Home / Romansa / Wanita Pilihan Sang Pewaris / Chapter 2 | Gadis Ceroboh

Share

Chapter 2 | Gadis Ceroboh

Author: MAMAZAN
last update Last Updated: 2023-08-23 21:05:38

Beberapa saat kemudian, mobil mereka sudah masuk ke dalam Tol Jagorawi, saat ini keadaan jalan tidak begitu ramai, sehingga mobil mereka bisa melaju dengan bebas.

Sejak meninggalkan lokasi kecelakaan tadi, Vicky tidak lagi berbicara, dalam diam matanya menatap keluar jendela dengan tatapan kosong seakan pikirannya jauh di tempat lain.

Keadaan hening ini membuat Vanya sedikit tidak enak, dia akhirnya berusaha membuka percakapan untuk memecah keheningan, di benaknya hanya itu yang bisa dia lakukan kepada pemuda yang telah menolongnya itu, dia setidaknya harus bersikap ramah dan bersahabat.

"Uhmm...." Vanya tampak ingin mengucapkan sesuatu, tapi belum sempat berbicara, dia langsung mengurungkan niatnya dan kejadian itu terjadi beberapa kali.

Tentu saja Vicky menyadari hal tersebut, dia tahu saat ini wanita yang dia tolong sedang berusaha memulai pembicaraan untuk memecah keheningan, karena tidak ingin membuat Vanya semakin canggung, Vicky pun berinisiatif membuka pembicaraan terlebih dahulu.

"Apakah kamu mengenal pria tadi?" Tanya Vicky.

"Iya aku mengenalnya, pria itu bernama Eddy, dia merupakan pemilik di perusahaan tempatku bekerja," jawab Vanya sambil memikirkan kejadian yang baru saja menimpanya.

Setelah itu Vanya menjelaskan kepada Vicky kejadian yang baru saja dia alami, sudah dua bulan Vanya bekerja di perusahaan Eddy, awalnya tidak ada yang aneh, namun beberapa hari terakhir, pria beristri itu mulai sering menghubungi Vanya di luar jam kerja.

Dia juga mulai membahas hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan mereka, pria itu juga beberapa kali mengajak Vanya untuk nonton ataupun makan malam bersama, tentu saja Vanya selalu menolak dengan halus, namun hari ini Eddy semakin nekat.

Ketika Vanya mendapat kabar jika ayahnya pingsan dan harus dilarikan ke rumah sakit, Vanya bermaksud meminta tolong kepada Eddy.

Vanya yang baru lulus kuliah dan baru bekerja sadar jika gajinya tidak akan mampu untuk membayar biaya pengobatan ayahnya, untuk meminjam uang di Bank tentu saja akan sulit bagi dia yang baru bekerja, oleh karena itu dia mencoba peruntungannya dengan meminta bantuan kepada Eddy, dia berjanji akan melunasinya dengan cara pemotongan gaji setiap bulan.

Namun jawaban yang diberikan Eddy membuat Vanya marah, bukan karena Eddy tidak bisa membantu. Eddy bersedia membantu tapi dengan syarat Vanya mau menjadi istri simpanan nya, mendengar itu Vanya marah dan secara refleks menampar Eddy, setelah itu Vanya bergegas pergi meninggalkan Eddy.

Eddy yang takut kelakuan mesumnya tersebar menjadi panik dan mengejar Vanya, hingga terjadilah insiden tabrakan tadi, setelah menceritakan itu tanpa sadar air mata Vanya mengalir keluar.

Vicky secara naluriah merangkul pundak Vanya, dia lalu menatap wajah Vanya yang sedang menangis, setelah memperhatikan wajah Vanya beberapa saat, Vicky akhirnya sadar bahwa gadis yang berada di sampingnya ini memang sangat cantik. Vanya juga memiliki bentuk tubuh yang indah, Vicky pun sedikit mengerti mengapa Eddy sampai tergila-gila untuk menjadikan wanita ini sebagai istri simpanannya.

Vicky juga kagum akan keteguhan hati Vanya, walaupun sangat membutuhkan uang untuk membantu keluarganya, dia tetap teguh dalam menjaga kehormatannya sebagai wanita.

*****

Vanya terus tenggelam dalam kesedihan, air matanya tidak berhenti mengalir, hari ini menjadi hari yang sangat berat untuknya, tanpa sadar kepalanya kini ia sandarkan di dada Vicky. Entah mengapa Vanya merasa nyaman dengan hal itu, dia merasakan kehangatan yang tidak pernah dia alami sebelumnya.

Pria yang jauh lebih muda darinya sangat terlihat dewasa, tutur kata dan sikapnya yang lembut sangat berbeda dengan pria seumuran Vicky yang pernah dia jumpai. Jangankan yang seumuran Vicky, bahkan pria yang seumuran dirinya saja sangat jarang ditemui ada yang bisa bersikap seperti Vicky.

Vicky pun tidak terlalu mempermasalahkan ketika Vanya bersandar di dadanya.

