Home / Romansa / Wanita Pilihan Sang Pewaris / Chapter 5 | Manda, Tunangan Vicky

Share

Chapter 5 | Manda, Tunangan Vicky

Author: MAMAZAN
last update Last Updated: 2023-10-03 18:03:20

BAB 5

Seminggu berlalu sejak kejadian itu, Vicky juga sudah menempati rumah mewah pemberian Kakek Efendi. Menurut apa yang telah disepakati, besok rencananya Vicky akan diumumkan menjadi CEO di salah satu perusahaan milik Dharma Prakarsa Group.

Hari ini Vicky berencana menghabiskan waktu dengan tunangannya, semenjak mereka bertunangan, ini akan menjadi pertemuan kedua mereka dan menjadi kencan pertama resmi mereka.

Di halaman depan rumah mewah pemberian Kakek Efendi, terparkir mobil Honda Civic berwarna putih. Hari ini rencananya Vicky akan menggunakan mobil itu yang juga merupakan pemberian dari kakek Efendi.

Hari ini Vicky mengenakan kemeja lengan panjang polos berwarna putih, dipadukan dengan celana kain berwarna abu-abu muda disertai sepatu sneakers berwarna putih. Setelah persiapan selesai, Vicky pun segera menuju mobil untuk menjemput Manda yang kini resmi menjadi tunangannya.

Beberapa saat kemudian, Vicky sudah tiba disalah satu rumah mewah yang terletak di bagian Jakarta Selatan. Setelah memarkir mobil, dia lalu menuju ke pintu rumah mewah tersebut, seorang pria berumur 48 tahun sedang tersenyum dan menyapanya.

"Vicky... selamat datang, Nak," sapa pria itu menyambut Vicky disertai senyuman ramah, pria itu adalah Aditya Mahardika,ayah dari Manda Mahardika tunangannya.

"Paman Aditya," balas Vicky disertai gestur badan yang sedikit membungkuk.

"Ayo masuk, Nak! Sambil menunggu Manda mari kita berbincang di ruang tamu," ucap Aditya kepada Vicky.

"Iya Paman," balas Vicky singkat.

Ibunya Manda bergabung dengan mereka, tidak banyak yang bisa mereka bicarakan. Pembahasan mereka hanya seputar perusahaan yang akan di pimpin oleh Vicky. Aditya menyebut beberapa nama yang bekerja di perusahaan itu, dan mengatakan jika orang-orang yang dia sebut merupakan orang-orang kepercayaan Aditya.

Aditya juga mengatakan jika dirinya yang menjabat sebagai direksi di Dharma Prakarsa Grup akan selalu mendukung setiap kebijakan Vicky. Ibu Manda yang bernama Sheila tidak terlalu banyak bicara, dia hanya ikut mengangguk ketika suaminya menjelaskan terkait masalah perusahaan.

Beberapa saat kemudian Manda telah selesai, Vicky sendiri sempat terpesona ketika melihat gaya berbusana Manda saat ini, sewaktu di acara pertunangan mereka, Manda mengenakan gaun dan riasan yang cukup tebal dan terlihat tidak cocok jika digunakan oleh gadis seusianya.

Namun, saat ini gadis yang berumur 19 tahun itu hanya mengenakan riasan tipis. Gadis itu juga mengenakan gaun putih selutut dibalut dengan jaket berbahan jeans dan sepatu Slip on berwarna putih. Gaya kasual dan riasan sederhana itu membuat aura kecantikannya semakin terlihat.

Setelah berpamitan kepada kedua orang tua Manda. Vicky dan Manda pun meninggalkan rumah mewah itu.

"Jadi, kemana kita akan pergi?" tanya Vicky kepada Manda sambil tetap fokus mengemudikan mobil.

"Di Cafe Cool, aku akan mengenalkanmu kepada beberapa sahabatku,"ucap Manda sambil menoleh ke Vicky.

"Hmm... yang di daerah Kuningan? Baiklah," balas Vicky sambil tersenyum ke arah Manda.

Saat ini Manda benar-benar senang karena bisa jalan bersama dengan tunangannya. Dia juga bisa membayangkan ekspresi sahabatnya ketika mereka melihat Vicky. Di acara pertunangan mereka, sahabat Manda tidak hadir, bukan karena mereka tidak mau, tapi karena Kakek Manda, Efendi Mahardika membuat acara itu hanya bisa dihadiri kerabat dekat saja.

Manda sendiri sempat menolak rencana perjodohan ini, dia meminta kepada ayah dan ibunya agar tidak menerima rencana Kakeknya. Namun, tentu saja permintaan itu ditolak oleh kedua orang tuanya, karena di dalam keluarga Mahardika perintah dari Kakek Manda sebagai kepala keluarga harus dipatuhi.

Hal yang membuat Manda menentang rencana kakeknya karena waktu itu Kakek Manda mengatakan jika Vicky hanya berasal dari keluarga dengan latar belakang biasa saja. Tentu saja Manda langsung menolak saat mendengar itu. Apalagi saat itu Manda sudah dekat dengan seorang pemuda yang memiliki latar belakang keluarga kaya. Manda berpikir bagaimana bisa cucu dari pemegang saham kedua terbesar di Dharma Prakarsa Grup menikahi pria dengan latar belakang biasa saja.

Namun, ketika Kakek Manda menambahkan jika tunangannya itu nantinya akan menjadi kandidat terkuat yang akan mewarisi dan menjalankan usaha keluarga Mahardika. Manda mau tidak mau harus pasrah menerima rencana perjodohan itu.

Karena hal itu pula pada saat acara tunangan mereka, Manda sengaja memakai riasan yang cukup tebal dan mengenakan gaun yang tentu saja tidak terlihat cocok jika dipakai oleh gadis seumurannya.

Namun semua berubah ketika Vicky muncul di hadapannya, ternyata calon yang dipilih kakeknya sangat tampan, saat itu juga Manda langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dan membuatnya menyesal menggunakan riasan dan gaun yang bodoh pada saat itu.

