Home / Romansa / Wanita Pilihan Sang Pewaris / Chapter 1 | Aku Pacarnya !

Share

Wanita Pilihan Sang Pewaris
Wanita Pilihan Sang Pewaris
Author: MAMAZAN

Chapter 1 | Aku Pacarnya !

Author: MAMAZAN
last update Last Updated: 2023-08-23 21:04:55

"Pak Barry, apa yang terjadi?" Vicky bertanya kepada pria yang sedang mengemudikan mobil karena kendaraan mereka yang tiba-tiba berhenti.

"Maaf Tuan Muda, sepertinya di depan kita ada tabrakan," jawab Barry sambil mencoba mencari celah agar kendaraan mereka bisa lewat.

"Oh ...," balas Vicky singkat, dia kembali bersandar di kursi sambil menatap kosong ke arah gedung-gedung yang menjulang tinggi.

Beberapa menit kemudian akhirnya kendaraan yang berada di depan mereka mulai bergerak.

Barry juga mulai menginjak pedal gas, perlahan kendaraan mereka mulai jalan diikuti beberapa mobil yang ikut terjebak di belakang mereka.

Akhirnya Vicky bisa melihat kendaraan yang terlibat tabrakan, sebuah Mobil Mercedes hitam dan sebuah motor matik.

Mobil Mercedes hitam itu terlihat mengalami kerusakan di bagian bumper kiri, dan terlihat goresan panjang dari pintu belakang sampai pintu depan, bumper depan mobil itu juga terlihat rusak karena menabrak pembatas jalan.

Di depan mobil Mercedes itu samar-samar terlihat dua orang yang sedang berdebat.

Ketika mobil mereka berada tepat di samping kedua orang yang terlibat kecelakaan, Vicky menurunkan sedikit kaca mobilnya.

Dia melihat seorang gadis berusia sekitar 24 tahun, mengenakan celana berbahan jins dan jaket berwarna biru gelap sedang menangis, di depannya seorang pria berumur sekitar 45 tahun berdiri dengan ekspresi wajah marah, Vicky hanya melihat sekilas untuk menghilangkan rasa penasarannya.

Ketika Vicky hendak menutup kaca mobilnya, terdengar suara perempuan tadi dengan nada memelas.

"Tolong Pak beri aku waktu, aku pasti akan mengganti biaya perbaikan mobil Bapak."

Mendengar suara gadis itu, Vicky tersentak kaget.

"Pak Barry, tolong berhenti!" Seru Vicky sambil menoleh ke arah gadis tadi.

"Siap Tuan Muda," balas Barry, dia menyalakan lampu sein dan menepikan mobilnya.

Begitu mobilnya berhenti, Vicky bergegas membuka pintu, dia lalu turun dan berjalan ke tempat dua orang tadi.

"Aku tidak mau tahu! Pokoknya ganti sekarang!" Bentak Eddy dengan suara tinggi.

"Aku sedang terburu-buru Pak, ayahku masuk rumah sakit dan-"

Belum sempat Vanya menyelesaikan kalimatnya, pria pemilik mobil Mercedes ini langsung memotong sambil berteriak kencang.

"Alasan! Kamu mau kabur, 'kan!" Hardik Eddy sambil menunjuk wajah Vanya.

"Maaf, apa permasalahannya?" Tanya Vicky kepada Pria pemilik mobil Mercedes hitam begitu dia berada di samping gadis yang terlibat tabrakan.

"Siapa kamu tidak usah ikut campur!"

Eddy menjawab sambil menunjuk wajah Vicky dengan emosi meledak-ledak.

Sambil mengusap air matanya, Vanya yang sedang menangis ikut menoleh ke arah Vicky, dia melihat sosok pemuda berusia sekitar 20 tahun berdiri di dekatnya sambil mengenakan setelan jas mewah berwarna hitam.

Walaupun Vicky sudah mencoba bersikap sopan, ternyata Eddy membalas dengan cara yang kurang baik, hal itu membuat Vicky menjadi jengkel.

"Aku berhak ikut campur!" Teriak Vicky dengan nada suara yang mulai naik.

Eddy yang sedang marah terlihat terkejut, sama halnya dengan Vanya, dia juga terkejut karena tidak mengenali pemuda yang berdiri di sampingnya.

"Hah?! Memang kamu siapanya Vanya?!"

