Beranda / Romansa / Wanita Penghibur Berkelas / 1. Ibu Tiri yang Mengerikan

Share

Wanita Penghibur Berkelas
Wanita Penghibur Berkelas
Penulis: Mustacis

1. Ibu Tiri yang Mengerikan

Penulis: Mustacis
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-18 13:57:39

“Ah, kau tidak pernah bercerita tentangnya.”

Narumi, wanita bermata runcing itu menatap terang-terangan dari ujung sepatu sampai ujung rambut seorang perempuan yang berdiri ciut dalam dekapan Tanjung.

Wanita yang sedang menyilangkan kaki di sofa ruang tengah itu memberikan pandangan menyelidik seolah menelanjangi Vita, perempuan kesekian yang Tanjung bawa ke hadapan orang tuanya.

Tanjung mendekap erat pinggang Vita, menyalurkan kekuatan lewat pelukan tangannya, atau justru mencari kekuatan. Sebab lebih daripada Vita, dirinyalah yang paling ciut.

Jantungnya berdebum keras karena Vita bukanlah wanita biasa yang iseng dia bawa untuk mengganggu ibu tirinya—Narumi. 

Vita adalah perempuan yang dia cintai. Gadis manis beramut hitam dan bertubuh mungil dengan dua lesung pipi kecil menghiasi sudut bibirnya. Tanjung menyukai gadis ini. 

“Jadi dia adalah pegawai magang di perusahaan kita. Apa seleramu turun drastis, anakku?” Wajah itu tak menampakkan emosi sedikit pun, hanya matanya yang berbicara segalanya.

Tanjung membeku di hadapan wanita itu. Diremasnya pinggang Vita lebih keras sampai gadis itu sedikit meringis. 

“Sebelum-sebelumnya kau membawa perempuan elegan dari keluarga baik-baik. Tapi sekarang ….” Lagi, Narumi menyapu penampilan sederhana Vita lalu memberikan delikan mata remeh.

Vita menggigit bibir. Kakinya yang dibalut flat shoes biru yang manis mundur secara otomatis. Ia ingin lari dari sini sekarang juga. Betapa pun eratnya pelukan Tanjung, tetap saja dia tidak mampu berada di sini lebih lama lagi.

Kakinya yang dibungkus celana jeans gemetar. Ibu kekasihnya itu sangat menakutkan. Bahkan tanpa dia berbicara pun, auranya sudah seperti malaikat maut. Dada Vita luar biasa sesak. Ia ingin pulang.

“Lihatlah dia, aku tak menemukan sedikit pun keanggunan darinya. Dari mana kau memungutnya?” Pandangan tajam Narumi berpindah kepada Tanjung.

Suaranya dalam dan tegas. Nadanya rendah dan menusuk, tak memberikan celah bagi siapa pun untuk membantahnya. 

“Sepertinya pelajaran yang kuberikan padamu selama ini belum cukup, anakku. Aku sudah bilang berulang kali, jangan memungut barang murahan yang kotor di tepi jalan, karena hanya akan mengotori pakaian dan rumahmu, sia-sia meski kau sudah membersihkannya sekalipun.”

Napas Vita tertahan. Matanya memerah berkaca-kaca. Penghinaan yang luar biasa besar itu baru pertama kali dia dapatkan.

Sedang Tanjung mengepalkan erat-erat satu tangannya yang bebas. Lagi-lagi seperti déjà vu. Diliriknya sang ayah yang memalingkan wajah di ujung sofa, duduk kikuk di sofa tunggal yang disediakan khusus untuk pemimpin keluarga. Tak mengatakan apa-apa dan hanya menonton sambil menelan ludah sejak tadi.

Dirinya maupun sang ayah sangat tersinggung.

“Aku tidak perlu bertanya rumah seperti apa yang dia tinggali, di mana dia menyelesaikan pendidikannya dan gelar apa yang sudah dia dapatkan. Karena aku bisa melihatnya sekarang.”

“Karena Ibu sudah menyelidiki semuanya,” geram Tanjung. Giginya bergemelutuk.

Narumi mengambil cangkir tehnya di atas meja dengan jari yang lentik dan kuku-kuku yang terawat bersih. Vita minder melihatnya. Bahkan meski wanita itu sudah berumur, kecantikan dan kemolekan tubuhnya sangat jauh dibandingkan dengan dirinya.