Setelah menangis, mata Vanya terasa berat, rasa kantuk datang menghampirinya beberapa saat kemudian Vanya akhirnya tertidur.

"Vanya...Vanya ..." Sayup-sayup terdengar suara seseorang memanggil namanya.

Ketika Vanya membuka mata, dia langsung terkejut dan panik, karena saat ini wajah Vicky sangat dekat dengan wajahnya.

Sejak bertemu Vicky, Vanya tidak pernah memperhatikan wajah pria itu dengan baik, baru saat ini dia dapat melihat wajah pria yang sudah menolongnya dengan sangat jelas.

Pupil mata Tristan terlihat sangat indah, berwarna biru gelap bukan berwarna hitam atau coklat gelap seperti pria di Indonesia.

"Tampan sekali," puji Vanya dengan suara berbisik. Vanya tanpa sadar memuji ketampanan Tristan.

"Terima kasih Nona Vanya, aku hanya ingin memberitahu jika kita sudah tiba di Rumah Sakit Cipta." Vicky membalas pujian dari Vanya sambil tersenyum.

Mendengar ucapan dari Vicky, Vanya menunduk malu tak berani menatap wajah Vicky lagi. Dia juga baru sadar jika dirinya tadi tertidur dalam dekapan Vicky, Vanya mulai terlihat panik apalagi ketika menyadari ternyata tangan pria tampan ini masih berada di pundaknya.

"Ah... maaf," ucap Vanya dengan gugup sembari memperbaiki cara duduknya.

Vicky tersenyum melihat tingkah Vanya, dia tidak menyangka jika gadis yang tadi menangis dan berani melawan bosnya ini , kini terlihat seperti anak kecil yang gelagapan karena ketahuan telah berbuat salah.

Vicky lalu membuka pintu dan turun dari mobil, dia juga membantu Vanya yang masih terlihat kesakitan karena insiden tadi.

Mereka berdua bergegas ke resepsionis Rumah Sakit Cipta, Vanya langsung menanyakan keadaan ayahnya kepada petugas yang berjaga.

Petugas menjelaskan jika Ayah Vanya yang bernama Bima Purnomo saat ini berada di ruang ICU. Petugas tadi menambahkan jika keadaan ayahnya tidak dalam kondisi yang berbahaya.

Mendengar itu akhirnya Vanya dapat bernafas lega, dia lalu meminta izin kepada Vicky untuk menemui ibunya.

Vicky tersenyum dan mengangguk mempersilahkan Vanya untuk bertemu keluarganya. Baru beberapa langkah berjalan Vanya tampak menyadari sesuatu yang penting.

Vanya langsung berbalik dan kembali ke pemuda yang menolongnya, dia lalu mengulurkan tangannya kepada Vicky.

"Umm... maaf aku belum mengetahui namamu, aku... aku Vanya Purnomo."

Vanya memperkenalkan dirinya dengan tersipu malu dan terbata-bata karena tersadar jika dia sama sekali belum mengetahui nama pria yang sudah menolongnya.

Mendengar hal itu Vicky tertawa. "Nona Vanya bukankah ini sedikit terlambat? Kamu bahkan sudah menjadikanku bantal tidur."

Vicky membalas Vanya sambil sedikit bercanda, tentu saja itu membuat Vanya semakin salah tingkah dan semakin tidak berani menatap mata Vicky.

"Aku Vicky Prayoga, salam kenal Nona Vanya," ucap Vicky disertai senyuman di wajahnya.

Sambil bersalaman mereka memperkenalkan diri satu sama lain, Vicky juga mengingatkan Vanya untuk memeriksakan kondisinya ke dokter.

Setelah mengetahui nama dari pemuda yang telah menolongnya Vanya kembali izin pamit untuk bertemu dengan Ibunya, tak lupa Vanya juga mohon pamit kepada Baryy yang juga ikut turun menemani mereka.

***

Vanya sudah sampai di depan ruang ICU Rumah Sakit Cipta, di sana Vanya melihat ibunya, Utari Purnomo yang menunggu dengan cemas, wajahnya tampak lelah, sudah beberapa hari ini Utari kurang tidur karena mengurus suaminya yang sakit.

"Ibu...," ucap Vanya lirih, sambil mempercepat langkah menuju Ibunya.

Utari langsung bangun dari duduknya ketika mendengar suara anak gadisnya memanggil, Vanya memeluk ibunya dan langsung bertanya tentang keadaan ayahnya.

Utari menjelaskan jika ayahnya masih tidak sadar dan perlahan kondisinya sudah membaik, namun dokter menyarankan jika ayah Vanya secepatnya melakukan operasi cangkok ginjal (transplantasi ginjal), apalagi beberapa hari yang lalu pihak Rumah Sakit mendapat kabar jika ada seorang pendonor yang bersedia mendonorkan ginjalnya.