Dengan arogan Eddy mempertanyakan status dari Pemuda yang baru saja tiba.

"Aku Pacarnya!" Tegas Vicky.

Vanya yang berada di samping Vicky terlihat semakin terkejut, dia sama sekali tidak mengenali pemuda yang saat ini mengaku sebagai pacarnya.

Mendengar jawaban Vicky membuat Eddy semakin marah, dia lalu menoleh ke Vanya.

"Oh jadi begitu, Vanya... ternyata kamu sudah punya pacar anak orang kaya, bagus! Aku mau lihat dari keluarga mana anak ini," ucap Eddy dengan sikap arogan.

Vanya menoleh ke arah Vicky, dia sekali lagi memastikan apakah dia mengenal pemuda yang berada di sampingnya, namun setelah melihatnya lagi, Vanya semakin yakin jika dia sama sekali tidak mengenali pemuda itu.

Vanya langsung ingin menjelaskan kepada Eddy jika dirinya tidak mengenal pemuda itu, Vanya tahu jika pemuda di sampingnya ini ingin membantunya, namun dia tidak ingin menyebabkan masalah kepada pemuda itu.

"Dia buk-"

Belum selesai Vanya berbicara, Vicky sudah memberi kode dengan tangannya meminta Vanya untuk diam, entah mengapa Vanya menuruti kata-kata dari pemuda yang dia tidak kenal ini.

Mendengar Pria di depannya menyebut nama wanita ini, Vicky bisa mengambil kesimpulan jika ini bukan kecelakaan biasa. Vicky lalu kembali menatap pria tadi dengan tatapan dingin.

"Berapa?" Vicky bertanya kepada Eddy biaya yang harus di bayar oleh Vanya.

"Berapa apanya! Ini tidak ada hubungannya dengan-"

"Berapa?" dengan tatapan dingin, Vicky memotong perkataan Eddy.

Vicky terus bertanya kepada Eddy berapa biaya perbaikan mobil yang harus diganti.

Ketika Eddy ingin kembali menghardik Vicky, tiba-tiba Barry memundurkan mobil yang mereka kendarai dan berhenti tepat di samping Vicky.

Mata Eddy yang sedang marah kini tertuju pada pelat nomor dari mobil itu, bukan kode B yang ada di situ namun kode CD 88 yang merupakan pelat mobil khusus untuk diplomat asal negara Rusia.

Tak lama kemudian, Barry juga ikut turun, semua orang yang melihat perawakan Barry tentunya akan paham jika dia bukan hanya sopir biasa, walaupun usianya sudah lebih dari 50 tahun, badan tegap seperti prajurit dan aura yang dikeluarkan oleh Barry tidak seperti sopir, malah lebih seperti bos-bos besar perusahaan.

"Ada apa Tuan Muda?" Tanya Barry dengan sedikit menunduk kepada Vicky. Tentu saja itu lagi-lagi tidak mencerminkan sikap sopir pada umumnya.

"Pak Barry, urus kerusakan mobil pria ini, motor yang tergeletak di sana juga tolong bereskan," perintah Vicky sambil menunjuk motor milik Vanya yang berada di samping mobil Mercedes Hitam milik Eddy.

"Siap Tuan Muda," balas Barry.

Setelah menyampaikan hal tersebut Vicky lalu menoleh ke gadis yang berada di sampingnya.

"Apakah kakimu terluka?" Vicky bertanya kepada Vanya dengan nada yang lembut dan disertai tatapan ramah, sangat berbeda ketika dia sedang berbicara dengan Eddy.

"Tidak apa-apa hanya tanganku yang sedikit terluka," jawab Vanya dengan sedikit gugup sembari menatap wajah pemuda yang baru saja mengaku sebagai pacarnya.

"Tetap saja kita harus memeriksa keadaanmu di rumah sakit, ayo ikut aku."

Vicky lalu merangkul Vanya dan menuntunnya ke mobil yang tadi mereka kendarai, entah mengapa kali ini Vanya juga tidak menolak dan menuruti kata-kata pria yang baru saja dia temui.

Eddy berniat menghentikan mereka berdua, namun Barry dengan sekejap berdiri tepat di hadapannya, badan tegap Barry menutupi pandangan Eddy.