Karena perawatan yang mahal. 

Narumi mendekatkan mulut cangkir ke bibir tipis merahnya tanpa memutuskan tatapan tajam pada Tanjung. “Karena aku sangat menyayangimu. Aku tidak mau putraku satu-satunya terlibat dengan wanita miskin yang tidak punya kepercayaan diri dan hanya berpikir untuk menumpang kaya dengan harta Maulana. Aku harus melindungimu. Jangan berbuat bodoh seperti orang lain.”

Sudah jelas siapa orang lain yang Narumi maksud. Harun, sang suami berdeham canggung di kursinya.

Ingin rasanya Tanjung meneriaki semua orang, bahwa wanita ini bukanlah ibunya. Dia adalah jelmaan iblis yang bersembunyi di balik kata ibu. 

“Saya tidak mengincar harta!” Vita memberanikan diri bersuara, didorong oleh rasa terhina yang luar biasa.

Narumi mengangkat kedua alis sekilas lalu memberikan senyum yang teramat tipis memuji keberanian Vita. “Oh ya? Kalau begitu maafkan aku. Aku sudah salah paham.”

Tak sedikit pun Vita merasa lega. 

“Seharusnya kau memacari sesama pegawai magang atau pegawai senior saja, Nona Vita Virsa. Bagaimana caramu menggaet seorang direktur, hm? Jadwal anakku sangat ketat dan tidak sempat bertemu secara kebetulan dengan seorang pegawai magang. Jangan membodohiku.”

Cangkir yang bertengger di pangkuan Narumi tak sedikit pun bergerak dan Vita tak mampu membuka mulut lagi. Berharap Tanjung akan membelanya habis-habisan atau membawanya pergi dari sini, tapi lelaki itu malah melonggarkan dekapannya.

Vita semakin takut. 

“Ibumu masih hidup, Nona Vita?”

Vita tidak menjawab sedikit pun. Pupilnya bergetar saat bertemu dengan mata Narumi yang berkilat mengerikan.

“Dia masih hidup.” Bukan Vita yang menjawab, tapi Narumi. Mengangkat kembali gelasnya ke depan mulut.  

Vita diam tak berkutik. Satu kalimat pedas lagi, maka dia akan benar-benar pergi dari sini. Masa bodoh dengan Tanjung yang masih diam mematung di sampingnya. 

“Seharusnya ibumu mengajarimu tentang dunia. Bahwa betapa pahitnya dunia ini saat kau tidak menyadari posisimu. Dia yang bahkan tidak bisa memberimu gelar sarjana dengan uangnya sendiri. Kutebak, jika kau membawa putraku ke hadapannya, dia akan langsung menyetujuinya hanya dengan menyebutkan nama Maulana.”

Kedua kaki Vita sudah lemas tak bertenaga.

“Wanita miskin selalu tidak tahu diri.”

Cukup sudah. 

Satu tarikan napas panjang mewakili kedua kaki Vita yang berputar dan meninggalkan tempat itu tanpa sepatah kata pun. 

Langkahnya terburu-buru, mengentak-entak meninggalkan teras besar dan keluar dari gerbang maha tinggi itu. Air mata sudah membasahi wajah kecilnya. Tak peduli jika dia harus jalan kaki sampai rumah, dia tidak ingin bertemu dengan perempuan mengerikan itu lagi.

“Vita!” Panggilan yang panik itu tak lantas membuat Vita berhenti.

Ia mendengar suara derap langkah yang berlari mendekat kemudian meraih tangannya. Vita berhenti dan berhadapan dengan atasan sekaligus kekasihnya.

“Kumohon jangan pergi.” Peluh membasahi wajah yang terpahat tampan itu. 

Vita mendongak untuk mensyukuri betapa beruntungnya dia bisa memiliki lelaki sempurna ini. Rambut hitamnya yang dipotong rapi dengan tatanan berkelas, kedua mata sipitnya yang menukik tegas dan hidungnya yang menjulang indah serta bibir tipis kemerahan yang seringkali menciumnya dengan lembut. 

