Beranda / Romansa / Wanita Penghibur Berkelas / 2. Perempuan Muda yang Menarik

Share

2. Perempuan Muda yang Menarik

Penulis: Mustacis
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-18 22:26:37

Setelah mengantarkan Vita pulang, saat Tanjung kembali, ia melihat Narumi yang masih duduk di kursinya, tidak berpindah sedikit pun. Gelas tehnya sudah kosong dan perempuan itu tetap menyilangkan kaki sambil menatap tajam Tanjung. 

Sekilas Tanjung melirik kursi sang ayah yang sudah kosong.

“Aku tidak mengizinkanmu mengantarnya.” 

Kalimat itu diakhiri oleh titik. Artinya tidak boleh ada bantahan. Dan seperti biasa, Tanjung hanya berdiri kaku di hadapan wanita itu.

Bibir tipis yang terpoles lipstik merah itu mengetat. “Dan siapa yang menyuruhmu membawanya ke sini?”

Tanjung mengepalkan tangan. Rahangnya yang tajam kian mengeras. “Dia kekasihku. Aku tidak perlu izin siapa pun.”

Satu alis Narumi terangkat, seolah mendengar omong kosong dari bocah TK. “Tidak perlu izin siapa pun?” Wanita berumur kepala lima itu menatap bosan pada cangkirnya. “Kau yakin?”

Pertanyaan penuh intimidasi itu seolah menembak dada Tanjung telak. Sudah jutaan kali dia mendengarnya dan seolah menjadi remot pengendali yang menundukkannya.

Saat dia tidak menjawab, cangkir itu melayang menimpa dada kirinya. Begitu tiba-tiba tapi sudah Tanjung prediksi sebelumnya. Gelas itu kemudian jatuh menimpa kakinya sampai akhirnya mengenai lantai dan pecah berserakan.

Tubuh Tanjung menegak, sangat familiar dengan rasa sakit itu. Kedua tangannya ia bawa ke belakang. Melakukan apa yang sejak dulu selalu ia lakukan. Bersikap seolah dirinyalah yang paling bersalah.

“Matamu sudah katarak sampai tidak melihatku, hm? Aku adalah ibumu, tentu kau harus mendapatkan restuku untuk menikah dengan siapa pun. Jangan menjadi anak durhaka, Tanjung. Karena aku sudah merawatmu dengan senang hati dan menampungmu di rumahku. Jadi tahu diri dan balas budilah sedikit saja.”

Tanjung menunduk menahan getaran di tubuhnya. Rasa marah, terhina dan emosi yang berkecamuk berpadu di dadanya. 

“Kau sudah kehilangan rasa takutmu padaku?”

Tanjung mengangkat wajah. Pada mata yang ujungnya meruncing, sangat tajam meski tidak dipenuhi riasan yang tebal. Sorot mata setajam elang yang seolah siap memotong-motong habis lawan bicaranya dan sikap yang sangat percaya diri. Rasanya aura hitam Narumi tak pernah luntur dan selalu sukses membuat Tanjung gentar.

“Ingat ini, Tanjung. Kau tidak akan pernah menjadi siapa-siapa tanpaku.” Silangan kaki yang angkuh itu terurai. Narumi bangkit dan berdiri menjulang seolah menegaskan bahwa dirinya-lah yang punya kuasa tertinggi untuk menentukan hidup orang-orang di rumah ini.

Kemudian kaki jenjang yang terawat itu meninggalkan sofa dan menjauh dari ruang tengah. Ketukan sepatu tingginya seperti palu yang memukul-mukul kepala Tanjung. 

Ruang tengah yang maha luas bernuansa emas itu terasa sangat panas menembus organ-organ tubuhnya.

Sampai kapan dirinya harus dikuasai oleh perempuan itu?

*** 

Dia berada di sini, di kursi bar depan bartender sambil memutar gelas champagne-nya dengan pandangan kosong. Tak terpengaruh dengan entakan musik yang kian cepat dan goyangan orang-orang yang kesetanan.