"Vicky, bisakah kamu menepikan mobilmu sebentar?" ucap Manda sambil menunjuk tempat kosong di depan sebuah ruko yang berada dipinggir jalan.

"Oke," jawab Vicky yang merasa heran dengan permintaan dari Manda. Apalagi posisi mereka saat ini sudah dekat dengan Cafe Cool, tempat janji bertemu dengan sahabatnya.

Vicky lalu menepikan mobilnya tepat di tempat yang tadi ditunjuk oleh Manda.

"Vicky sebelum aku menyampaikan ini, aku ingin meminta maaf terlebih dahulu," ucap Manda sambil menatap wajah Vicky dengan serius.

"Iya?!" balas Vicky yang semakin bertanya-tanya tentang hal penting apa yang akan disampaikan oleh Manda.

"Tiga orang sahabatku yang akan kita temui berasal dari keluarga yang cukup kaya," ucap Manda dengan nada lembut. Manda berusaha agar Vicky tidak merasa tersinggung.

"Lalu?" Vicky kembali bertanya kepada Manda karena bingung dengan apa yang disampaikan oleh tunangannya itu.

"Mereka orang yang memandang materi sebagai standar penilaian," Manda menjelaskan dengan nada pelan sambil memainkan jari-jarinya. Canggung dengan perkataannya sendiri.

"Hmm... tentu saja aku bukan orang yang seperti itu," sambungnya yang berusaha meyakinkan Vicky.

Vicky semakin bingung, kedua alisnya terangkat dengan ekspresi wajah yang bertanya-tanya. "Lalu?" tanya Vicky kepada Manda.

"Saat bertemu sahabatku nanti, aku akan memperkenalkanmu sebagai anak pengusaha dari luar negeri," kata Manda yang semakin merasa canggung.

"Hmm... Ini menarik" gumam Vicky dalam hati.

"Oke dan selanjutnya?" tanya Vicky yang sedikit tertarik dengan rencana Manda.

"Aku akan mengatakan kepada mereka jika keluargamu menjalankan bisnis kuliner di Amerika, dan sudah memiliki banyak cabang," ucap Manda sambil menunduk ketika menyampaikan permintaannya kepada Vicky.

Manda takut saat mendengar hal ini, Vicky akan marah dan membenci sahabatnya. Dan yang lebih parah lagi Manda takut jika Vicky sampai menganggap dirinya juga sebagai gadis mata duitan.

Namun Manda tetap harus menyampaikan hal ini, dia tidak mau jika nanti dia diremehkan oleh sahabatnya karena memiliki tunangan yang berasal dari latar keluarga biasa saja. Menurutnya, dia juga melakukan hal ini demi kebaikan Vicky agar sahabatnya yang hanya memandang materi dan latar belakang keluarga bisa menerima keberadaan Vicky.

"Hahaha!" Vicky tertawa mendengar apa yang Manda sampaikan.

Dalam hati dia berkata, "Tebakan Manda sudah sedikit benar, memang aku berasal dari keluarga pengusaha di luar negeri, namun bukan Amerika tapi Rusia, dan tentu saja juga bukan bisnis kuliner."

Manda sedikit takut ketika mendengar Vicky tertawa, dia takut apa yang dia khawatirkan benar terjadi.

"Ahh... maaf...," ucap Vicky.

Dia lalu menoleh ke Manda dan mengatakan, "Baiklah Nona Manda aku akan menuruti permintaanmu."

Mendengar itu Manda tersenyum bahagia, dia sudah bingung akan bagaimana jika Vicky tidak menyetujui rencananya. Manda langsung melingkarkan tangannya di leher Vicky dan mencium pipi Vicky.

"Terima kasih sayangku," ucap Manda lembut yang membuat Vicky sedikit terkejut mendapat ciuman di pipinya.

"Baiklah... mari kita temui sahabatmu," ucap Vicky.

Setelah itu mereka menuju Cafe Cool tempat di mana Manda sudah membuat janji dengan sahabatnya.

***

Sedangkan di kediaman Aditya, "Bukankah calon menantu kita sangat tampan," ucap Sheila sambil meletakkan secangkir kopi di meja ruang tamu.

"Apa gunanya tampan kalau hanya berasal dari keluarga yang tidak jelas," ketus Aditya menanggapi perkataan istrinya, Aditya terlihat kesal, dia tidak membaca dan terlihat hanya membolak-balik surat kabar yang sedang berada di tangannya.

Sheila hanya diam menanggapi perkataan suaminya dia lalu duduk tepat di samping suaminya.

Dengan perasaan yang sangat kesal, Aditya melempar surat kabar yang sedang dia baca ke meja.

"Aku tidak mengerti apa yang ada di kepala ayahku, bagaimana mungkin dia mengangkat anak yang tidak jelas asal usulnya menjadi kandidat penerus keluarga," ketus Aditya.

"Apakah di matanya aku benar-benar tidak dianggap!" Teriak Aditya yang bertanya kepada dirinya sendiri.

Beberapa tahun lalu Aditya sempat menduduki posisi CEO di perusahaan yang rencananya akan dipimpin oleh Vicky. Namun setelah beberapa saat menjabat, kondisi perusahaan semakin buruk. Hal itu yang membuat Effendi menunjuk Hendro Mahardika yang merupakan Kakak Aditya, untuk menggantikan Aditya sebagai CEO.

Aditya sendiri ditunjuk masuk ke dalam direksi, walaupun di atas kertas dia dipromosikan. Dia merasa kesal karena dia tahu, bahwa dia berikan posisi itu hanya karena dia adalah anak pemegang saham kedua terbesar di Dharma Prakarsa Grup, dari segi kinerja Aditya dianggap tidak becus dalam mengurus perusahaan.

