung Vanya.Vicky mengangkat wajahnya menatap Vanya, dia tersenyum lalu mengusap pucuk kepala vanya, merasa sangat bersyukur karena ditakdirkan menjadi pendamping Vanya.“Terima kasih sayang....” ucap Vicky yang langsung di balas senyuman hangat oleh Vanya.Vanya berjalan menuju tempat Kirana, Luke dan putra mereka berada, Vanya tersenyum lembut menyapa Kirana yang terus meneteskan air mata.Kirana