Mungkin untuk melepas penat sekejap sebelum kembali ke dalam medan pertempuran—rumah—atau mungkin untuk melampiaskan seluruh emosinya yang tertahan sejak tadi.

Ia sampai berpikir untuk melakukan hal-hal gila malam ini, namun kembali mengingat konsekuensi apa yang akan dia dapatkan.

Wanita itu akan membabat habis semua harga dirinya dan melukai mentalnya sampai hancur tak bersisa. Lagi dan lagi. Tanjung akan terus dikuasai oleh perempuan itu.

Ia mendesah frustrasi ketika seorang perempuan berbadan indah dan bargaun kuning duduk di sampingnya, dengan sengaja meliukkan pinggang. Tanjung hanya melirik sekilas lalu kembalii fokus pada gelas champagne-nya yang masih tersisa setengah, tak tertarik meski tubuh serupa gitar spanyol itu sudah menggeliat menggodanya.

“Sendirian? Kau sepertinya punya banyak masalah.” Perempuan berwajah kecil dengan bibir yang berkilat merah muda itu mengerling menggoda meskipun Tanjung mengabaikannya.

 

“Aku memperhatikanmu sejak tadi. Kau sangat … sesuai tipeku.” Dengan terang-terangan perempuan berambut cokelat bergelombang itu menelusuri tubuh dan penampilan Tanjung. 

Tanjung menenggak minumannya tanpa mengindahkan. 

“Aku bisa membantumu melupakan masalahmu.” Wanita itu mengibas rambut dan memperlihatkan leher jenjang dan tulang selangka yang mencuat indah.

Tanjung akhirnya memberikan perhatian. “Kalau menyelesaikan masalahku, kau bisa?”

Senyum menggoda sang wanita luntur ketika mendapati pertanyaan menantang itu.

“Masalah bukan untuk dilupakan, tapi diselesaikan.” Tanjung kembali menenggak minumannya sampai habis kemudian membanting gelas ke meja bar. 

Bersamaan dengan itu, suara ribut-ribut mulai terdengar sampai mengalahkan bunyi musik. Namun, Tanjung tidak cukup penasaran untuk menoleh. 

Sampai keributan itu semakin pecah dan orang-orang di lantai dansa berhenti bergoyang dan mulai mengintip ke kerumunan yang dipenuhi suara jeritan perempuan, bantingan botol dan suara perkelahian.

Mau tak mau Tanjung menoleh juga, dan pemandangan pertama yang dilihatnya adalah seorang perempuan setengah baya—yang dandanannya seperti istri pejabat—sedang menuang minuman ke dalam gelas sebanyak mungkin sampai meluber ke mana-mana. Raut wajahnya terlihat sangat marah.

Kemudian wanita itu melemparkan isinya ke dada seorang perempuan muda bergaun hitam lalu menuang lagi kemudian maju untuk menyiram kepala perempuan muda itu. 

Tanjung menyipit melihat kehebohan itu, lebih seperti pembully-an masa sekolah di mana sang korban hanya diam dan tidak menanggapi. Tapi korban yang ini sama sekali tidak tertekan dan hanya berekspresi santai, bahkan tersenyum saat wine merah itu sudah selesai melaksanakan tugasnya alias sudah membasahi sekujur tubuhnya.

Tanjung mulai tertarik.

Karakter seperti apa yang dimiliki seseorang sampai dia hanya tersenyum di tengah penindasan yang memalukan itu?

Ia memutar kursi 90 derajat untuk menonton lebih jauh.

Lalu suara musik mulai memelan dan tenggelam.

“Dasar Jalang! Berainya kau menggoda suamiku! Perempuan tidak tahu malu!”

Sedang sang suami yang masih rapi dan kering sama sekali tak berkutik, hanya megap-megap seperti ikan yang berada di daratan, ingin melerai tapi takut.

“Dasar gatal! Cari laki-laki yang tidak bersuami! Jangan menggoda suamiku lalu mengeruk uangnya, Pelacur!”