Keluarga Vanya saat ini berada dalam keadaan yang sulit, semenjak ayahnya sakit, bisnis keluarga mereka berantakan, ayahnya mengidap penyakit gagal ginjal akut dan itu membuat ayahnya harus melakukan cuci darah secara rutin.

Pagi ini, ayah Vanya tiba-tiba tidak sadarkan diri, yang membuatnya harus dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan.

Walaupun sudah ada pendonor, itu tidak semata-mata menyelesaikan masalah, biaya untuk operasi cangkok ginjal mencapai 250 Juta sampai 400 Juta, dengan kondisi ekonomi keluarga Vanya yang sekarang tentu saja nominal biaya operasi itu sangat besar.

"Ibu tidak usah memikirkan itu, aku akan mencari cara agar ayah dapat dioperasi secepatnya."

Vanya berusaha meyakinkan ibunya yang terlihat lelah dan juga cemas, Vanya sendiri bingung di mana dia akan mendapatkan uang sebanyak itu, namun setidaknya dengan bersikap tenang dia bisa membuat ibunya tidak semakin terbebani.

"Iya Nak, Ibu percaya padamu."

Tentu saja Utari menyadari jika putrinya hanya berusaha bersikap tenang di hadapannya. Utari juga tidak mau terlihat semakin menyedihkan dengan terus cemas dan panik di hadapan putri tercintanya ini.

Mata Utari kini tertuju pada perban yang membalut tangan putrinya.

"Vanya kenapa tanganmu Nak?" Wajah Utari terlihat panik begitu melihat perban putih yang membalut tangan putrinya.

"Tidak apa-apa Ibu, ini hanya luka kecil."

Vanya menjawab pertanyaan ibunya tanpa menyebut kecelakaan yang menimpanya, dia tidak mau menambah beban pikiran Ibunya.

"Kamu yakin? Apakah perlu diperiksa ke dokter? Bagaimana bisa kamu mengendarai motor dari Jakarta ke Bogor dengan tangan seperti itu?"

Utari kembali bertanya karena khawatir jika luka yang diderita anaknya lebih parah dari kelihatannya, apalagi ibunya tahu tidak mudah bagi seorang gadis menempuh perjalanan yang cukup jauh dengan menggunakan sepeda motor.

"Tidak usah Ibu... ,tadi di kantor ada sedikit insiden kecil, lagian aku tidak menggunakan motor kesini, aku diantar oleh Vicky."

Tanpa sadar Vanya menyebut nama Vicky di depan ibunya.

"Oh, Vicky?! Siapa dia?" Dengan sedikit terkejut dan menggunakan nada menggoda, Ibunya bertanya tentang pemuda yang namanya baru saja disebut oleh anaknya.

Utari sangat mengenal anaknya, dia tahu jika Vanya tidak pernah sama sekali dekat dengan pria. Vanya selalu memikirkan pendidikan dan karir jadi sangat mengejutkan saat Vanya menyebut nama seorang pria.

Vanya sontak kaget ketika ibunya bertanya tentang Vicky, dia tidak sadar sudah menyebut nama Vicky dengan santainya, wajahnya tersipu malu.

"Itu... umm... teman, Bu, iya teman..." Dengan gugup Vanya menjawab pertanyaan ibunya, matanya menatap ke plafon rumah sakit seakan-akan di plafon rumah sakit itu ada jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan ibunya.

Melihat tingkah lucu anaknya Ibu Vanya tertawa. "Ya sudah...nanti kamu harus mengenalkan Ibu ke temanmu yang bernama Vicky itu, dia sudah sangat baik mengantar kamu sampai disini."

"Iya Ibu sayang," Jawab Vanya manja kepada ibunya.

Vanya dan ibunya kembali melanjutkan pembicaraan mereka dengan suasana hati yang sedikit lebih baik.

"Pak Barry." Vicky memanggil Barry yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri.

"Iya Tuan Muda," jawab Barry sambil berjalan mendekat ke arah Tuan mudanya.

"Coba cari tahu keadaan ayah Vanya ke pihak Rumah Sakit, sekalian titip pesan ke Vanya melalui petugas jaga jika besok malam kita akan kembali ke sini."

"Siap Tuan Muda," jawab Barry yang langsung melaksanakan perintah dari Vicky.

Setelah menyampaikan itu kepada Barry, Vicky menuju halaman depan rumah sakit, beberapa saat kemudian Barry sudah menyelesaikan tugasnya. Barry segera mengambil mobil yang berada di parkiran dan menjemput Vicky yang menunggu di depan pintu masuk Rumah Sakit.

Setelah Vicky naik tak berselang lama mobil mereka meninggalkan Rumah Sakit Cipta.

"Jadi informasi apa yang Pak Barry dapat dari Rumah Sakit?" Vicky bertanya kepada Barry sambil menatap langit yang sudah terlihat mendung.