Eddy sebenarnya ingin marah, namun begitu melihat Barry, dia mengurungkan niatnya. Tentu saja Eddy tidak bodoh, dia tahu bahwa tidak sembarang orang yang bisa mengendarai mobil dengan nomor pelat spesial tersebut.

Barry terus menatap Eddy dengan tatapan dingin.

Melihat tatapan dingin dari Barry, Eddy menjadi sadar, jika dia bertindak lebih jauh Barry tidak akan segan-segan untuk menghajarnya, dan instingnya juga mengatakan walaupun dia memiliki banyak uang, itu tidak akan sebanding dengan latar belakang keluarga pria yang sedang berdiri di hadapannya.

Vicky membuka pintu mobil di bagian kursi penumpang, dia lalu membantu Vanya untuk naik, begitu duduk Vanya menoleh ke belakang, dari kaca mobil belakang dia melihat Eddy sedang berbicara dengan pria yang bernama Barry.

Dapat terlihat jelas dari gestur tubuhnya bahwa Eddy tidak lagi menunjukkan sikap angkuh seperti yang tadi dia tunjukkan, Vanya lalu menoleh ke Vicky.

"Maaf, aku tidak tahu bagaimana atau kapan aku akan membayar dan membalas kebaikanmu, tapi saat ini aku benar-benar sedang terburu-buru, saat ini ayahku pingsan dan sedang dirawat dirumah sakit."

Vanya berusaha menjelaskan keadaannya kepada Vicky yang saat ini sudah duduk di sampingnya.

"Di rumah sakit mana ayahmu dirawat?" Vicky balik bertanya kepada Vanya.

"Di Bogor tepatnya di Rumah Sakit Cipta," jawab Vanya sambil memegang bahunya yang terasa sakit akibat tabrakan tadi.

"Baiklah aku akan mengantarmu ke rumah sakit itu, kita juga harus memeriksa kondisimu," balas Vicky.

Vanya kembali menolak dengan sopan tawaran dari Vicky, dia tidak ingin lagi merepotkan pemuda yang baru saja menolongnya.

Namun, dengan senyum lembut Vicky mengatakan jika itu tidak merepotkan sama sekali dan kebetulan tujuan mereka juga di kota Bogor.

Vicky lalu mengeluarkan kotak P3K yang berada di mobil, dia mulai mengobati luka lecet yang berada di telapak tangan Vanya. Vicky juga memperhatikan tubuh Vanya karena takut ada luka di bagian tubuh yang lain.

Setelah beberapa saat mengamati, tidak ada luka lain selain dari luka lecet yang ada di telapak tangan Vanya.

Mungkin itu karena Vanya menggunakan pakaian dengan bahan yang cukup tebal, sehingga kondisi gadis yang duduk di sampingnya ini tidak terlalu parah.

Vicky juga meminta Vanya untuk melepaskan jaket yang dia kenakan, dia ingin memastikan jika tidak ada lagi luka di tempat lain.

Vanya membuka jaketnya dan meletakkannya di bagian kiri tempat duduk, Vicky juga ikut membantu Vanya yang terlihat sesekali meringis menahan sakit.

Setelah melihat dengan seksama, Vicky akhirnya benar-benar bisa memastikan jika hanya tangan Vanya yang terluka, dia lalu mengambil perban di kotak P3K dan membalut tangan Vanya. Vicky juga mengambil sebotol air mineral dari cup holder yang berada di depannya.

Tak lama kemudian Barry telah kembali ke mobil meninggalkan pria pemilik mobil mercedes itu.

"Pak Barry tolong antarkan kami ke rumah Sakit Cipta di Bogor terlebih dahulu," ucap Vicky sambil memberikan sebotol air mineral kepada Vanya.

"Siap tuan muda," jawab Barry dengan sopan.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sri Intan Hilmiah
mengesankan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 2 | Gadis Ceroboh