Penampilan lelaki itu jauh dari kata sederhana, kontras dengan penampilannya saat ini. Jam tangan rolex seharga mobil dan setelan celana serta kemeja yang mungkin seharga rumah. 

Untuk saat ini Vita menghapus jauh kata beruntung itu dari pikirannya. Lelaki ini memang sempurna, tapi tidak dengan keluarganya. Dia memang laki-laki idaman, tapi jelas tidak punya keluarga idaman yang diinginkan setiap perempuan yang akan menjadi istrinya.

“Kenapa mengejarku? Kenapa memintaku jangan pergi? Mas ingin aku kembali ke dalam dan dihina sampai pagi?” 

Tanjung memegang kedua bahu Vita yang bergetar. “Maafkan aku.” Lalu mendekap gadis berumur 24 tahun itu. 

Vita memukul-mukul dada bidang itu. “Seharusnya aku tidak diperkenalkan secepat ini! Semestinya kau tidak usah membawaku saja!” 

Tanjung tak melonggarkan pelukannya kendati pukulan Vita kian keras menghantam dadanya.

“Mas harusnya menunggu sampai aku bisa menjadi pegawai tetap, atau setidaknya berikan aku jabatan tinggi dulu lalu memperkenalkanku ke keluargamu! Dia menghinaku habis-habisan, Mas. Ibuku juga dihina! Apa salahku?!”

“Maafkan aku, Sayang.”

Seharusnya lelaki ini memodalinya dulu, memberikan uang untuk perawatan dan membelikan baju-baju yang sepadan dengan selera ibunya. Mungkin butuh waktu lama, tapi Vita akan mempersiapkan diri dengan sangat matang. 

“Kau pasti akan memutuskanku, iya’ kan? Mas akan meninggalkanku karena perintahnya. Karena aku tidak lebih penting dari semua hal yang sekarang kau miliki.”

“Tidak. Bukan begitu. Aku tidak akan pernah memutuskanmu.” Tanjung mengurai pelukan mereka dan memberikan sorot mata penuh tekad kepada sang kekasih.

“Aku akan mencari cara agar kita bisa bersama, aku berjanji. Kita akan segera menikah dengan atau tanpa izinnya.”

“Tapi ibumu sudah merendahkanku dan keluargaku!”

Tanjung menghela napas penuh rasa bersalah. Ia ingin memberikan janji lebih banyak lagi, tapi ia tahu dirinya tidak sanggup mewujudkannya. “Maafkan aku.”

“Kalaupun kita bisa menikah, ibumu akan terus menyerangku seperti tadi. Apa yang akan kau lakukan, Mas?”

Tanjung mengangguk dalam hati, menyetujui argumen Vita. Tapi ia tidak ingin kehilangan gadis ini. “Bisakah kau menunggukku, Vita?”

Vita berpikir sejenak, keraguan menyelimuti sorot matanya. “Berapa lama?”

Dan kali ini Tanjung diam, bingung dan tak lagi sanggup memberikan janji. Dia tak tahu seberapa lama waktu untuk mendapatkan restu atau mungkin menyingkirkan sang ibu.

Bab terkait

  • Wanita Penghibur Berkelas   2. Perempuan Muda yang Menarik

    Setelah mengantarkan Vita pulang, saat Tanjung kembali, ia melihat Narumi yang masih duduk di kursinya, tidak berpindah sedikit pun. Gelas tehnya sudah kosong dan perempuan itu tetap menyilangkan kaki sambil menatap tajam Tanjung. Sekilas Tanjung melirik kursi sang ayah yang sudah kosong.“Aku tidak mengizinkanmu mengantarnya.” Kalimat itu diakhiri oleh titik. Artinya tidak boleh ada bantahan. Dan seperti biasa, Tanjung hanya berdiri kaku di hadapan wanita itu.Bibir tipis yang terpoles lipstik merah itu mengetat. “Dan siapa yang menyuruhmu membawanya ke sini?”Tanjung mengepalkan tangan. Rahangnya yang tajam kian mengeras. “Dia kekasihku. Aku tidak perlu izin siapa pun.”Satu alis Narumi terangkat, seolah mendengar omong kosong dari bocah TK. “Tidak perlu izin siapa pun?” Wanita berumur kepala lima itu menatap bosan pada cangkirnya. “Kau yakin?”Pertanyaan penuh intimidasi itu seolah menembak dada Tanjung telak. Sudah jutaan kali dia mendengarnya dan seolah menjadi remot pengendali