"Ayah Nona Vanya menderita gagal ginjal yang sudah cukup parah, dokter mengatakan jika Ayah Nona Vanya harus segera melakukan operasi, kebetulan beberapa hari yang lalu Rumah Sakit Cipta mendapat kabar ada pendonor yang bersedia, namun sepertinya kondisi ekonomi keluarga Nona Vanya sedang tidak baik, hal itu yang membuat operasi belum dilakukan, jadi apa perintah tuan muda?"

Barry sudah mengerti jika setelah menyampaikan informasi, Vicky pasti akan langsung meminta Barry untuk bertindak, oleh karena itu dia langsung menanyakan kepada Vicky instruksi selanjutnya.

"Kalau begitu urus semua biaya rumah sakit dan minta dokter untuk segera melakukan operasi, dan untuk masalah Eddy tadi, buat dia agar menghormati Vanya, aku tidak mau kejadian serupa kembali terjadi," balas Vicky.

"Siap Tuan Muda," jawab Barry singkat.

Ketika menoleh ke tempat di mana Vanya tadi duduk, Vicky melihat jaket biru gelap yang tadi dikenakan Vanya.

Karena tadi terburu-buru dan cemas Vanya lupa mengambil jaketnya, Vicky lalu meraih jaket yang berada di sampingnya.

Tak sengaja tangannya menyentuh saku bagian dalam jaket milik Vanya, dia menyadari ada sesuatu di dalamnya, Vicky mengeluarkan benda yang berada di saku jaket Vanya, yang ternyata adalah dompet milik Vanya.

"Gadis ceroboh," batin Vicky sambil menyunggingkan senyum tipis.

Vicky membuka dompet Vanya, di dalamnya ada beberapa lembar pecahan uang seratus ribu, kartu ATM, dan beberapa kartu identitas. Vicky menarik kartu tanda pengenal milik Vanya, dia lalu melihat data yang tertera disitu.

"2 Februari? Bukannya itu besok?" pikir Vicky sambil melihat jam tangannya.

Ketika melihat tanggal lahir Vanya terbesit sebuah ide di benak Vicky.

"Pak Barry, besok tolong buka rekening di Bank Bumi Angkasa menggunakan identitas ini."

Vicky menyerahkan kartu yang berada di tangannya kepada Barry.

"Siap Tuan Muda," balas Barry sambil menerima kartu yang diserahkan Vicky.

Barry melihat sekilas identitas yang tertera di kartu, dia lalu memasukkannya ke dalam saku jas yang dia kenakan.

Vicky kembali bersandar dan menatap keluar jendela.

"Pak Barry, bukankah suara Vanya sangat mirip dengan Kirana?"

"Iya Tuan Muda, aku juga terkejut sewaktu pertama kali mendengar suara Nona Vanya, dan yang lebih mengejutkan bahkan tanggal lahir mereka juga sama," balas Barry sambil melihat Vicky dari spion tengah mobil.

"Sebuah kebetulan satu berbanding sejuta," ucap Vicky sambil tersenyum dan kembali menatap keluar jendela.

Related chapters

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 3 | Tidak Dapat Menahan Diri

    Di rumah sakit…"Tidak ada luka serius, mungkin nanti akan sedikit terasa nyeri di bagian tubuh yang terkena benturan," dokter memberikan penjelasan kepada Vanya yang sedang memeriksakan kondisinya.Vanya mengangguk pelan,"Terima kasih Dokter, kalau begitu aku izin pamit," ucapnya dengan nada sopan, setelah itu dia keluar dari ruangan dokter yang sudah memeriksanya.Di luar ruangan, Utari menunggu putrinya dengan cemas. Namun enggan untuk bertanya lebih jauh. Wanita paruh baya itu segera menghampiri Vanya begitu melihat sang putri keluar dari ruangan."Bagaimana hasilnya, Nak? Apa kata dokter? Apa kamu baik-baik saja?""Aku baik-baik saja Ibu," balas Vanya disertai senyuman lembut kepada sang ibu.Utari menghela napas lega, "Syukurlah kalau begitu.""Ayo Ibu, aku akan memperkenalkan Ibu kepada Vicky." Ajak Vanya seraya menarik tangan sang ibu dengan semangat.“Iya… iya…” sahut Utari dan mengikuti langkah Vanya.Setibanya di lobi rumah sakit, Vanya melihat ke sekeliling lobi. Namun, di

    Last Updated : 2023-08-23
  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 4 | Hadiah Untuk Vanya

    Hati Vanya berbunga-bunga saat adegan di taman terus berputar di kepalanya. Adegan tersebut adalah momen ketika Vicky menciumnya. Bagi Vanya, ini adalah kali pertama ia menyukai seorang pria. Sejak ayahnya jatuh sakit dan bisnis keluarga mereka mengalami kemunduran, Vanya bertekad untuk fokus pada pendidikan dan karirnya untuk membantu keuangan keluarganya. Vanya tiba di depan ruangan tempat ayahnya dirawat. Ketika hendak membuka pintu, seorang dokter keluar dari ruangan tersebut. Vanya mengira mungkin itu hanya pemeriksaan rutin. Namun, begitu masuk, Vanya melihat kedua orang tuanya terlihat terkejut. "Ibu... Ayah... ada apa?" tanya Vanya kepada orang tuanya sambil menutup pintu. "Anakku," gumam Utari dengan suara yang bergetar. Ia terlihat kesulitan untuk melanjutkan kata-katanya. "Ibu, ada apa?" Vanya yang baru saja tiba menjadi panik saat melihat sikap ibunya. "Duduklah dulu, Vanya. Biar ayah yang memberitahumu," ucap Bima kepada putrinya sambil menunjuk kursi di sampin