Hendro Mahardika yang merupakan Kakak Aditya adalah anak yang diadopsi oleh Effendi ketika Effendi dan mendiang istrinya belum memiliki anak. Mereka mengadopsi Hendro yang pada saat itu berumur 2 tahun, ternyata setelah beberapa bulan akhirnya istrinya hamil dan lahirlah Daffin.

Setelah ditunjuk untuk memimpin perusahaan yang hampir hancur di tangan Aditya. Hendro menunjukkan kinerja yang memuaskan, perusahaan yang dipimpin olehnya semakin membaik, beberapa tahun di bawah kepemimpinannya perusahaan itu menjadi salah satu perusahaan yang cukup di pandang di Indonesia.

Namun beberapa saat lalu, Hendro Mahardika terbukti melakukan penggelapan dana perusahaan, Hendro berusaha mengelak, namun bukti berkata lain.

Effendi marah dan kecewa kepada Hendro Mahardika, Effendi memecat Hendro dan menghapusnya dari keluarga Mahardika.

Tentu saja Hendro tidak melakukan tindakan tercela itu, itu semua adalah rekayasa dari Aditya yang dibantu oleh orang-orang kepercayaannya untuk melengserkan Hendro dari jabatannya.

Dengan begitu dia bisa menguasai perusahaan dengan omzet ratusan milyar itu, namun Aditya harus kembali kecewa ketika Effendi ternyata menyerahkan perusahaan dengan omzet ratusan milyar itu ke Vicky, anak bawang yang tidak jelas asal usul keluarganya.

"Sabar sayang, bukankah nanti Vicky akan menjadi menantu kita?" ucap Sheila kepada suaminya.

Aditya langsung menoleh ke arah istrinya, dia tahu jika ada maksud lain dari perkataan yang baru saja diucapkan istrinya.

"Bukankah jika Vicky menjadi CEO di tempat itu, kita bisa menyetelnya seperti boneka?" sambung Sheila sambil menyunggingkan bibirnya.

Ucapan Sheila memberi Aditya angin segar, ekspresi wajah Aditya langsung kembali bersemangat.

"Haha...Benar istriku, orang tua busuk itu juga sudah sakit. Entah berapa lama lagi dia bertahan, ketika dia sudah tidak ada. Aku tinggal menendang Vicky seperti aku menendang Hendro," ujar Aditya diselingi tawa sambil menepuk-nepuk bahu istrinya.

"Mereka berdua sama-sama berasal dari keluarga tidak jelas, sudah sepantasnya mereka bernasib sama," sahut Sheila yang disambut tawa suaminya.

Vicky dan Manda sudah tiba di Cafe Cool. Begitu turun dari mobil, Manda langsung menggandeng tangan Vicky dengan mesra. Vicky juga tidak terlalu mempermasalahkan hal itu, menurutnya wajar saja Manda bersikap seperti itu, toh Manda juga adalah tunangannya.

Begitu masuk, tiga orang gadis menyambut mereka, Manda juga langsung melambaikan tangannya ke arah di mana ketiga gadis itu duduk. Dia lalu menarik tangan Vicky dengan lembut untuk mempercepat langkah mereka.

Ketiga gadis itu bernama, Dina, Vony dan Desi. Mereka bertiga mempersilahkan Manda dan Vicky duduk, setelah itu mereka mulai memperkenalkan diri kepada Vicky.

"Gila Manda! Tunangan kamu tampan sekali!" seru Dina kepada Manda tanpa berusaha menyembunyikannya, kedua sahabat Manda juga mengangguk mengiyakan perkataan Dina.

"Dia pasti keturunan bule, matanya sangat indah," ucap Vony yang juga mengagumi ketampanan tunangan Manda.

"Ahh... Manda kamu beruntung sekali," ucap Desi.

Mendengar pujian dari ketiga gadis di depannya, Vicky hanya bisa tersenyum. Dia bingung harus bagaimana menanggapi pujian dari ketiga gadis itu.

Manda tersenyum bangga, Manda merasa puas dengan pujian yang diberikan sahabatnya kepada Vicky.

"Dia pastinya anak keluarga kaya raya," ucap Dina bertanya kepada Manda mengenai status Vicky.

"Hei tentu saja Vicky anak keluarga kaya," balas Desi.

"Iya, tidak mungkin keluarga Mahardika menerima orang yang tidak jelas asal-usulnya," sambung Desi sambil menoleh ke arah Dina.

"Jadi bisnis apa yang dijalankan keluarga calon suamimu?" tanya Vony kepada Manda, kedua temannya juga langsung menoleh ke Manda, menunggu jawaban yang akan diberikan Manda.

"Ohh... itu...," ucap Manda terbata-bata.

"Vicky berasal dari Amerika, keluarganya menjalankan usaha kuliner di sana. Dan sudah memiliki cabang di beberapa tempat di Amerika," sambung Manda dengan nada yang sedikit kikuk.

"Wow, luar biasa!” seru ketiga teman Manda secara bersamaan sambil menoleh ke arah Vicky yang langsung dibalas senyuman olehnya.

Vicky sendiri ingin tertawa mendengar jawaban Manda dan juga ekspresi teman-teman Manda, dalam hati dia berkata "Sejak kapan keluargaku menjalankan bisnis di Amerika."

Setelah itu, ketiga teman Manda kembali memberikan banyak pertanyaan kepada Manda. Mulai dari rencana menikah, tinggal di mana setelah menikah, sampai berapa jumlah anak pun mereka tanyakan kepada Manda, Manda sendiri terlihat meladeni satu-persatu pertanyaan dari sahabatnya.

Sedangkan Vicky hanya mengangguk, dan sesekali berkata iya menanggapi pertanyaan dari teman-teman Manda yang seperti tidak ada habisnya.

Ketika Manda dan sahabatnya sibuk berbicara, dari arah pintu masuk terlihat tiga pemuda yang berumur sekitar 25 tahun masuk dan langsung menuju ke tempat Vicky.