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-18
  • Wanita Penghibur Berkelas   3. Perempuan itu Bernama Serina

    Lalu ucapan penuh retorika itu diakhiri dengan satu senyuman merendahkan dari perempuan itu. Dengan wajah yang mulus tanpa celah, kulit seputih dan secerah susu serta tubuh yang langsing dan tinggi, tidak salah kalau dia mengatakan bahwa laki-lakilah yang akan mengemis padanya.Tanjung bahkan sempat mengira bahwa mereka sedang syuting film dan perempuan itu adalah tokoh utamanya. Seperti top model atau bahkan aktris profesional yang sering wara-wiri di layar kaca.Sangat cantik dengan karakter dan aura yang menarik.Gigi dari istri laki-laki tua yang setengah botak dan berperut buncit itu bergemelutuk. Menahan amarah dan siap melempar botol kosong di atas meja ketika seorang pria tinggi dengan tubuh kurus menghalangi.“Maafkan kami, Bu. Tolong jangan buat keributan di sini. Dia adalah pekerja kami.”Mata wanita bersanggul tinggi itu melotot. “Memangnya kenapa? Dia sudah menggoda suamiku!”“Ke mana semua pe

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-18
  • Wanita Penghibur Berkelas   4. Wanita Penghibur yang Pensiun

    “Sial! Badanku lengket semua!” Serina duduk di sofa ruangan Bos, tempat yang ditempati Leon dan Brata—pemilik club. Leon duduk di hadapannya sambil terus menghela napas. “Harusnya kau tidak usah meladeninya. Langsung panggil aku atau pengawal saja.” Serina tidak menanggapi, malah sibuk menyeka dadanya yang lengket dengan tisu basah. “Kita bisa menyelesaikan masalahnya dengan baik-baik dan mengantar mereka pulang dengan tenang.” Serina memutar bola mata, menjauhkan tisu basah yang sudah penuh dengan bekas wine dari dadanya. “Lalu membayar ganti rugi? Memang apa salahnya berargumen sedikit? Bukannya menyentil kelamin suaminya, dia malah menyerangku. Bodoh sekali. Memangnya aku yang menggendong suaminya untuk datang ke sini?” Leon mendesah takjub pada pilihan kata-kata Serina yang unik. Ia menyandarkan punggung ke sofa dengan wajah lelah lalu menatap Serina tidak enak. “Ini penghinaan terakhir yang kudapatkan. Setelah ini aku harap kau melindungi para pekerja dengan baik. Bukan m

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-24
  • Wanita Penghibur Berkelas   5. Menikahlah Denganku.

    Didorong oleh rasa penasaran yang tinggi, Tanjung sampai ke koridor panjang yang remang-remang dan jauh dari ingar bingar musik. Mengikuti punggung perempuan bergaun hitam tadi. Wanita itu menyusuri lorong ini dengan langkah terburu-buru.Ia terus berjalan meskipun sudah kehilangan jejak dan tiak tahu di ruangan mana wanita itu masuk. Semuanya terlihat sama. Hingga ia mendengar bunyi ketukan sepatu yang bergema cepat dan suara umpatan. Suara itu semakin dekat sampai akhirnya ia bisa mendengar jelas makian apa yang tengah bergaung itu.“Sial! Brata Berengsek! Dia kira aku sapi perah yang bisa menghasilkan uang seenak dia?! Sialan! Dia pikir aku tidak berani melukai tubuh atau wajahku untuk keluar dari sini? Lihat saja kau, Berengsek! Akan kuhancurkan club sialanmu ini!”Rentetan umpatan itu membuat bulu kuduk Tanjung merinding, sampai ketika ia bisa melihat seorang perempuan tinggi yang berjalan cepat ke arahnya. Ia menyipitkan mata dan mengenali wanita itu.Wanita yang sangat menarik

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-24
  • Wanita Penghibur Berkelas   6. Jadi Istriku dan Singkirkan Ibu Tiriku