Tanjung bergidik oleh hinaan yang luar biasa memalukan itu. Tapi anehnya, sang perempuan muda yang sudah lengket oleh red wine itu lagi-lagi hanya tersenyum.

Rambut hitamnya yang basah ia kibaskan dengan cara yang lihai dan terlihat seolah sedang menggoda, lalu mengikat rambutnya tinggi-tinggi sampai bahunya yang indah terekspos, basah dan berkilat.

Dia pasti ahli menggoda pria, batin Tanjung. Semakin tertarik.

Dan ia bisa melihat pria-pria yang menonton terkesima bahkan menelan ludah dengan wajah mendamba.

Perempuan muda itu berdiri percaya diri. Tak goyah sama sekali. Sorot matanya memberikan ejekan. 

“Saya hanya menyediakan jasa, Nyonya. Dia yang datang pada saya. Anda pernah beli tas ‘kan?” Lalu matanya mengarah pada tas mahal di tangan wanita paruh baya itu. “Apa tas itu yang datang kepada Anda untuk menawarkan diri dan meminta-minta untuk dibeli?”

Hening menyergap, bahkan suara musik sudah terhenti sama sekali.

“Dia hanya terpajang di etalase. Pembeli seperti Anda yang akan datang untuk melihat lalu membayar. Saya adalah tas itu, alias pelacur alias jalang dan perempuan yang menjual tubuh saya. Karena laki-laki itu yang datang pada saya, merayu bahkan mengemis-ngemis.”

Bab terkait

  • Wanita Penghibur Berkelas   3. Perempuan itu Bernama Serina

    Lalu ucapan penuh retorika itu diakhiri dengan satu senyuman merendahkan dari perempuan itu. Dengan wajah yang mulus tanpa celah, kulit seputih dan secerah susu serta tubuh yang langsing dan tinggi, tidak salah kalau dia mengatakan bahwa laki-lakilah yang akan mengemis padanya.Tanjung bahkan sempat mengira bahwa mereka sedang syuting film dan perempuan itu adalah tokoh utamanya. Seperti top model atau bahkan aktris profesional yang sering wara-wiri di layar kaca.Sangat cantik dengan karakter dan aura yang menarik.Gigi dari istri laki-laki tua yang setengah botak dan berperut buncit itu bergemelutuk. Menahan amarah dan siap melempar botol kosong di atas meja ketika seorang pria tinggi dengan tubuh kurus menghalangi.“Maafkan kami, Bu. Tolong jangan buat keributan di sini. Dia adalah pekerja kami.”Mata wanita bersanggul tinggi itu melotot. “Memangnya kenapa? Dia sudah menggoda suamiku!”“Ke mana semua pe

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-18
  • Wanita Penghibur Berkelas   4. Wanita Penghibur yang Pensiun

    “Sial! Badanku lengket semua!” Serina duduk di sofa ruangan Bos, tempat yang ditempati Leon dan Brata—pemilik club. Leon duduk di hadapannya sambil terus menghela napas. “Harusnya kau tidak usah meladeninya. Langsung panggil aku atau pengawal saja.” Serina tidak menanggapi, malah sibuk menyeka dadanya yang lengket dengan tisu basah. “Kita bisa menyelesaikan masalahnya dengan baik-baik dan mengantar mereka pulang dengan tenang.” Serina memutar bola mata, menjauhkan tisu basah yang sudah penuh dengan bekas wine dari dadanya. “Lalu membayar ganti rugi? Memang apa salahnya berargumen sedikit? Bukannya menyentil kelamin suaminya, dia malah menyerangku. Bodoh sekali. Memangnya aku yang menggendong suaminya untuk datang ke sini?” Leon mendesah takjub pada pilihan kata-kata Serina yang unik. Ia menyandarkan punggung ke sofa dengan wajah lelah lalu menatap Serina tidak enak. “Ini penghinaan terakhir yang kudapatkan. Setelah ini aku harap kau melindungi para pekerja dengan baik. Bukan m

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-24
  • Wanita Penghibur Berkelas   5. Menikahlah Denganku.