    Beberapa saat kemudian, mobil mereka sudah masuk ke dalam Tol Jagorawi, saat ini keadaan jalan tidak begitu ramai, sehingga mobil mereka bisa melaju dengan bebas.Sejak meninggalkan lokasi kecelakaan tadi, Vicky tidak lagi berbicara, dalam diam matanya menatap keluar jendela dengan tatapan kosong seakan pikirannya jauh di tempat lain.Keadaan hening ini membuat Vanya sedikit tidak enak, dia akhirnya berusaha membuka percakapan untuk memecah keheningan, di benaknya hanya itu yang bisa dia lakukan kepada pemuda yang telah menolongnya itu, dia setidaknya harus bersikap ramah dan bersahabat."Uhmm...." Vanya tampak ingin mengucapkan sesuatu, tapi belum sempat berbicara, dia langsung mengurungkan niatnya dan kejadian itu terjadi beberapa kali.Tentu saja Vicky menyadari hal tersebut, dia tahu saat ini wanita yang dia tolong sedang berusaha memulai pembicaraan untuk memecah keheningan, karena tidak ingin membuat Vanya semakin canggung, Vicky pun berinisiatif membuka pembicaraan terlebih dah

    Last Updated : 2023-08-23
  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 3 | Tidak Dapat Menahan Diri

    Di rumah sakit…"Tidak ada luka serius, mungkin nanti akan sedikit terasa nyeri di bagian tubuh yang terkena benturan," dokter memberikan penjelasan kepada Vanya yang sedang memeriksakan kondisinya.Vanya mengangguk pelan,"Terima kasih Dokter, kalau begitu aku izin pamit," ucapnya dengan nada sopan, setelah itu dia keluar dari ruangan dokter yang sudah memeriksanya.Di luar ruangan, Utari menunggu putrinya dengan cemas. Namun enggan untuk bertanya lebih jauh. Wanita paruh baya itu segera menghampiri Vanya begitu melihat sang putri keluar dari ruangan."Bagaimana hasilnya, Nak? Apa kata dokter? Apa kamu baik-baik saja?""Aku baik-baik saja Ibu," balas Vanya disertai senyuman lembut kepada sang ibu.Utari menghela napas lega, "Syukurlah kalau begitu.""Ayo Ibu, aku akan memperkenalkan Ibu kepada Vicky." Ajak Vanya seraya menarik tangan sang ibu dengan semangat.“Iya… iya…” sahut Utari dan mengikuti langkah Vanya.Setibanya di lobi rumah sakit, Vanya melihat ke sekeliling lobi. Namun, di

    Last Updated : 2023-08-23
  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 4 | Hadiah Untuk Vanya

    Hati Vanya berbunga-bunga saat adegan di taman terus berputar di kepalanya. Adegan tersebut adalah momen ketika Vicky menciumnya. Bagi Vanya, ini adalah kali pertama ia menyukai seorang pria. Sejak ayahnya jatuh sakit dan bisnis keluarga mereka mengalami kemunduran, Vanya bertekad untuk fokus pada pendidikan dan karirnya untuk membantu keuangan keluarganya. Vanya tiba di depan ruangan tempat ayahnya dirawat. Ketika hendak membuka pintu, seorang dokter keluar dari ruangan tersebut. Vanya mengira mungkin itu hanya pemeriksaan rutin. Namun, begitu masuk, Vanya melihat kedua orang tuanya terlihat terkejut. "Ibu... Ayah... ada apa?" tanya Vanya kepada orang tuanya sambil menutup pintu. "Anakku," gumam Utari dengan suara yang bergetar. Ia terlihat kesulitan untuk melanjutkan kata-katanya. "Ibu, ada apa?" Vanya yang baru saja tiba menjadi panik saat melihat sikap ibunya. "Duduklah dulu, Vanya. Biar ayah yang memberitahumu," ucap Bima kepada putrinya sambil menunjuk kursi di sampin

    Last Updated : 2023-10-03
  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 5 | Manda, Tunangan Vicky

    BAB 5Seminggu berlalu sejak kejadian itu, Vicky juga sudah menempati rumah mewah pemberian Kakek Efendi. Menurut apa yang telah disepakati, besok rencananya Vicky akan diumumkan menjadi CEO di salah satu perusahaan milik Dharma Prakarsa Group.Hari ini Vicky berencana menghabiskan waktu dengan tunangannya, semenjak mereka bertunangan, ini akan menjadi pertemuan kedua mereka dan menjadi kencan pertama resmi mereka.Di halaman depan rumah mewah pemberian Kakek Efendi, terparkir mobil Honda Civic berwarna putih. Hari ini rencananya Vicky akan menggunakan mobil itu yang juga merupakan pemberian dari kakek Efendi.Hari ini Vicky mengenakan kemeja lengan panjang polos berwarna putih, dipadukan dengan celana kain berwarna abu-abu muda disertai sepatu sneakers berwarna putih. Setelah persiapan selesai, Vicky pun segera menuju mobil untuk menjemput Manda yang kini resmi menjadi tunangannya.Beberapa saat kemudian, Vicky sudah tiba disalah satu rumah mewah yang terletak di bagian Jakarta Selat