    “Jadi istriku.”Serina hampir mengira dirinya salah dengar. Dada mereka bersentuhan dan ia bisa merasakan gerakan naik turun dada Tanjung yang semakin cepat.Ia mendorong laki-laki itu dan memberikan jarak di antara mereka. Syukurlah, kali ini tubuh Tanjung bergerak, dan Serina bisa melihat mata Tanjung yang bergetar dan memerah. Bola mata Tanjung seperti tidak fokus, seolah berusaha menghindari tatapan Serina. “Istri kau bilang?” Serina tidak habis pikir. “Banyak laki-laki yang tertarik padaku, tapi baru kali ini ada yang memintaku menjadi istrinya.”Serina gemas sekali. Ingin rasanya ia mengangkat dagu laki-laki itu dan membuatnya menatap matanya. Ia seperti sedang berhadapan dengan murid SD yang sedang mengakui kesalahannya di depan guru. “Apa alasanmu? Kita baru pertama kali bertemu.” Lalu Serina membulatkan mata lima detik kemudian. “Oh, apa cinta pada pandangan pertama?” Ditatapnya lelaki itu ngeri.Tanjung tidak menjawab.Dan Serina menertawakan terang-terangan. “Kau ingin m

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-03
  • Wanita Penghibur Berkelas   7. Dibawa ke Pesta Seks

    Serina belum mengambil keputusan yang bulat sepenuhnya. Ia patahkan sorot mata yang berbinar itu dalam satu tatapan tegas.“Jangan senang dulu. Aku ingin kau menghadapi seseorang terlebih dulu.”Namun, tidak seperti dugaannya. Binar di mata Tanjung tidak surut sama sekali. “Aku akan menghadapinya.”Tanjung bisa menghadapi segala jenis orang kecuali Narumi. Ia bisa bernegosiasi dengan cepat dan mengambil keputusan akhir yang menguntungkan. “Mana orangnya?”Alih-alih menunjukkan orangnya, Serina malah melempar surat kontrak yang sejak tadi diremasnya ke atas meja. “Ini surat kontrakku bersama orang itu. Namanya Brata, pemilik tempat ini. Sesuai dengan tanggal perjanjian, seharusnya aku sudah bisa kelaur dari sini hari ini, tapi si Brata sialan itu malah mencantumkan pasal penipuan di bagian bawah.”Tanjung membaca baik-baik isi surat itu dan menemukan poin terakhir yang membuat dahinya berkerut. Sekarang dia tidak terlihat seperti anak kecil yang merengek lagi. Sorot matanya serius dan

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-31
  • Wanita Penghibur Berkelas   8. Kebebasan 30 Miliar

    Serina mengedikkan kepala tidak peduli melihat mayat laki-laki mungil malang yang jatuh di bawah ranjang. Lalu pandangannya yang tak acuh kembali ia tujukan pada Brata yang masih mematung tidak percaya.“Pakai bajumu, lalu bicara denganku di ruangan lain.”Brata akhirnya tersadar dari keterkejutannya, napasnya menyentak marah. “Apa yang kau lakukan, Serina?!”Serina mengangkat dagu alih-alih merasa bersalah. “Membunuhnya.” Menunjuk laki-laki bersimbah darah di bawah ranjang dengan santai.Gemelutuk gigi Brata terdengar jelas di tengah keheningan kamar. “Beraninya kau melakukan itu padanya!”“Sudahlah, Brata. Jangan sampai peluru ini ikut menembus kepalamu. Aku tunggu di ruangan yang bersih.”Serina tak memedulikan ekspresi bengis Brata sedikit pun. Ia melengos keluar dari kamar yang sudah bersimbah darah itu dengan tak acuh. Tanjung mengekor secara otomatis di belakangnya.“Kenapa kau membunuhnya?”Serina terus berjalan tanpa mengindahkan pertanyaan Tanjung, pun mengabaikan para pria

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-04
  • Wanita Penghibur Berkelas   9. Kekuatan Maulana