    Didorong oleh rasa penasaran yang tinggi, Tanjung sampai ke koridor panjang yang remang-remang dan jauh dari ingar bingar musik. Mengikuti punggung perempuan bergaun hitam tadi. Wanita itu menyusuri lorong ini dengan langkah terburu-buru.Ia terus berjalan meskipun sudah kehilangan jejak dan tiak tahu di ruangan mana wanita itu masuk. Semuanya terlihat sama. Hingga ia mendengar bunyi ketukan sepatu yang bergema cepat dan suara umpatan. Suara itu semakin dekat sampai akhirnya ia bisa mendengar jelas makian apa yang tengah bergaung itu.“Sial! Brata Berengsek! Dia kira aku sapi perah yang bisa menghasilkan uang seenak dia?! Sialan! Dia pikir aku tidak berani melukai tubuh atau wajahku untuk keluar dari sini? Lihat saja kau, Berengsek! Akan kuhancurkan club sialanmu ini!”Rentetan umpatan itu membuat bulu kuduk Tanjung merinding, sampai ketika ia bisa melihat seorang perempuan tinggi yang berjalan cepat ke arahnya. Ia menyipitkan mata dan mengenali wanita itu.Wanita yang sangat menarik

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-24
  • Wanita Penghibur Berkelas   6. Jadi Istriku dan Singkirkan Ibu Tiriku

    “Jadi istriku.”Serina hampir mengira dirinya salah dengar. Dada mereka bersentuhan dan ia bisa merasakan gerakan naik turun dada Tanjung yang semakin cepat.Ia mendorong laki-laki itu dan memberikan jarak di antara mereka. Syukurlah, kali ini tubuh Tanjung bergerak, dan Serina bisa melihat mata Tanjung yang bergetar dan memerah. Bola mata Tanjung seperti tidak fokus, seolah berusaha menghindari tatapan Serina. “Istri kau bilang?” Serina tidak habis pikir. “Banyak laki-laki yang tertarik padaku, tapi baru kali ini ada yang memintaku menjadi istrinya.”Serina gemas sekali. Ingin rasanya ia mengangkat dagu laki-laki itu dan membuatnya menatap matanya. Ia seperti sedang berhadapan dengan murid SD yang sedang mengakui kesalahannya di depan guru. “Apa alasanmu? Kita baru pertama kali bertemu.” Lalu Serina membulatkan mata lima detik kemudian. “Oh, apa cinta pada pandangan pertama?” Ditatapnya lelaki itu ngeri.Tanjung tidak menjawab.Dan Serina menertawakan terang-terangan. “Kau ingin m

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-03
  • Wanita Penghibur Berkelas   7. Dibawa ke Pesta Seks

    Serina belum mengambil keputusan yang bulat sepenuhnya. Ia patahkan sorot mata yang berbinar itu dalam satu tatapan tegas.“Jangan senang dulu. Aku ingin kau menghadapi seseorang terlebih dulu.”Namun, tidak seperti dugaannya. Binar di mata Tanjung tidak surut sama sekali. “Aku akan menghadapinya.”Tanjung bisa menghadapi segala jenis orang kecuali Narumi. Ia bisa bernegosiasi dengan cepat dan mengambil keputusan akhir yang menguntungkan. “Mana orangnya?”Alih-alih menunjukkan orangnya, Serina malah melempar surat kontrak yang sejak tadi diremasnya ke atas meja. “Ini surat kontrakku bersama orang itu. Namanya Brata, pemilik tempat ini. Sesuai dengan tanggal perjanjian, seharusnya aku sudah bisa kelaur dari sini hari ini, tapi si Brata sialan itu malah mencantumkan pasal penipuan di bagian bawah.”Tanjung membaca baik-baik isi surat itu dan menemukan poin terakhir yang membuat dahinya berkerut. Sekarang dia tidak terlihat seperti anak kecil yang merengek lagi. Sorot matanya serius dan