Melihat pria yang baru saja masuk, Manda terlihat kaget dan langsung berdiri dari tempat duduknya. Begitu juga dengan teman-teman Manda yang ikut terkejut melihat sosok pria yang menghampiri mereka.

"Giyan?" ucap Manda kepada Giyan yang sudah berdiri di samping meja mereka.

"Hai Manda, apa kabar sayang?" Balas pria itu kepada Manda

Vicky terkejut mendengar kalimat yang keluar dari mulut pria itu. Dia menoleh ke pria itu dan menatap pria itu dengan satu alisnya yang terangkat.

"Sayang?" ucap Vicky, dia lalu menoleh ke arah Manda yang sudah terlihat panik.

Ketiga teman Manda juga terlihat panik sewaktu Giyan mengucapkan hal itu.

"Giyan, mengapa kamu berada disini?" tanya Manda kepada Giyan yang sedang menatap Vicky dengan arogan.

"Hei, aku dengar kamu sedang jalan bersama tunanganmu, tentu saja aku datang untuk menyapa dan berkenalan dengan tunanganmu," balas Giyan dengan nada angkuh.

"Aku ingin melihat sosok orang yang telah membuat kamu meninggalkanku," ucapnya yang lagi-lagi menatap Vicky dengan tatapan angkuh.

"Aku mengira jika sosok calon suami kamu adalah orang yang mapan, ternyata dugaanku salah. Tunanganmu hanya bocah bau kencur, aku sangat heran dengan pilihan kakekmu," sambungnya sambil menoleh ke arah dua pria di belakangnya yang langsung disambut tawa oleh kedua pria itu.

"Menarik," gumam Vicky dalam hati sambil menyilangkan kedua lengannya.

"Giyan kita sudah putus, aku sudah tidak mencintai kamu lagi!" Teriak Manda sambil mengepalkan kedua tangannya.

"Hah? Bukankah kamu berjanji kepadaku akan menolak rencana perjodohanmu dengan anak bau kencur ini!" sahut Giyan yang sudah terlihat marah.

Manda semakin terlihat panik ketika Giyan mengatakan hal tersebut.

Vicky sendiri masih duduk dalam diam, dia terlihat sedikit tertarik dengan kata MENOLAK yang baru saja dikatakan oleh pra angkuh di depannya. Dia juga tidak berusaha melerai Manda dan Giyan, menurutnya itu hanya dua mantan kekasih yang sedang terlibat pertengkaran.

"Giyan! Diam!" Bentak Manda yang juga mulai terlihat marah.

"Kamu meninggalkanku demi anak yang tidak jelas asal-usulnya ini? Kamu kira aku tidak tahu latar belakang tunanganmu?" hardik Giyan sambil menunjuk Vicky.

Mendengar itu, Manda sudah tidak bisa menutupi ekspresi terkejutnya. Dia tidak menyangka jika mantan kekasihnya mengetahui sampai sebanyak itu.

Sama halnya dengan ketiga sahabatnya, melihat ekspresi Manda, mereka yakin jika Manda sedang menyembunyikan sesuatu.

Vicky tentu saja juga ikut terkejut, sepengetahuan Vicky, yang mengetahui itu hanya keluarga Manda. Jadi Vicky mengambil kesimpulan jika ada seseorang di antara keluarga Manda yang menyampaikan hal itu kepada Giyan.

"Bagaimana Giyan bisa tahu hal itu," batin Manda dalam hati.

"Giyan...Aku mohon berhenti," ucap Manda dengan nada memelas.

Di pikiran Manda saat ini, percuma berdebat dengan Giyan, jika semakin diteruskan. Manda takut jika sahabatnya semakin curiga dan akhirnya mengetahui jika dia berbohong tentang latar belakang Vicky kepada mereka.

"Baiklah, tapi kamu harus menemuiku untuk menyelesaikan hubungan kita secara baik-baik," balas Giyan kepada Manda.

Manda menoleh ke arah Vicky yang masih duduk terdiam, Manda berpikir mungkin Vicky takut. Apalagi Giyan datang bersama dua temannya, oleh karena itu Manda merasa Vicky tidak akan marah dan akan mengerti jika dia menyetujui permintaan Giyan untuk bertemu dengannya.

"Baiklah," ucap Manda sambil mengangguk, dan benar saja, ternyata Vicky tidak melarangnya. Vicky masih tetap diam dan tidak menanggapi hal itu.

Giyan juga berpikir hal yang sama, dia merasa jika bocah tunangan Manda sepertinya ketakutan dan tidak berani berbicara. Oleh karena itu terbesit di kepalanya sebuah ide untuk mempermalukan Vicky di depan teman-teman Manda.

"Oke sayang," balas Giyan sambil mengulurkan tangannya untuk menyentuh dagu Manda. Manda juga terlihat tidak menghindar, Manda hanya berharap Giyan segera pergi dan meninggalkan mereka.

Namun tepat sebelum menyentuh dagu Manda, dengan posisi yang masih duduk di kursi. Vicky menangkap tangan Giyan dan meremasnya dengan kuat. Hal itu membuat Giyan meringis kesakitan, dengan mata melotot dan kepala yang sedikit dimiringkan, Vicky berkata "Apa yang ingin kamu lakukan?!"

Tentu saja itu membuat semua orang terkejut, sejak tadi ketika Giyan dan Manda berdebat Vicky terlihat tidak peduli. Namun saat ini Vicky terlihat sangat marah, tatapannya saat ini penuh dengan aura membunuh.

Vicky lalu berdiri, dan menatap wajah Giyan.

"Sejak tadi kamu berbicara dengan Manda, aku tidak pernah ikut campur, menurutku kalian memang perlu menyelesaikan masalah di antara kalian dan aku tidak berhak untuk ikut campur dalam hal itu.

Namun saat ini kamu sedang melanggar batas, saat ini status Manda sudah berbeda, ketika kamu masih bersamanya, kamu bebas menyentuhnya, namun saat ini! Dia Tunanganku! Dia wanitaku! jadi ketahuilah tempatmu.”