    Serina menggeliat marah, mencoba melepaskan diri dari belitan tangan Tanjung untuk kembali menyerang Brata, tapi Tanjung memeluknya kian erat sampai Serina hanya bisa mendengus penuh amarah.“Lepaskan aku, akan kubunuh si keparat itu!”“Kau mengajakku ke sini bukan untuk menyaksikan semua tindakan kriminalmu!”Detik itu juga Serina terdiam. Seolah kata kriminal itu begitu melekat di kepalanya. Berulang kali dia mendengarnya dan berulang kali pula dia selalu terpengaruh.Melihat Serina menjadi lumayan tenang, Tanjung melonggarkan pelukannya. “Kau bilang aku harus menghadapi seseorang untuk membuatmu menyetujui tawaranku. Apa dia orangnya?” Tanjung melirik Brata yang masih terbatuk-batuk.Serina tidak menjawab. Hanya deru napasnya yang berembus tidak teratur. “Biar aku yang menyelesaikannya. Diamlah dan serahkan semuanya padaku.”Serina mendengus kasar—masih menggeliat marah di atas pangkuan Tanjung. “Aku akan mengatasinya. Percayakan padaku.”Serina masih enggan turun dari atas paha

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-04

Bab terbaru

  • Wanita Penghibur Berkelas   62. Menara Rapunzel

    Yang tertangkap saat Serina membuka mata adalah cahaya remang-remang. Lampu besar di tengah kamar mati dan yang menyala hanyalah lampu tidur di atas nakas. Suasananya tidak seterang saat ia dan Tanjung memasuki kamar. Wangi parfumnya dan parfum Tanjung menyatu dan menyebar di seluruh ruangan. Meski pendingin ruangan tetap menyala seperti tadi, tapi rasanya tidak dingin sama sekali, sebab ada tubuh yang merangkumnya dengan cara yang sangat hangat. Punggung telanjangnya menempel pada dada bidang yang terasa keras namun lembut. Serina menggerakkan kepala, menoleh dan menemukan Tanjung yang terpejam dengan damai. Tak ada kegelisahan di wajah maha tampan itu dan Serina menyukainya. Ia bahkan baru menyadari jika sejak tadi jari jemari mereka menyatu di depan dadanya. Serina tak ingin menanyakan apa yang terjadi pada perasaannya dan mengapa jantungnya berdebar halus namun penuh antusias. Untuk pertama kalinya ia tidak merasa jijik saat mendapati seorang lelaki telanjang di atas ranjangny

  • Wanita Penghibur Berkelas   61. Berada di Sisimu

    Tangan kokoh itu mendekap pinggangnya, terasa kuat namun seolah tengah mencari kekuatan. Serina terbawa suasana, pada embus napas Tanjung yang melemah, hangat tubuhnya, serta irama jantungnya yang berdetak cepat. “Aku akan menemanimu.” Serina mengucapkannya bukan karena merasa kasihan, sebab hatinya ingin memberitahukan pada lelaki ini, bahwa dia, “… akan berada di sisimu.”Tanjung tak menjawab. Hatinya merasa senang sekaligus pedih. Haruskah ia percaya pada Tuhan dan membiarkan wanita ini berada di sisinya? Sebab ia tak menemukan jaminan Serina akan selalu baik-baik saja dalam tampungan atap istana Maulana. “Sudah tengah malam. Bawa dia ke kamarmu, Serina.” Ucapan tegas itu memotong dari arah belakang. Sebelum Tanjung mengangkat wajah dan hendak menengok ke belakang, Serina mendekap kepala lelaki itu dan kembali menenggelamkannya di dadanya. “Tidak, dia harus pulang, Izora.” Meski suara berat itu samar, tapi masih bisa ditangkap oleh telinga. Nada keberatan, lalu menghilang seol

  • Wanita Penghibur Berkelas   60. Rahayu

    Wanita itu masih ada di hadapannya. Kondisinya masih sama—menyedihkan, seperti mayat hidup yang enggan mati, tak jua bisa dikatakan hidup. “Dua puluh dua tahun aku mengurungmu di sini, itu belum cukup, Rahayu.”Rahayu yang tak lagi terlihat manis dan menawan itu menatapnya dengan bola mata yang melotot, mengerti perkataan Narumi, tapi tak punya susunan kata untuk membalasnya. Bibir pucat dan pecah-pecah itu berat untuk terbuka. “Dan selama itu pula, anakmu ada di tanganku. Kusiksa dan kumanfaatkan sesukaku.” Ucapan itu memantik keseluruhan diri Rahayu. Ia memberontak, hendak maju menerjang Narumi, tapi terhalang oleh rantai dan pasung. Rambut yang berantakan tak terurus, tubuh kurus kerempeng hingga tulang-tulangnya menyembul, pakaian yang seadanya dan sudah robek-robek serta warnanya tak lagi terlihat, luntur, dan kumal. Dia tak lagi bisa disebut manusia. “Ingat ini, Rahayu. Karena dosa-dosamu di masa lalu, anakmu jadi menderita.” Narumi ikut terbawa perkataannya sendiri. Piki