    Last Updated : 2023-10-03
  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 5 | Manda, Tunangan Vicky

    BAB 5Seminggu berlalu sejak kejadian itu, Vicky juga sudah menempati rumah mewah pemberian Kakek Efendi. Menurut apa yang telah disepakati, besok rencananya Vicky akan diumumkan menjadi CEO di salah satu perusahaan milik Dharma Prakarsa Group.Hari ini Vicky berencana menghabiskan waktu dengan tunangannya, semenjak mereka bertunangan, ini akan menjadi pertemuan kedua mereka dan menjadi kencan pertama resmi mereka.Di halaman depan rumah mewah pemberian Kakek Efendi, terparkir mobil Honda Civic berwarna putih. Hari ini rencananya Vicky akan menggunakan mobil itu yang juga merupakan pemberian dari kakek Efendi.Hari ini Vicky mengenakan kemeja lengan panjang polos berwarna putih, dipadukan dengan celana kain berwarna abu-abu muda disertai sepatu sneakers berwarna putih. Setelah persiapan selesai, Vicky pun segera menuju mobil untuk menjemput Manda yang kini resmi menjadi tunangannya.Beberapa saat kemudian, Vicky sudah tiba disalah satu rumah mewah yang terletak di bagian Jakarta Selat

    Last Updated : 2023-10-03
  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 6 | Pelajaran Untuk Si Gembel

    "Sialan! Sialan! Sialan!" Giyan terlihat sangat marah, dia baru saja dipermalukan oleh Vicky di depan Manda dan teman- temannya."Mengapa tadi kalian hanya diam saja dan tidak membantuku," ketusnya kepada kedua orang yang ikut bersamanya."Dia tadi hanya menggenggam tanganmu, aku kira kamu tidak membutuhkan bantuan kami," ucap Andre salah satu pria yang dibawa oleh Giyan."Apa kalian tidak lihat tadi bagaimana dia meremas tanganku, genggaman bocah itu sangat kuat," keluh Giyan sambil menunjukkan tangannya kepada Andre."Ah sialan! jika nanti aku bertemu Manda, akan kutiduri gadis itu walaupun aku harus menggunakan cara kekerasan, aku akan melihat seperti apa wajah bocah itu setelah dia mengetahui jika kesucian tunangannya sudah aku rebut," geram Giyan sambil menggoyang-goyangkan tangannya yang tadi diremas Vicky.Walaupun Giyan terkenal berengsek dan sudah meniduri banyak wanita, dia masih belum pernah tidur dengan Manda. Itu karena dia berniat memikat gadis itu dengan berpura-pura me

    Last Updated : 2023-10-04
  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 7 | Kamu Bukan Lawanku

    "Vicky, kami pinjam tunanganmu dulu sebentar," ucap Dina sambil memegang lengan Manda, dia meminta izin kepada Vicky yang sedang asik membaca buku novel."Ayo Manda, di butik sebelah ada koleksi tas baru," seru Desi yang juga ikut memegang dan menarik lengan Manda dengan lembut."Iya Manda, sebelum pulang mari kita singgah di butik sebelah, aku yakin tuan pengusaha kuliner Amerika ini akan mengerti, benar ‘kan Vicky?" Tanya Vony dengan sedikit mencibir.Vicky sedikit terkejut melihat perubahan sikap ketiga sahabat Manda kepadanya. Vicky merasa setelah mereka mendapat pesan, ketiga sahabat Manda mulai bersikap aneh kepadanya."Tapi Vicky," ucap Manda sambil menatap Vicky."Tidak apa-apa, kamu pergi saja dengan mereka bertiga, aku juga masih membaca novel ini," balas Vicky sambil menunjukkan novel yang berada di tangannya ke Manda yang terlihat tidak enak meninggalkannya sendirian."Baiklah, aku janji tidak akan lama," ucap Manda sambil tersenyum kepada Vicky.Beberapa saat setelah Man

    Last Updated : 2023-10-04
  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 8 | Hari Pertama Menjadi CEO