Vicky terus meremas tangan Giyan.

Giyan yang kesakitan berusaha menarik tangannya namun tidak berhasil, Vicky sendiri tidak berniat melepaskan tangan yang mencoba menyentuh wanitanya.

Kedua pria yang dibawa oleh Giyan mendekat, Manda sendiri sempat terperanjat karena melihat Vicky yang tiba-tiba bertindak seperti itu. Tapi ketika melihat dua orang yang dibawa Giyan mulai mendekat, Manda langsung segera memeluk lengan Vicky.

"Vicky... sudah," ucap Manda dengan nada memohon.

Mendengar permintaan Manda, Vicky langsung melepas tangan Giyan, bukan karena Vicky takut jika harus bertarung dengan ketiga orang itu, dia hanya menghargai permintaan dari tunangannya.

Begitu terlepas, Giyan ingin menyerang Vicky, namun Manda dengan sigap menghentikannya.

"Giyan !! Kumohon berhenti!!" Lagi-lagi Manda terpaksa harus kembali memohon kepada Giyan.

"Ah... sial!" ucap Giyan sambil memukul meja yang berada di depannya, dia lalu menatap Vicky dan berkata,

"Kamu beruntung bocah, jika bukan karena Manda, aku pasti akan menghajarmu sampai babak belur!" Teriaknya dengan marah sambil berbalik pergi meninggalkan tempat itu bersama kedua temannya.

Vicky tersenyum sinis mendengar ucapan Giyan, dalam hati dia berkata, "Hah... justru kamu yang beruntung."

Setelah Giyan keluar dari Cafe, Manda lalu menarik lengan Vicky dengan lembut dan memintanya kembali duduk.

“Duduklah,” ucapnya singkat kepada Manda.

Related chapters

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 6 | Pelajaran Untuk Si Gembel

    "Sialan! Sialan! Sialan!" Giyan terlihat sangat marah, dia baru saja dipermalukan oleh Vicky di depan Manda dan teman- temannya."Mengapa tadi kalian hanya diam saja dan tidak membantuku," ketusnya kepada kedua orang yang ikut bersamanya."Dia tadi hanya menggenggam tanganmu, aku kira kamu tidak membutuhkan bantuan kami," ucap Andre salah satu pria yang dibawa oleh Giyan."Apa kalian tidak lihat tadi bagaimana dia meremas tanganku, genggaman bocah itu sangat kuat," keluh Giyan sambil menunjukkan tangannya kepada Andre."Ah sialan! jika nanti aku bertemu Manda, akan kutiduri gadis itu walaupun aku harus menggunakan cara kekerasan, aku akan melihat seperti apa wajah bocah itu setelah dia mengetahui jika kesucian tunangannya sudah aku rebut," geram Giyan sambil menggoyang-goyangkan tangannya yang tadi diremas Vicky.Walaupun Giyan terkenal berengsek dan sudah meniduri banyak wanita, dia masih belum pernah tidur dengan Manda. Itu karena dia berniat memikat gadis itu dengan berpura-pura me

    Last Updated : 2023-10-04
  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 7 | Kamu Bukan Lawanku

    "Vicky, kami pinjam tunanganmu dulu sebentar," ucap Dina sambil memegang lengan Manda, dia meminta izin kepada Vicky yang sedang asik membaca buku novel."Ayo Manda, di butik sebelah ada koleksi tas baru," seru Desi yang juga ikut memegang dan menarik lengan Manda dengan lembut."Iya Manda, sebelum pulang mari kita singgah di butik sebelah, aku yakin tuan pengusaha kuliner Amerika ini akan mengerti, benar ‘kan Vicky?" Tanya Vony dengan sedikit mencibir.Vicky sedikit terkejut melihat perubahan sikap ketiga sahabat Manda kepadanya. Vicky merasa setelah mereka mendapat pesan, ketiga sahabat Manda mulai bersikap aneh kepadanya."Tapi Vicky," ucap Manda sambil menatap Vicky."Tidak apa-apa, kamu pergi saja dengan mereka bertiga, aku juga masih membaca novel ini," balas Vicky sambil menunjukkan novel yang berada di tangannya ke Manda yang terlihat tidak enak meninggalkannya sendirian."Baiklah, aku janji tidak akan lama," ucap Manda sambil tersenyum kepada Vicky.Beberapa saat setelah Man

    Last Updated : 2023-10-04
  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 8 | Hari Pertama Menjadi CEO

    Dharma Prakarsa Grup merupakan grup yang menaungi beberapa perusahaan besar. Jika di gambarkan mungkin akan seperti ini.Keluarga Dharma memiliki saham sebesar 68%, disusul Keluarga Mahardika sebanyak 20%, dan gabungan beberapa keluarga lainnya sebanyak 12%.Prakarsa Wira Kanigara merupakan salah satu Perusahaan besar yang dinaungi Dharma Prakarsa Grup, perusahaan ini yang akan di pimpin oleh Vicky ke depannya.Keluarga Mahardika milik Manda hanya diberikan kewenangan untuk memilih CEO di perusahaan Prakarsa Wira Kanigara. Dan untuk perusahaan lainnya yang berada di bawah naungan grup itu, hak penunjukan CEO berada di tangan keluarga Dharma sebagai pemegang saham mayoritas di Dharma Prakarsa Grup.Hal itu yang membuat Aditya Mahardika sangat bernafsu ingin menguasai Prakarsa Wira Kanigara, karena Aditya sadar jika perusahaan lainnya tidak bisa diganggu.Vicky sendiri adalah cucu laki-laki pertama keluarga Dharma dari jalur Ibunya. Kakeknya bernama Dimas Dharma yang merupakan sahabat

    Last Updated : 2023-10-04
  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 9 | Bukan CEO Mesum