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-31
  • Wanita Penghibur Berkelas   8. Kebebasan 30 Miliar

    Serina mengedikkan kepala tidak peduli melihat mayat laki-laki mungil malang yang jatuh di bawah ranjang. Lalu pandangannya yang tak acuh kembali ia tujukan pada Brata yang masih mematung tidak percaya.“Pakai bajumu, lalu bicara denganku di ruangan lain.”Brata akhirnya tersadar dari keterkejutannya, napasnya menyentak marah. “Apa yang kau lakukan, Serina?!”Serina mengangkat dagu alih-alih merasa bersalah. “Membunuhnya.” Menunjuk laki-laki bersimbah darah di bawah ranjang dengan santai.Gemelutuk gigi Brata terdengar jelas di tengah keheningan kamar. “Beraninya kau melakukan itu padanya!”“Sudahlah, Brata. Jangan sampai peluru ini ikut menembus kepalamu. Aku tunggu di ruangan yang bersih.”Serina tak memedulikan ekspresi bengis Brata sedikit pun. Ia melengos keluar dari kamar yang sudah bersimbah darah itu dengan tak acuh. Tanjung mengekor secara otomatis di belakangnya.“Kenapa kau membunuhnya?”Serina terus berjalan tanpa mengindahkan pertanyaan Tanjung, pun mengabaikan para pria

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-04
  • Wanita Penghibur Berkelas   9. Kekuatan Maulana

    Serina menggeliat marah, mencoba melepaskan diri dari belitan tangan Tanjung untuk kembali menyerang Brata, tapi Tanjung memeluknya kian erat sampai Serina hanya bisa mendengus penuh amarah.“Lepaskan aku, akan kubunuh si keparat itu!”“Kau mengajakku ke sini bukan untuk menyaksikan semua tindakan kriminalmu!”Detik itu juga Serina terdiam. Seolah kata kriminal itu begitu melekat di kepalanya. Berulang kali dia mendengarnya dan berulang kali pula dia selalu terpengaruh.Melihat Serina menjadi lumayan tenang, Tanjung melonggarkan pelukannya. “Kau bilang aku harus menghadapi seseorang untuk membuatmu menyetujui tawaranku. Apa dia orangnya?” Tanjung melirik Brata yang masih terbatuk-batuk.Serina tidak menjawab. Hanya deru napasnya yang berembus tidak teratur. “Biar aku yang menyelesaikannya. Diamlah dan serahkan semuanya padaku.”Serina mendengus kasar—masih menggeliat marah di atas pangkuan Tanjung. “Aku akan mengatasinya. Percayakan padaku.”Serina masih enggan turun dari atas paha

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-04
  • Wanita Penghibur Berkelas   10. Menunggu Tanjung Mati

    Serina kehilangan kendali diri. Malam ini adalah malam yang sangat tidak beruntung untuknya. Dihunjamnya Brata sangat tajam. Matanya penuh dendam dan kebencian. “Kau tidak lihat kondisinya? Aku harus membawanya ke rumah sakit dulu.” “Kalian pasti akan kabur setelah ini. Jangan membodohiku.” “Lalu apa maumu?” “Pengawalku akan mengikuti kalian.” “Jangan gila! Kami akan ke rumah sakit sekarang!” Di tengah ringisannya yang semakin kesakitan, Tanjung meraba-raba dompet di saku celananya. Tangannya gemetar dan tidak mampu bergerak dengan bebas. Serina sangat membenci situasi ini. Sungguh. Alih-alih kembali kepada keluarganya dan tidur dengan nyaman, sekarang dia harus berhadapan dengan dua laki-laki menyebalkan. “Apa sih yang kau cari?!” “Dompet,” jawab lelaki itu lirih. Serina akhirnya membantu, gemas melihat Tanjung yang terus merogoh sakunya, tapi tidak mengeluarkan apa-apa. Ia memasukkan tangan ke saku lelaki itu, agak sulit karena ia harus menyorongkan tubuh sebab tangan ki