  • Wanita Penghibur Berkelas   59. Anjing Pemberontak

    Meski sudah 22 tahun berlalu tanpa melihat sang ibu, Tanjung hafal betul wajah yang kerap kali tersenyum lembut padanya. Ia menanamnya di kepala selama ini selagi ia bertarung di rumah Maulana. Mungkin ibunya juga akan terlihat kurus dan tidak terawat, tapi jelas wanita ini bukanlah ibunya. Tinggi tubuhnya, sorot matanya, proporsi wajah, dan sentuhannya. Segalanya berbeda. “A-apa maksudmu?” Serina amat terkejut mendengar pengakuan Tanjung. Wanita itu bukan ibunya? Jelas-jelas perempuan itu adalah satu-satunya orang yang berada di tempat yang diam-diam selalu Narumi kunjungi.“Aku ibumu! Anakku!!” Wanita itu kembali mendekap Tanjung, tapi Tanjung mengurainya dengan kasar. “Anda bukan ibu saya!”Kekesalan di wajahnya benar-benar tercetak dengan jelas. Lebih daripada itu, ia amat kecewa. Harapannya melambung tinggi, tapi lagi-lagi ia terjatuh ke dasar jurang yang sangat dalam. Mungkin ini adalah pertama kalinya, Serina melihat wajah itu benar-benar mengerut penuh kekesalan. Bibirnya

  • Wanita Penghibur Berkelas   58. Bertemu Ibu Kandung

    Haruskah Serina mengakui jika dia juga menyukai cara lelaki ini menatapnya? Lembut, penuh penghormatan, dan rasa rindu yang dalam. Ia tak berani menyimpulkan terlalu jauh, sebab setiap lelaki yang mengaku tertarik padanya, tak pernah mencintainya. Mereka hanya terobsesi pada kecantikan seorang Serina, tapi lelaki ini berbeda. Matanya memandang dengan cara yang berbeda dari para lelaki bajingan itu. “Aku sudah banyak menyakitimu. Aku ingin melihatmu lagi, tapi tidak di rumah itu, tidak di tempat di mana Ibu akan mengancammu setiap hari.”Ah, dia sangat baik. Serina akhirnya bisa merasakan perasaan terenyuh. Untuk pertama kalinya, ada pria yang menatapnya khawatir di atas ranjang. “Lalu, haruskah kita kabur saja? Tinggal berdua di rumah lain?”Ide yang diucapkan secara asal-asalan itu mampu membuat hati Tanjung berdenyut perih. Bisakah ia melakukannya? Ia menginginkannya, tapi tidak untuk sekarang ketika Narumi sanggup menemukannya ke mana pun dia pergi. Serina meletakkan tangan di

  • Wanita Penghibur Berkelas   57. Gendong ke Ranjang Saja

    “Kalian sama. Dia perempuan yang merebut–”“Hentikan, Ibu.” Belum sempat jawaban yang ditunggu-tunggu semua orang itu terucap, Tanjung naik ke panggung diikuti oleh beberapa pengawal. “Bawa Ibu ke kamar 718. Biarkan dia istirahat.”Dua pengawal langsung memapah Narumi turun dari panggung. Orang-orang mungkin mengira wanita itu tengah mabuk, tapi hanya Tanjung yang tahu bahwa obat yang dia berikan pada minuman Narumi sudah bekerja. Sayangnya, rencananya gagal. Ia tak tahu apa yang direncanakan Serina malam ini, tapi kehadiran Serina membawa sesuatu yang beda. Ia menatap wanita itu, intens dan cukup lama. Diambilnya mikrofon dari tangan Serina lalu dia buka jasnya untuk disampirkan ke bahu Serina. Sesaat setelah napasnya terembus pendek, ia menyelipkan tangan ke bawah lutut dan punggung Serina. Wanita yang basah karena siraman wine itu dia bawa turun dari panggung. Serina mengerjap ketika tubuhnya terayun-ayun. Apa yang sedang dilakukan Tanjung di tengah orang-orang yang berbisik-b