    Tentu saja ini semua adalah akting yang dipersiapkan oleh Vicky untuk menguji Devita.Mendengar ucapan Vicky, Devita langsung berdiri dari duduknya."Pak Vicky! Apa kamu pikir aku ini wanita murahan! Pak Vicky memang kaya dan juga adalah atasanku, tapi apa yang baru saja pak Vicky katakan sudah keterlaluan," seru Devita dengan mata berkaca-kaca.Setelah melihat respon dari Devita, Vicky lalu menghubungi salah satu karyawan menggunakan pesawat telepon yang berada di mejanya, dia mengatakan untuk tidak diganggu oleh siapa pun karena sedang meeting dengan Devita.Setelah itu Vicky menuju ke pintu ruang kerjanya lalu menguncinya dari dalam.Devita masih berdiri sambil menahan air matanya, saat ini dia sudah pasrah. Setelah Vicky mengunci pintu dan meminta untuk tidak diganggu, Devita sudah dapat menduga apa yang akan dilakukan oleh Vicky.Vicky kembali ke tempat duduknya, dia lalu bertanya kepada Devita."Menurutmu apa alasanku memanggilmu kesini?" tanya Vicky."Tentu saja untuk-"Belum s

    Last Updated : 2023-10-04
  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 10 | Transaksi 314 Milyar

    Devita melirik jam tangan yang berada di tangan kirinya, waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore, sudah 5 jam mereka terus bekerja. Ini adalah pertama kali bagi dia sesibuk itu di kantor, Devita merenggangkan badannya sambil memijat sendiri lehernya yang terasa sedikit tegang.Vicky yang baru saja meletakkan tumpukan dokumen yang telah Devita sortir terlihat berjalan menghampiri Devita, dengan lembut dia menawarkan diri untuk memberi pijatan kecil ke leher Devita."Sini kubantu," ucap Vicky sambil menyentuh leher bagian belakang Devita. Dia sadar jika hari ini Devita sudah bekerja keras dengan menyortir tumpukan dokumen penting seorang diri, sedangkan dia yang masih belum terbiasa dengan berbagai jenis dokumen, hanya membantu Devita memindahkan tumpukan dokumen itu."Tidak usah Pak Vicky," balas Devita menolak halus tawaran dari Vicky."Sudah, tidak apa-apa, kamu memang membutuhkan ini, sejak tadi kamulah yang paling bekerja keras, anggap saja ini sebagai ucapan terima kasihku," ucap

    Last Updated : 2023-10-04
  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 11 | Pelecehan di Kantor (21+)

    "Devita kalau begitu kami duluan," ucap Vicky sambil melambaikan tangannya. Di sampingnya terlihat Manda yang merangkul mesra lengannya dan juga mengucap pamit kepada Devita."Kak Devita, kami duluan ya." Ucap Manda yang juga melambaikan tangannya ke Devita."Iya Pak Vicky dan Nona Manda, hati-hati di jalan." Devita terlihat membalas sambil melambaikan tangannya ke arah mereka berdua.Tak lama setelah itu, Vicky dan Manda sudah tidak terlihat lagi. Devita sendiri masih tetap tinggal di kantor, dia ingin menyelesaikan surat perjanjian jual beli untuk transaksi yang baru saja mencapai kesepakatan, ketika sedang memasukkan data produk, Bastian tiba-tiba menghampirinya."Devita, kamu sebentar jangan pulang dulu, aku butuh bantuanmu untuk menyelesaikan beberapa dokumen," ucap Bastian sambil menatap Devita dengan tatapan mesum."I-Iya Pak," balas Devita dengan raut wajah sedih.Dua jam berlalu dengan cepat, satu-persatu karyawan lain sudah meninggalkan kantor. Kini hanya Devita, Lili yang m

    Last Updated : 2023-10-05
  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 12 | Polosnya Devita

    Sejak dari kantor Devita terus melamun, bahkan ketika Vicky berbicara dengan Barry melalui telepon, Devita sama sekali tidak menyadarinya. Pikirannya terus mengingat kejadian buruk yang baru saja menimpanya. “Devita....” Suara Vicky menyadarkan Devita dari lamunannya. Devita melihat situasi di sekitarnya dan langsung terkejut saat mengetahui jika dia berada di depan Luxury Diamond Hotel, salah satu hotel mewah bintang 5 di Kota Jakarta. Vicky membuka pintu, dan membantunya keluar dari mobil, dengan lembut Vicky merangkul tubuhnya sambil berjalan menuju pintu masuk Hotel. Ketika masuk, beberapa pria dan wanita asing terlihat menyambut mereka dengan sangat sopan, hal itu tentu saja membuat Devita semakin bingung. Dalam hati dia bertanya, “Apakah pelayanan Hotel mewah memang seperti ini.” Devita sendiri sudah beberapa kali mendatangi Hotel bintang 5 karena urusan pekerjaan. Beberapa customer asing, pemilik atau pejabat di perusahaan yang melakukan transaksi dengan Prakarsa Wira Kani

    Last Updated : 2023-10-05
  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 13 | Vanya Milik Tuan Muda

    Vanya melirik jam tangan yang ia kenakan, dia terlihat gugup. Hari ini dirinya kembali menginjakkan kaki ke showroommobil milik Eddy untuk mengambil beberapa barang pribadi miliknya yang masih berada di tempat Eddy. Vanya sendiri sebenarnya sudah malas untuk kembali kesini, walaupun sudah seminggu berlalu, dia masih tetap merasa kesal terhadap atasannya itu.. “Vanya!” Teriak Eddy yang berada di depan pintu masuk showroom dengan wajah yang terlihat sangat marah. Ini adalah hari yang sudah Eddy nantikan, dia akhirnya bisa melampiaskan amarahnya kepada Vanya. Orang yang waktu itu membantu Vanya sudah tidak ada, Eddy bermaksud mempermalukan Vanya di hadapan karyawan lain. Dia ingin Vanya menjadi contoh bagi karyawan yang berani melawannya. Dengan berat Vanya melangkahkan kakinya menghampiri Eddy, dirinya juga sudah siap bahkan jika harus mendapat caci maki dari bosnya itu. Namun, ketika sudah berada tepat di depan Eddy, Vanya sedikit kebingungan melihat ekspresi wajah Eddy yang terlih