    Dharma Prakarsa Grup merupakan grup yang menaungi beberapa perusahaan besar. Jika di gambarkan mungkin akan seperti ini.Keluarga Dharma memiliki saham sebesar 68%, disusul Keluarga Mahardika sebanyak 20%, dan gabungan beberapa keluarga lainnya sebanyak 12%.Prakarsa Wira Kanigara merupakan salah satu Perusahaan besar yang dinaungi Dharma Prakarsa Grup, perusahaan ini yang akan di pimpin oleh Vicky ke depannya.Keluarga Mahardika milik Manda hanya diberikan kewenangan untuk memilih CEO di perusahaan Prakarsa Wira Kanigara. Dan untuk perusahaan lainnya yang berada di bawah naungan grup itu, hak penunjukan CEO berada di tangan keluarga Dharma sebagai pemegang saham mayoritas di Dharma Prakarsa Grup.Hal itu yang membuat Aditya Mahardika sangat bernafsu ingin menguasai Prakarsa Wira Kanigara, karena Aditya sadar jika perusahaan lainnya tidak bisa diganggu.Vicky sendiri adalah cucu laki-laki pertama keluarga Dharma dari jalur Ibunya. Kakeknya bernama Dimas Dharma yang merupakan sahabat

    Last Updated : 2023-10-04
  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 9 | Bukan CEO Mesum

    Tentu saja ini semua adalah akting yang dipersiapkan oleh Vicky untuk menguji Devita.Mendengar ucapan Vicky, Devita langsung berdiri dari duduknya."Pak Vicky! Apa kamu pikir aku ini wanita murahan! Pak Vicky memang kaya dan juga adalah atasanku, tapi apa yang baru saja pak Vicky katakan sudah keterlaluan," seru Devita dengan mata berkaca-kaca.Setelah melihat respon dari Devita, Vicky lalu menghubungi salah satu karyawan menggunakan pesawat telepon yang berada di mejanya, dia mengatakan untuk tidak diganggu oleh siapa pun karena sedang meeting dengan Devita.Setelah itu Vicky menuju ke pintu ruang kerjanya lalu menguncinya dari dalam.Devita masih berdiri sambil menahan air matanya, saat ini dia sudah pasrah. Setelah Vicky mengunci pintu dan meminta untuk tidak diganggu, Devita sudah dapat menduga apa yang akan dilakukan oleh Vicky.Vicky kembali ke tempat duduknya, dia lalu bertanya kepada Devita."Menurutmu apa alasanku memanggilmu kesini?" tanya Vicky."Tentu saja untuk-"Belum s

    Last Updated : 2023-10-04
  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 10 | Transaksi 314 Milyar

    Devita melirik jam tangan yang berada di tangan kirinya, waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore, sudah 5 jam mereka terus bekerja. Ini adalah pertama kali bagi dia sesibuk itu di kantor, Devita merenggangkan badannya sambil memijat sendiri lehernya yang terasa sedikit tegang.Vicky yang baru saja meletakkan tumpukan dokumen yang telah Devita sortir terlihat berjalan menghampiri Devita, dengan lembut dia menawarkan diri untuk memberi pijatan kecil ke leher Devita."Sini kubantu," ucap Vicky sambil menyentuh leher bagian belakang Devita. Dia sadar jika hari ini Devita sudah bekerja keras dengan menyortir tumpukan dokumen penting seorang diri, sedangkan dia yang masih belum terbiasa dengan berbagai jenis dokumen, hanya membantu Devita memindahkan tumpukan dokumen itu."Tidak usah Pak Vicky," balas Devita menolak halus tawaran dari Vicky."Sudah, tidak apa-apa, kamu memang membutuhkan ini, sejak tadi kamulah yang paling bekerja keras, anggap saja ini sebagai ucapan terima kasihku," ucap

    Last Updated : 2023-10-04

Latest chapter

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 122 | Bersama Untuk Selamanya [TAMAT]

    8 bulan kemudian... Karena permintaan Vladimir, Vicky dan Vanya akhirnya menetap di Rusia sampai tiba waktunya Vanya melahirkan nanti. Bima dan Utari juga tidak mempermasalahkan hal itu, rencananya Vicky dan Vanya baru ke Indonesia begitu usia kandungan Vanya memasuki bulan ke sembilan. Vicky memang sudah berniat agar saat Vanya melahirkan nanti bisa di dampingi oleh kedua orang tuanya. Selama Vicky dan Vanya berada di Rusia, Vincent di kirim ke Indonesia untuk menggantikan Vicky mengurus Dharma Prakarsa Grup. Alyona yang memiliki beberapa perusahaan di Singapura juga turut mengurus Grup perusahaan itu. Berkat kemampuan Kakak beradik ini, hanya dalam waktu enam bulan, Dharma Prakarsa Grup terbang tinggi dan menjadi salah satu Grup perusahaan terbesar di Indonesia. Setara dengan Grup Barata milik Gunnadi, dan juga Grup Adhitama milik Ezra sahabat Arthur dan Laras. Posisi Bimo dan Hendro di Dharma Prakarsa Grup di pulihkan oleh Dimas, ini juga atas permintaan langsung Arthur dan Lar