    Last Updated : 2023-10-03
  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 6 | Pelajaran Untuk Si Gembel

    "Sialan! Sialan! Sialan!" Giyan terlihat sangat marah, dia baru saja dipermalukan oleh Vicky di depan Manda dan teman- temannya."Mengapa tadi kalian hanya diam saja dan tidak membantuku," ketusnya kepada kedua orang yang ikut bersamanya."Dia tadi hanya menggenggam tanganmu, aku kira kamu tidak membutuhkan bantuan kami," ucap Andre salah satu pria yang dibawa oleh Giyan."Apa kalian tidak lihat tadi bagaimana dia meremas tanganku, genggaman bocah itu sangat kuat," keluh Giyan sambil menunjukkan tangannya kepada Andre."Ah sialan! jika nanti aku bertemu Manda, akan kutiduri gadis itu walaupun aku harus menggunakan cara kekerasan, aku akan melihat seperti apa wajah bocah itu setelah dia mengetahui jika kesucian tunangannya sudah aku rebut," geram Giyan sambil menggoyang-goyangkan tangannya yang tadi diremas Vicky.Walaupun Giyan terkenal berengsek dan sudah meniduri banyak wanita, dia masih belum pernah tidur dengan Manda. Itu karena dia berniat memikat gadis itu dengan berpura-pura me

    Last Updated : 2023-10-04
  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 7 | Kamu Bukan Lawanku

    "Vicky, kami pinjam tunanganmu dulu sebentar," ucap Dina sambil memegang lengan Manda, dia meminta izin kepada Vicky yang sedang asik membaca buku novel."Ayo Manda, di butik sebelah ada koleksi tas baru," seru Desi yang juga ikut memegang dan menarik lengan Manda dengan lembut."Iya Manda, sebelum pulang mari kita singgah di butik sebelah, aku yakin tuan pengusaha kuliner Amerika ini akan mengerti, benar ‘kan Vicky?" Tanya Vony dengan sedikit mencibir.Vicky sedikit terkejut melihat perubahan sikap ketiga sahabat Manda kepadanya. Vicky merasa setelah mereka mendapat pesan, ketiga sahabat Manda mulai bersikap aneh kepadanya."Tapi Vicky," ucap Manda sambil menatap Vicky."Tidak apa-apa, kamu pergi saja dengan mereka bertiga, aku juga masih membaca novel ini," balas Vicky sambil menunjukkan novel yang berada di tangannya ke Manda yang terlihat tidak enak meninggalkannya sendirian."Baiklah, aku janji tidak akan lama," ucap Manda sambil tersenyum kepada Vicky.Beberapa saat setelah Man

    Last Updated : 2023-10-04
  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 8 | Hari Pertama Menjadi CEO

    Dharma Prakarsa Grup merupakan grup yang menaungi beberapa perusahaan besar. Jika di gambarkan mungkin akan seperti ini.Keluarga Dharma memiliki saham sebesar 68%, disusul Keluarga Mahardika sebanyak 20%, dan gabungan beberapa keluarga lainnya sebanyak 12%.Prakarsa Wira Kanigara merupakan salah satu Perusahaan besar yang dinaungi Dharma Prakarsa Grup, perusahaan ini yang akan di pimpin oleh Vicky ke depannya.Keluarga Mahardika milik Manda hanya diberikan kewenangan untuk memilih CEO di perusahaan Prakarsa Wira Kanigara. Dan untuk perusahaan lainnya yang berada di bawah naungan grup itu, hak penunjukan CEO berada di tangan keluarga Dharma sebagai pemegang saham mayoritas di Dharma Prakarsa Grup.Hal itu yang membuat Aditya Mahardika sangat bernafsu ingin menguasai Prakarsa Wira Kanigara, karena Aditya sadar jika perusahaan lainnya tidak bisa diganggu.Vicky sendiri adalah cucu laki-laki pertama keluarga Dharma dari jalur Ibunya. Kakeknya bernama Dimas Dharma yang merupakan sahabat