    Last Updated : 2023-10-05

Latest chapter

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 122 | Bersama Untuk Selamanya [TAMAT]

    8 bulan kemudian... Karena permintaan Vladimir, Vicky dan Vanya akhirnya menetap di Rusia sampai tiba waktunya Vanya melahirkan nanti. Bima dan Utari juga tidak mempermasalahkan hal itu, rencananya Vicky dan Vanya baru ke Indonesia begitu usia kandungan Vanya memasuki bulan ke sembilan. Vicky memang sudah berniat agar saat Vanya melahirkan nanti bisa di dampingi oleh kedua orang tuanya. Selama Vicky dan Vanya berada di Rusia, Vincent di kirim ke Indonesia untuk menggantikan Vicky mengurus Dharma Prakarsa Grup. Alyona yang memiliki beberapa perusahaan di Singapura juga turut mengurus Grup perusahaan itu. Berkat kemampuan Kakak beradik ini, hanya dalam waktu enam bulan, Dharma Prakarsa Grup terbang tinggi dan menjadi salah satu Grup perusahaan terbesar di Indonesia. Setara dengan Grup Barata milik Gunnadi, dan juga Grup Adhitama milik Ezra sahabat Arthur dan Laras. Posisi Bimo dan Hendro di Dharma Prakarsa Grup di pulihkan oleh Dimas, ini juga atas permintaan langsung Arthur dan Lar

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 121 | Kartu Mati Vladimir

    “Baiklah, kalian tunggu disini saja, biar aku dan Vanya yang menemui Kakek Vladimir,” ucap Bella. “Ayo Vanya,” sambungnya sambil menarik pelan lengan Vanya. Vanya tersenyum dan beranjak dari duduknya, nasib Ivan, Jafin dan Billy sekarang berada di tangan dua wanita cantik itu. Sambil berjalan menuju meja Vladimir dan para orang tua berada, Bella dan Vanya mulai mendiskusikan strategi mereka sambil berbisik, wajah Vanya berubah terkejut dia tampak menutup mulutnya menahan tawa mendengar rencana Bella. “Sekarang kamu paham kan?” Tanya Bella ke Vanya. Vanya menganggukkan kepalanya mereka berdua tampak beradu telapak tangan pelan sebelum menjalankan aksi mereka. Nabila, Olma dan Alexa kompak tertawa kecil melihat tingkah mereka yang menggemaskan, mereka pun menebak-nebak akan seperti apa cara Bella dan Vanya membujuk Vladimir. “Bella yang mengambil kendali, sepertinya kali ini mereka akan berhasil,” ucap Nabila. “Tentu saja, siapa dulu suaminya,” ujar Austin berbangga diri. “Maaf

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 120 | Pelatihan

    Arthur, Laras, Vicky dan Vanya akhirnya tiba di Rusia, karangan bunga ucapan selamat untuk kehamilan Vanya berjajar rapi di sepanjang kediaman keluarga Vladislav. Di halaman depan, terilihat Vladimir dan ke empat senior Vicky bersama para istri mereka sudah menunggu kedatangan Vicky dan Vanya. Begitu turun dari mobil, Vicky dan Vanya langsung menghampiri Vladimir yang terus tersenyum bahagia, dengan sopan mereka berdua menyapa Vladimir, lalu menyapa para seniornya. Para bawahan keluarga Vladislav yang mengetahui kabar kehamilan Vanya sebenarnya berniat datang dan ikut merayakan kabar bahagia ini. Namun dengan berbagai pertimbangan, Vladimir akhirnya membatalkan hal itu, salah satu pertimbangan Vladimir karena sadar jika cucu mantunya itu butuh istirahat, jika sampai acara penyambutan besar-besaran di lakukan, bisa di pastikan Vanya akan sibuk menyapa para tamu yang jumlahnya tidak sedikit, dan tentu itu akan berbahaya untuk kandungannya. Nabila, Bella, Olma dan Alexa langsung memi

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 119 | Sad Boy

    Karena Vincent sudah setuju dengan permintaannya, Alyona langsung membuka ponselnya hendak menghubungi temannya yang bernama Ghiska Natasha. Setelah kembali ke Rusia besok, Alyona dan Vincent rencananya akan terbang ke Indonesia untuk menggantikan Vicky mengurus Dharma Prakarsa Grup milik Kakek mereka selama Vicky dan Vanya berada di Rusia. Alyona dengan bersemangat mencari nama Ghiska di kontak ponselnya, dia pun langsung menghubungi nomor Ghiska untuk mengatur jadwal bertemu di Indonesia nanti. Tut... Tut.... “Halo....” “Halo Ghiska, ini aku Alyona,” ucap Alyona. “Hmm... Alyona?” Tanya Ghiska. “Astaga kamu jahat sekali karena tidak mengingatku, Alyona di Singapura, kita bertemu setahun yang lalu.” “Ohh.. Iya! Aku ingat si cantik bermata biru! Apa kabar?!” Tanya Ghiska yang akhirnya bisa mengingat Alyona. “Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?” “Sama... aku juga baik-baik saja, hah... aku sudah beberapa kali mencoba menghubungi nomormu yang dulu, tapi tidak pernah tersambu