  • Wanita Penghibur Berkelas   56. Saya Istri Tanjung Maulana

    Dalam sekejap, seisi ballroom dipenuhi rahang-rahang yang terbuka, mengagumi sosok indah di atas panggung yang bersinar dengan gaun pastelnya. Terbuka di sepanjang bahu dengan potongan lengan yang menjuntai ke bawah bagai sayap yang tertutup.Rambut kelamnya yang bagai malam pekat tercepol dengan anak-anak rambut yang terjatuh, menonjolkan kulit bahunya yang mulus bak porselen. Suaranya melantun indah menyebutkan nama Maulana.Tanjung terperangah. Bukan hanya pada kecantikan sempurna yang dipamerkan Serina di atas sana. Namun, pada kehadiran tiba-tiba wanita itu. Mengapa Serina kembali?“Saya istri dari Tanjung Maulana.”Semakin senyap dan kian tegang. Dari ekor matanya, Tanjung melirik ekspresi Narumi yang tak tertebak. Bibirnya tak mengetat seperti biasanya, seolah kedatangan Serina kembali bukan masalah besar baginya.Atau justru … Narumi memang menunggu kedatangan Serina.Tanjung meremang. Tidak. Ia harus memulangkan Serina lagi. Dia hendak bangkit dari duduknya ketika senyum mani

  • Wanita Penghibur Berkelas   55. Rencana Kejutan

    Ballroom hotel bernuansa emas dan gelap, khas Maulana. Aroma mawar yang sedikit menyengat mendominasi udara di dalam ruangan maha luas itu. Saat kepala mendongak, puncak langit-langit yang dikelilingi lampu-lampu mewah seolah seperti langit yang sesungguhnya. Amat tinggi dan menyilaukan. Setiap tahun Tanjung menyiapkan acara megah seperti ini. Tiap tahun pula ia mesti mengumpulkan semua kolega, karyawan, dan petinggi perusahaan dalam satu ruangan. Lalu yang duduk di takhta tertinggi dan menerima semua pujian adalah Narumi Maulana, putri tunggal Maulana yang berhasil mempertahankan bisnis Maulana dan membentuknya menjadi kerajaan makanan yang besar. Wanita hebat yang berhasil mendidik pewaris hebat sepertinya.Wanita bergaun maroon gelap itu berdiri di tengah orang-orang penting dan menjadi pusat perhatian. Orang-orang berebut ingin menjalin relasi dengannya. Para pegawai di perusahaan memanfaatkan acara ulang tahun perusahaan untuk mendapatkan perhatiannya. Tanjung menjauh dari ker

  • Wanita Penghibur Berkelas   54. Kilas Balik Narumi

    Helaan napas pelan itu berembus mendominasi dinding lift yang dingin. Tak sedikit pun Narumi melunturkan wajah angkuhnya meskipun hanya ada dirinya di dalam ruangan besi yang sempit ini. Seperti apa menantu yang dia inginkan? Pertanyaan itu sudah muak ia dengar. Telah berulang kali ia dapatkan dari berbagai macam orang. Narumi tak pernah menjawabnya. Meskipun yang bertanya adalah sosok presiden sekalipun.Karena ia tak butuh menantu. Dia tak menginginkan sosok menantu di rumahnya. Tak akan ia biarkan anak dari perempuan jalang itu menikah dan memiliki keluarga seperti ibunya. Narumi ingin melihat anak itu tumbuh menjadi sosok yang dia inginkan. Sosok yang dia manfaatkan habis-habisan dan sosok yang akan menjadi orang paling kesepian di dunia ini, bahkan lebih dari yang dia rasakan. Tanjung akan menjadi pionnya, aset, dan boneka yang akan dia gunakan sepuasnya. Karena anak itulah dia kehilangan cintanya, keluarga, dan seluruh hidupnya. Ia kembali mengingat saat dirinya jatuh cinta

DMCA.com Protection Status