    Last Updated : 2023-10-04
  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 9 | Bukan CEO Mesum

    Tentu saja ini semua adalah akting yang dipersiapkan oleh Vicky untuk menguji Devita.Mendengar ucapan Vicky, Devita langsung berdiri dari duduknya."Pak Vicky! Apa kamu pikir aku ini wanita murahan! Pak Vicky memang kaya dan juga adalah atasanku, tapi apa yang baru saja pak Vicky katakan sudah keterlaluan," seru Devita dengan mata berkaca-kaca.Setelah melihat respon dari Devita, Vicky lalu menghubungi salah satu karyawan menggunakan pesawat telepon yang berada di mejanya, dia mengatakan untuk tidak diganggu oleh siapa pun karena sedang meeting dengan Devita.Setelah itu Vicky menuju ke pintu ruang kerjanya lalu menguncinya dari dalam.Devita masih berdiri sambil menahan air matanya, saat ini dia sudah pasrah. Setelah Vicky mengunci pintu dan meminta untuk tidak diganggu, Devita sudah dapat menduga apa yang akan dilakukan oleh Vicky.Vicky kembali ke tempat duduknya, dia lalu bertanya kepada Devita."Menurutmu apa alasanku memanggilmu kesini?" tanya Vicky."Tentu saja untuk-"Belum s

    Last Updated : 2023-10-04

Latest chapter

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 122 | Bersama Untuk Selamanya [TAMAT]

    8 bulan kemudian... Karena permintaan Vladimir, Vicky dan Vanya akhirnya menetap di Rusia sampai tiba waktunya Vanya melahirkan nanti. Bima dan Utari juga tidak mempermasalahkan hal itu, rencananya Vicky dan Vanya baru ke Indonesia begitu usia kandungan Vanya memasuki bulan ke sembilan. Vicky memang sudah berniat agar saat Vanya melahirkan nanti bisa di dampingi oleh kedua orang tuanya. Selama Vicky dan Vanya berada di Rusia, Vincent di kirim ke Indonesia untuk menggantikan Vicky mengurus Dharma Prakarsa Grup. Alyona yang memiliki beberapa perusahaan di Singapura juga turut mengurus Grup perusahaan itu. Berkat kemampuan Kakak beradik ini, hanya dalam waktu enam bulan, Dharma Prakarsa Grup terbang tinggi dan menjadi salah satu Grup perusahaan terbesar di Indonesia. Setara dengan Grup Barata milik Gunnadi, dan juga Grup Adhitama milik Ezra sahabat Arthur dan Laras. Posisi Bimo dan Hendro di Dharma Prakarsa Grup di pulihkan oleh Dimas, ini juga atas permintaan langsung Arthur dan Lar

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 121 | Kartu Mati Vladimir

    “Baiklah, kalian tunggu disini saja, biar aku dan Vanya yang menemui Kakek Vladimir,” ucap Bella. “Ayo Vanya,” sambungnya sambil menarik pelan lengan Vanya. Vanya tersenyum dan beranjak dari duduknya, nasib Ivan, Jafin dan Billy sekarang berada di tangan dua wanita cantik itu. Sambil berjalan menuju meja Vladimir dan para orang tua berada, Bella dan Vanya mulai mendiskusikan strategi mereka sambil berbisik, wajah Vanya berubah terkejut dia tampak menutup mulutnya menahan tawa mendengar rencana Bella. “Sekarang kamu paham kan?” Tanya Bella ke Vanya. Vanya menganggukkan kepalanya mereka berdua tampak beradu telapak tangan pelan sebelum menjalankan aksi mereka. Nabila, Olma dan Alexa kompak tertawa kecil melihat tingkah mereka yang menggemaskan, mereka pun menebak-nebak akan seperti apa cara Bella dan Vanya membujuk Vladimir. “Bella yang mengambil kendali, sepertinya kali ini mereka akan berhasil,” ucap Nabila. “Tentu saja, siapa dulu suaminya,” ujar Austin berbangga diri. “Maaf