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-05

Bab terbaru

  • Wanita Penghibur Berkelas   62. Menara Rapunzel

    Yang tertangkap saat Serina membuka mata adalah cahaya remang-remang. Lampu besar di tengah kamar mati dan yang menyala hanyalah lampu tidur di atas nakas. Suasananya tidak seterang saat ia dan Tanjung memasuki kamar. Wangi parfumnya dan parfum Tanjung menyatu dan menyebar di seluruh ruangan. Meski pendingin ruangan tetap menyala seperti tadi, tapi rasanya tidak dingin sama sekali, sebab ada tubuh yang merangkumnya dengan cara yang sangat hangat. Punggung telanjangnya menempel pada dada bidang yang terasa keras namun lembut. Serina menggerakkan kepala, menoleh dan menemukan Tanjung yang terpejam dengan damai. Tak ada kegelisahan di wajah maha tampan itu dan Serina menyukainya. Ia bahkan baru menyadari jika sejak tadi jari jemari mereka menyatu di depan dadanya. Serina tak ingin menanyakan apa yang terjadi pada perasaannya dan mengapa jantungnya berdebar halus namun penuh antusias. Untuk pertama kalinya ia tidak merasa jijik saat mendapati seorang lelaki telanjang di atas ranjangny

  • Wanita Penghibur Berkelas   61. Berada di Sisimu

    Tangan kokoh itu mendekap pinggangnya, terasa kuat namun seolah tengah mencari kekuatan. Serina terbawa suasana, pada embus napas Tanjung yang melemah, hangat tubuhnya, serta irama jantungnya yang berdetak cepat. “Aku akan menemanimu.” Serina mengucapkannya bukan karena merasa kasihan, sebab hatinya ingin memberitahukan pada lelaki ini, bahwa dia, “… akan berada di sisimu.”Tanjung tak menjawab. Hatinya merasa senang sekaligus pedih. Haruskah ia percaya pada Tuhan dan membiarkan wanita ini berada di sisinya? Sebab ia tak menemukan jaminan Serina akan selalu baik-baik saja dalam tampungan atap istana Maulana. “Sudah tengah malam. Bawa dia ke kamarmu, Serina.” Ucapan tegas itu memotong dari arah belakang. Sebelum Tanjung mengangkat wajah dan hendak menengok ke belakang, Serina mendekap kepala lelaki itu dan kembali menenggelamkannya di dadanya. “Tidak, dia harus pulang, Izora.” Meski suara berat itu samar, tapi masih bisa ditangkap oleh telinga. Nada keberatan, lalu menghilang seol

  • Wanita Penghibur Berkelas   60. Rahayu

    Wanita itu masih ada di hadapannya. Kondisinya masih sama—menyedihkan, seperti mayat hidup yang enggan mati, tak jua bisa dikatakan hidup. “Dua puluh dua tahun aku mengurungmu di sini, itu belum cukup, Rahayu.”Rahayu yang tak lagi terlihat manis dan menawan itu menatapnya dengan bola mata yang melotot, mengerti perkataan Narumi, tapi tak punya susunan kata untuk membalasnya. Bibir pucat dan pecah-pecah itu berat untuk terbuka. “Dan selama itu pula, anakmu ada di tanganku. Kusiksa dan kumanfaatkan sesukaku.” Ucapan itu memantik keseluruhan diri Rahayu. Ia memberontak, hendak maju menerjang Narumi, tapi terhalang oleh rantai dan pasung. Rambut yang berantakan tak terurus, tubuh kurus kerempeng hingga tulang-tulangnya menyembul, pakaian yang seadanya dan sudah robek-robek serta warnanya tak lagi terlihat, luntur, dan kumal. Dia tak lagi bisa disebut manusia. “Ingat ini, Rahayu. Karena dosa-dosamu di masa lalu, anakmu jadi menderita.” Narumi ikut terbawa perkataannya sendiri. Piki