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 118 | Kecebong Yang Gesit

    Vicky, Vanya bersama Arthur dan Laras baru saja tiba di bandara, pagi ini mereka akan kembali ke Rusia menggunakan pesawat pribadi keluarga Vladislav. Empat orang dokter terlihat ikut bersama mereka, para dokter ini adalah dokter yang di rekomendasikan Luke untuk mengawal Vanya kembali ke Rusia. Semalam Arthur yang sangat mencemaskan keadaan menantunya langsung meminta Luke memilih empat Dokter terbaik untuk terbang bersama mereka ke Rusia. “Hahaha! Aku akan jadi Kakek, kamu tidak bisa meledekku lagi seperti kemarin berengsek!” Terdengar suara Arthur yang sedang berbicara melalui telepon dengan sahabatnya, sejak mengetahui kabar menantunya hamil, dia terus-menerus mendapat panggilan telepon dari berbagai negara untuk memberi dia ucapan selamat. Saking senangnya, Arthur bahkan sampai lupa memberitahu Vladimir tentang kabar bahagia ini. Vicky, Vanya dan Laras terus tertawa melihat Arthur yang layaknya anak kecil sedang memamerkan mainan barunya. Sambil menunggu pesawat selesai peng

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 117 | Berkali-kali dalam Sehari

    Arthur dan Laras langsung bergegas menuju hotel tempat Vicky dan Vanya berada setelah mendengar kabar dari Vicky jika Vanya tiba-tiba sakit. Sesampainya di hotel, mereka langsung menuju kamar Vicky, raut wajah mereka terlihat begitu cemas, khawatir jika keputusan mereka mempertemukan Vicky dan Kirana malah berakhir buruk untuk Vanya. Ceklek! Arthur dan Laras langsung membuka pintu kamar Vicky, mereka berdua sontak terkejut begitu melihat Vanya yang baik-baik saja sedang tertawa bersama Kirana di dalam kamar. “Vanya? Bukannya kamu sedang sakit?” Tanya Laras. Vanya dan Kirana kompak menoleh, mereka berdua beranjak dari duduknya dan segera menghampiri Laras. “Aku tadi hanya kelelahan ibu,” jawab Vanya mempersilakan Laras dan Arthur masuk ke dalam kamar. “Jadi kamu baik-baik saja?” Tanya Laras lagi memastikan. “Iya Ibu, aku baik-baik saja,” jawab Vanya sambil tersenyum. “Lalu mengapa tadi Vicky mengatakan....” Arthur terdiam tidak menyelesaikan ucapannya, dia lalu menghela nafasn

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 116 | Rahasiaku

    Tidak ingin merahasiakan apapun lagi dari Vanya, Vicky akhirnya memutuskan untuk menceritakan semuanya kepada Vanya. Mulai dari momen ketika mendapat kabar Kirana meninggal, kabar kematian kedua orang tuanya, dan juga pertunangannya dengan Manda. Setelah itu, Vicky lalu menceritakan momen dimana terjadi kesalahpahaman antara dirinya dan Vanya karena perbuatan Manda. Wajah Vanya berubah sedih ketika mengingat momen menyakitkan itu, momen dimana dia akhirnya harus menunggu kepulangan Vicky yang tidak jelas kapan waktunya. “Waktu itu aku menjalani misi pelatihan militer keluargaku, aku tidak tahu apakah aku masih bisa pulang dengan selamat, karena itulah aku memilih tidak memberitahu kamu,” ucap Vicky, wajahnya juga terlihat sedih sewaktu menjelaskan tentang hal itu ke Vanya. Vanya tentu sedikit terkejut mendengar ada pelatihan seperti itu di keluarga suaminya, dalam hati dia merasa bersyukur karena Vicky kembali dengan selamat. Vicky kembali melanjutkan ceritanya, Vanya benar-benar

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 115 | Aku Sangat Mencintaimu

    “Vicky... aku masih mencintaimu, bagaimana denganmu? Apakah kamu juga masih mencintaiku?” Tanya Kirana berterus terang dengan perasaannya.Pertanyaan Kirana sontak mengejutkan Vicky, dia tidak menyangka jika mantan tunangannya akan bertanya tentang hal itu.Vicky meraih kedua tangan Kirana, sambil tersenyum dia menatap wajah cantik mantan tunangannya itu.“Kirana... awalnya aku juga sempat bingung dengan perasaanku sendiri ketika pertama kali melihat dirimu, dan aku yakin kamu sedang merasakan hal yang sama saat ini.”“Tapi berkat kamu yang bertanya apa saja yang telah aku alami beberapa tahun terakhir ini membuatku kembali mengingat bagaimana perjuangan Vanya yang tetap setia menungguku kembali dari misi pelatihan keluargaku, begitu banyak airmata yang telah dia tumpahkan untukku, dan begitu banyak pengorbanan yang telah dia lakukan selama menungguku.”“Vanya menghiburku di kala ku sedih, dia merawat hatiku yang terluka dengan cinta yang tulus, kehadirannya membuatku merasa bahagia d

  • Wanita Pilihan Sang Pewaris   Chapter 114 | Hati Yang Terbelah

    Vanya tersenyum, dengan suara lembut dia berkata, “Kamu sudah menolongku berulang kali, sebagai istrimu, biarkan aku yang menolongmu kali ini, aku tahu hatimu sakit, aku tahu hatimu terluka, Sayang... apa kamu kira aku tahan melihatmu seperti ini.”Vicky terdiam, dia menunduk sambil menghela nafasnya.“Sayang... bukankah aku selalu bilang jika aku percaya kepadamu, dan untuk kali ini aku akan kembali mengatakannya, aku akan selalu percaya kepadamu, dan tak akan pernah meragukanmu sedikit pun, selesaikan urusan kalian secara baik-baik, itu akan menjadi obat terbaik untuk kalian berdua,” sambung Vanya.Vicky mengangkat wajahnya menatap Vanya, dia tersenyum lalu mengusap pucuk kepala vanya, merasa sangat bersyukur karena ditakdirkan menjadi pendamping Vanya.“Terima kasih sayang....” ucap Vicky yang langsung di balas senyuman hangat oleh Vanya.Vanya berjalan menuju tempat Kirana, Luke dan putra mereka berada, Vanya tersenyum lembut menyapa Kirana yang terus meneteskan air mata.Kirana

DMCA.com Protection Status