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 120 | Pelatihan

    Arthur, Laras, Vicky dan Vanya akhirnya tiba di Rusia, karangan bunga ucapan selamat untuk kehamilan Vanya berjajar rapi di sepanjang kediaman keluarga Vladislav. Di halaman depan, terilihat Vladimir dan ke empat senior Vicky bersama para istri mereka sudah menunggu kedatangan Vicky dan Vanya. Begitu turun dari mobil, Vicky dan Vanya langsung menghampiri Vladimir yang terus tersenyum bahagia, dengan sopan mereka berdua menyapa Vladimir, lalu menyapa para seniornya. Para bawahan keluarga Vladislav yang mengetahui kabar kehamilan Vanya sebenarnya berniat datang dan ikut merayakan kabar bahagia ini. Namun dengan berbagai pertimbangan, Vladimir akhirnya membatalkan hal itu, salah satu pertimbangan Vladimir karena sadar jika cucu mantunya itu butuh istirahat, jika sampai acara penyambutan besar-besaran di lakukan, bisa di pastikan Vanya akan sibuk menyapa para tamu yang jumlahnya tidak sedikit, dan tentu itu akan berbahaya untuk kandungannya. Nabila, Bella, Olma dan Alexa langsung memi

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 119 | Sad Boy

    Karena Vincent sudah setuju dengan permintaannya, Alyona langsung membuka ponselnya hendak menghubungi temannya yang bernama Ghiska Natasha. Setelah kembali ke Rusia besok, Alyona dan Vincent rencananya akan terbang ke Indonesia untuk menggantikan Vicky mengurus Dharma Prakarsa Grup milik Kakek mereka selama Vicky dan Vanya berada di Rusia. Alyona dengan bersemangat mencari nama Ghiska di kontak ponselnya, dia pun langsung menghubungi nomor Ghiska untuk mengatur jadwal bertemu di Indonesia nanti. Tut... Tut.... “Halo....” “Halo Ghiska, ini aku Alyona,” ucap Alyona. “Hmm... Alyona?” Tanya Ghiska. “Astaga kamu jahat sekali karena tidak mengingatku, Alyona di Singapura, kita bertemu setahun yang lalu.” “Ohh.. Iya! Aku ingat si cantik bermata biru! Apa kabar?!” Tanya Ghiska yang akhirnya bisa mengingat Alyona. “Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?” “Sama... aku juga baik-baik saja, hah... aku sudah beberapa kali mencoba menghubungi nomormu yang dulu, tapi tidak pernah tersambu

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 118 | Kecebong Yang Gesit

    Vicky, Vanya bersama Arthur dan Laras baru saja tiba di bandara, pagi ini mereka akan kembali ke Rusia menggunakan pesawat pribadi keluarga Vladislav. Empat orang dokter terlihat ikut bersama mereka, para dokter ini adalah dokter yang di rekomendasikan Luke untuk mengawal Vanya kembali ke Rusia. Semalam Arthur yang sangat mencemaskan keadaan menantunya langsung meminta Luke memilih empat Dokter terbaik untuk terbang bersama mereka ke Rusia. “Hahaha! Aku akan jadi Kakek, kamu tidak bisa meledekku lagi seperti kemarin berengsek!” Terdengar suara Arthur yang sedang berbicara melalui telepon dengan sahabatnya, sejak mengetahui kabar menantunya hamil, dia terus-menerus mendapat panggilan telepon dari berbagai negara untuk memberi dia ucapan selamat. Saking senangnya, Arthur bahkan sampai lupa memberitahu Vladimir tentang kabar bahagia ini. Vicky, Vanya dan Laras terus tertawa melihat Arthur yang layaknya anak kecil sedang memamerkan mainan barunya. Sambil menunggu pesawat selesai peng

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 117 | Berkali-kali dalam Sehari

    Arthur dan Laras langsung bergegas menuju hotel tempat Vicky dan Vanya berada setelah mendengar kabar dari Vicky jika Vanya tiba-tiba sakit. Sesampainya di hotel, mereka langsung menuju kamar Vicky, raut wajah mereka terlihat begitu cemas, khawatir jika keputusan mereka mempertemukan Vicky dan Kirana malah berakhir buruk untuk Vanya. Ceklek! Arthur dan Laras langsung membuka pintu kamar Vicky, mereka berdua sontak terkejut begitu melihat Vanya yang baik-baik saja sedang tertawa bersama Kirana di dalam kamar. “Vanya? Bukannya kamu sedang sakit?” Tanya Laras. Vanya dan Kirana kompak menoleh, mereka berdua beranjak dari duduknya dan segera menghampiri Laras. “Aku tadi hanya kelelahan ibu,” jawab Vanya mempersilakan Laras dan Arthur masuk ke dalam kamar. “Jadi kamu baik-baik saja?” Tanya Laras lagi memastikan. “Iya Ibu, aku baik-baik saja,” jawab Vanya sambil tersenyum. “Lalu mengapa tadi Vicky mengatakan....” Arthur terdiam tidak menyelesaikan ucapannya, dia lalu menghela nafasn