  • Wanita Penghibur Berkelas   59. Anjing Pemberontak

    Meski sudah 22 tahun berlalu tanpa melihat sang ibu, Tanjung hafal betul wajah yang kerap kali tersenyum lembut padanya. Ia menanamnya di kepala selama ini selagi ia bertarung di rumah Maulana. Mungkin ibunya juga akan terlihat kurus dan tidak terawat, tapi jelas wanita ini bukanlah ibunya. Tinggi tubuhnya, sorot matanya, proporsi wajah, dan sentuhannya. Segalanya berbeda. “A-apa maksudmu?” Serina amat terkejut mendengar pengakuan Tanjung. Wanita itu bukan ibunya? Jelas-jelas perempuan itu adalah satu-satunya orang yang berada di tempat yang diam-diam selalu Narumi kunjungi.“Aku ibumu! Anakku!!” Wanita itu kembali mendekap Tanjung, tapi Tanjung mengurainya dengan kasar. “Anda bukan ibu saya!”Kekesalan di wajahnya benar-benar tercetak dengan jelas. Lebih daripada itu, ia amat kecewa. Harapannya melambung tinggi, tapi lagi-lagi ia terjatuh ke dasar jurang yang sangat dalam. Mungkin ini adalah pertama kalinya, Serina melihat wajah itu benar-benar mengerut penuh kekesalan. Bibirnya

  • Wanita Penghibur Berkelas   58. Bertemu Ibu Kandung

    Haruskah Serina mengakui jika dia juga menyukai cara lelaki ini menatapnya? Lembut, penuh penghormatan, dan rasa rindu yang dalam. Ia tak berani menyimpulkan terlalu jauh, sebab setiap lelaki yang mengaku tertarik padanya, tak pernah mencintainya. Mereka hanya terobsesi pada kecantikan seorang Serina, tapi lelaki ini berbeda. Matanya memandang dengan cara yang berbeda dari para lelaki bajingan itu. “Aku sudah banyak menyakitimu. Aku ingin melihatmu lagi, tapi tidak di rumah itu, tidak di tempat di mana Ibu akan mengancammu setiap hari.”Ah, dia sangat baik. Serina akhirnya bisa merasakan perasaan terenyuh. Untuk pertama kalinya, ada pria yang menatapnya khawatir di atas ranjang. “Lalu, haruskah kita kabur saja? Tinggal berdua di rumah lain?”Ide yang diucapkan secara asal-asalan itu mampu membuat hati Tanjung berdenyut perih. Bisakah ia melakukannya? Ia menginginkannya, tapi tidak untuk sekarang ketika Narumi sanggup menemukannya ke mana pun dia pergi. Serina meletakkan tangan di

  • Wanita Penghibur Berkelas   57. Gendong ke Ranjang Saja

    “Kalian sama. Dia perempuan yang merebut–”“Hentikan, Ibu.” Belum sempat jawaban yang ditunggu-tunggu semua orang itu terucap, Tanjung naik ke panggung diikuti oleh beberapa pengawal. “Bawa Ibu ke kamar 718. Biarkan dia istirahat.”Dua pengawal langsung memapah Narumi turun dari panggung. Orang-orang mungkin mengira wanita itu tengah mabuk, tapi hanya Tanjung yang tahu bahwa obat yang dia berikan pada minuman Narumi sudah bekerja. Sayangnya, rencananya gagal. Ia tak tahu apa yang direncanakan Serina malam ini, tapi kehadiran Serina membawa sesuatu yang beda. Ia menatap wanita itu, intens dan cukup lama. Diambilnya mikrofon dari tangan Serina lalu dia buka jasnya untuk disampirkan ke bahu Serina. Sesaat setelah napasnya terembus pendek, ia menyelipkan tangan ke bawah lutut dan punggung Serina. Wanita yang basah karena siraman wine itu dia bawa turun dari panggung. Serina mengerjap ketika tubuhnya terayun-ayun. Apa yang sedang dilakukan Tanjung di tengah orang-orang yang berbisik-b