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 121 | Kartu Mati Vladimir

    “Baiklah, kalian tunggu disini saja, biar aku dan Vanya yang menemui Kakek Vladimir,” ucap Bella. “Ayo Vanya,” sambungnya sambil menarik pelan lengan Vanya. Vanya tersenyum dan beranjak dari duduknya, nasib Ivan, Jafin dan Billy sekarang berada di tangan dua wanita cantik itu. Sambil berjalan menuju meja Vladimir dan para orang tua berada, Bella dan Vanya mulai mendiskusikan strategi mereka sambil berbisik, wajah Vanya berubah terkejut dia tampak menutup mulutnya menahan tawa mendengar rencana Bella. “Sekarang kamu paham kan?” Tanya Bella ke Vanya. Vanya menganggukkan kepalanya mereka berdua tampak beradu telapak tangan pelan sebelum menjalankan aksi mereka. Nabila, Olma dan Alexa kompak tertawa kecil melihat tingkah mereka yang menggemaskan, mereka pun menebak-nebak akan seperti apa cara Bella dan Vanya membujuk Vladimir. “Bella yang mengambil kendali, sepertinya kali ini mereka akan berhasil,” ucap Nabila. “Tentu saja, siapa dulu suaminya,” ujar Austin berbangga diri. “Maaf

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 120 | Pelatihan

    Arthur, Laras, Vicky dan Vanya akhirnya tiba di Rusia, karangan bunga ucapan selamat untuk kehamilan Vanya berjajar rapi di sepanjang kediaman keluarga Vladislav. Di halaman depan, terilihat Vladimir dan ke empat senior Vicky bersama para istri mereka sudah menunggu kedatangan Vicky dan Vanya. Begitu turun dari mobil, Vicky dan Vanya langsung menghampiri Vladimir yang terus tersenyum bahagia, dengan sopan mereka berdua menyapa Vladimir, lalu menyapa para seniornya. Para bawahan keluarga Vladislav yang mengetahui kabar kehamilan Vanya sebenarnya berniat datang dan ikut merayakan kabar bahagia ini. Namun dengan berbagai pertimbangan, Vladimir akhirnya membatalkan hal itu, salah satu pertimbangan Vladimir karena sadar jika cucu mantunya itu butuh istirahat, jika sampai acara penyambutan besar-besaran di lakukan, bisa di pastikan Vanya akan sibuk menyapa para tamu yang jumlahnya tidak sedikit, dan tentu itu akan berbahaya untuk kandungannya. Nabila, Bella, Olma dan Alexa langsung memi

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 119 | Sad Boy

    Karena Vincent sudah setuju dengan permintaannya, Alyona langsung membuka ponselnya hendak menghubungi temannya yang bernama Ghiska Natasha. Setelah kembali ke Rusia besok, Alyona dan Vincent rencananya akan terbang ke Indonesia untuk menggantikan Vicky mengurus Dharma Prakarsa Grup milik Kakek mereka selama Vicky dan Vanya berada di Rusia. Alyona dengan bersemangat mencari nama Ghiska di kontak ponselnya, dia pun langsung menghubungi nomor Ghiska untuk mengatur jadwal bertemu di Indonesia nanti. Tut... Tut.... “Halo....” “Halo Ghiska, ini aku Alyona,” ucap Alyona. “Hmm... Alyona?” Tanya Ghiska. “Astaga kamu jahat sekali karena tidak mengingatku, Alyona di Singapura, kita bertemu setahun yang lalu.” “Ohh.. Iya! Aku ingat si cantik bermata biru! Apa kabar?!” Tanya Ghiska yang akhirnya bisa mengingat Alyona. “Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?” “Sama... aku juga baik-baik saja, hah... aku sudah beberapa kali mencoba menghubungi nomormu yang dulu, tapi tidak pernah tersambu

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 118 | Kecebong Yang Gesit

    Vicky, Vanya bersama Arthur dan Laras baru saja tiba di bandara, pagi ini mereka akan kembali ke Rusia menggunakan pesawat pribadi keluarga Vladislav. Empat orang dokter terlihat ikut bersama mereka, para dokter ini adalah dokter yang di rekomendasikan Luke untuk mengawal Vanya kembali ke Rusia. Semalam Arthur yang sangat mencemaskan keadaan menantunya langsung meminta Luke memilih empat Dokter terbaik untuk terbang bersama mereka ke Rusia. “Hahaha! Aku akan jadi Kakek, kamu tidak bisa meledekku lagi seperti kemarin berengsek!” Terdengar suara Arthur yang sedang berbicara melalui telepon dengan sahabatnya, sejak mengetahui kabar menantunya hamil, dia terus-menerus mendapat panggilan telepon dari berbagai negara untuk memberi dia ucapan selamat. Saking senangnya, Arthur bahkan sampai lupa memberitahu Vladimir tentang kabar bahagia ini. Vicky, Vanya dan Laras terus tertawa melihat Arthur yang layaknya anak kecil sedang memamerkan mainan barunya. Sambil menunggu pesawat selesai peng

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 117 | Berkali-kali dalam Sehari