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 116 | Rahasiaku

    Tidak ingin merahasiakan apapun lagi dari Vanya, Vicky akhirnya memutuskan untuk menceritakan semuanya kepada Vanya. Mulai dari momen ketika mendapat kabar Kirana meninggal, kabar kematian kedua orang tuanya, dan juga pertunangannya dengan Manda. Setelah itu, Vicky lalu menceritakan momen dimana terjadi kesalahpahaman antara dirinya dan Vanya karena perbuatan Manda. Wajah Vanya berubah sedih ketika mengingat momen menyakitkan itu, momen dimana dia akhirnya harus menunggu kepulangan Vicky yang tidak jelas kapan waktunya. “Waktu itu aku menjalani misi pelatihan militer keluargaku, aku tidak tahu apakah aku masih bisa pulang dengan selamat, karena itulah aku memilih tidak memberitahu kamu,” ucap Vicky, wajahnya juga terlihat sedih sewaktu menjelaskan tentang hal itu ke Vanya. Vanya tentu sedikit terkejut mendengar ada pelatihan seperti itu di keluarga suaminya, dalam hati dia merasa bersyukur karena Vicky kembali dengan selamat. Vicky kembali melanjutkan ceritanya, Vanya benar-benar

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 115 | Aku Sangat Mencintaimu

    “Vicky... aku masih mencintaimu, bagaimana denganmu? Apakah kamu juga masih mencintaiku?” Tanya Kirana berterus terang dengan perasaannya.Pertanyaan Kirana sontak mengejutkan Vicky, dia tidak menyangka jika mantan tunangannya akan bertanya tentang hal itu.Vicky meraih kedua tangan Kirana, sambil tersenyum dia menatap wajah cantik mantan tunangannya itu.“Kirana... awalnya aku juga sempat bingung dengan perasaanku sendiri ketika pertama kali melihat dirimu, dan aku yakin kamu sedang merasakan hal yang sama saat ini.”“Tapi berkat kamu yang bertanya apa saja yang telah aku alami beberapa tahun terakhir ini membuatku kembali mengingat bagaimana perjuangan Vanya yang tetap setia menungguku kembali dari misi pelatihan keluargaku, begitu banyak airmata yang telah dia tumpahkan untukku, dan begitu banyak pengorbanan yang telah dia lakukan selama menungguku.”“Vanya menghiburku di kala ku sedih, dia merawat hatiku yang terluka dengan cinta yang tulus, kehadirannya membuatku merasa bahagia d

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 114 | Hati Yang Terbelah

    Vanya tersenyum, dengan suara lembut dia berkata, “Kamu sudah menolongku berulang kali, sebagai istrimu, biarkan aku yang menolongmu kali ini, aku tahu hatimu sakit, aku tahu hatimu terluka, Sayang... apa kamu kira aku tahan melihatmu seperti ini.”Vicky terdiam, dia menunduk sambil menghela nafasnya.“Sayang... bukankah aku selalu bilang jika aku percaya kepadamu, dan untuk kali ini aku akan kembali mengatakannya, aku akan selalu percaya kepadamu, dan tak akan pernah meragukanmu sedikit pun, selesaikan urusan kalian secara baik-baik, itu akan menjadi obat terbaik untuk kalian berdua,” sambung Vanya.Vicky mengangkat wajahnya menatap Vanya, dia tersenyum lalu mengusap pucuk kepala vanya, merasa sangat bersyukur karena ditakdirkan menjadi pendamping Vanya.“Terima kasih sayang....” ucap Vicky yang langsung di balas senyuman hangat oleh Vanya.Vanya berjalan menuju tempat Kirana, Luke dan putra mereka berada, Vanya tersenyum lembut menyapa Kirana yang terus meneteskan air mata.Kirana

DMCA.com Protection Status