  • Wanita Penghibur Berkelas   56. Saya Istri Tanjung Maulana

    Dalam sekejap, seisi ballroom dipenuhi rahang-rahang yang terbuka, mengagumi sosok indah di atas panggung yang bersinar dengan gaun pastelnya. Terbuka di sepanjang bahu dengan potongan lengan yang menjuntai ke bawah bagai sayap yang tertutup.Rambut kelamnya yang bagai malam pekat tercepol dengan anak-anak rambut yang terjatuh, menonjolkan kulit bahunya yang mulus bak porselen. Suaranya melantun indah menyebutkan nama Maulana.Tanjung terperangah. Bukan hanya pada kecantikan sempurna yang dipamerkan Serina di atas sana. Namun, pada kehadiran tiba-tiba wanita itu. Mengapa Serina kembali?“Saya istri dari Tanjung Maulana.”Semakin senyap dan kian tegang. Dari ekor matanya, Tanjung melirik ekspresi Narumi yang tak tertebak. Bibirnya tak mengetat seperti biasanya, seolah kedatangan Serina kembali bukan masalah besar baginya.Atau justru … Narumi memang menunggu kedatangan Serina.Tanjung meremang. Tidak. Ia harus memulangkan Serina lagi. Dia hendak bangkit dari duduknya ketika senyum mani

  • Wanita Penghibur Berkelas   55. Rencana Kejutan

    Ballroom hotel bernuansa emas dan gelap, khas Maulana. Aroma mawar yang sedikit menyengat mendominasi udara di dalam ruangan maha luas itu. Saat kepala mendongak, puncak langit-langit yang dikelilingi lampu-lampu mewah seolah seperti langit yang sesungguhnya. Amat tinggi dan menyilaukan. Setiap tahun Tanjung menyiapkan acara megah seperti ini. Tiap tahun pula ia mesti mengumpulkan semua kolega, karyawan, dan petinggi perusahaan dalam satu ruangan. Lalu yang duduk di takhta tertinggi dan menerima semua pujian adalah Narumi Maulana, putri tunggal Maulana yang berhasil mempertahankan bisnis Maulana dan membentuknya menjadi kerajaan makanan yang besar. Wanita hebat yang berhasil mendidik pewaris hebat sepertinya.Wanita bergaun maroon gelap itu berdiri di tengah orang-orang penting dan menjadi pusat perhatian. Orang-orang berebut ingin menjalin relasi dengannya. Para pegawai di perusahaan memanfaatkan acara ulang tahun perusahaan untuk mendapatkan perhatiannya. Tanjung menjauh dari ker

  • Wanita Penghibur Berkelas   54. Kilas Balik Narumi

    Helaan napas pelan itu berembus mendominasi dinding lift yang dingin. Tak sedikit pun Narumi melunturkan wajah angkuhnya meskipun hanya ada dirinya di dalam ruangan besi yang sempit ini. Seperti apa menantu yang dia inginkan? Pertanyaan itu sudah muak ia dengar. Telah berulang kali ia dapatkan dari berbagai macam orang. Narumi tak pernah menjawabnya. Meskipun yang bertanya adalah sosok presiden sekalipun.Karena ia tak butuh menantu. Dia tak menginginkan sosok menantu di rumahnya. Tak akan ia biarkan anak dari perempuan jalang itu menikah dan memiliki keluarga seperti ibunya. Narumi ingin melihat anak itu tumbuh menjadi sosok yang dia inginkan. Sosok yang dia manfaatkan habis-habisan dan sosok yang akan menjadi orang paling kesepian di dunia ini, bahkan lebih dari yang dia rasakan. Tanjung akan menjadi pionnya, aset, dan boneka yang akan dia gunakan sepuasnya. Karena anak itulah dia kehilangan cintanya, keluarga, dan seluruh hidupnya. Ia kembali mengingat saat dirinya jatuh cinta

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status