    Arthur dan Laras langsung bergegas menuju hotel tempat Vicky dan Vanya berada setelah mendengar kabar dari Vicky jika Vanya tiba-tiba sakit. Sesampainya di hotel, mereka langsung menuju kamar Vicky, raut wajah mereka terlihat begitu cemas, khawatir jika keputusan mereka mempertemukan Vicky dan Kirana malah berakhir buruk untuk Vanya. Ceklek! Arthur dan Laras langsung membuka pintu kamar Vicky, mereka berdua sontak terkejut begitu melihat Vanya yang baik-baik saja sedang tertawa bersama Kirana di dalam kamar. “Vanya? Bukannya kamu sedang sakit?” Tanya Laras. Vanya dan Kirana kompak menoleh, mereka berdua beranjak dari duduknya dan segera menghampiri Laras. “Aku tadi hanya kelelahan ibu,” jawab Vanya mempersilakan Laras dan Arthur masuk ke dalam kamar. “Jadi kamu baik-baik saja?” Tanya Laras lagi memastikan. “Iya Ibu, aku baik-baik saja,” jawab Vanya sambil tersenyum. “Lalu mengapa tadi Vicky mengatakan....” Arthur terdiam tidak menyelesaikan ucapannya, dia lalu menghela nafasn

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 116 | Rahasiaku

    Tidak ingin merahasiakan apapun lagi dari Vanya, Vicky akhirnya memutuskan untuk menceritakan semuanya kepada Vanya. Mulai dari momen ketika mendapat kabar Kirana meninggal, kabar kematian kedua orang tuanya, dan juga pertunangannya dengan Manda. Setelah itu, Vicky lalu menceritakan momen dimana terjadi kesalahpahaman antara dirinya dan Vanya karena perbuatan Manda. Wajah Vanya berubah sedih ketika mengingat momen menyakitkan itu, momen dimana dia akhirnya harus menunggu kepulangan Vicky yang tidak jelas kapan waktunya. “Waktu itu aku menjalani misi pelatihan militer keluargaku, aku tidak tahu apakah aku masih bisa pulang dengan selamat, karena itulah aku memilih tidak memberitahu kamu,” ucap Vicky, wajahnya juga terlihat sedih sewaktu menjelaskan tentang hal itu ke Vanya. Vanya tentu sedikit terkejut mendengar ada pelatihan seperti itu di keluarga suaminya, dalam hati dia merasa bersyukur karena Vicky kembali dengan selamat. Vicky kembali melanjutkan ceritanya, Vanya benar-benar

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 115 | Aku Sangat Mencintaimu

    “Vicky... aku masih mencintaimu, bagaimana denganmu? Apakah kamu juga masih mencintaiku?” Tanya Kirana berterus terang dengan perasaannya.Pertanyaan Kirana sontak mengejutkan Vicky, dia tidak menyangka jika mantan tunangannya akan bertanya tentang hal itu.Vicky meraih kedua tangan Kirana, sambil tersenyum dia menatap wajah cantik mantan tunangannya itu.“Kirana... awalnya aku juga sempat bingung dengan perasaanku sendiri ketika pertama kali melihat dirimu, dan aku yakin kamu sedang merasakan hal yang sama saat ini.”“Tapi berkat kamu yang bertanya apa saja yang telah aku alami beberapa tahun terakhir ini membuatku kembali mengingat bagaimana perjuangan Vanya yang tetap setia menungguku kembali dari misi pelatihan keluargaku, begitu banyak airmata yang telah dia tumpahkan untukku, dan begitu banyak pengorbanan yang telah dia lakukan selama menungguku.”“Vanya menghiburku di kala ku sedih, dia merawat hatiku yang terluka dengan cinta yang tulus, kehadirannya membuatku merasa bahagia d

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 114 | Hati Yang Terbelah

    Vanya tersenyum, dengan suara lembut dia berkata, “Kamu sudah menolongku berulang kali, sebagai istrimu, biarkan aku yang menolongmu kali ini, aku tahu hatimu sakit, aku tahu hatimu terluka, Sayang... apa kamu kira aku tahan melihatmu seperti ini.”Vicky terdiam, dia menunduk sambil menghela nafasnya.“Sayang... bukankah aku selalu bilang jika aku percaya kepadamu, dan untuk kali ini aku akan kembali mengatakannya, aku akan selalu percaya kepadamu, dan tak akan pernah meragukanmu sedikit pun, selesaikan urusan kalian secara baik-baik, itu akan menjadi obat terbaik untuk kalian berdua,” sambung Vanya.Vicky mengangkat wajahnya menatap Vanya, dia tersenyum lalu mengusap pucuk kepala vanya, merasa sangat bersyukur karena ditakdirkan menjadi pendamping Vanya.“Terima kasih sayang....” ucap Vicky yang langsung di balas senyuman hangat oleh Vanya.Vanya berjalan menuju tempat Kirana, Luke dan putra mereka berada, Vanya tersenyum lembut menyapa Kirana yang terus meneteskan air mata.Kirana

DMCA.com Protection Status